Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE JANUARI JUNI 2013 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA ANTIDIABETIK ORAL PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN PESERTA BPJS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. oral yang digunakan pada pasien Prolanis di Puskesmas Karangpandan Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

DENGAN KOMBINASI PADA PASIEN DM TIPE 2 DI UPT. PUSKESMAS DAWAN II KABUPATEN KLUNGKUNG PERIODE NOVEMBER 2015-PEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. naiknya kadar glukosa darah karena ketidakmampuan tubuh untuk. memproduksi insulin (IDF, 2015). DM adalah suatu penyakit yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

Stara I pada K

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

GAMBARAN BIAYA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN TERAPI ANTIDIABETIK ORAL DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin. meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT X SURAKARTA PERIODE JANUARI JUNI 2013

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada,

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

EVALUASI KETEPATAN TERAPI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE JANUARI - JUNI

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

PROFIL PENDERITA DIABETES RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP RSUD MANDAU DURI TAHUN 2015 E R M A N F A U Z I S P. P D

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

Transkripsi:

EVALUASI KESESUAIAN DOSIS DAN KESESUAIAN PEMILIHAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta truly_24hours@yahoo.co.id Abstrak Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya kondisi hiperglikemia yang dapat terjadi akibat adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua duanya. Menurut American Diabetes Association, DM dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM Gestasional dan DM karena factor lain. Dari keempat macam tipe DM tersebut sekitar 90-95% angka kejadian DM merupakan DM tipe 2. Prevalensi kejadian DM seperti yang dilaporkan oleh International Diabetes Federation (IDF) dimana pada tahun 2012 penderita DM mencapai 8,4% dari seluruh populasi dunia. Angka tersebut mengalami peningkatan menjadi 382 kasus pada tahun 2013. IDF juga memperkirakan bahwa insiden DM akan menin gkat menjadi 55% pada tahun 2035. Tatalaksana DM dengan menggunakan terapi obat dapat menimbulkan permasalahan salah satunya adalah masalah pemilihan obat yang tidak tepat yang menyebabkan tujuan terapi tidak tercapai. Penelitian ini merupakan penelitian non experimental dengan analisis data secara diskriptif dimana pengambilan data dilakukan secara retrospektif dari catatan rekam medik pasien DM tipe 2 di instalasi rawat inap di RSUD Dr. Moewardi bulan Januari-Desember 2014. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode diskriptif analitik. Pola penggunaan obat hipoglikemil oral (OHO) dilihat melalui golongan dan kombinasi OHO yang digunakan, lalu dibandingkan dengan kesesuaian dosis dan pemilihan OHO nya dengan standar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi tahun 2014 mayoritas adalah pasien perempuan yaitu sebesar 59%, sedangkan pasien laki-laki sebesar 41%. Dari segi usia didominasi oleh pasien dengan rentang usia 55-64 tahun yaitu sebesar 39%. Hasil evaluasi kesesuai pemilihan OHO berdasarkan standar PERKENI 2011 sebesar 98%, sedangkan kesesuain dosis OHO mencapai 95%. Kata kunci: Diabetes Melitus Tipe 2, Kesesuaian Dosis, Kesesuaian OHO, PERKENI 2011 Pendahuluan Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya kondisi hiperglikemia yang dapat terjadi akibat adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua duanya (Perkeni, 2011). Menurut American Diabetes Association (ADA), DM dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM Gestasional dan DM karena factor lain. Dari keempat macam tipe DM tersebut sekitar 90-95% angka kejadian DM merupakan DM tipe 2. Prevalensi kejadian DM seperti yang dilaporkan oleh International Diabetes Federation (IDF) dimana pada tahun 2012 penderita DM mencapai 8,4% dari seluruh populasi dunia. Angka tersebut mengalami peningkatan menjadi 382 kasus pada tahun 2013. IDF juga memperkirakan Jurnal Keperawatan Intan Husada Vol.3 No.2, Juli 2016 15

bahwa insiden DM akan menin gkat menjadi 55% pada tahun 2035 (IDF, 2013). Angka kejadian DM di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2000, jumlah penderita DM sebanyak 8,4 juta jiwa dan diperkirakan angka ini akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 nanti. Angka ini membuat Indonesia menduduki peringkat keempat penderita DM terbanyak di dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat (Chek, 2004). Berdasarkan data Dinkes pada tahun 2009, prevalensi tertinggi untuk DM tipe 2 adalah di kota Surakarta dengan presentase sebesar 5,11% (Dinkes, 2009). Tujuan akhir terapi DM adalah menurunnya angka morbiditas dan mortalitas yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai target utama yaitu : menjaga agar kadar gula darah tetap berada pada rentang normal serta mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol. Tatalaksana DM dengan menggunakan terapi obat dapat menimbulkan permasalahan salah satunya adalah masalah pemilihan obat yang tidak tepat yang menyebabkan tujuan terapi tidak tercapai, sehingga pasien yang akan dirugikan (Depkes, 2005). Berdasarkan latar belakang tersebut yang memacu peneliti ini untuk melakukan penelitian tentang Evaluasi kesesuain dosis dan kesesuaian obat hipoglikemik oral pada pasien DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi periode Januari-Desember 2014. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian non experimental dimana pengambilan data dilakukan secara retrospektif dari catatan rekam medik pasien DM tipe 2 di instalasi rawat inap di RSUD Dr. Moewardi periode Januari hingga Desember 2014, kemudian peneliti membandingkan kesesuaian dosis dan kesesuaian pemilihan obat hipoglikemik oral dengan standar PERKENI 2011. Subjek Penelitian Pasien dengan diagnosa utama DM tipe 2 dengan atau tanpa penyakit penyerta, dewasa yang berusia 18 tahun baik laki-laki maupun perempuan, yang mendapat terapi obat hipoglikemik oral baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan standar PERKENI tahun 2011 yang menjalani rawat inap di RSUD Dr. Moewardi periode Januari hingga Desember 2014. Jumlah pasien yang memenuhi kriteria sehingga dapat Jurnal Keperawatan Intan Husada Vol.3 No.2, Juli 2016 16

dijadikan sampel penelitian adalah sebanyak 100 pasien. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Form pengambilan data, digunakan untuk mengumpulkan data-data yang diambil dari buku medical record atau status pasien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, data diagnosis rumah sakit, data-data laboratorium dan medikasi yang diterima pasien. Jalannya Penelitian Mencatat Data pasien DM tipe 2 yang diperoleh dari catatan rekam medik pasien DM tipe 2 di instalasi rawat inap di RSUD Dr. Moewardi selama bulan Januari hingga Desember 2014. Setelah itu dilakukan analisis dari data yang diperoleh, yaitu : Mengidentifikasi karakteristik pasien DM tipe 2 di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi pada bulan Januari hingga Desember 2014, mengidentifikasi pola penggunaan obat hipoglikemik oral di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi bulan Januari hingga Desember 2014, serta menganalisis kesesuaian dosis dan kesesuaian pemilihan obat hipoglikemik oral dibandingkan dengan standar PERKENI 2011. Hasil dan Pembahasan Penelitian dilakukan dengan membaca catatan rekam medik pasien DM tipe 2 di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi bulan Januari hingga Desember 2014. Pada penelitian ini, pasien dikelompokkan salah satunya berdasarkan karakteristik pasien, Karakteristik pasien dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, umur, dan penyakit penyerta. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa perempuan lebih banyak menderita DM tipe 2 dibandingakn dengan pasien laki-laki. Pasien dengan jenis kelamin perempuan sebesar 59% sedangkan pasien laki-laki penderita DM tipe 2 sebesar 41%. Sehingga dapat dikatakan penderita DM tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi bulan Januari hingga Desember 2014 lebih didominasi oleh pasien perempuan. Jumlah penedrita DM tipe 2 lebih banyak ditemukan pada pasien perempuan karena perempuan beresiko terkena DM tipe 2 (Price dan Wilson, 2006). Gambaran karakteristik pasien DM tipe 2 dilihat dari usia adalah rentang usia 55-64 tahun merupakan populasi terbesar pasien DM tipe 2, sedangkan yang paling kecil adalah pasien dengan usia < 35 tahun. ADA menyatakan bahwa usia di atas 45 tahun menjadi salah satu factor resiko terkena penyakit DM tipe 2 (ADA, 2010). Jurnal Keperawatan Intan Husada Vol.3 No.2, Juli 2016 17

Karakteristik pasien dilihat dari penyakit penyerta menunjukkan bawa 74% pasien menderita DM tipe 2 yang disertai adanya penyakit penyerta. Jenis penyakit penyerta terbesar adalah hipertensi dengan prevalensi sebesar 57,14%. Hipertensi merupakan jenis penyakit penyerta yang paling banyak ditemukan pada pasien DM tipe 2, hal ini dikarenakan kadar gula darah yang tinggi pada pasien DM dapat memacu terbentuknya aterosklerosis pada pembuluh darah sehingga menyebabkan arteri menyempit dan pada akhirnya memicu hipertensi (Yudha, 2005). Data rekam medis 100 pasien DM tipe 2 menunjukkan penggunaan OHO kombinasi lebih banyak dibandingan penggunaan OHO tunggal yaitu sebesar 52%. Jenis OHO yang paling banyak digunakan adalah dari golongan Biguanid yaitu sebesar 19%. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa metformin dapat mengurangi kemungkinan komplikasi makrovaskuler pada pasien DM (Dipiro, 2005). Kombinasi OHO yang paling banyak digunakan adalah kombinasi golongan sulfonylurea dan biguanid yaitu sebesar 30%. Bentuk kombinasi ini sangat dianjurkan apabila target kadar gula darah puasa dan gula darah post prandial belum tercapai dengan menggunakan terapi sulfonylurea tunggal (Perkeni, 2011). Tabel 1. Kesesuaian Pemilihan OHO dan Kesesuaian Dosis OHO dibandingkan dengan standar PERKENI 2011 Jenis Kesesuaian Persentase Jumlah Pasien Total Sesuai Tidak Sesuai Kesesuaian pemilihan 98% 2% 100% OHO Kesesuaian dosis OHO 95% 5% 100% 2011. Kondisi ketidak sesuaian Analisis kesesuaian pemilihan pemilihan OHO pada kasus ini karena dan dosis OHO dengan cara pemilihan first line drug yang tidak membandingkan dengan standar sesuai, antara lain pasien obesitas (BMI PERKENI 2011. Dari hasil analisis 25) mendapatkan terapi Glikuidon kesesuaian didapatkan hasil 98% pasien (Golongan Sulfonilurea) sedangkan menerima OHO sesuai dengan yang OHO pilihan pertama yang direkomendasikan pada standar Perkeni direkomendasikan untuk pasien DM Jurnal Keperawatan Intan Husada Vol.3 No.2, Juli 2016 18

dengan obesitas adalah metformin (Golongan Biguanid) hal ini dikarenakan metformin selain dapat menurunkan kadar gula darah juga dapat menurunkan berat badan pada pasien obesitas (Desilets dkk, 2008). Ketidaksesuaian pemilihan OHO yang kedua adalah pemberian Glimepirid (Sulfonilurea kerja panjang) pada pasien lansia, karena dapat menyebabkan kondisi hipoglikemik berkepanjangan (Perkeni, 2011). Kesesuaian kedua yang dianalisis adalah kesesuaian dosis, sebanyak 95% pasien mendapatkan OHO dengan dosis yang sesuai dengan standar Perkeni 2011, 5% pasien yang mendpaatkan dosis yang tidak sesuai antara lain : pemberian glimepirid yang overdose dan pemberian acarbose yang underdose. Keterbatasan Penelitian Walaupun sudah diupayakan sebaik mungkin, penelitian ini masih terdapat banyak keterbatasan, antara lain Metode penelitian menggunakan metode retrospektif, sehingga peneliti hanya dapat mengakses informasi sebatas yang tertulis di rekam medik tanpa bisa melakukan konfirmasi kepada dokter maupun perawat yang merawat pasien, serta pasien yang bersangkutan. Catatan rekam medis yang kurang lengkap (riwayat penyakit sebelumnya, riwayat pengobatan sebelumnya), sehingga mempersulit peneliti untuk mendiskripsikan kondisi pasien. Kesimpulan 1. Pola penggunaan OHO pada pasien DM tipe 2 rawat inap di RSUD Dr. Moewardi periode Januari hingga Desember 2014 adalah pasien yang mendapat OHO tunggal sebesar 48%, dan pasien yang menerima OHO kombinasi 2 OHO sebesar 49%, dimana kombinasi terbanyak adalah antara golongan sufonilurea dengan biguanid. 2. Dari seluruh pasien DM tipe 2 rawat inap di RSUD Dr. Moewardi periode Januari hingga Desember 2014, sebesar 98% pasien mendapatkan OHO sesuai dengan rekomendasi Perkeni 2011 dan 95% pasien mendapatkan dosis OHO yang sesuai dengan rekomendasi Perkeni 2011. Daftar Pustaka. American Diabetes Association, 2010, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus, Diabetes Care, Vol 33, 562-569 Check, F.W., 2004, Global Prevalence of Diabetes-Estimates for The Year 2000 and Projections for 2030, Diabetes Care, 27, 1047-1053 Jurnal Keperawatan Intan Husada Vol.3 No.2, Juli 2016 19

Depkes RI, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jendral Bina Kefarmasiandan Alat Kesehatan, Jakarta Desilets, A.R., Dhakal, K.S dan Dunchan, K.C., 2008, Role of Metformin for Weight Management in patients Without Type 2 Diabetes, The Annals of Pharmacotherapy, 412, 817 Dipiro, J.T., 2005, Pharmacotherapy : A Pathophysiologis Approach (6 th ), US, McGraw-Hill International Diabetes Federation, 2013, IDF Diabetes Atlas (6 th ), Brussels, Belgium Perkumpulan Endokrokrinologi Indonesia, 2011, Konsesnsus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, PERKENI, Jakarta Yudha, S.T., 2005, Kejadian Ulkus Diabetes pada Penderita DM tipe 2 dengan dan tanpa Dislipidemia di RSUP Dr. Kariadi Semarang, Jurnal Ilmiah Farmasi, Fakultas Kedokteran Undip Semarang Jurnal Keperawatan Intan Husada Vol.3 No.2, Juli 2016 20