BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja pada industri

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

Analisis Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Dalam Upaya Peningkatan Produktifitas ( Topik Study Kasus pada Perakitan Rangka Kursi Rotan )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri

BAB I PENDAHULUAN. manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE OWAS DAN ANALISIS KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PERONTOKAN PADI

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT LADA TIPE TIRUS PUTARAN VERTIKAL BERDASARKAN METODE NORDIC BODY MAP (NBM) DAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

WORKING PAPER ANALISA ERGONOMI TEKNISI PADA PENGGUNAAN TROLLEY BAN DENGAN METODE OWAS DI BENGKEL GENERAL REPAIR AUTO2000 YOS SODARSO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X

PERANCANGAN ALAT BANTU PENCEKAMAN PADA MESIN SERUT PLANNER JOINTER GEETECH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya bagi industri pembuatan canopy, tralis, pintu besi lipat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kerja bagi tubuh dalam aspek ergonomi (Windi, Rasmidar Samad 2015).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terutama kegiatan penanganan material secara manual (Manual Material

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

Djamal Thaib, B.Sc, S.IP, M.Sc. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan 4/26/2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI

BAB V HASIL DAN ANALISA

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 9. 2D BIOMECHANICS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Metode dan Pengukuran Kerja

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan

Ergonomi dan K3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) FTP UB 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. mendukung satu sama lain dari tiap-tiap bagian yang ada di dalamnya. Sistem

Ketidaknyamanan sikap duduk berperan terhadap timbulnya keluhan rasa sakit yang dirasakan. Untuk itu diperlukan pengembangan produk yang dapat berfung

Analisis Postur Kerja Menggunakan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) (Studi Kasus: PT Sanggar Sarana Baja Transporter)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia (ukuran, berat, volume) dan karakteristik khusus lain dari tubuh

PERBAIKAN METODE KERJA DAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) (STUDI KASUS : CV. GRAFFITY LABELINDO)

Abstrak. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :

ANALISIS POSTUR KERJA PADA PROSES MAINTENANCE EXCAVATOR PC200-7 DENGAN MENGGUNAKAN METODE OWAS DI PT. UNITED TRACTORS, Tbk PEKANBARU

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

PERBAIKAN METODE KERJA DAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) (Studi Kasus : CV. Graffity Labelindo)

III. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. berdiri yang di lakukan secara terus menerus atau dalam jangka waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

TUGAS AKHIR PENILAIAN POSTUR KERJA PADA PEKERJA PENGGULUNGAN TEH DI PT. RUMPUN SARI KEMUNING I DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA (RAPID UPPER LIMB

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Ergonomi Nurmianto (2003 : 1) mengatakan istilah ergonomic berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam dan juga dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yaitu ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain / perancangan. Selain itu, ergonomi berkenaan pula dengan optimisasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas mengenai desain atau re-desain. Hal ini meliputi perangkat keras seperti alat perkakas kerja, pegangan alat kerja, kursi kerja, sistem pengendali dan lain-lain. Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya : desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia. Hal ini adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja untuk menghilangi kelelahan bekerja dan hilangnya risiko kesehatan akibat metode yang tidak benar. 2. 2 Risiko ergonomi Risiko yang terpenting dari faktor ergonomi dalam tempat kerja adalah musculoskeletal disorders (MSDs) atau gangguan otot. Gangguan otot merupakan cedera atau gangguan pada otot, saraf, tendon, sendi, tulang rawan, dan tulang belakang. Berdasarkan hasil penelitian dalam buku Industrial Ergonomic gangguan otot yang paling sering banyak dialami dalam dunia industri adalah tulang belakang atau biasa disebut Low Back Pain (LBP) dan keluhan tersebut dialami kurang lebih 70% - 80% oleh para pekerja (Pulat, Alexander, David, 1995:41). Low Back Pain ini memungkinkan timbul dalam jangka waktu yang cukup lama (adanya kumulatif risiko). Adapun faktor-faktor yang memicu LBP ini antara lain: Pekerjaan yang berulang-ulang dilakukan. Postur tubuh yang tidak nyaman Kecepatan gerakan Putaran pada sendi Getaran Untuk mengukur suatu risiko pekerjaan dari segi ergonomi, terdapat beberapa metode yang digunakan dan salah satunya adalah Ovako Working Analysis System (OWAS). Untuk memperbaiki posisi kerja secara ergonomi maka dapat dilakukan dengan pembuatan alat bantu pekerjaan dan penyesuaian postur kerja yang lebih baik. 3

4 2. 3 Ovako Working Analysis System (OWAS) OWAS merupakan sebuah metode ergonomi yang digunakan untuk mengevaluasi postural stress pada pekerja yang dapat mengakibatkan musculoskeletal disorders atau kelainan otot. Metode ini dimulai pada tahun 1970-an di perusahaan Ovako Oy Finlandia. Dikembangkan oleh Karhu dan kelompoknya di Laboratorium Kesehatan Buruh Finlandia yang mengkaji tentang pengaruh sikap kerja terhadap gangguan kesehatan seperti sakit pada punggung, leher, bahu, kaki, dll. Penelitian tersebut memfokuskan hubungan antara postur kerja dengan berat beban. Seiring berjalannya waktu, metode ini disempurnakan oleh Stofert pada tahun 1985. Metode OWAS memberikan informasi mengenai penilaian postur tubuh pada saat bekerja sehingga dapat melakukan evaluasi dini atas risiko kecelakaan tubuh manusia yang terdiri atas beberapa bagian penting, yaitu (Anggraini, Pratama : 2012) : 1. Punggung (back) 2. Lengan (arm) 3. Kaki (leg) 4. Beban kerja (load) Penilaian tersebut digabungkan untuk melakukan perbaikan kondisi bagian postur tubuh yang berisiko terhadap kecelakaan. Berikut penilaian terhadap gerakan atau postur tubuh pada saat bekerja : 1. Penilaian pada punggung (back) diberikan nilai 1 4 Gambar 2.1 Penilaian Punggung

5 2. Penilaian pada lengan (arm) diberikan nilai 1 3 Gambar 2.2 Penilaian Lengan 3. Penilaian pada kaki (legs) diberikan nilai 1 7 Gambar 2.3 Penilaian Kaki 4. Penilaian pada beban (load) diberikan nilai 1 3 Gambar 2.4 Penilaian Beban

6 Hasil dari analisa metode OWAS diberi penilaian kedalam 4 kategori skala sikap kerja yaitu : Tabel 2.1 Penilaian Sikap Kerja Hasil akhir dari analisa OWAS secara keseluruhan dimasukkan kedalam tabel yang disebut Tabel Kategori Tindakan Kerja OWAS. Berikut contoh tabel tersebut. Tabel 2.2 Tabel Kategori Tindakan Kerja OWAS Tabel diatas menjelasakan klasifikasi postur kerja ke dalam kategori tindakan. Contoh postur kerja dengan kode 2352 yang berarti postur tersebut masuk dalam kategori tindakan dengan derajat perbaikan level 4. Artinya pada sikap kerja tersebut memiliki bahaya bagi sistem musculoskeletal yang akan menyebabkan MSDs, maka sangat diperlukan perbaikan secara langsung atau saat ini juga. 2. 4 Kaizen Kaizen berasal dari bahasa Jepang yang berarti perbaikan terus menerus. Kato (2011:45) mengatakan bahwa kaizen adalah perjalanan pembelajaran dengan mempelajari proses dan menemukan cara untuk memperbaiki. Hal ini sejalan dengan sikap kaizen, yaitu :

7 1. Dapatkan fakta dari sumbernya 2. Jangan terpengaruh oleh gagasan yang ada 3. Melatih pengamatan dengan sesama 4. Sikap tenang Dari ke 4 sikap kaizen tersebut, sesungguhnya hal yang paling mendasar adalah mendapatkan fakta langsung dari sumbernya. Dalam bahasa Jepangnya adalah Genba Genchi Genbutsu yang berarti pergi langsung ke lokasi dan melihat kondisi yang sesungguhnya. Hal ini tentunya akan membuat kita mengamati dan mempelajari proses yang terjadi dan mendapatkan fakta-fakta dari proses tersebut dimana data-data tersebut nantinya akan kita jadikan dasar untuk membuat suatu perbaikan atau improvment. 2.5 Jenis Servis Dalam melakukan perbaikan / perawatan untuk kendaraan, Auto2000 memiliki beberapa kategori / jenis servis kendaraan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. Adapaun jenis perbaikan atau servis di Auto2000 ada 3, yaitu Express Maintenance, Servis Berkala Eksternal dan General Repair. Adapun pengertian dari ketiga jenis pekerjaan tersebut sebagai berikut : a. Express Maintenance (EM) adalah pekerjaan servis berkala dengan stall atau area kerja khusus dimana peralatan atau tools yang digunakan sudah tersedia di stall atau area kerja tersebut. b. Servis Berkala Eksternal (SBE) adalah pekerjaan servis berkala dengan stall atau area kerja dimana peralatan atau tools yang digunakan tidak disediakan di area kerja tersebut. c. General Repair (GR) adalah pekerjaan di luar servis berkala, biasanya berupa keluhan dari pelanggan. 2.6 Manual Material Handling Meskipun telah banyak mesin yang digunakan dalan bidang industri untuk mengerjakan pemindahan barang atau material, namun jarang sekali ditemukan otomasi sempurna di dalam dunia industri. Terlebih lagi adanya pertimbangan ekonomis seperti mahalnya harga mesin otomasi atau karena kebutuhan yang hanya membutuhkan peralatan yang sederhana. Masih ada kegiatan manual di berbagai tempat kerja. Salah satu bentuk kegiatan manual yang sering kita jumpai dalam dunia industri adalah manual material handling. Manual material handling adalah suatu kegiatan transportasi yang dilakukan oleh pekerja dengan melakukan kegiatan pengangkatan, penurunan, mendorong, menarik, mengangkut dan memindahkan barang. Adapun manual material handling yang sering dilakukan di dalam dunia industri menurut Pratama dalam skripsinya (2009) yang berjudul Analisis Posisi Kerja Bagian Pengelasan di Bengkel Perbaikan Bodi Kendaraan Roda Empat dengan Menggunakan Virtual Environment Modelling sebagai berikut : 1. Kegiatan mengangkat benda (Lifting Task) 2. Kegiatan mengantar benda (Caryying Task)

8 3. Kegiatan mendorong benda (Pushing Task) 4. Kegiatan menarik benda (Pulling Tassk) Pemilihan manusia sebagai tenaga kerja dalam melakukan kegiatan penanganan material bukanlah tanpa alasan atau sebab. Penanganan material secara manual tentunya memiliki memiliki beberapa keuntungan, adapun keuntungan tersebut sebagai berikut : Fleksibel dalam melakukan gerakan sehingga memudahkan proses pemindahan beban pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan. Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat Cost yang dikeluarkan jauh lebih murah dibandingkan menggunakan mesin untuk pengangkutan material yang ringan Ketika melakukan pekerjaan dengan kategori material handling, berat beban yang diangkat akan ditransfer ke salah satu bagian anggota tubuh kita. Dan beban berat yang diterima lebih besar dari berat berat beban yang diangkat tersebut. Sehingga pekerjaan seperti ini dapat meyebabkan cedera bagi pekerjanya. Untuk mengatasi atau mengeliminasi hal tersebut yang kurang efektif dan efisien tanpa mengesampingkan faktor keselamatan maka, terdapat 15 prinsip material handling sebagai prinsip yang menjadi dasar pengelolaan yaitu : 1. Sistem material handling harus memenuhi tujuan dan keinginan mendatang 2. Integritas yang tinggi 3. Mempertimbangkan kemampuan dan batasan manusia 4. Biaya per unit yang lebih murah 5. Faktor energi yang diikutsertakan dalam justifakasi ekonomi 6. Pengunaan ruangan yang tepat 7. Memanfaatkan gaya berat 8. Komputerisasi 9. Arus data integrasi dengan arus fisik material 10. Urutan operasi dan tata letak yang tepat 11. Standarisasi 12. Mekanisasi 13. Tidak berdampak negatif pada lingkungan 14. Simpel dan terkombinasi 15. Metode dan peralatan yang dipilih dapat digunakan untuk bermacam macam tugas dalam berbagai kondisi operasi 2.7 Antropometri Menurut Wignjosoebroto (2003:60) istilah antropometri berasal dari anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Secara definisi harfiah antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya memiliki bentuk, ukuran seperti tinggi, lebar, berat dll. yang membedakan antara satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain) pro-

9 duk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia. Biasanya data antropometri akan diaplikasikan dalam beberapa hal, antara lain : Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain) Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan sebagainya. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer dll. Perancangan lingkungan kerja fisik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan / menggunakan produk tersebut. Dalam hal ini maka perancangan produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang-kurangnya 90 % - 95 % dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya. Adapun data antropometri yang dibutuhkan sebagai berikut : Sumber : Chuan, Markus & Naresh, Anthropometry of the Singaporean and Indonesian Populations. (2010) Gambar 2.6 Pegukuran Antropometri untuk Perancangan

10 Tabel 2.3 Data Antropometri Laki-Laki Indonesia-Singapura Sumber : Chuan, Markus & Naresh, Anthropometry of the Singaporean and Indonesian Populations. (2010)