BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu. Mudah memusatkan perhatian pada suatu tema atau topik tertentu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan. pembelajaran (Kokom Komalasari, 2011: 57).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran siswa melakukan aktiviras belajar dan guru

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Sudjana dalam Rusman (2011: 1) belajar pada hakikatnya adalah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku kecakapan, keterampilan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. penelitian dan melaksanakan eksperimen.

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

(Skripsi) Oleh YANTI YOSEFA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sagala (2010:37), belajar adalah suatu proses perubahan perilaku dan

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perilaku. pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku kecakapan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berfikir, latihan atau praktek dan sebagainya.?atan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Sehingga proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan mengajar

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN. motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas. yang berhubungan dengan pelajaran tersebut.

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II. Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) adalah pendekatan. pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB I PENDAHULUAN. jenjang dan satuan pendidikan khususnya pendidikan dasar. Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor yang dikembangkan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik Terpadu 1. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran tematik berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata dan bermakna bagi peserta didik. Tujuan pembelajaran tematik adalah: Mudah memusatkan perhatian pada suatu tema atau topik tertentu a. Mempelajarai pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan pembelajaran dalam tema sama b. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam c. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik d. Lebih semangat belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata e. Lebih merasakan manfaat dan dan makna belajar f. Guru dapat menghemat waktu g. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi. (Unifa, 2014: 16)

8 2. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu a. Berpusat pada anak b. Memberikan pengalaman langsung pada anak c. Pemisahan antar muatan pembelajaran tidak begitu jelas d. Menyajikan konsep dari berbagai pelajaran e. bersifat luwes f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat. Daryanto (2014: 41) Berdasarkan pendapat di atas pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengkaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberi pengalaman bermakna kepada siswa. 3. Pendekatan Saintifik Pembelajaran Tematik Terpadu pertama kali dikembangkan pada tahun 1970-an. Belakangan Pembelajaran Tematik Terpadu diyakini sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif karena mampu mewadahi dan menyentu secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik peserta didik di dalam kelas atau di lingkungan sekolah. PTP pertama kali dikembangkan untuk anak-anak berbakat dan bertalenta, anak-anak cerdas, program perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar cepat. Unifah (2014: 15)

9 4. Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik Langkah-langkah Pembelajaran Mengamati Menanya Mengumpulkan informasi/eksperi men Mengasosiasi/me ngolah informasi Mengkomunikasi kan Kegiatan Pembelajaran Membaca, mendengarkan, menyimak, melihat Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapat informasi tambahan tentang apa yang diamati Melakukan eksperimen, membaca sumber lain, mengamati objek/kejadian, aktivitas, wawancara dengan narasumber. Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan dari hasil eksperimen Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis atau media lainnya. Kompetensi yang Dikembangkan Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi Mengembangkan rasa kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat Mengembangkan sikap teliti jujur menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi. Mengembangkan sikap teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengumpulkan pendapat dengan singkat dan jelas dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

10 5. Penilaian Autentik a. Pengertian Penilaian Autentik Penilaian autentik adalah suatu istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif yang memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah, mengekspresikan pengetahuan dan keterampilan dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata diluar lingkungan sekolah. Mukhlis (2002: 23) Penilaian autentik adakalanya disebut penilaian responsif, suatu metode yang sangat popular untuk penilaian proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang memiliki kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Penilaian autentik dapat diterapkan dalam bidang ilmu tertentu seperti seni, ilmu pengetahuan, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil pembelajaran. Daryanto (2014: 38). b. Jenis Penilaian Autentik 1. Penilaian Sikap Menurut Unifah (2014: 35) penilaian sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal. Penilaian sikap merupakan penilaian terintegrasi dengan penilaian pengetahuan dan keterampilan. a) Observasi

11 Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku pengamatan. b) Penilaian Diri Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik melakukan refleksi diri/perenungan dan mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. c) Penilaian Antar teman Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. d) Jurnal Catatan Guru Jurnal catatan guru merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang terkait dengan sikap dan perilaku. 2. Penilaian Pengetahuan Menurut Unifah (2014: 36) penilaian pengetahuan dapat dinilai dengan cara: a. Tes Terulis Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. b. Tes Lisan

12 Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara ucap sehingga peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara ucap juga, sehingga menimbulkan keberanian. c. Penugasan Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya. 3. Penilaian Keterampilan Menurut Unifah (2014: 37) penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan cara: a. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. b. Penilaian Proyek Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. c. Penilaian Portopolio Penilaian portopolio merupakan penilaian dengan mengumpulkan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang dilakukan selama kurun waktu tertentu.

13 d. Praktek Penilaian praktek merupakan penilaian sikap siswa pada saat menggunakan media/alat peraga. B. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Menurut Whittaker (Djamarah, 2011: 67) belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam berinteraksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu (Rusman, 2011: 1). Belajar hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku kecakapan, keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar. (Trianto, 2009: 23). Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas belajar adalah proses perubahan yang berkesinambungan/kontinu dalam prilaku sebagai hasil dari pengalaman dalam berinteraksi. Perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar

14 secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja, belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar dan faktor dalam diri yang saling berinteraksi. 2. Pembelajaran Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen tersebut harus diperhatikan guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan. (Rusman. 2011: 1) Warsita (2008: 85) Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Pembelajaran adalah sebagai proses pengondisian kearah prilaku spontan yang dicapai melalui program pelatihan dengan imbalan dan hukuman (Skiner dalam Rusman. 2008: 161). Sudjana (2004: 28) Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan. Menurut beberapa pendapat di atas disimpulkan pembelajaran adalah komunikasi antara pembelajar, pengajar yang melibatkan seluruh indera agar memunculkan kreativitas.

15 C. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,2004). Sedangkan menurut Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar: (1) keterampilan dan kebiasaan (2) pengetahuan dan pengarahan (3) sikap dan cita-cita (Sudjana,2004). Menurut Dimyati dan Mudjono (1999), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah koqnitif, afektif, dan psikomotor. Hamalik (2006), hasil belajar adalah seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut,misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi diciptakan melalui tiga kategori ranah, dua diantaranya adalah koqnitif, dan afektif. Perinciannya adalah sebagai berikut: 1. Ranah koqnitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. 2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab, atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabilah siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar. a. Keterampilan dan kebiasaan b. Pengetahuan dan pengertian c. Sikap dan cita-cita Dari pendapat diatas dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengalaman yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin

16 mencapai hasil yang lebih baik sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. D. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraaan Sekolah Dasar Materi PPKn dikembangkan dalam bentuk standar nasional yang pelaksanaannya berprinsif pada elementasi kurikulum terdesentralisasi. Ada empat isi pokok Pendidikan Kewarganegaraan: a. Kemampuan dasar dan kemampuan kewarganegaraan sebagai sasaran pembentukan b. Standar materi kewarganegaraan sebagai muatan kurikulum dan pembelajaran c. Indikator pencapaian sebagai kriteria keberhasilan pencapaian kemampuan d. Rambu-rambu umum pelajaran sebagai rujukan alternatif bagi guru Soemantri (dalam Aziz Wahab, 2007: 14) PPKn merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau dan mampu berbuat baik. Haris (2010: 24) Pendidikkan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi lembaga-lembaga demokrasi, Rule of law, HAM, hak dan kewajiban-kewajiban warga negara serta proses demokrasi. Zamroni (2010: 22) Pendidikkan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokratis yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis.

17 Dari uraian di atas PPKn merupakan pendidikan sosial yang bertujuan untuk membentuk atau membina warga negara yang baik, yaitu warga negara yang tahu, mau dan mampu berbuat baik. E. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 1. Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Trianto (2000: 28 ), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain. Dalam belajar kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru (Slavin,1995: Eggen dan Kauchak). Artzt dan Newman (1990: 448) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam

18 menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. (Trianto, 2009: 56). Arends (1997:111) menyatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut. a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar. b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam. d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu. (Trianto, 2009: 65). Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan kerja sama antara siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan.

19 2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division yang dikembangkan oleh Slavin dan teman-temannya (1995) di Universitas John Hopkin, merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Slavin (Nur dalam Trianto, 2000: 26) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. (Trianto, 2009: 68). 3. Langkah-langkah pembelajaran Student Teams Achievement Divisions Menurut Trianto (2009: 69) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai beikut. a. Perangkat pembelajaran Dalam pembelajaran Student Teams Achievement Divisions, perlu dipersiapkan perangkat pembelajaran antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya. b. Membentuk Kelompok Kooperatif

20 Siswa dibentuk kelompok secara heterogen dan kemampuan antara satu kelompok dengan kelompok lain relatif homogen. Apabila memungkinkan kelompok kooperatif perlu memerhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang sosial. Apabila dalam kelas terdiri-dari satu jenis kelamin, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi belajar. c. Menentukan Skor Awal Skor awal yang dapat digunakan adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal dapat berubah setelah ada kuis. d. Pengaturan Tempat Duduk Mengaturan kelas dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif. e. Kerja Kelompok Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk mengenal individu dalam kelompok. Menurut Ibrahim, dkk. dalam Trianto (2000: 10) terdapat enam langkah utama dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD. Langkah-langkah itu dapat ditunjukan pada tabel berikut. Tabel 2.2 Langkah-langkah Model Kooperatif No Fase Tingkah laku guru 1. Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar aktif. 2. Fase 2 Menyajikan informasi 3. Fase 3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok kooperatif 4. Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien Guru membimbing setiap kelompok pada saat mereka bekerja.

21 5. Fase 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan pada setiap kelompok dan mempersentasikannya.. 6. Fase 6 Memberi penghargaan Sumber: Ibrahim, dkk. dalam Trianto (2000: 10) Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok 4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions STAD a. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu: 1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. 2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah. 3) Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. 4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain. b. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu: Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda. (Ades, 2011:68).

22 F. Hipotesis Tindakan Hipotesi tindakan dalam penelitian ini adalah: jika model pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Sukadadi Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2014/2015