BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI Belajar Pengertian Belajar Menurut Slameto (2010 : 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Jersild (dalam Sagala, 2010 : 12) belajar yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan. Belajar adalah: suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan yang relatif menetap atau bertahan dalam kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik (Winkel, 2004 : 22). Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan atau proses pendidikan yang dilakukan seseorang melalui pengalaman dan latihan yang didapat dari usaha sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang relatif menetap dalam kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. 6

2 7 Menurut Hamalik (2011 : 36) belajar adalah merupakan suatu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Menurut Cronbach (dalam Suprijono, 2012 : 2) belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. (Djamarah, 2010 : 13). Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan untuk memperoleh hasil berupa pengalaman interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik Prinsip Prinsip Belajar berikut: Menurut Suprijono (2010 : 4) prinsip-prinsip belajar adalah sebagai 1. Prinsip-prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri: a. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaiu perubahan yang disadari. b. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. c. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup. d. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.

3 8 e. Permanen atau tetap. f. Bertujuan dan terarah. g. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. 2. Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. 3. Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Sedangkan Sukmadinata (2009 : 165) mengemukakan prinsip prinsip belajar sebagai berikut : 1. Belajar merupakan bagian dari pengalaman. Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang berbeda, tetapi berhubungan erat. 2. Belajar berlangsung seumur hidup. Kegiatan belajar dilakukan sejak lahir sampai menjelang kematian, sedikit demi sedikit dan terus menerus. 3. Keberhasilan belajar dipengaruhi dipengaruhi oleh faktor faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari individu sendiri. 4. Belajar mencakup semua aspek intelektual, tetapi juga aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, moral, religi, seni, ketrampilan dll. 5. Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu.

4 9 Kegiatan belajar tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi bahkan di mana saja bisa terjadi perbuatan belajar. 6. Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru. Proses belajar dapat berjalan dengan bimbingan seorang guru, tetapi juga tetap berjalan meskipun tanpa guru. 7. Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi. Kegiatan belajar yang diarahkan kepada penguasaan, pemecahan atau pencapaian sesuatu hal yang bernilai tinggi yang dilakukan secara sadar dan terencana. 8. Perbuatan belajar bervariasi dari paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks. 9. Dalam belajar dapat terjadi hambatan hambatan. Proses kegiatan belajar tidak selalu lancar, adakalanya terjadi kelambatan atau perhentian. 10. Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau bimbingan dari orang lain. Tidak semua hal dapat dipelajari sendiri. Hal hal tertentu perlu diberikan atau dijelaskan oleh guru. Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip prinsip belajar merupakan perubahan perilaku seseorang sebagai bentuk dari pengalaman yang berlangsung seumur hidup di setiap waktu dengan guru atau tanpa guru.

5 Hasil Belajar Pengertian Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002 : 36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Menurut Bloom (dalam dalam Sudjana, 2009 : 23) hasil belajar dicapai dalam tiga ranah yaitu: 1. Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2. Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima spek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, organisasi, dan internalisasi. 3. Ranah Psikomotorik, yaitu berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Hasil belajar adalah kemampuan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011 : 22). Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan siswa setelah belajar yang mencakup domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada umumnya hasil belajar dinilai melalui tes, baik tes uraian maupun tes obyektif (Sudjana, 2011 : 55). Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Menurut Sudjana (2011 : 65) menyatakan

6 11 hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Hasil belajar tergantung pada proses belajar siswa dan proses mengajar guru. Perubahan perilaku yang diperoleh peserta melalui aktivitas belajar sebagai hasil dari interaksi peserta didik dengan lingkungan pendidikan dengan guru tersebut (Hadis dan Nurhayati, 2010 : 60). Dari uraian tentang hasil belajar di atas semua merujuk terhadap perubahan siswa setelah melakukan proses kegiatan belajar yang menyebabkan perubahan dalam dirinya mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Pengukuran hasil belajar siswa dapat diukur dengan kriteria atau patokan-patokan tertentu. Dalam pengukuran hasil belajar siswa dapat menggunakan teknik tes dan hasil tes berupa nilai. 1) Faktor Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011 : 39) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial, ekonomi, faktor fisik dan faktor psikis. Menurut Syah (2006 : 144) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari dua faktor yaitu faktor yang datangnya dari individu siswa (internal factor), dan faktor yang datang dari luar diri siswa

7 12 (eksternal factor) kondisi lingkungan di sekitar siswa Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1). Faktor internal, meliputi: a) Faktor psikis (jasmani). Kondisi umum jasmani yang menandai dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran. b) Faktor psikologis (kejiwaan). Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil belajar siswa antara lain : (1)Intelegensi, (2) Sikap (3) bakat, (4) minat, dan (5) motivasi. 2). Faktor eksternal meliputi: a) Faktor lingkungan sosial, seperti para guru, sifat para guru, staf adminitrasi dan teman-teman sekelas. b) Faktor lingkungan non-sosial, seperti sarana dan prasarana sekolah/belajar, letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan anak. c) Faktor pendekatan belajar, yaitu cara guru mengajar guru, maupun metode, model dan media pembelajaran yang digunakan. Dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan faktor faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua yaitu internal dan eksternal.

8 13 Faktor internal terdapat dalam diri siswa dan faktor eksternal terdapat di luar diri siswa. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruh hasil belajar yaitu metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan siswa untuk mempelajari materi materi pelajaran. Materi pelajaran akan sampai pada siswa apabila metode pembelajaran yang digunakan itu tepat Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) Metode Pembelajaran Kooperatif Pengertian Menurut Uno (2010 : 2) metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran adalah cara tertentu yang digunakan untuk membelajarkan siswa (Akbar dan Sriwiyana, 2011 : 236). Dari pendapat pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dan fungsinya mencapai tujuan pembelajaran. Belajar kooperatif (Cooperatif Learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaraboratif yang anggotanya terdiri dari dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2012 : 202).

9 14 Menurut Slavin (2010 : 11) belajar kooperatif (Cooperatif Learning) adalah sebagai suatu teknik pembelajaran dimana siswa bekerja dalam suatu kelompok yang heterogen yang beranggotakan 4-6 orang. Belajar kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain (Johnson & Johnson dalam Isjoni, 2012 : 17). Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu teknik pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil secara kolaboratif yang beranggotakan 4-6 orang secara heterogen untuk saling berinteraksi. Menurut Artzt & Newman (dalam Huda 2012 : 32) pembelajaran kooperatif adalah kelompok kecil pembelajar / siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mencapai satu tujuan bersama. Menurut Slavin (2010 : 10) pembelajaran kooperatif adalah metode atau model dimana siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar individu dan kelompok. Anita Lie (dalam Isjoni, 2012 : 16) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas tugas yang terstruktur. Pembelajaran

10 15 kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu kegiatan belajar siswa yang dilakukan secara berkelompok sebagai suatu tim di dalamnya anggotanya saling menyumbangkan pikiran untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok yang terstruktur untuk mencapai tujuan bersama Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2012 : 208) unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama. b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri. c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. f. Siswa terbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

11 16 g. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Menurut Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2002 : 30) lima unsur pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan adalah : a. Saling ketergantungan positif. b. Tanggung jawab perseorangan. c. Tatap muka. d. Komunikasi antar anggota. e. Evaluasi proses kelompok. Dari pendapat pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa unsur unsur dari pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar secara berkelompok untuk memahami materi bersama sama dimana setiap anggotanya mempunyai tanggung jawab terhadap materi kemudian di akhirnya dilakukan evaluasi kelompok Karakteristik atau Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif Menurut Isjoni (2012 : 20) beberapa karakteristik atau ciri dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: a. Setiap anggota memiliki peran. b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa. c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman - teman sekelompoknya. d. Guru membantu mengembangkan ketrampilan ketrampilan interpersonal kelompok.

12 17 e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Menurut Rusman (2012 : 207) karakteristik pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pembelajaran secara tim. b. Didasarkan pada manajemen kooperatif c. Kemauan untuk bekerja sama d. Ketrampilan bekerja sama Dari pendapat pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakterikstik pembelajaran kooperatif yaitu adanya pembelajaran secara tim dimana terjadi interaksi antar siswa untuk mengembangkan ketrampilan bekerja sama Tujuan Pembelajaran Kooperatif Menurut Isjoni (2012 : 21) tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam

13 18 organisasi yang saling bergantungan satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam (Rusman, 2012 : 210). Dari pendapat pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan siswa dapat belajar secara berkelompok, kerja sama dengan cara menghargai pendapat dan memberikan orang lain untuk menyampaikan pendapatnya Langkah - Langkah Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2012 : 211) sintaks pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase yaitu sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. 2. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. 3. Guru menjelaskan kepada siswa caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. 4. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. 5. Guru mengevaluasi hasil belajar tenang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. 6. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

14 Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) Pengertian STAD Student Team Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin dari Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif (Abdurrahman & Bintoro dalam Nurhadi (2003 : 63). Menurut Slavin (2010 : 11) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang dengan struktur heterogen, heterogen dari prestasi, jenis kelamin atau etnis. Materi dirancang untuk belajar kelompok, siswa bekerja menyelesaikan lembar kegiatan secara bersama-sama berdiskusi dan saling membantu dalam kelompoknya. Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu tipe belajar kelompok kecil yang menekankan pada aktivitas dan interaksi dimana siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Tipe belajar yang dikembangkan oleh Slavin ini melibatkan kompetisi antarkelompok. Siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis. Pertama tama siswa mempelajari materi bersama dengan teman teman satu kelompoknya, kemudian diuji secara individual melalui kuis kuis. (Huda, 2012 : 116).

15 20 Dari berbagai pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan pembelajaran kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang dengan struktur heterogen, mempelajari materi bersama dengan teman teman satu kelompoknya, kemudian diuji secara individual melalui kuis kuis Langkah Langkah STAD Menurut Slavin (2010 : 143) pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai lima tahapan, yaitu (a) tahap penyajian materi, (b) tahap kegiatan kelompok, (c) tahap individu, (d) tahap skor perkembangan individu, (e) tahap penghargaan kelompok. Secara rinci tahap tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah : a. Tahap penyajian materi Pada tahap ini guru memulainya dengan menyampaikan materi yang akan dipelajari dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang kandungan materi tersebut.. b. Tahap kegiatan kelompok Dalam kerja kelompok ini siswa saling berbagi tugas, saling membantu dalam menyelesaikan tugas. Salah satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini sebagai guru sebagai fasilitator dan motivator. c. Tahap tes individu

16 21 Pada tahap ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan telah dicapai, diadakan tes secara individual atau kuis yang mengenai materi yang telah dipelajari dengan menggunakan pertanyaan atau lembar kerja. Tujuanya agar siswa dapat menunjukkan pemahaman dari apa yang telah dipelajari sebelumnya. Skor yang diperoleh siswa per individu didata dan diarsipkan sebagai bahan perhitungan skor akhir kelompok. d. Tahap skor perkembangan individu Tahap skor perkembangan skor individu dihitung dari awal. Penghitungan skor perkembangan individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi sesuai dengan kemampuannya. Adapun penskoran perkembangan individu yang dikemukakan Slavin (2010 : 159) sebagai berikut: Pedoman skor perkembangan individu Skor Poin Kemajuan > 10 poin di bawah skor awal 5 poin 10 1 poin di bawah skor awal 10 poin 0 10 poin di atas skor awal 20 poin > 10 poin di atas skor awal 30 poin Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor masing masing perkembangan skor invidu dan hasilnya dibagi sesuai anggota jumlah kelompok. e. Tahap penghargaan kelompok

17 22 Penskoran kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing masing skor perkembangan individu yang kemudian dirata rata. Selanjutnya memberikan perhargaan kelompok jika skor rata rata mereka mencapai kriteria tertentu. Menurut Slavin (2010 : 160) dikategorikan sebagai kelompok baik, kelompok sangat baik dan kelompok super dengan kriteria sebagai berikut : (a) kelompok dengan skor rata rata 15 sebagai tim baik, (b) kelompok dengan skor 16 sebagai tim sangat baik, (c) kelompok dengan skor rata rata 17 sebagai tim super. Dalam mempersiapkan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif, guru harus mempersiapkan materi yang sudah dirancang untuk keperluan kerja kelompok. Menurut Slavin (2010 : 144) yaitu berdasarkan prestasi akademik. Selanjutya keragaman kemampuan dalam kelompok ditentukan dengan rincian siswa dikelompokkan menjadi 4-5 kelompok besar dengan kriteria sebagai berikut, satu kelompok siswa terdiri dari satu atau dua orang siswa kemampuan akademik kemampuan tinggi, dua siswa dengan kelompok akademik sedang, satu orang siswa dengan kemampuan akademik rendah.

18 23 Menurut Rusman (2012 : 215) langkah langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut : Langkah Langkah a. Penyampaian tujuan dan motivasi Perilaku Guru dan Siswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. b. Pembagian kelompok Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas ke dalam prestasi akademik, jenis kelamin, ras atau etnik. c. Presentasi dari guru Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut diakhiri. d. Kegiatan belajar dalam tim Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing masing memberikan kontribusi. e. Kuis (evaluasi) Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian hasil kerja masing masing kelompok. Siswa mengerjakan kuis secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. f. Penghargaan Prestasi Tim 1. Menghitung skor individu Guru memeriksa hasil kerja siswa dan selanjutnya

19 24 2. Menghitung skor kelompok 3. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok. pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu guru menyampaikan materi pelajaran kemudian siswa dibagi dalam beberapa kelompok secara heterogen. Setiap anggota dalam satu kelompok harus memahami materi setelah itu guru mengadakan kuis individu untuk mengukur keberhasilan belajar dalam kelompok dan yang terakhir memberikan penghargaan bagi kelompok yang mendapatkan skor paling banyak Tujuan STAD Menurut Slavin (2010 : 12) tujuan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Tipe STAD juga bertujuan untuk meningkatkan prestasi siswa Keunggulan dan Kelemahan STAD Menurut Slavin (2010 : 129) kelebihan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah meningkatkan perasaan pada siswa bahwa hasil yang mereka keluarkan tergantung pada kinerjanya dan bukan pada keberuntungannya. Menurut Soewarso (1998 : 22 ) kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan dibantu oleh anggota kelompoknya, hadiah atau penghargaan yang diberikan memberikan dorongan yang tinggi bagi

20 25 siswa untuk pencapaian hasil belajar yang lebih tinggi, pembelajaran kooperatif dapat menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain dan mencatat hal hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama sama, pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar yang lebih tinggi, menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya, siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan, pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa bekerja sama dalam sebuah tim. Menurut Slavin (2010 : 82) pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai kelemahan apabila anggota yang tidak memahami materi, teman sekelompoknya akan gagal dan kelompoknya juga akan gagal. Slavin (2010 : 274) kelemahan yang terjadi saat STAD adalah tidak bisa berteman, siswa tidak hadir karena saling bergantung antara satu sama lain untuk belajar bersama dan untuk memberi kontribusi poin Metode Kerja Kelompok Pengertian Menurut Rahardja (2002 : 96) metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas beberapa berkelompok siswa untuk bekerja sama antara anggota kelompok mengerjakan tugas secara bersama sama dalam mencapai tujuan belajar. Menurut Sagala (2010 : 215) metode kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok, mengandung pengertian bahwa siswa

21 26 dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kesatuan (kelompok) tersendiri, ataupun dibagi atas kelompok kelompok atau sub sub kelompok untuk mencapai satu tujuan pelajaran. Kerja kelompok adalah kerja sama yang dilakukan oleh kumpulan peserta didik yang jumlahnya terbatas, sekitar orang untuk melaksanakan tugas tertentu dalam kegiatan pembelajaran. (Sudjana, 2010 : 138). Dari berbagai pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa metode kerja kelompok adalah cara menyajikan bahan pelajaran secara berkelompok dan kerja sama untuk melaksanakan tugas dalam kegiatan pembelajaran Keunggulan dan Kelemahan Metode Kerja Kelompok Menurut Sagala (2010 : 216) ada beberapa keunggulan dari metode kerja kelompok antara lain yaitu: 1. Membiasakan siswa bekerja sama menurut paham demokrasi, memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan sikap musyawarah dan bertanggung jawab. 2. Kesadaran akan adanya kelompok menimbulkan rasa kompetitif yang sehat, sehingga membangkitkan kemauan belajar dengan sungguh sungguh. 3. Guru tidak mengawasi masing masing murid secara individual, cukup hanya dengan memperlihatkan kelompok saja atau ketua ketua kelompoknya.

22 27 4. Melatih ketua kelompok menjadi pemimpin yang bertanggung jawab dan membiasakan anggota anggotanya untuk melaksanakan tugas kewajiban sebagai warga yang patuh pada aturan. Selain keunggulan yang dipaparkan di atas metode kerja kelompok terdapat juga kelemahan antara lain yaitu: 1. Segi penyusunan kelompok a. Sulit untuk membuat kelompok yang homogen, baik intelegensi, bakat dan minat. b. Murid murid yang oleh guru telah dianggap homogen, sering tidak merasa cocok dengan anggota kelompoknya itu. c. Pengetahuan guru tentang pengelompokkan itu kadang kadang masih belum mencukupi. 2. Segi kerja a. Pemimpin kelompok kadang kadang sukar untuk memberikan pengertian kepada anggota, sulit untuk menjelaskan dan membagikan kerja. b. Anggota kadang kadang tidak mematuhi tugas tugas yang diberikan oleh pemimpin kelompok. c. Belajar bersama kadang kadang tidak terkendali sehingga menyimpang dari rencana yang berlarut larut.

23 28 Menurut Sudjana (2010 : 140) mengemukakan keunggulan dan kelemahan metode kerja kelompok adalah : a. Dapat menumbuhkan kegairahan belajar bagi para peserta didik. b. Meningkatkan motivasi belajar, kerjasama, saling belajar, keakraban, saling menghargai, dan partisipasi pada peserta didik. c. Lebih memberi peluang untuk menyampaikan gagasan, pendapat, dan pengalaman karena jumlah peserta didik lebih terbatas. d. Kegiatan belajar akan lebih mantap. Selain keunggulan di atas metode kerja kelompok mempunyai kelemahan yaitu: a. Persiapan membutuhkan lebih banyak pikiran, tenaga, alat dan waktu. b. Memerlukan pendidik yang mampu mengelola kegiatan kerja kelompok. c. Membutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai. d. Sering didominasi oleh pimpinan kelompok.

24 Langkah Langkah Metode Kerja Kelompok Menurut Rahardja (2002 : 98) langkah langkah metode kerja kelompok yaitu: 1. Persiapan a. Memilih bahan pelajaran / tugas yang sesuai dengan tingkat kemampuan/ minat siswa. b. Pembentukan kelompok sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dengan memperhatikan jenis jenis pengelompokan. c. Pembagian tugas kepada semua kelompok. 2. Pelaksanaan a. Setelah semua memahami tugas yang harus dikerjakan maka siswa siswa melaksanakan tugas tersebut. b. Bila tugas sudah selesai maka setiap kelompok membuat laporan hasil kerja kelompok tersebut. c. Menyampaikan laporan hasil kerja kepada guru pada kelas baik secara lisan maupun tertulis. 3. Penutup Guru mengadakan evaluasi terhadap proses pelaksanaan dan hasil akhir laporan kerja tersebut. Menurut Roestiyah (1998 : 19) ada 6 langkah langkah metode kerja kelompok yaitu : 1. Menjelaskan tugas kepada siswa. 2. Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok

25 30 3. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok. 4. Setiap kelompok menunjuk pencatat yang akan membuat laporan tentang hasil kerja kelompok. 5. Guru berkeliling selama kerja kelompok berlangsung, bila perlu memberi saran/ pertanyaan. 6. Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok. Menurut Moedjiono (1991 : 66) langkah - langkah metode kerja kelompok yaitu : 1. Pemilihan topik atau tugas kerja kelompok. Pemilihan topik merupakan langkah awal pemakaian metode kerja kelompok dapat dilaksanakan oleh guru dengan jalan : a. Memilih dan menetapkan sendiri. b. Memilih dan menetapkan bersama dengan siswa. 2. Pembentukan kelompok sesuai tujuan. Tahap ini merupakan kewajiban guru untuk membagi kelas menjadi kelompok sesuai tujuan yang ingin dicapai melalui kerja kelompok. 3. Pembentukan topik atau tugas yang harus dikerjakan oleh kelompok. Tahap ini meminta kepada guru untuk memberitahukan topik atau tugas untuk tiap tiap kelompok dimana topik atau tugas yang diberitahukan harus jelas bagi kelompok agar kerja kelompok berjalan lancar.

26 31 4. Proses kerja kelompok. Pada tahap ini setiap kelompok melaksanakan : a. Penjajagan terhadap tugas atau topik yang diberikan oleh guru. b. Pemahaman terhadap tugas atau topik kelompok. c. Penyelesaian tugas 5. Pelaporan hasil kerja kelompok. Setelah siswa menyelesaikan tugas, maka mereka berkewajiban melaporkan hasil kerja mereka. 6. Penilaian pemakaian kerja kelompok. Guru perlu melakukan penilaian untuk menentukan keberhasilan metode kerja kelompok. Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa langkah langkah metode kerja kelompok yaitu guru menjelaskan tugas kepada siswa kemudian membagi kelas dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok mengerjakan tugas masing masing dan setelah selesai siswa menyampaikan hasil kerja kelompok kepada guru. Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok Pendidikan Kewarganegaraan Pengertian dan Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan Pendidikan kewarganegaraan adalah bidang studi yang bersifat interdisipliner ilmu-ilmu sosial yang secara struktural bertumpu pada disiplin ilmu politik, khususnya konsep demokrasi politik untuk aspek

27 32 hak dan kewajiban (Aziz dkk, 2011: 316). Menurut Sofhian (2011 : 6) pendidikan kewarganegaraan didefinisikan sebagai proses pendewasaan bagi warga negara dengan usaha sadar dan terencana melalui pengajaran dan pelatihan sehingga terjadi perubahan pada warga negara tersebut dalam hal pengetahuan, sikap dan perilaku yang bersifat kritis dan emansipatoris. Tim ICCE UIN Jakarta (dalam Sofhian 2011 : 8) pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang memuat bahasan tentang masalah kebangsaan, kewarganegaraan dalam hubungannya dengan negara, demokrasi, ham, dan masyarakat madani yang dalam implementasinya menerapkan pendidikan demokratis dan humanis. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah bidang studi yang memuat bahasan tentang masalah kebangsaan, kewarganegaraan dalam hubungannya dengan negara, demokrasi, ham, dan masyarakat madani yang dalam implementasinya menerapkan pendidikan demokratis dan humanis. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan menurut Mansoer (dalam Erwin, 2010 : 2) Pendidikan Kewarganegaraan itu merupakan hasil dari sintesis antara civic education, democracy education, serta citizenship yang berdasarkan pada Filsafat Pancasila serta mengandung identitas nasional Indonesia serta materi muatan tentang bela negara. Dengan hakikat Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia yang berbasis Pancasila tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa Pendidikan

28 33 Kewarganegaraan di Indonesia merupakan pendidikan kebangsaan dan kewarganegaraan yang berhadapan dengan keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Demokrasi, HAM dan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat madani Indonesia dengan menggunakan Filsafat Pancasila sebagai pisau analisisnya Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Sofhian (2011 : 10) ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan meliputi nasionalisme, (bangsa dan identitas nasional), pancasila, warga negara, kewarganegaraan, konstitusi, good governance, pemerintah dan pemerintahan, hubungan sipil militer, hubungan agama dan negara, masyarakat madani, demokrasi, dan hak asasi manusia Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Fajar (2009 : 143) tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi kompetensi sebagai berikut : 1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. 2. Berpatisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

29 34 3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa bangsa lainnya. 4. Berinteraksi dengan bangsa bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 22 tentang Standar Isi (dalam Murdiono, 2012 : 48) tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. 2. Berpatisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dan bernegara anti korupsi. 3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa bangsa lainnya. 4. Berinteraksi dengan bangsa bangsa lainnya dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

30 Materi Pendidikan Kewarganegaraan Kelas 8 Semester Genap Standar Kompetensi 44.Memahami pelaksanaan demokrasi Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok 4.1Menjelaskan hakikat demokrasi. 4.2Menjelaskan pentingnya kehidupan demokrasi dalam bermasyarakat. 4.3Menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi dalam berbagai kehidupan 1.Pengertian Demokrasi. 2.Menguraikan sejarah perkembangan demokrasi. 3.Mengidentifikasi Prinsip-prinsip pemerintahan demokrasi. 4.Menyebutkan macam macam demokrasi. 5.Menjelaskan demokrasi pancasila. 6.Menyebutkan pelaksanaan demokrasi Indonesia. 1.Menjelaskan pentingnya kehidupan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. 2.Menunjukkan kebaikan budaya demokrasi, dibanding dengan sistem pemerintahan non demokrasi. 3.Memberikan contoh masyarakat yang demokratis. 1.Memberikan sikap dan contoh terhadap perilaku demokrasi dalam kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat. Pengertian demokrasi. Unsur unsur demokrasi. Sejarah perkembangan demokrasi. Macam macam demokrasi. Pengertian demokrasi pancasila. Landasan pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Pentingnya kehidupan demokrasi Kebaikan budaya demokrasi, dibanding dengan sistem pemerintahan non demokrasi Contoh masyarakat yang demokratis. Pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan.

31 Memahami kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan Indonesia. 5.1 Menjelaskan makna kedaulatan rakyat. 1.Merumuskan pengertian kedaulatan. 2.Menjelaskan pengertian kedaulatan rakyat. Pengertian kedaulatan Pengertian kedaulatan rakyat 3.Menjelaskan pengertian kedaulatan kedalam dan keluar. Pengertian kedaulatan dan keluar dalam 4.Menjelaskan macam-macam teori kedaulatan. 5.Menjelaskan kedaulatan yang dianut oleh bangsa Indonesia dan landasan hukumnya. Macam-macam teori kedaulatan Kedaulatan yang dianut oleh bangsa Indonesia landasan hukumnya. dan 5.2Mendeskripsikan sistem pemerintahan Indonesia dan peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat. 1.Menjelaskan pengertian pemerintahan. 2.Menjelaskan pemerintahan presidentil. 3.Menjelaskan pemerintahan sistem sistem sistem Pengertian sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan presidentil. Sistem pemerintahan parlementer. parlementer. 4.Menjelaskan sistem Sistem

32 37 5.3Menunjukkan sikap positif terhadap kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan Indonesia. pemerintahan RI menurut UUD Menjelaskan pembagian kekuasaan menurut Montesque. 6.Menjelaskan tugas lembaga-lembaga pelaksana kedaulatan rakyat. 1.Memberikan contoh sikap positif pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam lingkungan masyarakat dan sekolah. pemerintahan RI menurut UUD Pembagian kekuasaan menurut Montesque. Tugas lembagalembaga pelaksana kedaulatan rakyat. Contoh sikap positif dalam pelaksanaan. kedaulatan rakyat dalam masyarakat sekolah lngkungan dan Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dengan standar kompetensi memahami kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan Indonesia dan kompetensi dasar mendeskripsikan sistem pemerintahan Indonesia.

33 PENELITIAN YANG RELEVAN Penelitian yang dilakukan oleh Nita Wahyuni (2012 : 86 ) dengan judul Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Metode Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Metode Ekspositori Terhadap Hasil Belajar PKn Kelas X Di SMA N 3 Salatiga. Hasil penelitian menyebutkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif Model STAD dengan metode Ekspositori terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SMAN 3 Salatiga. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn pada kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model STAD lebih baik dari pada kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan metode Ekspositori. Penelitian yang dilakukan oleh A.A Wicaksono (2012 : 54) dengan judul Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPS Kelas V SDN Kandangan 03 Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa terdapat pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode konvensional pada mata pelajaran IPS di SDN Kanangan 03. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada kelompok siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD lenih baik daripada kelompok siswa yang belajar menggunakan metode konvensional.

34 39 Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Nadzifah (2012 : vi) dengan judul Pengaruh Metode Kerja Kelompok Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas IV Minu Waru II Sidoarjo. Penelitian tersebut menunjukan adanya pengaruh metode kerja kelompok terhadap siswa pada mata pelajaran fiqih. Hasil korelasi product moment nilai rxy= 0,808 berkisar antara 0, 700 0, 900 tergolong kuat atau tinggi kemudian tabel r product moment dengan taraf 5% = 0, 381 dan taraf 1% = 0,487 maka dapat diketahui terdapat pengaruh antara pengaruh metode kerja kelompok terhadap hasil belajar. 2.3 KERANGKA BERPIKIR Secara sistematis kerangka berfikir digambarkan sebagai berikut: Tipe STAD Proses Pembelajaran Metode yang berpusat pada siswa merupakan pembelajaran secara berkelompok. Di dalam proses pembelajaran terdapat skor perkembangan individu dan penghargaan. Perbedaan Hasil belajar Kerja Kelompok Metode hampir sama dengan tipe STAD berpusat pada siswa dan pembelajaran secara kelompok. Namun yang membedakan yaitu tidak terdapat skor perkembangan individu dan penghargaan.

35 40 Proses pembelajaran adalah suatu bentuk interaksi belajar mengajar dalam suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, artinya interaksi yang telah direncanakan untuk suatu tujuan tertentu sebagai pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran. Proses pembelajaran yang akan dilakukan dalam penelitian ini dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode kerja kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran yang membelajarkan siswa melalui kuis kuis individual setelah mempelajari materi bersama secara berkelompok yang anggotanya secara heterogen. Akhir dari pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan adanya skor penghargaan untuk kelompok. Kegiatan dalam pembelajaran ini dimulai dengan penyampaian meteri atau informasi secara singkat oleh guru dengan menggunakan ceramah. Setelah guru selesai menyampaikan materi kemudian siswa di masukan dalam kelompok yang telah terbentuk untuk melakukan diskusi dan mempelajari materi yang baru saja disampaikan oleh guru. Seluruh proses pembelajaran ini terpusat pada siswa. Proses pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan materi yang didapatkan dari guru. Pembelajaran kooperatif tipe STAD mengkondisikan siswa untuk menjalin kerja sama untuk mencapai satu penghargaan. Adanya penghargaan tersebut bertujuan motivasi siswa untuk lebih aktif belajar.

36 41 Pembelajaran yang kedua yang dipergunakan adalah metode kerja kelompok. Metode kerja kelompok hampir sama dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Metode kerja kelompok merupakan cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas beberapa berkelompok siswa untuk bekerja sama antara anggota kelompok mengerjakan tugas secara bersama sama dalam mencapai tujuan belajar. Di dalam metode kerja kelompok tidak terdapat adanya skor penghargaan untuk tim dan tidak terdapat tanggung jawab individu terhadap materi yang diajarkan sehingga terdapat perbedaan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran menggunakan tipe STAD dan kerja kelompok diterapkan pada mata pelajaran PKn kemudian akan dilihat pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Apabila ditinjau secara teoritis maka hasil belajar siswa setelah menggunakan STAD dan kerja kelompok berbeda. Hasil belajar setelah menggunakan STAD diharapkan yang lebih baik karena di dalam kelompok itu setiap anggota bertanggung jawab untuk menguasai materi yang diajarkan. 2.4 HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis pada penelitian ini yaitu ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran kooperatfif tipe STAD dan metode kerja kelompok terhadap hasil belajar PKn pada siswa kelas 8 SMP Stella Matutina Salatiga Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 1. Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam (http://gurulia.wordpress.com). memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam (http://gurulia.wordpress.com). memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Cooperative Learning Learning (Pembelajaran) adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Belajar Proses belajar mengajar merupakan aktivitas antara guru dengan siswa di dalam kelas. Dalam proses itu terdapat proses pembelajaran yang berlangsung akibat penyatuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu. Mudah memusatkan perhatian pada suatu tema atau topik tertentu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu. Mudah memusatkan perhatian pada suatu tema atau topik tertentu BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik Terpadu 1. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu Pembelajaran tematik berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai SMP. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui II. KAJIAN TEORI 2.1 Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10) yaitu sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas dalam hal ini berarti siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan dengan rasa senang dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni ( 2004:4 ) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, karena dengan belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Kegiatan pembelajaran meliputi belajar dan mengajar yang keduanya saling berhubungan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001: II. KAJIAN PUSTAKAN 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan menjadi lebih baik. Pada proses belajar siswa melakukan perubahan ke arah kebaikan berdasarkan segala pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari pemikiran bahwa seseorang akan belajar dengan baik apabila mereka

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA Oleh: Erny Untari ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Model Pembalajaran Kooperatif Tipe STAD 2.1.1.1. Model Pembalajaran Kooperatif Mohamad Nur (2011:1) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Hasil Belajar Pengertian belajar menurut Soejadi (1985: 34) bahwa belajar mengacu pada perubahan perilaku atau potensi individu sebagai hasil dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan hasil belajar yang dilakukanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tanggung Jawab a. Pengertian Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN Pembahasan dalam bab I ini akan mengkaji tentang latar belakang masalah, fokus masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah. Penjelasan dari keenam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya agar cerdas,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya agar cerdas, BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Anitah, W, dkk. (2.3-2.4) menyatakan bahwa menurut definisi lama belajar adalah menambah dan mengumpulkan pengetahuan. Hal utama dalam definisi ini adalah penguasaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam karena hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Pengertian matematika menurut Glover (2006) yaitu Matematika merupakan suatu pelajaran mengenai angka-angka, pola-pola, dan bangun.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kontekstual dengan sistem pengajaran pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup pasti membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Karena pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Eggen dan Kauchak (dalam Artanti,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SDN JEJANGKIT MUARA 2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SDN JEJANGKIT MUARA 2 18 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SDN JEJANGKIT MUARA 2 Rahidatul Laila Agustina Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

BAB II KAJIAN TEORI. belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang menggunakan paham kontruktivisme pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Pendidikan atau pengajaran di sekolah dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa harus merupakan akibat dari proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi proses peningkatan kemampuan dan daya saing suatu bangsa. Menjadi bangsa yang maju tentu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Hasil belajar matematika Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya. Sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (dalam Ruminiati, 2007), bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (dalam Ruminiati, 2007), bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Pembelajaran yang telah dirancang dengan baik tentunya diharapkan akan menghasilkan sesuatu yang baik juga, hal ini sejalan dengan pendapat Corey (dalam Ruminiati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pada hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan kepribadian manusia. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan bangsa Indonesia yang lahir pasca kemerdekaan yakni tanggal 17 Agustus 1945 yang silam, Indonesia dituntut untuk menciptakan warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bertukar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik. Selain itu juga, model pembelajaran kooperatif efektif untuk mengembangkan keterampilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa, termasuk kemampuan bernalar, kreativitas, kebiasaan bekerja keras,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. lain-lain. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hamalik (2014:30)

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. lain-lain. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hamalik (2014:30) 11 BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Proses belajar selalu terjadi pada setiap individu. Proses belajar ini ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang penting diajarkan sejak dini. Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sagala (2010:37), belajar adalah suatu proses perubahan perilaku dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sagala (2010:37), belajar adalah suatu proses perubahan perilaku dan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Sagala (2010:37), belajar adalah suatu proses perubahan perilaku dan pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Belajar akan membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi kemajuan zaman, seperti era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perumusan dan tafsiran tentang belajar berbeda satu sama lain. Berikut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perumusan dan tafsiran tentang belajar berbeda satu sama lain. Berikut BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Proses Belajar Oemar Hamalik (2003: 27-28) mengemukakan bahwa sering kali perumusan dan tafsiran tentang belajar berbeda satu sama lain. Berikut pengertian belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika Menurut Dimyati (dalam Heruman 2007:186) Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan moral bukanlah sebuah gagasan baru. Sebetulnya, pendidikan moral sama tuanya dengan pendidikan itu sendiri. Sejarah di negara-negara di seluruh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STAD Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman sendiri. Dengan belajar seseorang akan mengalami

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Matematika Menurut isjoni (2010:11), pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS 5 SD NEGERI TUNTANG 02 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar 2.1.1.1. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA Leo Sutrisno (2008), mendefinisikan hasil belajar sebagai gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia. Bagi seorang. pelajar, belajar merupakan sebuah kewajiban.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia. Bagi seorang. pelajar, belajar merupakan sebuah kewajiban. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Belajar terjadi seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia. Bagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Roger dkk 1992 dalam Huda (2012:29) menyatakan pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai metode untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik. Purwanto (2009:10)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran dapat di artikan sebagai pedoman atau acuan dalam menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia

Lebih terperinci