BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik, yaitu hak untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan negara diawali dengan bergulirnya Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Pergantian pemerintahan dari orde baru kepada orde reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Pola-pola lama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah selaku penyelenggara urusan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sistem pengendalian internal (Windiatuti, 2013). daerah adalah (1) komiten pimpinan (Management Commitment) yang kuat

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. telah direvisi menjadi UU No. 32 tahun 2004 menyatakan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan untuk dewan komisaris, manajemen, dan personel lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Rochmansjah (2010) ditandai dengan adanya penyelenggaraan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi di Indonesia setidaknya telah mengeluarkan dua undangundang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak

BAB I PENDAHULUAN. Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. Susilawati & Dwi Seftihani (2014) mengungkapkan bahwa perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, baik organisasi privat maupun organisasi publik. Governance) yang berbasis pada aspek akuntabilitas, value for money,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan pemerintah merupakan komponen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Pemerintah daerah diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam mengelola keungan dengan sebaik-baiknya guna mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memasuki babak baru pengelolaan negara, pemerintah mulai

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Pergantian Pemerintahan dari orde baru ke orde reformasi yang. dimulai pertengahan tahun 1998 menuntut pelaksanaan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik good governance, telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu atau berita apa pun semakin mudah diketahui oleh masyarakat di sudut-sudut terpencil bahkan di seantero dunia. Isu-isu tersebut dapat berupa persoalan kehidupan manusia sendiri, lingkungan, sosial, politik, ekonomi, atau yang berkatian dengan masyarakat (publik), dan sebagainya. Isu-isu kemasyarakatan yang berhubungan dengan kepentingan publik umumnya menjadi isu yang selalu mendapat perhatian masyarakat, karena sifatnya yang berhubungan langsung dengan kepentingan manusia sebagai bagian dari masyarakat (publik). Isu yang paling mengemuka adalah tata keklola yang baik ( good governance ) dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk mewujudkanya, mengingat masyarakat pada era globalisasi informasi seperti saat ini menuntut pemerintah agar menyelengarakan pemerintahan yang baik dan transparan. Transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang- undangan (Tanjung,2008). Dalam rangka reformasi di bidang keuangan dan meralisasikan pemerintahan yang transparan, pada tahun 2003 2004 pemerintah melakukan 1

2 perombakan peraturan keuangan Negara, Pemerintah bersama dengan DPR mengeluarkan 3 paket perundang-undangan di bidang keuangan negara, yaitu Undang-undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara, Undangundang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undangundang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan Keuangan Negara. Dengan adanya tiga paket tersebut telah memberikan implikasi pengelolaan keuangan negara yang terdesentralisasi yang diwujudkan dalam suatu sistem yang transparan, akuntabel dan terukur. Paket UU di bidang Keuangan Negara mengharuskan pemerintah melakukan langkah-langkah penataan manajemen keuangan negara secara komprehensif, termasuk penataan ulang sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintah. Penerapan reformasi dibidang penganggaran merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan tranparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara sehingga diharapkan dapat mengurangi tingkat kebocoran keuangan Negara. Tetapi keinginan masyarakat tersebut sangat sulit di wujudkan, mengingat pelayanan publik yang dilakukan pemerintah selama kurun waktu yang sangat panjang telah tercemar dengan berbagai bentuk tindakan, kegiatan, dan modus usaha yang tidak sehat yang bermuara pada praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme yang telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara terkorup sebagaimana yang diperlihatkan dari hasil survei yang dilakukan oleh Transparancy International (TI) pada periode 2012 Indonesia menduduki peringkat 118 dari 176 negara di dunia dengan indeks CPI score 32.Hal ini

3 membuktikan bahwa tingkat korupsi yang tinggi mencerminkan birokrasi yang buruk yang berarti pula bahwa implementasi good governance masih jauh dari harapan (Sari,2010). Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2011 ditemukan sejumlah kelemahan. Hasil evaluasi atas 358 LKPD terdapat 3.397 kasus kelemahan SPI(System pengendalian internal), yang terdiri atas 1.401 kasus kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, 1.368 kasus kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, serta 628 kasus kelemahan struktur pengendalian intern. (www.bpk.go.id IHPS 2012 ). Beasley (2007) menyatakan bahwa: Internal control is a process, effected by an entity s board of directos management and other personnel, designed to provide reasonable assuranceregarding the achievement of objective. Efektivitas Sistem Pengendalian Internal merupakan salah satu kriteria yang digunakan oleh BPK(Badan Pemeriksa keuangan) dalam meneliti kewajaran informasi keuangan, hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, penjelasan Pasal 16 ayat 1 yang menyatakan bahwa Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria, salah satunya yang terkait dengan SPI adalah efektivitas SPI. Oleh karena itu, setiap pimpinan pemerintah pusat termasuk pimpinan Kementrian atau Lembaga dan Pemerintah daerah wajib

4 merancang sistem pengendalian internal pemerintah yang efektif yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah (PP) No 60 Tahun 2008 agar tujuan Pemerintah dalam memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian dapat tercapai (Maulina, 2010). Berdasarkan data dari BPK, dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK semester I Tahun 2012 Terhadap 426 LKPD(Laporan Keuangan Pemerintah Daerah), BPK memberikan Opini WTP (Wajar tanpa pengecualian) atas 67 entitas ( termasuk 33 entitas dengan opini WTP-DPP(Wajar tanpa pengecualian dengan paragraph penjelasan), Opini WDP(Wajar dengan pengecualian) atas 316 entitas, Opini TW(Tidak wajar) atas 5 entitas, dan opini TMP(Tidak memberikan Pendapat) atas 38 entitas. Kota Sukabumi mendapatkan opini WDP 5 kali bertutr turut pada periode tahun 2006 2011. Tabel.1.1 Perkembangan opini LKPD Tahun 2006-2011 LKPD OPINI JUMLAH WTP % WDP % TW % TMP % 2006 3 1% 327 70% 28 6% 105 23% 463 2007 4 1% 283 60% 59 13% 123 26% 469 2008 13 3% 323 67% 31 6% 119* 24% 485 2009 15 3% 330 65% 48 10% ) 111 22% 504 2010 32 9% 271 76% 12 3% 43 12% 358 2011 67 16% 316 74% 5 1% 38 9% 426**) *) termasuk 4 LKPD tahun 2010, yang baru selesai di periksa di semester I tahun 2012 **) jumlah opini yang di berikan sampai dengan semester I tahun 2012 Sumber: www.bpk.go.id (IHPS I 2012). Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa opini LKPD Tahun 2011 yang dalam presentase, menunjukan kenaikan proporsi opini WTP dan WDP dibandingkan opini LKPD tahun-tahun sebelumnya, kecuali untuk Tahun 2006.

5 Kenaikan proporsi opini WTP dan WDP yang diikuti penurunan opini TW menggambarkan adanya perbaikan yang dicapai oleh entitas pemerintah daerah dalam menyajikan suatu laporan keuangan secara wajar. Penyajian suatu laporan keuangan yang wajar merupakan gambaran dan hasil dari pertanggung jawaban keuangan yang lebih baik. Menurut BPK masih adanya opini TMP dan TW (10%) yang diberikan oleh BPK menunjukan efektivitas SPI Pemerintah daerah yang bersangkutan belum optimal. Kelemahan pengendalian intern dalam pengelolaan keuangan daerah sebagian besar karena belum memadainya unsur-unsur pengendalian internal. Meliputi permasalahan kurang tertibnya penyusunan dan penerapan kebijakan, kurangnya komitmen terhadap kompetensi, belum optimalnya kegiatan identifikasi resiko dan analisis resiko, lemahnya pengendalian fisik atas asset serta pencatatan transaksi yang kurang akurat dan tepat waktu. Kelemahan dalam pengendalian intern tersebut terlihat dari banyaknya kasus pencatatan tidak/belum dilakukan atau tidak akurat, penganggaran/perencanaan tidak memadai, pelaksanaan kegiatan tidak sepenuhnya melalui mekanisme APBD dan tidak diatur dengan mekanisme yang memadai, serta belum adanya standard operating procedure (SOP) yang memadai (BPK, 2012). Lebih lanjut dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK semester I Tahun 2012 BPK mengatakan kasus-kasus kelemahan SPI pada umumnya terjadi karena pejabat yang berwenang belum menyusun dan menetapkan kebijakan yang formal untuk suatu prosedur atau keseluruhan prosedur. Selain itu, para pejabat atau

6 pelaksana yang bertanggungjawab kurang cermat dalam melakukan perencanaan dan pelaksanaan tugas. Kasus kelemahan SPI yang lain meliputi pejabat yang bertanggung jawab lemah dalam melakukan pengawasan maupun pengendalian kegiatan dan belum sepenuhnya memahami ketentuan dan belum adanya koordinasi dengan pihak-pihak terkait (Maulina, 2010). Opini TMP yang diberikan oleh BPK dapat mengakibatkan menurunnya kepercayaan publik terhadap kemampuan pemerintah dalam mengelola keuangan negara/daerah. Salah satu kabupaten yang memperoleh opini TMP atas LKPD tahun 2009 adalah Kabupaten Cianjur. Tabel1.2 Perkembangan Opini Wilayah I Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2006-2011 No Entitas Pemerintah Daerah Opini Tahun 2006 1 Kota.Bogor WDP WDP WDP WDP WDP WDP 2. Kab.Bogor WDP WDP WDP WDP WDP WDP 3 Kota.Depok WDP WDP WDP WDP WDP WDP 4 Kab. Sukabumi WDP WDP WDP WDP WDP WDP 5 Kota. Sukabumi WDP WDP WDP WDP WDP WDP 6 Kab. Cianjur WDP TMP WDP TMP WDP WDP Sumber: www.bpk.go.id (IHPS I 2012) Jika dilihat dari tabel 1.2 diatas dapat dilihat bahwa LKPD Kab/Kota Bogor dan Kota Depok untuk tahun 2006-2011 secara berturut-turut mendapatkan opini WDP. Tetapi Kabupaten Cianjur pada tahun 2007 dan 2008 mendaptkan TMP. Hal ini menunjukan bahwa LKPD Kabupaten Cianjur masih buruk dan lemah pengendalian internalnya, tetapi pada akhir periode 2011 Cianjur berhasil memperoleh opini WDP. Opini Tahun 2007 Opini Tahun 2008 Opini Tahun 2009 Opini Tahun 2010 Opini Tahun 2011

7 Untuk Kota dan Kabupaten Sukabumi sendiri telah menunjukan progress yang baik sehingga dapat memperbaiki kualitas laporan WDP untuk LKPD tahun 2011. Progres yang baik dalam menyajikan laporan keuangan juga terlihat dari diperolehnya opini Wajar Tanpa Pengecualian yang diberikan oleh BPK RI kepada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi Jawa Barat. BPK menilai bahwa Neraca Pemerintah Provinsi Jawa Barat per 31 Desember 2011, Laporan Realisasi. Anggaran (LRA), Laporan Arus Kas (LAK) dan Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, dalam semua hal yang material, telah disajikan secara wajar, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), memenuhi kecukupan pengungkapan, efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI), serta kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan. Sedangkan, pemberian opini WDP kepada Pemerintah Kota Sukabumi tidak terlepas dari adanya perbaikan yang signifikan pada penyusunan LKPD TA 2011. Kepala Perwakilan (Kalan) Provinsi Jabar BPK RI Slamet Kurniawan mengatakan bahwa Pemerintah Kota Sukabumi telah melakukan inventarisasi, penilaian, dan pemutakhiran Kartu Inventaris Barang atas seluruh aset tetap serta aset lainnya, untuk aset-aset tak berwujud, sekaligus melakukan kodefikasi terhadap peralatan dan mesin secara menyeluruh (BPK RI, 2012).

8 No Nama Peneliti Tabel 1.3 Daftar Penelitian Terdahulu Judul Hasil Penelitian Perbedaan 1 Diana Sari (2009) Pengaruh Pengendalian internal terhadap transparansi laporan keuangan. Persepsi responden di Kota Cimahi di lihat dari pendekatan pengendalian internal yang meliputi keandalan laporan keuangan, efektifitas dan efesien umum termasuk keadalam kategori yang baik. Transparansi laporan keuangan yang ada di pemerintahan Kota Cimahi kedalam kategori yang baik. Hal ini terlihat Dari kuesioner yg di teliti. - Tidak menekankan pada efektivitas pengendalian internal - Objek penelitian dilakukan pada Pemerintah Kota Cimahi 2 Windiya Dewi Maulina, (2011) Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal Terhadap Kualitas laporan keuangan pemerintah Kabupaten/Kota provinsi Jawa Barat wilayah IV Efektivitas pengendalian intern pada pemerintah kabupaten/kota di wilayah IV pada umumnya telah dilaksanakan secara memadai, namun berdasarkan hasil penelitian didapat skor terendah yaitu mengenai efesiensi dan efektivitas operasi. - Hanya meneliti sistem pengendalian intern belanja pegawai dan belanja modal - Objek Penelitian pada Kementrian Perhubungan Pada penelitian sebelumnya di jelaskan bahwa Pengendalian internal pada Kota Cimahi mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah. Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan

9 yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan. Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diamanatkan untuk membuat laporan keuangan, terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca dan catatan atas laporan keuangan. Kewajiban satuan perangkat daerah membuat laporan atas penggunaan anggaran/penggunaan barang dimaksud kemudian disebut entitas akuntansi. Setiap laporan keuangan entitas akuntansi kemudian digabungkan menjadi laporan keuangan pemerintah daerah. Laporan keuangan pemerintah daerah terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan pemerintah daerah tersebut dibuat oleh Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD), kemudian disebut entitas pelaporan Berdasarkan hasil perhitungan penelitian sebelumnya mengenai variabel Transparansi Laporan Keuangan yang terdiri dari Kemudahan dalam mengakses informasi keuangan, Pengungkapan hal-hal yang bersifat material, Pengungkapan secara berkala dan Kesesuaian dengan peraturan yang berlaku, maka penulis mengakumulasikan hasil jawaban dari variabel Transparansi Laporan Keuangan dan memperoleh hasil bahwa secara umum Transparansi Laporan Keuangan berada dalam kategori baik dengan skor

10 81.3%. Hal ini memberikan gambaran bahwa Transparansi Laporan Keuangan pada pemerintah Kota Cimahi dalam kondisi yang baik dan sudah sesuai dengan keinginan pemerintah Kota Cimahi. Hasil penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa Persepsi responden di Kota Cimahi dilihat dari pendekatan pengendalian internal yang meliputi keandalan laporan keuangan, efektivitas dan efisiensi kegiatan operasional, pengamanan asset Negara, dan kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan secara umum termasuk kedalam kategori yang baik. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya responden yang menilai positif terhadap pengendalian internal di Kota Cimahi. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Peranan Efektifitas Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada Pemerintah Kota Sukabumi. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Efektivitas Pengendalian Internal Pemerintah Kota di Sukabumi 2. Bagaimana Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Kota Sukabumi 3. Bagaimana Peranan Efektivitas Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kota di Sukabumi

11 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1. Untuk Mengetahui Efektivitas Pengendalian Internal Pemerintah Kota Sukabumi. 2. Untuk Mengetahui Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Sukabumi. 3. Untuk Mengetahui Peranan Efektivitas Pengendalian Internal Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Sukabumi. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Praktis Bagi Pemerintah Daerah yang bersangkutan diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna untuk lebih meningkatkan efektivitas pengendalian internal sehingga Pemerintah dapat meningkatkan kualitas laporan keuangannya. 2. Kegunaan Akademis Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna untuk dijadikan acuan bagi civitas akademika.

12 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian melalui survey pada Pemerintah Kota Sukabumi pada tahun 2013. ada pun waktu penelitian di lakukan pada tanggal 25 Maret sampai dengan selesai.