LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NO : 2 2002 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 40 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BEKASI Menimbang : a. bahwa Izin Usaha Perdagangan dapat dijadikan dan berfungsi sebagai alat legalitas dalam rangka adanya kepastian dan kelangsungan usaha Perdagangan dan bagi Pemerintah Daerah berfungsi sebagai alat dalam pembinaan, pengarahan pengawasan dan pengendalian perkembangan Usaha Perdagangan; b. bahwa pemberian izin Usaha Perdagangan sebagaimana dimaksud pada huruf a tersebut di atas, sesuai dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka dapat dimungkinkan untuk dipungut retribusinya dalam rangka mendukung pelaksanaan otonomi daerah; c. bahwa pemungutangan retribusi sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b tersebut di atas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang - undang nomor 14 tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950); 2. Undang - undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara 2818); 3. Undang - undang Nomor 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara 2853);
4. Undang - undang nomor 8 tahun 1981 Tentang Kitab Undang undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara 3029); 5. Undang - undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara 3214); 6. Undang - undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara 3587); 7. Undang - undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1977, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang - undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara 4048); 8. Undang - undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Tata cara Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah dan Rancangan Peraturan Daerah Perubahan (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 9 Seri D); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 35 Tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bekasi. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BEKASI MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Bekasi;
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintan Kabupaten Bekasi; c. Bupati Kepala Daerah adalah Bupati Bekasi; d. Dinas adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal Daerah Kabupaten Bekasi atau instansi yang berwenang dalam hal penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP); e. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba ; f. Pengusaha adalah setiap orang perseorangan atau persekutuan atau badan hukum yang menjalankan sesuatu jenis perusahaan ; g. Usaha adalah setiap tindakan, perbuatan atau kegiatan apapun dalam perekonomian yang dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan memperoleh keuntungan atau laba ; h. Perdagangan adalah kegiatan jual beli barang atau jasa yang dilakukan secara terus menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi; i. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, persekutuan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi atau organisasi sejenisnya, lembaga dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya; j. Surat Izin Usaha Perdagangan yang disingkat SIUP adalah Surat Izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan; k. Surat Permohonan Surat Izin Usaha Perdagangan yang disingkat SP - SIUP adalah formulir yang diisi oleh perusahaan yang memuat data perusahaan untuk memperoleh SIUP Kecil/Menengah/Besar; l. Perubahan perusahaan adalah meliputi perubahan dalam perusahaan yang meliputi perubahan nama perusahaan, bentuk perusahaan, alamat kantor perusahaan, nama pemilik/penanggung jawab, NPWP, modal dan kekayaan bersih (netto), kelembagaan, bidang usaha, jenis barang/jasa dagangan utama ; m. Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi dan atau badan; n. Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tententu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan; o. Kas Daerah adalah Kas Daerah Pemerintah Kabupaten Bekasi pada Bank Jawa Barat Cabang Bekasi; BAB II IZIN USAHA INDUSTRI Pasal 2
(1) Setiup perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan, wajib memperoleh Surat Izin Usaha Perdagangan. (2) Surat Izin Usaha Perdagangan terdiri dari : a. SIUP Kecil diberikan bagi perusahaan dengan modal kecil ; b. SIUP Menengah diberikan bagi perusahaan dengan modal menengah ; c. SIUP Besar diberikan bagi perusahaan dengan modal besar. Pasal 3 (1) Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih (Netto) seluruhnya sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mendapat SIUP Kecil. (2) Perusahan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih (Netto) seluruhnya di atas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp., 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mendapat SIUP Menengah. (3) Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih (netto) seluruhnya di atas Rp. 500.000,000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mendapat SIUP Besar. Pasal 4 Perusahaan yang melakukan perubahah modal dan kekayaan bersih (netto) baik karena peningkatan maupun penurunan yang dibuktikan dengan Akta Perubahan dan atau neraca, perusahaan wajib memperoleh SIUP sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 2 Peraturan Daerah ini. Pasal 5 (1) SIUP diterbitkan beradasarkan tempat kedudukan (domisili). (2) SIUP berlaku selama 3 (tiga) tahun dan wajib diperpanjang apabila habis masa berlakunya. Pasal 6 (1) Perusahaan yang dibebaskan dari kewajiban memperoleh SIUP adalah perusahaan perorangan maupun badan hukum yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) Peraturan Daerah ini, termasuk : a. Perusahaan Kecil Perorangan yang : 1) Tidak berbentuk badan. 2) Diurus, dijalankan atau dikelola sendiri oleh pemiliknya atau dengan mempekerjakan anggota keluarga/kerabat terdekat. b. Perdagangan keliling, pedagang asongan, pedagang pinggir jalan atau pedagang kali lima. (2) Perusahaan yang dibebaskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pssal ini, dapat diberikan SIUP jika perusahaan yang bersangkutan mengajukan permohonan.
Pasal 7 Setiap perusahaan yang telah memperoleh SIUP dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal diterbitkan, vvajib mendaftarkan perusahaannya sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. BAB III TATA CARA PERMINTAAN SIUP Pasal 8 (1) Permohonan SIUP sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 5 ayat (2) Peraturan Daerah ini, diajukan kepada Kapala Dinas. (2) Permohonan SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, harus ditandatangani oleh pemilik / direktur utama / penanggung jawab perusahaan. Pasal 9 Permohonan SIUP sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 Peraturan Daerah ini wajib melampirkan persyaratan sebagai berikut : a. Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) : 1. Copy Akta Notaris Pendirian Perusahaan; 2. Copy Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum dari Menteri dan HAM bagi Perseroan Terbatas; 3. Copy KTP Pemilik / Direktur Utama / Penanggung jawab Perusahaan; 4. Copy NPWP Perusahaan dan ; 5. Copy Surat Izin Tempat Usaha (SITU) / HO. b. Perusahaan yang berbentuk Koperasi : 1. Copy Akta Pendirian Koperasi yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi berwenang ; 2. Copy KTP Pimpinan / Penanggung jawab Koperasi ; 3. Copy NPWP Perusahaan, dan ; 4. Copy Surat lzin Tempat Usaha (SITU) / HO. c. Perusahaan yang tidak berbentuk Perseroan Terbatas dan Koperasi : 1. Perusahaan Persekutuan a. Copy Surat Akta Pendidrian Perusahaan / Akta Notaris yang telah didaftarkan pada Pengadilan Negeri ; b. Copy Pemilik / Direktur Utama / Penanggung jawab Perusahaan; c. Copy NPWP Perusahaan, dan; d. Copy Surat Izin Tempat Usaha (SlTU) / HO 2. Perusahaan Perorangan a. Copy Pemilik / Direktur Utama / Penanggung jawab Perusahaan;
b. Copy NPWP Perusahaan, dan ; c. Copy Surat izin Tempat Usaha (SITU) / HO. Pasal 10 (1) Perusahaan yang dibebaskan dari kewajiban memperoleh SIUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a Peraturan Daerah ini dapat diberikan SIUP apabila mengajukan permohonan SIUP, dengan melampirkan : a. Warna Putih untuk SIUP Kecil; b. Warna Biru untuk SIUP Menengah; c. Warna Kuning untuk SIUP Besar. (2) Apabila pengisian surat permohonan dan kelengkapannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum lengkap dan benar, Kepala Dinas selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya SP - SIUP, melakukan penundaan pemberian SIUP dengan memberitahukan secara tertulis kepada pemohon disertai alasan-alasan. (3) Perusahaan sebagaimana dimaksud ayat (2) wajib melakukan perbaikan dan atau melengkapi persyaratan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya penundaan pemberian SIUP. (4) Apabila sejak tanggal waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud paada ayat (3) pemohon tidak memenuhi persyaratan dengan lengkap dan benar, Kepala Dinas menolak permintaan SIUP yang bersangkutan. (5) Pemohon yang ditolak permohonan SlUP-nya dapat mengajukan permohonan ulang. BAB IV NAMA, OBYEK, DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 12 Dengan nama Retribusi Izin Usaha Perdagangan dipungut retribusi atas pelayanan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Pasal 13 Obyek retribusi adalah Pemberian Izin Usaha Perdagangan. Pasal 14 Subyek retribusi adalah setiap orang atau badan yang memperoleh pelayanan Izin Usaha di bidang Perdagangan. Pasal 15 Retribusi izin Usaha Perdagangan termasuk golongan retribusi perizinan tertentu.
BAB V PRINSIP PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 16 (1) Prinsip yang digunakan dalam penerapan struktur dan besarnya tarif retribusi berdasarkan atas kegiatan usaha yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan dengan tujuan menarik biaya guna menutup biaya penyelenggaraan pelayanan. (2) Biaya penyelenggaraan pelayanan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, meliputi biaya administrasi, penyediaan sarana dan prasarana, transportasi petugas, pengawasan dan serta pembinaan. BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 17 (1) Struktur dan besarnya tarif ditetapkan berdasarkan atas kegiatan Usaha yang dilakukan oleh pengusaha baik orang pribadi maupun badan yang digolongkan ke dalam 3 (tiga) klasifikasi perusahaan ; perusahaan besar, menengah, dan perusahaan kecil sebagaimana ditentukan dalam ayat (3) Pasal ini. (2) Setiap pengusaha sebagaimana dimaksud ayat (1) yang mengajukan permohonan SIUP dipungut retribusi izin usaha perdagangan. (3) Tarif Retribusi SIUP ditatapkan sebagai berikut : a. Perusahaan Kecil...... Rp. 50.000,- b. Perusahaan Menengah... Rp. 100.000,- c. Perusahaan Besar... Rp. 200. 000,- (4) Kepala Dinas wajib mengumumkan tarif sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini untuk diketahui secara luas oleh masyarakat. BAB VII WILAYAH RETRIBUSI Pasal 18 Retribusi izin usaha perdagangan dipungut di seluruh Wilayah Daerah Kabupaten Bekasi. BAB VIII TATA CARA PENAGIHAN DAN PENGELOLAAN PEMUNGUTAN
Pasal 19 (1) Tata cara Pengelolaan Pemungutan Retribusi dilaksanakan oleh Dinas. (2) Untuk melaksanakan ketentuan ayat (1) Pasal ini, Kepala Dinas menunjuk pejabat pelaksana teknis dan administrasi sesuai dengan peraturan perandang-undangan yang berlaku. (3) Penunjukan pejabat pelaksana teknis sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini, ditetapkan oleh Bupati berdasarkan atas usul yang diajukan Kepala Dinas. (4) Hasil pungutan retribusi disetor ke Kas Daerah paling lambat 1 (satu) kali 24 jam. Pasal 20 (1) Untuk tiap-tiap pemungutan retribusi SIUP diberikan tanda terima sebagai bukti pembayaran, dibuat rangkap 3 (tiga), lembar kesatu diberikan kepada pembayar retribusi. (2) Tanda bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, selain ditandatangani pejabat penerima pembayaran juga harus ditandatangani oleh pembayar retribusi. Pasal 21 (1) Hasil pungutan retribusi disetor ke Kas Daerah melalui bendaharawan penerima dan penyetor pada Dinas. (2) Bendaharawan penerima dan penyetor sebagaimana dimaksud ayal (1) Pasal ini, wajib menyetor ke Kas Daerah paling lambat 1 x 24 jam. BAB IX SANKSI ADMINISTRASI Pasal 22 (1) Setiap kegiatan usaha baik yang dilakukan orang pribadi atau badan hukum yang tidak memiliki izin usaha Perdagangan (SIUP) dapat diberikan sanksi penghentian Usaha dan atau penutupan tempat usaha. (2) Penghentian usaha atau penutupan tempat usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, didahului dengan tahapan pemberian peringatan sebanyak 3 (tiga) kali. BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 23 (1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan Keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Retribusi yang terutang.
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, adalah Pelanggaran kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan. Pasal 24 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah. (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah : a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai uang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi tersebut; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah; d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka melaksanakan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah; g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang diperlukan untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah menurut Hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati Kepala Daerah.
Pasal 26 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bekasi. Ditetapkan di Bekasi pada tanggal 31 Desember 2001 BUPATI BEKASI Ttd. H. WIKANDA DARMAWIJAYA Peraturan Daerah ini disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bekasi dengan Keputusan Nomor 34/Kep/170-DPRD/2001 tanggal 31 Desember 2001 Diundangkan di Bekasi Pada tanggal 8 Januari 2002 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2001 NOMOR 2 SERI B