II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PRODUKSI DAN PEMASARAN GAMBIR DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA PROVINSI SUMATERA BARAT RONI AFRIZAL

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

IV. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. Gambir merupakan komoditas perkebunan rakyat yang terutama ditujukan

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah pepaya Pepaya (Carica papaya L.) berasal dari daerah tropis Amerika Tengah dan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

ANALISIS FINANSIAL PERKEBUNAN GAMBIR RAKYAT DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT. Vera Anastasia

I. PENDAHULUAN. membangun, dimana 80% penduduknya bermatapencaharian pokok di sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung khususnya di PTPN VII UU

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 79

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaan Usahatani Pembedengan Bibit

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

IV. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Daerah asal buah naga adalah Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika

ANALISA PERBANDINGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PETANI DENGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PEDAGANG DALAM PEMASARAN KAKAO DI KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Varietas Bawang Merah

BAB IV METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Kayu Manis

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan tanaman daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

IV. METODE PENELITIAN


II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian...

IV. METODE PENELITIAN

BAB 7. SIMPULAN DAN SARAN. diperlukan langkah-langkah strategis yaitu mendesain (menyusun) metode. sampai pada beberapa poin simpulan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Umum Nanas

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

PEMASARAN KOMODITI SAWI DI KELURAHAN TANAH ENAM RATUS KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI JALAR DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH. (Analysis of the Marketing Efficiency of Sweet Potato In Central Lampung Regency)

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province)

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman karet berasal dari bahasa latin, yaitu Havea brasiliensis, dari negara

3.3.Metode Penarikan Sampel Model dan Metode Analisis Data Konsepsi Pengukuran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

Pengembangan pohon buah-buahan dalaln kerangka pembangunan pedesaan. bagi masyarakat sekitar hutan mempunyai arti penting, terutama dalam ha1

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

III. KERANGKA PEMIKIRAN

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan.

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Usahatani Komoditas Gambir Penelitian usahatani gambir yang dilakukan oleh Yuhono (2004), Ermiati (2004) dan Tinambunan (2007), masing-masing memiliki metode, lokasi dan waktu, serta tujuan penelitian yang berbeda, tapi menyimpulkan hal yang sama tentang usahatani gambir. Bahwa masalah utama dalam pengelolaan usahatani gambir adalah produksi, produktivitas serta mutu yang rendah. Teknologi budidaya dan pengolahan yang dilakukan petani masih bersifat tradisional sehingga mutu rendemen dan pendapatan petani rendah. Yuhono (2004), meneliti pendapatan usahatani gambir di Desa Manggilang Kecamatan Pangkalan Kotobaru, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, sebagai daerah sampel yang dipilih secara sengaja karena merupakan desa sentra produksi gambir. Keragaan usahatani dianalisis secara deskriptif, pendapatan usahatani dianalisis melalui analisis pendapatan. Penelitian komoditas gambir yang dilakukan oleh Ermiati (2004), juga mengambil satu desa sebagai sampel yaitu Desa Solok Bio-bio di Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitiannya tentang budidaya, pengolahan hasil dan kelayakan usahatani gambir. Beberapa hal yang dapat disimpulkan berdasarkan hasil penelitian keduanya adalah: (1) adopsi teknologi yang dilakukan petani masih rendah, (2) usahatani yang dilakukan petani tergolong tidak intensif, (3) kegiatan pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit belum pernah dilakukan, (4) pemeliharaan hanya berupa penyiangan, (5) keterampilan usahatani umumnya diperoleh secara turun-temurun, (6) latar belakang pendidikan petani umumnya rendah, sehingga

13 kemampuan managerial dan kewiraswastaan juga rendah, (7) pembaharuan dan alih teknologi sulit dilakukan, dan (8) biaya usahatani yang terbesar adalah biaya panen dan pengolahan hasil. Tinambunan (2007), yang melakukan penelitian tentang analisis pendapatan usahatani di Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara, mengungkapkan hal yang relatif sama dengan yang disimpulkan oleh Yuhono dan Ermiati. Bahwa walaupun gambir termasuk salah satu komoditas unggulan Kabupaten Pakpak Bharat, tetapi prospek yang baik terhadap permintaan gambir di dalam maupun di luar negeri belum disertai dengan peningkatan produktivitas dan pendapatan petani. Hal ini disebabkan antara lain karena terbatasnya informasi pasar, masalah pengolahan dan modal untuk pengembangan usahatani gambir, disamping teknik budidaya yang diterapkan belum sesuai dengan teknologi anjuran. Penelitiannya mengambil tiga kecamatan sebagai daerah studi yang ditetapkan secara sengaja yaitu Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kerajaan dan Tinada. Hal yang berdeda dalam usahatani di Kabupaten Pakpak Bharat adalah, produk yang dijual oleh petani di daerah ini selain dalam bentuk gambir kering, juga dalam bentuk daun dan ranting muda (tanpa pengolahan) dan getah basah (bubur gambir yang belum dicetak dan dikeringkan). Hasil analisis pendapatan dari ketiga bentuk output yang dijual petani, bentuk produk gambir kering lebih menguntungkan meskipun ada tambahan biaya dan waktu pengolahan. Kesimpulan mengenai kinerja usahatani gambir perkebunan rakyat, secara umum belum diusahakan secara intensif tetapi tetap menguntungkan serta layak untuk dikembangkan. Nilai Investasi Sekarang (Net Present Value/NPV) dari usahatani gambir Rp 9 763 523, Internal Rate of Return (IRR) 57 persen dengan

14 discount factor 15 persen. Titik impas investasi (Break Even Point/BEP) 3.27 tahun dengan nilai investasi Rp 3 282 500 per hektar serta nilai R/C (Revenue/Cost Ratio) 1.61 (Ermiati, 2004). Yuhono (2004), yang juga melakukan penelitian usahatani gambir memperoleh R/C rasio 1.69 terhadap biaya total dan 2.11 terhadap biaya tunai, serta margin harga yang diterima petani sebesar 67 persen. Sedangkan menurut Tinambunan (2007), usahatani gambir juga layak untuk diusahakan, dengan perolehan pendapatan bersih petani Rp 11 476 200 jika panen dalam bentuk daun dan ranting muda, Rp 14 073 200 untuk output getah basah, serta Rp 15 129 200 untuk menjual dalam bentuk gambir kering. 2.2. Penelitian Efisiensi Produksi pada Berbagai Usahatani Komoditas Pertanian Harsoyo (1999), meneliti tentang kinerja produksi dan mengukur perbedaan efisiensi kinerja produksi salak pondoh antarpetani berdasarkan perbedaan skala pengusahaan dan letak geografis di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan di empat desa di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman. Pendekatan analisis adalah model biaya dan keuntungan translog. Ia juga melakukan pembandingan antarskala pengusahaan dan antardesa untuk memperoleh efisiensi ekonomi relatif. Hasil analisis fungsi biaya translog menghasilkan kesimpulan yang konsisten dengan hasil analisis fungsi keuntungan translog, bahwa kondisi usaha dan produksi salak pondoh adalah increasing return to scale, artinya persentase tambahan produk lebih besar daripada persentase tambahan faktorfaktor produksi. Pengusahaan dalam skala lebih dari seribu rumpun lebih efisien dan produksi di Desa Girikerto dan Wonokerto lebih efisien dibandingkan dua desa lainnya.

15 Slameto (2003), meneliti efisiensi produksi usahatani kakao untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kakao di Provinsi Lampung. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja yang mencakup tiga kabupaten sebagai daerah sampel. Analisis menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Produksi kakao rakyat sangat dipengaruhi oleh input tenaga kerja, pupuk kandang, pestisida, luas lahan, jumlah dan umur tanaman kakao, serta penggunaan klon unggul, seluruhnya memberikan pengaruh positif terhadap produksi. Penggunaan input produksi dapat meningkatkan produksi kakao rakyat dengan proporsi yang sama yang ditunjukkan oleh ekonomi skala usaha yang cenderung pada kondisi constant return to scale. Pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas relatif sering dipakai dalam penelitian efisiensi produksi pada berbagai usahatani komoditas pertanian. Berikut hasil ulasan singkat beberapa penelitian menyangkut efisiensi produksi usahatani berbagai komoditas pertanian, yaitu: (1) enam penelitian menyangkut efisiensi produksi pada komoditas tanaman perkebunan tahunan, yaitu: salak pondoh (Harsoyo, 1999), kakao (Slameto, 2003; Sahara et al. 2006), sawit (Hasiholan, 2005), lada (Sahara et al. 2004; Sahara dan Sahardi, 2005), (2) lima penelitian menyangkut efisiensi produksi pada komoditas tanaman musiman, yaitu: cabai merah (Sukiyono, 2005), ubi kayu (Asnawi, 2003), bawang merah (Suciaty, 2004), padi (Jauhari, 1999; Sahara dan Idris, 2005), melon (Yekti, 2004), dan (3) dari sebelas penelitian tersebut hanya satu penelitian yang memakai pendekatan translog, sedangkan yang lainnya memakai pendekatan Cobb-Douglas.

16 2.3. Penelitian Efisiensi Pemasaran pada Berbagai Usahatani Komoditas Pertanian Tinambunan (2007), meneliti efisiensi pemasaran gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara, sedangkan Yuhono (2004), menganalisis pemasaran gambir di Desa Manggilang, Kecamatan Pangkalan Kotobaru, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Keduanya sama-sama menggunakan pendekatan margin pemasaran dan farmer s share sebagai alat analisis efisiensi pemasaran. Tinambunan menjelaskan bahwa margin pemasaran yang terbentuk pada lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran tiga macam output gambir (daun/ranting muda, bubur gambir dan gambir kering) sudah cukup seimbang dan efisien, sedangkan bagian harga yang diterima petani juga lebih dari 75 persen. Yuhono dengan menggunakan pendekatan yang sama, menyebutkan bahwa saluran pemasaran gambir cukup pendek dan sederhana, yaitu dari petani ke pedagang pengumpul dan dari pedagang pengumpul ke eksportir. Pendeknya rantai pemasaran membuat marjin pemasaran yang terjadi cukup seimbang dan cukup efisien. Keduanya lebih lanjut menyebutkan, meskipun usahatani gambir sudah menguntungkan dan layak untuk diusahakan, serta saluran pemasaran gambir sudah efisien, akan tetapi semuanya belum tentu dapat meningkatkan kesejahteraan hidup petani. Harsoyo (1999), meneliti tentang efisiensi pemasaran salak pondoh di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana pengaruh perubahan harga di tingkat pedagang pengecer terhadap perubahan harga di tingkat petani, apakah pasar salak pondoh terintegrasi secara vertikal, serta bagaimana distribusi margin pemasarannya. Alat analisis yang digunakan adalah elastisitas transmisi harga, analisis integrasi pasar, analisis margin pemasaran dan

17 farmer s share. Ia menemukan bahwa pemasaran komoditas salak pondoh sudah efisien. Berdasarkan analisis transmisi harga dan integrasi didapatkan bahwa perubahan harga yang terjadi di tingkat pedagang pengecer diteruskan ke tingkat petani. Petani juga ikut menikmati kenaikan harga tersebut dan dari analisis margin pemasaran disimpulkan bahwa penyebaran margin cukup merata serta bagian harga yang dinikmati petani sudah cukup besar, yaitu lebih dari 70 persen. Hukama (2003), Kurniawan (2003) dan Slameto (2003), menggunakan pendekatan yang lebih menyeluruh jika dibandingkan dengan Harsoyo, Tinambunan dan Yuhono. Pendekatan SCP (Structure-Conduct-Performance) digunakan dalam menganalisis efisiensi pemasaran. Hukama (2003), menganalisis pemasaran jambu mete dengan daerah sampel dua kecamatan di Kabupaten Buton dan satu kecamatan di Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pendekatan SCP digunakan untuk mengetahui pola saluran pemasaran, struktur pasar yang terbentuk dan perilaku pasar, faktor-faktor yang mempengaruhinya dan keterpaduan pasar kacang mete. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah pemasaran jambu mete belum efisien karena saluran pemasaran untuk gelondongan maupun kacang mete masih panjang dan melibatkan banyak pelaku pemasaran. Struktur pasar mengarah ke oligopsoni, praktek pencampuran jenis mutu super dengan non super masih terjadi di pasar kacang mete. Keuntungan pemasaran sebagian besar masih dinikmati oleh pedagang. Farmer s share belum adil jika ditinjau dari aspek resiko karena resiko paling besar ditanggung petani. Jika ditinjau dari hasil analisis keterpaduan pasar kacang mete, dominasi pedagang besar dalam menetapkan harga menempatkan petani sebagai penerima harga.

18 Kurniawan (2003), yang meneliti kelembagaan pemasaran gaharu di Kalimantan Timur, menggunakan pendekatan SCP untuk menganalisis perilaku usaha pengumpul dan pedagang gaharu. Sedangkan untuk mengetahui karakteristik kelembagaan pemasaran gaharu, dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kelembagaan yang diterapkan dalam kelembagaan pemasaran gaharu adalah sistem patron-klien, struktur pasar gaharu baik di tingkat kelembagaan pengumpul (desa), maupun pedagang gaharu (kota) adalah oligopsoni. Hasil lain yang dikemukakan adalah tidak seluruh patron (pedagang) dapat mengambil keuntungan dalam pemasaran gaharu. Perilaku patron cenderung eksploitatif kepada kliennya sehingga klien yang merasa dirugikan akan merespon dengan mengurangi loyalitasnya kepada patron dimana perilaku ini menimbulkan moral hazard dalam kelembagaan gaharu. Slameto (2003), menganalisis kinerja kelembagaan pemasaran kakao rakyat di Lampung dengan pendekatan SCP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur pasar cenderung pada kondisi oligopoli dengan perilaku pasar cenderung terjadi transaksi pada pedagang yang sama. Harga ditentukan pedagang dan belum dipatuhinya grading dan standarisasi produk. Keragaan pasar kakao belum baik dimana hubungan antara pasar lokal (petani) dengan pasar acuan (eksportir) kurang padu, sehingga harga yang terjadi tidak ditransmisikan secara sempurna ke petani dan saluran pemasaran yang efisien adalah petani - pedagang pengumpul tingkat kecamatan - eksportir. Kesimpulan dari studi literatur menyangkut efisiensi produksi dan pemasaran pada berbagai usahatani komoditas pertanian, terdapat dua penelitian

19 yang menggabungkan sekaligus analisis produksi dan pemasaran dalam satu penelitian, yaitu penelitian tentang komoditas salak pondoh yang dilakukan Harsoyo (1999) dan kakao yang diteliti oleh Slameto (2003). Seperti halnya gambir, kedua komoditas tanaman perkebunan tahunan di atas juga didominasi oleh perkebunan rakyat yang dalam proses produksi sampai pemasarannya dihadapkan pada situasi dan kondisi dimana struktur pasar dan mekanisme pembentukan harga yang terjadi cenderung merugikan petani produsen. Karena itu penggabungan analisis kedua aspek (produksi dan pemasaran) dalam satu kajian, bertujuan agar dapat memberikan alternatif solusi yang lebih menyeluruh menyangkut semua partisipan dalam pasar, mulai dari petani, lembaga pemasaran terkait, sampai ke konsumen akhirnya.