KOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KUALITAS SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU. oleh: Hardi Sandro Situmeang 1) dan Rifardi 2) Abstrak

SEDIMENT COMPOSITION AS VERTICAL IN DUMAI COASTAL WATERS. Abstract

3,15 Very Fine Sand 1,24 Poorlysorted -0,21 Coarse-Skewed. 4,97 Coarse Silt 1,66 Poorlysorted -1,89 Very Coarse-Skewed

STRATIGRAFI SEDIMEN PERAIRAN SELAT RUPAT BAGIAN TIMUR. Oleh Visius Uracha Sisochi Wau 1 dan Rifardi 2

Penulis, Prof. Dr. Ir. Rifardi, M.Sc

STUDI TRANSPOR SEDIMEN LITHOGENEUS DI PERAIRAN MUARA SUNGAI DUMAI PROVINSI RIAU. Oleh

STUDY ON THE SUSPENDED SOLIDS IN THE WEST COASTAL WATERS OF BENGKALIS. Arif Teguh Satria 1, Rifardi 2, Elizal 2 ABSTRACT

SEDIMENT CHARATERISTICS IN TELUK KABUNG WATERS PADANG CITY WEST SUMATERA KARAKTERISTIK SEDIMEN DI PERAIRAN TELUK KABUNG KOTA PADANG SUMATERA BARAT

POLA DISTRIBUSI DAN KEPADATAN POPULASI GASTROPODA Terebralia sulcata DI PERAIRAN MUARA SUNGAI PUTRI SEMBILAN KECAMATAN RUPAT UTARA

DR. IR. RIFARDI M.Sc. TEKSTUR SEDIMEN Sampling dan Analisis

ANALISIS KARAKTERISTIK SEDIMEN DI MUARA SUNGAI INDRAGIRI

ANALYSIS OF THE CHARACTERISTICS OF THE SURFACE SEDIMENT IN ROKAN HILIR AND BENGKALIS WATERS PROVINCE OF RIAU

PADATAN TERSUSPENSI DI PERAIRAN MUARA SUNGAI ROKAN, PROVINSI RIAU, INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Laut Arafura di lokasi penelitian termasuk ke dalam kategori

SEDIMENT STRATIGRAPHY IN DUMAI WATERS RIAU PROVINCE. Ramot S Hutasoit 1), Rifardi 2) and Musrifin Ghalib 2)

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSES SEDMENTASI DI PERAIRAN DOMPAK KECAMATAN BUKIT BESTARI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

ORGANIC MATERIAL CONTENT IN WATER AND SEDIMENT IN WATER DISTRICT PANIPAHAN ROKAN HILIR PROVINCE RIAU. By: ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebaran Fraksi Sedimen Dasar Permukaan di Perairan Pantai Pulau Topang Provinsi Riau

Sebaran Fraksi Sedimen Dasar Permukaan di Perairan Pantai Pulau Topang Provinsi Riau

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

VERTICAL CONTENT ANALYSIS CRUDE OIL AT THE CORE OF SEDIMENT IN DUMAI COASTAL WATERS. Abstract I. PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

SEDIMENT CHARACTERISTIC AND DISTRIBUTION PATTERN OF WESTERN COAST OF RUPAT STRAIT. By:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Penyebab Perubahan Garis Pantai

KARAKTERISTIK SEDIMEN DASAR PERAIRAN KAMPUNG BUGIS KELURAHAN KAMPUNG BUGIS KOTA TANJUNGPINANG

Analisis Karakteristik Fisik Sedimen Pesisir Pantai Sebala Kabupaten Natuna Hendromi 1), Muhammad Ishak Jumarang* 1), Yoga Satria Putra 1)

KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

3. METODE PENELITIAN

STUDI PENYEBARAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI PERAIRAN LAUT PAYA KUNDUR PROVINSI KEPULAUAN RIAU. Oleh Robileo Agus 1), Rifardi 2), Musrifin Ghalib 2)

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

STUDI ABRASI PANTAI PADANG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Ferli Fajri 1, Rifardi 1, Afrizal Tanjung 1

KAITAN AKTIVITAS VULKANIK DENGAN DISTRIBUSI SEDIMEN DAN KANDUNGAN SUSPENSI DI PERAIRAN SELAT SUNDA

UKURAN BUTIR SEDIMEN PERAIRAN PANTAI DUMAI SELAT RUPAT BAGIAN TIMUR SUMATERA

VI. EVALUASI TINGKAT PENCEMARAN MINYAK DI PERAIRAN SELAT RUPAT

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

Pola Sebaran Salinitas dan Suhu Pada Saat Pasang dan Surut di Perairan Selat Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau. Oleh

Praktikum m.k Sedimentologi Hari / Tanggal : PRAKTIKUM-3 ANALISIS SAMPEL SEDIMEN. Oleh

Benthic Foraminifera Distribution in the Sediment of Western Part of the Horizontal Section In Rupat Strait. By:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2017), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

Analisis Kandungan Minyak Pada Air dan Sedimen di Perairan Sekitar Bungus Teluk Kabung Kota Padang Sumatera Barat. Abstract

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

Analisis Logam Berat Timbal pada Sedimen Dasar Perairan Muara Sungai Sayung, Kabupaten Demak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

DAFTAR PUSTAKA. 1. BAKOSURTANAL, Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Buku Tahunan. Bogor.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN SEBARAN UKURAN BUTIR SEDIMEN DI PERAIRAN GRESIK, JAWA TIMUR

STUDI SEBARAN SEDIMEN SECARA VERTIKAL DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi sebaran sedimen berdasarkan ukuran butir di perairan Kuala Gigieng, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh

KARAKTERISTIK SEDIMEN DI PERAIRAN SUNGAI CARANG KOTA REBAH KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN ASPEK GEOGRAFIS TERHADAP KEBERADAAN PULAU JEMUR KABUPATEN ROKAN HILIR PROPINSI RIAU PADA WILAYAH PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA - MALAYSIA

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE API-API

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

Prosiding Seminar Nasional Tahunan Ke-V Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KORELASI ANTARA KERAPATAN AVICENNIA DENGAN KARAKTERISTIK SEDIMEN DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA SUNGAI RAWA KABUPATEN SIAK, RIAU

Kondisi Oseanografi Fisika Perairan Utara Pulau Bengkalis Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

PROFIL PARAMETER KIMIA OSEANOGRAFI PANTAI TIMUR SUMATERA Oleh: Fani Fadli 1), Joko Samiaji 2), Bintal Amin 2)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pesisir Pantai. merupakan daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut dimulai dari

PERUBAHAN WARNA SUBSTRAT PADA DAERAH HUTAN MANGROVE DESA PASSO. (Change of Substrate Colour at Mangrove Forest in Passo Village)

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

Lingkungan Pengendapan Perairan Selatan Estuaria Bagan dan Sekitarnya Pantai Timur Sumatera Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting karena dapat memberikan petunjuk asal sedimen, transportasi

KEPADATAN DAN DISTRIBUSI BIVALVIA PADA MANGROVE DI PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATRA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

Oleh Satria Yudha Asmara Perdana Pembimbing Eko Minarto, M.Si Drs. Helfinalis M.Sc

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

POLA SPASIAL SEBARAN MATERIAL DASAR PERAIRAN DI TELUK BUNGUS, KOTA PADANG

Transkripsi:

KOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU 1) oleh: Devy Yolanda Putri 1), Rifardi 2) Alumni Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru 2) Dosen Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru Abstrak Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei-Juni 2012 di Perairan Selat Bengkalis, bertujuan untuk mengetahui material penyusun sedimen secara horizontal di Perairan Selat Bengkalis. Sampel diambil menggunakan Eckman Grab dari 7 titik stasiun kemudian dianalisis untuk menentukan komposisi dan kandungan bahan organik pada sedimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi sedimen di Perairan Selat Bengkalis tersusun atas lithogenous (batuan, mika, dan kuarsa) dan biogenous (serasah, foraminifera, dan molusca). Komposisi lithogenous khususnya batuan mendominasi di perairan dan keberadaannya merata pada setiap stasiun. Persentase tertinggi terdapat pada lokasi yang dekat dengan daratan dan merupakan salah satu daerah yang mendapatkan pengaruh arus pasang pertama kali sehingga diduga material yang terbawa arus pasang dari Selat Malaka dan arus surut dari Sungai Pakning tertumpuk di sekitar stasiun ini. Selain itu, jenis batuan juga dapat berasal dari hasil erosi dan kegiatan antropogenik di pinggir sekitar perairan. Persentase lithogenous yang terendah terdapat pada daerah yang dekat dengan kawasan mangrove dimana pada stasiun ini tinggi akan komposisi biogenous khususnya serasah karena banyak mendapat suplai bahan organik sertas arus yang lemah mengakibatkan serasah mengendap dengan baik di daerah ini. Kandungan bahan organik sedimen pada stasiun yang dekat dengan kawasan mangrove tertinggi diantara stasiun lainnya karena mendapatkan suplai bahan organik dari kawasan mangrove di sekitar perairan dan arus yang lemah di pinggir perairan menyebabkan bahan organik dapat mengendap dengan baik. Sedangkan stasiun yang mengandung bahan organik terendah berada pada stasiun yang dekat Selat Malaka, ini diduga material yang terbawa arus pasang tidak banyak mengandung bahan organik. Sementara pada stasiun yang dekat dengan Sungai Siak dan Sungai Pakning mengandung bahan organik yang cukup tinggi, hal ini diduga bahwa aliran sungai membawa banyak kandungan bahan organik. Kata kunci : komposisi, arus pasang surut, sedimen horizontal, Selat Bengkalis 1. PENDAHULUAN Perairan selat, pesisir dan laut merupakan perairan yang mempunyai nilai sumberdaya hayati yang tinggi, namun tinggi juga resiko terhadap perubahan lingkungan yang disebabkan oleh aktifitas manusia, baik yang berasal dari daratan disekitarnya maupun yang dilakukan diperairan itu sendiri. Ekosistem Selat Bengkalis dipengaruhi oleh berbagai aktifitas baik aktifitas dari manusia maupun dari perairan itu sendiri secara alamiah. Menurut Fajri (2004) perairan Selat Bengkalis memiliki fenomena yang kompleks, karena banyak proses-proses alam yang terjadi dan aktifitas manusia yang berlangsung disana.

Padatnya aktifitas pelayaran, pola sirkulasi arus dan masuknya bahan organik yang berasal dari kawasan mangrove merupakan aktifitas yang menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem di selat ini. Salah satunya perubahan yang terjadi adalah abrasi dan pendangkalan (sedimentasi). Masuknya berbagai macam partikel dari aktifitas-aktifitas tersebut mempengaruhi sedimen penyusun di perairan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis material penyusun sedimen secara horizontal di Perairan Selat Bengkalis. 2. METODOLOGI Metode yang digunakan adalah metode survey, dimana pengambilan sampel dan pengukuran kualitas perairan (salinitas, ph, suhu, kedalaman, kecerahan, dan kecepatan arus) dilakukan di Perairan Selat Bengkalis pada bulan Mei-Juni 2012. Sedangkan analisis sampel di Laboratorium Terpadu Ilmu Kelautan, Laboratorium Ekologi Perairan serta Laboratorium Kimia Pangan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Sampel diambil menggunakan Eckman Grab dari 7 stasiun yang titiknya ditentukan menggunakan GPS. Posisi masing-masing titik stasiun dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1. Tabel 1. Titik Koordinat Pengambilan Sampel Stasiun Lintang Utara Bujur Timur 1 01 o 35 44 101 o 57 58 2 01 o 32 56 102 o 58 38 3 01 o 31 39 102 o 59 57 4 01 o 29 42 102 o 03 43 5 01 o 27 49 102 o 04 56 6 01 o 26 54 102 o 06 39 7 01 o 24 45 102 o 07 26 Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Analisis sampel dilakukan untuk menentukan komposisi dan bahan organik pada sedimen. Dimana analisis komposisi sedimen merujuk pada (Rifardi, 2008a) sedangkan analisis bahan organik menggunakan prosedur Tech (1986) dengan rumus: Zat Organik Total = (a - c) x 100% a- b Dimana : a = berat cawan dan sampel sedimen sebelum pembakaran atau pengeringan (gram) b = berat cawan (gram) c = berat cawan dan sampel setelah pembakaran (gram) setelah Setelah data diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran dilapangan ditabulasi dan dibahas secara deskriptif. Kemudian data sebaran komposisi dan kandungan bahan organik diplotkan dalam peta dengan menggunakan program ArcView 3.2. 3. HASIL Komposisi Sedimen Hasil analisis fraksi pasir pada sedimen permukaan di masing-masing stasiun penelitian didapatkan jenis komposisi sedimen yaitu lithogenous (batuan, mika, dan kuarsa) dan biogenous (serasah, foraminifera, dan molusca). Persentase komposisi dan bahan organik dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase Komposisi Sedimen Stasiun Komposisi (%) Bahan Organik Lihtogenous Biogenous (%) 1 67,6 32,4 2,24 2 78,2 21,8 1,50 3 68,4 31,6 1,07 4 34,2 65,8 10,88 5 68,4 31,6 2,60 6 63 37 3,54 7 62,4 37,6 5,80 Berdasarkan Tabel 2, komposisi lithogenous khususnya batuan mendominasi perairan dan keberadaannya merata di setiap stasiun. Persentase tertinggi terletak pada Stasiun 2 dengan persentase 68,8% dan terendah pada Stasiun 4 dengan persentase 26,4%. Sedangkan untuk mika dan kuarsa memiliki persentase yang rendah dimana persentase mika dan kuarsa yang tertinggi pada Stasiun 1, dengan persentase mika 6,3% dan persentase kuarsa 9,1%. Walaupun Stasiun 2 rendah akan jenis komposisi batuan, namun pada stasiun ini tinggi akan jenis biogenous khususnya serasah dengan persentase 62,2% dan keberadaannya merata pada setiap stasiun. Untuk persentase foraminifera dan molusca sangat sedikit dan keberadaannya tidak merata dimana hanya terdapat pada beberapa stasiun. Persentase foraminifera dan molusca tertinggi pada Stasiun 4 dengan persentase foraminifera 0,8% sedangkan persentase molusca 2,8%. Sebaran persentase komposisi sedimen di perairan Selat Bengkalis dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Sebaran Komposisi Sedimen Permukaan di Perairan Selat Bengkalis Bahan Organik Sedimen Bahan organik yang terdapat di Perairan Selat Bengkalis berkisar 1,07% - 10,88%. Untuk lebih jelas, sebaran bahan organik dapat dilihat pada Gambar 3. Fraksi Sedimen Permukaan Gambar 3. Sebaran Bahan Organik pada Sedimen Permukaan Hasil analisis fraksi sedimen di perairan Selat Bengkalis menunjukkan bahwa perairan ini terdiri dari tiga jenis fraksi yaitu kerikil, pasir, dan lumpur. Namun fraksi yang mendominasi di setiap stasiunnya adalah fraksi pasir. Persentase fraksi kerikil berkisar 0-17,84% dimana persentase yang terendah pada Stasiun 2, 3, dan 5 sedangkan persentase yang tertinggi pada Stasiun 4 dengan persentase 17,84%. Untuk persentase fraksi pasir berkisar 80-96,72% dimana persentase tertinggi pada Stasiun 2 dan terendah pada Stasiun 4. Sedangkan persentase fraksi lumpur berkisar 2,16-18,42% dimana Stasiun 4 adalah persentase terendah dan Stasiun 3 adalah persentase yang tertinggi. Tipe fraksi sedimen di perairan ini didominasi oleh pasir pada setiap stasiun.

Komposisi Sedimen 4. PEMBAHASAN Komposisi yang paling mendominasi di perairan ini adalah lithogenous khususnya batuan sehingga keberadaan jenis batuan ini merata di setiap stasiun penelitian. Komposisi batuan yang paling tertinggi terdapat pada Stasiun 2 dengan persentase 68,8% dan struktur pasir dengan butiran halus. Stasiun ini terletak di dekat pinggir perairan sehingga banyak mendapat pengaruh dari daratan. Selain itu, arus pasang dari Selat Malaka dan arus surut dari Sungai Pakning yang membawa material diduga mengakibatkan pengendapan batuan tertumpuk pada stasiun ini. Pada stasiun lainnya juga terdapat jenis komposisi batuan namun persentase di stasiun lain tidak terlalu tinggi dan ukuran butiran sedimen di stasiun tersebut tidak halus seperti Stasiun 2. Ini dapat disebabkan karena energi dari masing-masing sumber aliran yang membawa suplai material masuk ke perairan semakin lama semakin kecil sesuai dengan jarak transfor sedimen sehingga sedimen dapat terdeposisi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Davis dalam Rifardi (2003) bahwa sistem transportasi dan deposisi sedimen dipengaruhi oleh kekuatan aliran yang membawa partikel-partikel sedimen tersebut, dimana fraksi sedimen yasng berukuran besar hanya mampu dipindahkan oleh energi aliran yang besar juga dan sebaliknya. Keberadaan mika berkisar 2,4-6,3% dan kuarsa 4,1-9,1%, terdapat di dalam perairan dengan jumlah yang kecil. Hal ini diduga keberadaan mika dan kuarsa di alam sedikit mengikuti keadaan alamiah dari lingkungan sekitar. Namun tingginya komposisi jenis batuan di beberapa stasiun, tidak terjadi pada Stasiun 4 dimana komposisi yang tertinggi adalah jenis biogenous (serasah) dengan persentase 62,2%. Letak stasiun di dekat pinggir perairan dan juga terdapat kawasan mangrove di daratan mengakibatkan tingginya suplai serasah yang masuk di perairan. Sedangkan jenis foraminifera dan molusca persentasenya sangat rendah diantara yang lain. Kemungkinan ini terjadi selain dari aktifitas pola arus pasang dan surut, juga dapat diakibatkan oleh aktifitas manusia yang tinggal di pinggir perairan dan aktifitas pelayaran yang membawa material masuk ke perairan sehingga mengendap di dasar. Bahan Organik pada Sedimen Berdasarkan hasil analisis bahan organik pada sedimen didapat persentase bahan organik berkisar 1,07-10,88%. Persentase tertinggi pada Stasiun 4 yang berada di dekat daratan kawasan mangrove dan ukuran butiran sedimennya kecil. Ukuran butiran sedimen yang halus akan lebih mudah menyerap kandungan bahan organik dibanding dengan ukuran yang kasar, maka dari pada itu fraksi lumpur lebih kaya akan unsur hara dibanding dengan fraksi pasir atau kerikil. Pada Stasiun 1, 2, dan 3 persentase bahan organik rendah atau sedikit disebabkan energi arus yang membawa material besar sehingga butiran sedimen tidak dapat mengakumulasi bahan organik dengan baik dan tidak adanya sumber bahan organik dari alam yang dibawa oleh arus pasang dari Selat Malaka. Sedangkan pada Stasiun 5, 6, dan 7 persentase bahan organiknya cukup tinggi dibanding dengan Stasiun 1, 2, dan 3. Ini diduga karena material yang mengandung bahan organik banyak dibawa oleh aliran Sungai Pakning dan Sungai Siak dibandingkan dengan material yang dibawa oleh aliran Selat Malaka. Menurut Arifin (2008) bahan organik yang masuk dalam perairan tidak hanya berasal dari suplai serasah mangrove dan material yang dibawa oleh arus, tetapi juga dapat berasal dari aktifitas antropogenik yang ada di sekitar perairan yng kemudian diabsorbsi oleh sedimen. 5. KESIMPULAN Kesimpulan Sedimen di perairan Selat Bengkalis tersusun oleh lithogenous (batuan, mika, dan kuarsa) dan biogenous (serasah, foraminifera, dan molusca). Secara keseluruhan komposisi lithogenous khususnya jenis batuan yang mendominasi. Komposisi jenis batuan tertinggi terdapat pada Stasiun 2 dan

terendah pada Stasiun 4. Pada Stasiun 4 yang mendominasi adalah komposisi biogenous jenis serasah. Kandungan bahan organik yang tertinggi terdapat pada Stasiun 4 yang suplainya berasal dari kawasan mangrove dan kegiatan antropogenik di sekitar perairan. Saran Untuk mengetahui sumber dari sedimentasi yang terjadi di suatu perairan Selat Bengkalis, disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan tentang tema yang sama dengan cakupan wilayah penelitian keseluruhan perairan Selat Bengkalis. DAFTAR PUSTAKA Arifin, B. 2008. Karakteristik Sedimen ditinjau dari Aktifitas Anthropogenik di Perairan Dumai. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. 71 halaman. (Tidak diterbitkan). Fajri, N. E. 2004. Studi Model Matematik Perubahan Batimetri (Studi Kasus Selat Bengkalis). Lembaga Penelitian. UNRI. Pekanbaru. 36 hal. (Tidak diterbitkan). Rifardi. 2003. Sediment Characteristics based on the Seasonal Changing from Kampar River in the Vicinity Area of Society Activities. Jurnal Ilmu Perairan. Pusat Penelitian Kawasan Pantai dan Perairan Lembaga Penelitian Univ. Riau. I (2) : 8-16., 2008a. Tekstur Sedimen, Sampling dan Analisis. Unri Press. Pekanbaru. 101 halaman. Tech, T. 1986. Recommended Protocols for Measuring Conventional Sediment Variabels in Puget Sound, Final Report TC-3991-04 for U. S. Environmental Protection Agency, Region 10, Seattle, WA. 22pp (partial).