BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

BAB IV DENGAN UANG DI DESA LAJU KIDUL KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

BAB V PENUTUP. 1. Akad utang sapi untuk penanaman tembakau berdasarkan ketentuan kreditur

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PATOKAN HARGA BERAS DALAM ARISAN DARMIN DI DESA BETON KECAMATAN MENGANTI KABUPATEN GRESIK

BAB IV ANALISIS DATA

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB 5. Prinsip Dasar Bank Syariah. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB II DAN RIBĀ DALAM FIQIH MUAMALAH. yang berarti dia memutuskannya. Qarḍ. masdar yang berarti memutuskan. Qarḍ

Pada bab ini, penulis akan mengulas secara terperinci praktik. pembayaran hutang dengan mempekerjakan sebagai pijakan dasar pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB V PEMBAHASAN. A. Sistem Jual Beli Bunga di Kawasan Wisata Makam Bung Karno

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA TERHADAP SURABAYA. A. Analisis Berdasarkan Hukum Islam Terhadap Kontrak, Prosedur, Realisasi

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

Bab 10 AKUNTANSI TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA. dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN OBJEK DARI PRAKTIK PARON HEWAN (SAPI) DI DESA GUNUNG SERENG KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah saw. diberi amanat oleh Allah swt. untuk menyampaikan kepada. tercapainya kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB V PENUTUP. Dari hasil pembahasan penelitian pada bab-bab sebelumnya, maka. penelitidapat menyimpulkan beberapa hal antara lain :

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB IV. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM dan UU NO.7 TAHUN 2011 TERHADAP PENUKARAN MATA UANG RUSAK

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI POWER BANK DI COUNTER VANDHIKA CELL KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB II LANDASAN TEORI A. HUTANG PIUTANG MENURUT HUKUM ISLAM. Secara bahasa qard{ berarti al-qat{ yang artinya potongan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM NGAMBAK DI DUKUH BURAN KELURAHAN BABAT JERAWAT KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA TANAH TEGALAN YANG DI KELOLA KELOMPOK TANI DI DESA PUTAT KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS SADD ADH-DHARI< AH TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI KONDOM SECARA BEBAS DI ALFAMART CABANG BOLODEWO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA

Kafa<lah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (ka>fil)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

BAB IV ANALISA TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP OBLIGASI TANPA BUNGA (ZERO COUPON BOND) DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANAREKSA REPO SAHAM (DARSA)

BAB II LANDASAN TEORI PEAKSANAAN PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil pembahasan penelitian bab sebelumnya, maka peneliti dapat. menyimpulkan :

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

GAME RISING FORCE ONLINE

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Praktik Denda bagi Pihak Penggadai Sawah oleh Penerima Gadai di Desa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME JUAL BELI IKAN LAUT DALAM TENDAK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

ma>l mitsli> untuk kemudian dibayar atau

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

adalah suatu transaksi yang sering terjadi saat masyarakat membutuhkan adalah penjual mencari seorang pembeli melalui jasa makelar.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

FIQIH MUAMALAH RUKUN DAN SYARAT JUAL BELI DALAM ISLAM. Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah Fiqih Mu amalah

BAB I PENDAHULUAN. simpan-pinjam, hutang piutang, usaha bersama, dan sebagainya. 1

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR A. Analisis Terhadap Praktik Hutang Piutang Pupuk Dalam Kelompok Tani Di Desa Kaligambir Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar Berdasarkan praktiknya, transaksi yang terjadi antara ketua kelompok dan petani adalah praktik hutang piutang. Hutang piutang pupuk yang terjadi dalam kelompok tani di Desa Kaligambir Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar adalah hutang piutang pupuk yang dilakukan antara petani dan kelompok tani dengan pengembalian berupa tambahan yang telah disepakati. Hutang piutang yang dilakukan masyarakat dalam istilah mu a>malah disebut dengan qard}. Sebagaimana pengertian qard} adalah pemberian harta kepada orang lain yang membutuhkan, yang harus dikembalikan sesuai dengan harta yang dipinjam atau sesuai dengan nilai harta tersebut dan harus dikembalikan berdasarkan waktu yang telah disepakati. Masyarakat Desa Kaligambir melakukan transaksi hutang piutang pupuk dilakukan secara langsung di rumah pemberi hutang yang dalam hal ini adalah ketua kelompok tani. Mereka mendatangi kelompok tani dengan maksud menghutang pupuk yang akan dipergunakan untuk memupuk 63

64 tanamanya dan akan dikembalikan hutang tersebut dalam bentuk uang berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Sesuai dengan praktik hutang piutang yang terjadi, setelah petani menjelaskan maksud untuk menghutang, barulah ketua kelompok yang menjelaskan syarat dalam hutang piutang tersebut. Setelah terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak, maka terjadilah akad (ijab dan kabul). Keseringan yang terjadi antara ketua kelompok tani dan pihak yang berhutang di Desa Kaligambir melakukan ijab kabul dengan cara diam, artinya saling memberi dan menerima tanpa diikuti kata-kata. Praktik ijab dan kabul dengan cara tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan shara karena dalam Islam pelaksanaan s{ighat dapat dilaksanakan dengan berbagai cara yakni secara lisan, tertulis, isyarat maupun secara perbuatan yang telah menjadi kebiasaan. Dengan demikian, ijab dan kabul yang dilakukan antara ketua kelompok dan petani adalah ijab dan kabul yang sah karena sudah menjadi kebiasaan dan dalam hal ini juga sudah sama-sama menunjukkan kerelaan antara kedua belah pihak. Meskipun dilakukan dengan cara diam yaitu saling memberi dan menerima tanpa diikuti kata-kata. Dalam melakukan kesepakatan, ketua kelompok selalu menuliskan perjanjian hutang dalam sebuah buku khusus hutang piutang pupuk. Menurutnya, pencatatan hutang tersebut bertujuan untuk menghindari perselisihan antara petani dan pemberi hutang (ketua kelompok) jika terjadi dikemudian hari. Buku catatan hutang tersebut berisi siapa yang

65 menghutang, jumlah yang dihutang serta tanda tangan penghutang. Tindakan ketua kelompok seperti itu sesuai dengan surah al-baqarah ayat 282. Dari tranksaksi hutang piutang tersebut, waktu pelunasan hutang adalah setelah panen yaitu sekitar 3-4 bulan. Bagi petani yang melunasi hutang tepat pada waktu yang telah diperjanjikan pada akad, maka hal itu sudah sesuai dan sangat dibenarkan karena tidak mengingkari janji yang telah disepakati pada waktu akad. Namun, terdapat juga petani yang mendatangi ketua kelompok hanya untuk membayar setengah dari hutangnya. Misalnya petani menghutang 2kw pupuk dengan harga yang sudah ada tambahannya Rp. 410.000, maka petani tersebut hanya membayar setengahnya yaitu Rp. 205.000. Dari pernyataan diatas, terlihat ada penyimpangan dari perjanjian yang telah dibuat saat akad antara ketua kelompok dan petani. Petani berjanji untuk melunasi hutang saat panen tiba dan ternyata setelah panen tiba petani hanya melunasi sebagian. Perlu diketahui terlebih dahulu mengenai peruntukan hasil panen. Sebagian petani yang hanya membayar sebagian dari hutangnya menyatakan bahwa uangnya dipergunakan untuk membeli bibit tanaman lagi selain untuk kebutuhan sehari-hari. Dari sini petani telah menjelaskan alasan-alasan kepada ketua kelompok mengenai pembayaran hutang yang hanya sebagian. Jika ketua kelompok membolehkan dan menyetujui terhadap petani yang hanya membayar sebagian, maka hal itu tidak dilarang karena antara kedua belah pihak sama-sama sepakat dan rela.

66 Namun, jika salah satu keberatan dengan pengembalian hutang yang sebagian, maka hal itu dilarang karena ada salah satu pihak yang merasa dirugikan. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa dalam praktiknya hutang piutang pupuk yang dilakukan masyarakat Desa Kaligambir Kecamatan Panggungrejo Kabupatena Blitar sudah benar, tidak terdapat penyimpangan dalam aspek mu a>malah. B. Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik Hutang Piutang Pupuk Dalam Kelompok Tani Di Desa Kaligambir Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa hutang piutang pupuk yang terjadi dalam kelompok tani di Desa Kaligambir Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar adalah hutang piutang pupuk yang dilakukan antara masyarakat dan kelompok tani dengan pengembalian berupa tambahan yang telah disepakati. Dikatakan sebagai transaksi hutang piutang karena secara praktik dari kebanyakan masyarakat menggunakan kata-kata saya hutang pupuk pak kepada ketua kelompok. Jika transaksi tersebut merupakan hutang piutang, maka perlu diketahui terlebih mengenai rukun dan syarat dari hutang piutang (qard}), yaitu: 1) aqidain (dua pihak yang berakad)

67 Dua pihak yang melakukan transaksi adalah pemberi hutang (muqrid}) dan penerima hutang (muqtarid}). Dalam hal ini yang bertindak sebagai muqrid} adalah kelompok tani yang diwakili oleh ketua kelompok dan muqtarid} yang dalam hal ini adalah petani. Syarat kedua belah pihak yang terlibat akad harus cakap hukum (berakal, baligh dan tanpa paksaan). Disini antara ketua kelompok dan petani sudah sesuai dengan syarat qard} yang telah ditetapkan. 2) Ma qud alai>h Syarat yang ditetapkan dalam objek atau barang hutang piutang menurut Jumhur Ulama adalah semua diperbolehkan pada setiap benda yang dapat diperjualbelikan, kecuali manusia. Pupuk merupakan barang yang bisa diperjualbelikan. Selain itu, pupuk juga merupakan barang yang dapat ditimbang. Sehingga jelas jumlah pupuk yang di hutang oleh petani. 3) S}ighat (ijab dab kabul) Tidak ada perbedaan syarat dikalangan fuqaha> bahwa ijab itu sah dengan lafaz} hutang dan dengan semua lafaz} yang menunjukkan maknanya, seperti kata Aku memberimu hutang atau Aku menghutangimu. Demikian pula kabul sah dengan semua lafaz} yang menunjukkan kerelaan, seperti Aku berhutang atau Aku menerima atau Aku rid}a dan lain sebagainya. Disini secara jelas kebanayakn petani menggunakan lafaz} saya hutang pupuk. Dalam hal ini tidak terdapat kesalahan, karena semua lafaz} sah asalkan menunjukkan saling

68 memberi dan menerima serta yang terpenting dalam semua transaksi adalah saling rid}a. Selain itu al-zuh}aili> juga menjelaskan salah satu syarat lain dalam akad qard} yaitu tidak boleh mendatangkan keuntungan atau manfaat bagi pihak yang meminjamkan. Jika transaksi yang digunakan masyarakat adalah hutang piutang, maka dengan adanya tambahan saat pelunasan itu tidak diperbolehkan dan hukumnya haram karena hutang piutang (qard{) merupakan akad yang murni karena Allah, tidak mengharapkan imbalan apapun. Oleh karena itu, perlu ditekankan kembali, meskipun dalam praktiknya semua masyarakat menggunakan transaksi hutang piutang dengan kata saya hutang namun disini ketua kelompok juga telah menjelaskan harga awal pupuk dan tambahan saat pengembalian serta kegunaan dari adanya tambahan tersebut. Dapat diketahui bahwa ketua kelompok telah menjelaskan terlebih dahulu mengenai harga awal pupuk. Harga awal pupuk dalah Rp. 190.000/kw. Jadi semisal hutang 2kw harga pokoknya menjadi Rp. 380.000 dan seterusnya. Setelah ketua kelompok menjelaskan harga awal kepada petani yang hendak menghutang, tahap selanjutnya adalah menjelaskan tambahan pembayaran saat pelunasan. Maksudnya, terdapat tambahan dari harga pokok/harga awal yaitu apabila yang menghutang masih dalam suatu anggota kelompok tani, maka tambahannya Rp. 20.000/kw sedangkan

69 apabila yang menghutang itu bukan dari anggota kelompok maka tambahannya Rp. 30.000/kw. Semisal hutang 1kw maka petani yang bukan dari anggota kelompok harus membayar Rp. 220.000 dan anggota kelompok harus membayar Rp.210.000. Tambahan uang dalam pengembalian hutang tersebut menurut pendapat ketua kelompok akan digunakan untuk tambahan modal kedepannya dalam membeli pupuk dalam jumlah yang lebih banyak lagi. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa transaksi yang sebenarnya terjadi adalah jual beli mura>bah}ah secara tangguh, akan tetapi masyarakat Desa Kaligambir Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar menganggap hal tersebut merupakan hutang piutang. Seperti pada alenia yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tambahan tersebut digunakan untuk suatu kebutuhan yang bersifat produktif. Maksudnya tambahan tersebut dipergunakan untuk modal yaitu untuk membeli pupuk lagi dalam jumlah yang lebih banyak. Tambahan disini tidak dipergunakan untuk individu atau untuk kelompok itu sendiri melainkan tambahannya untuk membeli pupuk lagi yang nantinya juga akan untuk kebutuhan tanaman petani tersebut. Dengan adanya jumlah pupuk yang banyak, maka bagi petani yang mempunyai lahan yang luas bisa tercukupi untuk memupuk tanaman pertaniannya. Selain itu, tambahannya juga telah dijelaskan oleh ketua kelompok sebelum petani melakukan akad. Ketua kelompok menjelaskan harga pertama (harga awal) yaitu Rp. 190.000/kw dan adanya tambahan saat

70 pelunasan (harga kedua) yaitu 20.000/kw tambahan untuk anggota yang menghutang sedangkan apabila yang menghutang itu bukan dari anggota kelompok maka tambahannya Rp. 30.000/kw. Harga pertama dan kedua telah dijelaskan sebelumnya oleh ketua kelompok. Hal ini sesuai dengan pengertian dari jual beli mura>bah}ah yaitu jual beli dimana si penjual mengambil keuntungan dari barang yang dijualnya, sementara si pembeli mengetahui harga awal dari barang tersebut. Sedangkan, maysrakat Desa Kaligambir melakukan pembayaran setelah panen. Hal tersebut diperbolehkan karena dalam jual beli mura>bah}ah pembayarannya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara tunai dan dengan pembayaran tangguh. Pembayaran setelah panen merupakan pembayaran secara tangguh yaitu pembayaran yang dilakukan apabila barang sudah ada dan pembayarannya dilakukan berdasarkan jangka waktu yang telah ditentukan dan berdasarkan keuntungan yang telah disepakati. Transaksi tersebut dikatakan jual beli mura>bah}ah karena sudah sesuai dengan syarat jual beli mura>bah}ah, yaitu: 1) Akad jual beli yang pertama harus sah secara shara Seperti yang telah dijelaskan bahwa ketua kelompok telah menjelaskan harga awal pupuk yaitu Rp. 190.000/kw kepada petani yang hendak menghutang. Disini petani mengetahui dan menyetujuinnya harga tersebut dengan tetap melakukan akad jual beli dengan cara tangguh. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka hal itu sesuai dengan syarat jual beli mura>bah}ah yaitu akad jual beli yang pertama harus sah.

71 2) Pembeli harus mengetahui harga awal barang yang menjadi objek jual beli Harga awal pupuk adalah Rp. 190.000/kw. Hal tersebut sudah dijelaskan lebih awal oleh ketua kelompok kepada petani. Disini petani sebagai pembeli mengetahui harga awal pupuk dengan jelas. 3) Barang yang menjadi objek jual beli mura>bah}ah merupakan komoditas mithli> atau ada padanannya serta dapat diukur, ditakar, ditimbang atau jelas ukuran, kadar dan jenisnya Disini pupuk merupakan barang yang objeknya merupakan komoditas mithli>. Maksudnya pupuk tersebut ada padanannya. Selain itu pupuk juga merupakan objek yang bisa ditimbang. Seperti ketua kelompok menimbang terlebih dahulu jumlah pupuk yang diminta oleh petani yaitu semisal 1kw, 2kw dan sebagainya. 4) Jual beli pada akad pertama bukan barter barang dengan barang ribawi yang tidak boleh ditakar dengan barang sejenis. Dengan demikian barang ribawi tidak dapat diperjual belikan dengan mura>bah}ah, misalnya tukar menukar beras dengan beras atau emas dengan emas dimana jumlah salah satu pihak lebih banyak, baik takaran atau timbangannya maka tidak boleh, dan hal ini bukan jual beli mura>bah}ah. 5) Keuntungan atau laba harus diketahui masing-masing pihak yang bertransaksi, baik penjual maupun pembeli. Sebelumnya, ketua kelompok juga telah menjelaskan mengenai tambahan selain harga pokok dari pupuk tersebut. Yaitu apabila yang menghutang masih dalam suatu anggota kelompok tani, maka

72 tambahannya Rp. 20.000/kw sedangkan apabila yang menghutang itu bukan dari anggota kelompok maka tambahannya Rp. 30.000/kw. Tambahan tersebut merupakan keuntungan yang ditetapkan oleh ketua kelompok kepada petani yang hendak menghutang. Dikatakan sebagai keuntungan karena kelebihan dari harga pokok tersebut disepakati bersama antara ketua kelompok dan petani. Jadi, adanya tambahan diperbolehkan karena tambahan merupakan keuntungan yang didapatkan kelompok tani dan nantinya tambahan uang tersebut akan dipergunakan untuk tambahan modal dalam membeli pupuk lagi dalam jumlah yang lebih banyak. Selain itu, mengambil keuntungan dalam jual beli mura>bah}ah diperbolehkan, sebagaimana hadis Anas bin Malik pada landasan teori diatas. Dari pemaparan diatas, jika transaksi tersebut dikatakan sebagai hutang piutang (qard}) tidak sesuai. Dikarenakan akad yang digunakan dalam hutang piutang merupakan akad tabarru yaitu akan yang murni karena Allah dengan tidak mengharapkan imbalan apapun. Namun, yang sudah menjadi kebiasaan dalam masyarakat adalah transaksi hutang piutang karena keseringan dalam lafaz}-nya menggunakan kata-kata saya hutang pupuk, iya saya hutangi. Jadi disini, dalam praktik dimasyarakat menggunakan transaksi hutang piutang. Namun, jika dilihat dari kegunaan tambahan serta cara yang digunakan ketua kelompok dalam menjelaskan harga awal dan harga kedua (tambahan) maka transaksi tersebut bukan lagi transaksi hutang piutang melainkan

73 transaksi jual beli mura>bah}ah secara tangguh. Dikatakan sebagai jual beli mura>bah}ah karena disini antara ketua kelompok (penjual) dan petani (pembeli) sama-sama sepakat dengan harga awal dan keuntungan (tambahan) yang sudah ditetapkan dalam akad (ijab dan kabul). Selain itu, tambahan dalam transaksi tersebut sifatnya produktif. Tidak dipergunakan untuk kelompok tani tersebut melainkan dipergunakan sebagai modal dalam membeli pupuk yang lebih banyak lagi. Jadi tambahan dalam transaksi yang telah dilaksanakan oleh masyarakat Desa Kaligambir Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar tidak mengandung unsur riba jika dilaksanakan dengan akad jual beli mura>bah}ah dan selama tidak ada pihak yang merasa dirugikan dengan adanya transaksi tersebut.