BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

I. PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Pengelolaan bank dituntut untuk senantiasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip. 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return On Asset

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk mendapatkan revenue atau

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. bank yang sehat dan dapat beroperasi secara optimal. syariah atau bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, sebenarnya

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bisnis modern di dunia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB V PEMBAHASAN. Dimana uji tersebut menggunakan uji-t yang dilakukan untuk membuktikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui tahap pengumpulan

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Productive Theory of Credit (Commercial Loan Theory)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( Financial Intermediales )

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio

BAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Bentuk Hukum, Permodalan dan Kepemilikan Bank Syariah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan syariah merupakan institusi yang memberikan pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank akan menerima dana dari. masyarakat (DPK) dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, penelitian terdahulu yang menjadi rujukan penulis yaitu penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

BAB I LATAR BELAKANG. dunia perbankan menjadi sangat ketat, dimana bank dituntut memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Riestyana Indri Hapsari (2012) Pengaruh LDR, IPR, NPL, APYD, IRR, BOPO, FBIR,NIM, PR, dan FACR

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank

BAB V PENUTUP. penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya dan implikasi bagi perbankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dinda Yani Kusuma (2011)

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan telah menjadi ujung tombak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. nasabahpun juga semakin meningkat. syariah menerapkan sistem bagi hasil berdasarkan prinsip Profit Sharing

BAB I PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang bagaimana perbandingan antara kinerja perbankan syariah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi return on asset (ROA). Adapun penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Lukito Pamungkas (2016) dengan penelitian mengenai Pengaruh Permodalan, Likuiditas, Kualitas Aset tehadap Profitabilitas Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2010-2014. Menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa Capital Adequancy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhada Return On Asset (ROA), Financing to Deposite Ratio (FDR) tidak berpengaruh terhadap ROA, sedangkan non Performing Financing (NPF) berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA Bank Umum Syariah. 2. Faridatul Fauziyah (2016) dengan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposite Ratio (FDR), Capital Adequancy Ratio (CAR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Laba Bank Umum Syariah. Menggunakan teknik analisis regresi data panel. Hasil analisis menunjukkan bahwa NPF,

10 FDR dan CAR tidak berpengaruh terhadap ROA. Hanya BOPO yang berpengaruh signifikan terhadap ROA. 3. Edhi Satriyo Wibowo dan Muhammad Syaichu (2013) dengan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO dan NPF terhadap Profitabilitas Bank Syariah (periode 2008-2011). Menggunakan analisis data regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial CAR, NPF, inflasi dan bunga bank umum tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. 4. Muhammad Sabir (2012) dengan penelitian tentang Pengaruh Rasio KEsehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvenstional di Indonesia. Dengan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR dan NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. NOM dan FDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA sedangkan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. 5. Dhiyan Dayinta Pratiwi (2012) dengan penelitian mengenai Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR terhadap ROA Bank Umum Syariah. (Study Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2005-2010). Teknik analisis menggunakan regresi linier berganda hasil penelitian menunjukkan bahwa BOPO dan NPF berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA. FDR berpengaruh postif signifikan terhadap ROA dan CAR tidak signifikan terhadap ROA.

11 6. Bambang Agus Pramuka (2010) dengan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah. Menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan FDR berpengaruh positif signifikan dan NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. 7. Dhika Rahma Dewi (2010) dengan penelitian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia. Analisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NPF dan REO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA, sedangkan CAR dan FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hubungan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini melanjutkan beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Return On Asset (ROA) perbankan syariah. Namun pada penelitian terdahulu biasanya yang diteliti adalah bank umum syariah, dan terdapat perbedaan hasil mengenai pengaruh faktor-faktor tersebut. Sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan. Penelitian ini terdapat perbedaan dan persamaan dengan penelitianpenelitian sebelumnya. Persamaannya yaitu menganalisis tingkat kinerja atau kesehatan perusahaan perbankan berdasarkan profitabilitas (ROA) yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Perbedaanya adalah pada periode penelitian, objek penelitian dan metode penelitiannya. Dalam penelitian ini periode waktu yang digunakan yaitu periode triwulanan dari periode Maret

12 2014 hingga September 2016, objek penelitiannya adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Jawa Barat dengan mengambil tujuh sampel BPRS dan akan dianalisis menggunakan regresi data panel. Selain itu variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah FDR, NPF, CAR dan REO. B. Kerangka Teori 1. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) BPR Syariah sebagai salah satu lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip syariah ataupun muamalat Islam. BPR Syariah didirikan sebagai langkah aktif dalam rangka retrukturisasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijakan keuangan, moneter, dan perbankan secara umum, dan secara khusus mengisi peluang terhadap kebijaksanaan bank konvensonal dalam penetapan tingkat suku bunga (rate of interest), yang selanjutnya BPRS secara luas dikenal sebagai sistem perbankan bagi hasil atau sistem perbankan Islam (Rodoni dan Hamid, 2008:38). Pada saat ini kehadirannya telah mulai dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan terutama bagi pengusaha kecil dan mikro dalam rangka membantu pengembangan usaha dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengusaha kecil dan mikro yang selama ini terbiasa memperoleh pinjaman modal kerja dari perorangan

13 maupun lembaga simpan pinjam lainnya, saat ini mulai melirik BPR Syariah sebagai salah satu lembaga keuangan yang dapat membantu usaha mereka dan diharapkan sesuai dengan harapan masyarakat. 2. Return On Asset (ROA) Fauziyah (2015) menjelaskan bahwa profitabilitas, atau Return On Asset (ROA) adalah kemampuan suatu bank dalam memperoleh laba. Muhammad (2005 : 265) menyatakan ROA adalah rasio yang juga digunakan untuk mengukur manajemen bank dalam memperoleh keuntungan atau laba. Menurut surat edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS rasio ROA bertujuan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba. Semakin kecil rasio ini mengindikasikan kurangnya kemampuan manajemen bank dalam hal mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan dan atau menekan biaya. Rumus dari rasio ini adalah: ROA = Laba sebelum pajak Rata rata total asset x 100% Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat (Dendawijaya, 2005:118). Semakin besar ROA maka semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai secara keseluruhan oleh bank, jadi semakin baik juga posisi bank tersebut dari segi pengelolaan asset (Dendawijaya, 2005: 119).

14 Kriteria penilaian ROA menurut peraturan BI No.9/24/DPbS adalah sebagai berikut: Tabel 2. 1 Tabel Kriteria Penilaian Return On Asset (ROA) RASIO PERINGKAT ROA > 1.5% 1 1.25% < ROA 1.5% 2 0.5% < ROA 1.25% 3 0% < ROA 0.5% 4 ROA 0% 5 Sumber: (Lampiran SE-BI No.9/24/Dpbs/2007) 3. Financing Deposite Ratio (FDR) Financing Deposite Ratio (FDR) adalah perbandingan antara pembiayaan yang disalurkan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang telah berhasil dihimpun oleh bank (Muhammad, 2005). Semakin rendah FDR semakin rendah efektifitas bank sehingga ROA akan semakin menurun. Rasio ini dirumuskan: FDR = Total pembiayaan x 100% Total DPK Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut. FDR menunjukkan seberapa likuid suatu bank. Semakin tinggi tingkat FDR, semakin illikuid (tidak likuid) bank tersebut, dalam keadaan ini bank akan kesulitan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, seperti adanya penarikan tiba-tiba oleh nasabah terhadap simpanannya.

15 Sebaliknya, semakin rendah FDR, semakin likuid suatu bank, keadaan ini menunjukkan banyaknya dana yang menganggur yang dapat memperkecil kesempatan bank untuk memperoleh penerimaan atau keuntungan yang lebih besar. Maka tingkat FDR bank harus dijaga agar tidak menjadi terlalu rendah ataupun terlalu tinggi. Untuk itu, perlu dilakukan suatu standar mengenai tingkat FDR. Bank Indonesia selaku otoritas moneter menetapkan batas FDR berada pada tingkat 85%-100% dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Namun, per tanggal 1 Maret 2011, BI memperlakukan peraturan Bank Indonesia No.012/19/PBI/2010 yang berisi ketentuan standar FDR pada tingkat 78%-100%. Berarti dapat dikatakan bahwa FDR pada bank boleh mencapai 100% namun batas aman atau idealnya sebaiknya FDR pada suatu bank adalah pada tingkat 78%. 4. Non Performing Finance (NPF) Penilaian kualitas aktiva dilihat dari tingkat kelancaran nasabah dalam mengembalikan dananya kepada bank, tingkat kelancaran ini dikategorikan menjadi 5 macam yaitu lancar, kurang lancar, lancar diragukan, perhatian kusus dan macet. Kualitas aktiva ini selain berpengaruh terhadap kesehatan bank juga berpengaruh pada perolehan laba bank (Muhammad 2005: 312). Kualitas aktiva produktif pada bank syariah diukur dengan NPF (Muhammad, 2005: 265). Rasio ini dirumuskan:

16 NPF = Total Pembiayaan Bermasalah Total Pembiayaan x 100% Kriteria Penilaian Non Performing Financing (NPF) menurut surat edaran BI No.9/27/DPbS adalah sebagai berikut: Tabel 2. 2 Tabel kriteria penilaian Non Performing Financing (NPF) RASIO PERINGKAT NPF < 2% 1 2% NPF < 5% 2 5% NPF < 12% 3 8% NPF < 12% 4 NPF 12% 5 Sumber: (Lampiran SE-BI No.9/24/Dpbs/2007) NPF dalam perbankan syariah dapat diantisipasi dengan melakukan analisis pembiayaan, dengan adanya analisis pembiayaan diharapkan tidak terjadi pembiayaan bermasalah dengan dana yang telah disalurkan kepada nasabah, prinsip analisis pembiayaan didasarkan pada rumus 5C yaitu (Muhammad, 2005:305) a. Caracter artinya bank harus mencermati karakter nasabah pembiayaan dengan sungguh-sungguh b. Capacity artinya bank harus mengetahui atau menganalisis kemampuan nasabah untuk menjalankan usahanya dan mengembalikan pinjamannya.

17 c. Capital artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam harus diperhatikan, apakah sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan nasabah d. Collateral artinya bank harus memperhatikan jaminan yang diagunkan oleh nasabah, apakah jaminan tersebut adalah milik nasabah dan apakah jaminan tersebut mampu menggantikan dari pinjaman yang jika suatu saat terjadi pembiayaan bermasalah. e. Condition artinya bank harus memperhatikan apakah usaha nasabah tersebut memilik prospek yang baik untuk kedepannya. Berdasarkan analisis pembiayaan yang ada diharapkan perbankan mampu mengurangi risiko pembiayaan bermasalah dan lebih berhatihati dalam menyalurkan dana. Bank dalam setiap akad pembiayaan wajib membentuk Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA). PPA adalah cadangan yang harus dibentuk bank sebesar persentase tertentu berdasarkan kualitas aktiva masingmasing. Tujuannya adalah sebagai pelindung saat pembiayaanpembiayaan tersebut bermasalah (Haryono, 2009: 161). PPA diambil dari laba, jadi semakin tinggi kualitas pembiayaan bermasalah maka persentase PPA yang dikeluarkan semakin besar sehingga bersifat mengurangi laba (Darmawi, 2011:99).

18 5. Capital Adequancy Ratio (CAR) Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan modal bank syariah adalah dengan menggunakan rasio CAR (Muhammad, 2009). Penetapan CAR bertujuan agar mempunyai modal yang cukup untuk mengatasi kemungkinan resiko yang akan muncul. Sehingga bank harus menyediakan modal minimum yang cukup. Bank perlu mempertahankan nilai CAR sesuai dengan ketentuan agar dapat melakukan ekspansi usaha dengan lebih aman dalam meningkatkan profitabilitasnya. Bank yang sehat minimum harus memiliki CAR sebesar 8% (Muhammad, 2005: 249). Modal merupakan faktor penting bagi perkembangan bank dan berfungsi menjaga kepercayaan masyarakat. Setiap pembentukan aktiva, disamping berpotensi menghasilkan keuntungan juga berpotensi menimbulkan kerugian. Jadi bank harus menggunakan modal untuk menjaga kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas investasi pada aktiva, terutama yang berasal dari dana-dana pihak ketiga. Peningkatan peran aktiva sebagai penghasil keuntungan harus diikuti dengan pertimbangan risiko yang mungkin muncul guna melindungi kepentingan para pemilik dana (Arifin, 2009: 158). a. Fungsi Modal Bank 1) Sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian lainnya. Dalam fungsi ini modal memberikan perlindungan terhadap kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan terhadap dana pihak ketiga. Karena tingginya

19 persentase asset bank yang dibiayai dana deposan, maka seharusnya jumlah modal cukup untuk perlindungan terhadap deposan (Arifin, 2009: 159). Fungsi utama perlindungan tidak hanya sebagai sumber pembayaran bagi deposan dalam terjadinya kegagalan, tetapi sebagai pendukung solvabilitas dengan memberikan penyangga dalam bentuk kelebihan asset, sehingga dengan demikian bank yang terancamn kerugian dapat terus melanjutkan kegiatannya (Darmawi, 2011:90). 2) Sebagai dasar penetapan batas minimum pemberian kredit. Melalui pembatasan ini bank sentral memaksa bank untuk melakukan deversifikasi kredit mereka agar dapat melindungi diri terhadap kegagalan kredit dari satu individu debitur (Arifin, 2009:159) 3) Sebagai dasar perhitungan bagi para partisipan pasar agar untuk mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relative dalam menghasilkan keuntungan (Arifin, 2009:160 b. Sumber Modal Bank Modal bank dapat digolongkan atas dua golongan besar, yaitu modal inti dan modal pelengkap (Darmawi, 2011:84). Modal inti adalah modal sendiri, yaitu dana yang berasal dari para pemegang saham bank, yakni pemilik bank. pada umumnya modal inti terdiri dari : (Arifin, 2009: 58) 1) Modal yang disetor oleh para pemegang saham, sumber utama dari modal perusahaan adalah saham. Sumber dana ini akan hanya

20 timbul apabila pemilik menyertakan dananya pada bank melalui pembelian saham, dan untuk penambahan dana berikutnya dapat dilakukan oleh bank dengan mengeluarkan dan menjual saham baru. 2) Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang disisihkan untuk menutup timbulnya risiko kerugian dekemudian hari. 3) Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham sendiri, (melaui Rapat Umum Pemegang Saham) diputuskan untuk ditanam kembali dalam bank. Modal pelengkap terdiri dari cadangan yang dibentuk tidak dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya depersamakan dengan modal dalam hal tertentu, dan dalam keadaan lain dapat dipersamakan dengan utang. Modal pelengkap terdiri dari: (Darmawi, 2011:85). 1) Modal pinjaman meliputi sejumlah instrumen finansial yang mempunyai karakteristik kombinasi antara ekuitas dan hutang ciricirinya adalah sebagi berikut; tidak dijamin pengembaliannya oleh bank yang bersngkutan, tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik modal tanpa persetujuan Bank Indonesia, dapat dipergunakan oleh bank untuk menutupi kerugian, pembayaran bunga dapat ditangguhkan, bila bank merugi atau laba bank tidak mendukung untuk pembayaran tersebut.

21 2) Pinjaman subordinasi (maksimum 50% dari modal inti) 3) Peningkatan harga saham pada portopolio tersedia untuk dijual (50%) 4) Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisish penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat Jendral Pajak 5) Cadangan umum PPAP yaitu, cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba/rugi tahun berjalan, dengan maksud menampung kerugian yang timbul pada asset produktif (maksimum 1.25% dari ATMR). c. Kecukupan Modal Bank Tingkat kecukupan modal bank dinyatakan dengan suatu rasio tertentu yang disebut rasio kecukupan modal atau capital adequancy ratio (CAR). Tingkat kecukupan modal bank dapat dukur dengan cara membandingkan modal dengan dana pihak ketiga dan membandingkan modal dengan aktiva berisiko (Arifin, 2009: 162). Dalam pengertian lain CAR merupakan perbandingan modal bank denga aktiva tertimbang menurut resiko. Semakin tinggi CAR mengindikasikan bank tersebut semakin sehat permodalnnya (Taswan, 2010: 166) d. Penetapan CAR untuk Perbankan di Indonesia Bank Indonesia telah menetapkan ketentuan tentang aspek permodalan bank-bank syariah. Bank Syariah wajib menyediakan

22 CAR minimal 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko, yaitu risiko penyaluran dana dan risiko pasar( Arifin, 2009:164). Rasio ini dirumuskan: CAR = Modal ATMR X 100% Tabel 2. 3 Tabel Kriteria Penilaian Capital Adequancy Ratio (CAR) RASIO PERINGKAT CAR 12% 1 9% CAR < 12% 2 8% CAR < 9% 3 6% < CAR < 8% 4 CAR 6% 5 Sumber: (Lampiran SE-BI No.9/24/Dpbs/2007) 6. Rasio Efisiensi Operasional (REO) Rasio Efisiensi Operasional (REO) merupakan Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank tersebut. Efisiensi operasional bank syariah dapat diukur menggunakan Rasio Efisiensi Operasional (REO) yaitu perbandingan antara biaya operasional bank dengan pendapatan operasional (Muhammad, 2009). Rasio ini dapat dapat dihitung dengan rumus:

23 REO = Biaya Operasional Pendapatan Operasional x 100% Kriteria penilaian peringkat REO menurut surat edaran BI No.9/24/DPbS adalah sebagai berikut: Tabel 2. 4 Tabel Kriteria Penilaian rasio REO RASIO PERINGKAT REO 83% 1 83% < REO 85% 2 85% < REO 87% 3 87% < REO 89% 4 REO > 89% 5 Sumber: (Lampiran SE-BI No.9/24/Dpbs/2007) C. Hipotesis 1. Pengaruh FDR Terhadap ROA BPRS di Jawa Barat FDR merupakan rasio yang dihitung dari perbandingan antara pembiayaan yang disalurkan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. Rasio ini untuk mengukur sejauh mana dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank tersebut disalurkan. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut (Muhammad, 2005:55). Semakin besar dana disalurkan atau semakin besar pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat maka pendapatan yang diperoleh bank naik dengan asumsi penyaluran pembiayaan terlaksana

24 dengan efektif, karena dengan meningkatnya pendapatan diharapkan laba juga akan mengalami kenaikan. Teori ini didukung oleh penelitian Sabir (2013), Bambang (2014) dan Pratiwi (2012) yang menyatakan FDR berpengaruh positif terhadap ROA. H1 : FDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA BPRS di Jawa Barat 2. Pengaruh NPF Terhadap ROA BPRS di Jawa Barat NPF atau pembiayaan bermasalah merupakan penyaluran dana yang dalam pelaksanaannya belum mencapai target yang diinginkan bank seperti: pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah, pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbul risiko dikemudian hari bagi bank, pembiayaan yang masuk golongan perhatian khusus, diragukan, macet, atau masuk golongan lancar tetapi mempunyai potensi terjadi penunggakan dalam pengembalian (Rivai dan Arviani, 2010: 477). Rasio ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi rasio NPF maka menunjukkan semakin buruk kualitas pembiayaan yang disalurkan (Taswan, 2010:166). Pembiayaan yang berkualitas buruk akan berpengaruh terhadap turunnya keuntungan yang diperoleh bank, karena ketika terjadi pembiayaan bermasalah pengembalian pokok atau bagi hasil tidak tepat pada waktunya atau bahka tidak dibayarkan. Dalam hal ini bank harus membentuk cadangan yang disebut Penyisihan Penghapusan

25 Aktiva (PPA). PPA adalah cadangan yang digunakan saat terjadi pembiayaan bermasalah. Semakin tinggi pembiayaan yang bermasalah atau rasio NPF, persentase PPA semakin tinggi maka akan berpengaruh terhadap menurunnya keuntungan karena PPA diambil dari laba, maka laba akan menurun. Penelitian ini didukung oleh penelitian Bambang (2010), Lukito (2016), Pratiwi (2012) dan Dewi (2010) yang menyatakan bahwa NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. H2: NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA BPRS di Jawa Barat. 3. Pengaruh CAR Terhadap ROA BPRS di Jawa Barat CAR adalah rasio yang diperoleh dari perbandingan modal bank dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). Semakin tinggi rasio CAR mengindikasikan bahwa bank tersebut semakin sehat permodalannya (Taswan, 2010:166). Tingkat kecukupan modal bank dinyatakan dengan rasio kecukupan modal atau capital adequancy ratio (CAR). Tingkat kecukupan modal bank diukur dengan cara membandingkan modal dengan dana pihak ketiga dan membandingkan modal dengan aktiva berisiko (Arifin, 2002:161). Modal bank selain akan menghasilkan keuntungan juga berpotensi menimbulkan risiko. CAR adalah rasio kecukupan modal yang dapat digunakan saat bank terjadi atau mengalami risiko kerugian dan apabila

26 dana pihak ketiga tidak dapat mencukupi permintaan pembiayaan nasabah. Dalam menyalurkan dana, bank harus memperhatikan batas maksimum pemberian kredit dalam perbankan syariah yang disebut dengan batas maksimum penyaluran dana (BMPD), dana yang dikeluarkan tidak melebihi kemampuan bank sehingga dapat disalurkan dengan efektif serta dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi. Sehingga semakin besar CAR maka semakin besar kesempatan bank dalam memperoleh keuntungan dengan asumsi dana tersebut disalurkan secara efektif. Teori ini didukung oleh penelitian Dewi (2010) dan Fauziyah (2015) yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap ROA. H3 : CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA BPRS di Jawa Barat. 4. Pengaruh REO Terhadap ROA BPRS di Jawa Barat REO adalah rasio Biaya operasional terhadap Pendapatan Operasional yang sering disebut dengan Rasio Efisiensi, rasio ini diperoleh dari membandingkan antara biaya operasional bank dengan pendapatan operasional bank (Muhammad, 2009). Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank untuk menjalankan aktivitas usaha pokoknya sedangkan pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank (Siamat, 1993: 273). Semakin tinggi rasio REO maka efisiensi bank tersebut semakin kecil, dengan kata lain semakin tinggi biaya maka semakin tidak efisien sehingga laba semakin menurun.

27 Teori ini didukung oleh penelitian Edhi (2013), Sabir (2012), Pratiwi (2012) dan Fauziyah (2015) yang menyatakan REO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. H4 : REO berpengaruh negatif signifikan terhadap BPRS di Jawa Barat.