BAB I PENDAHULUAN. disabilitas yang tidak menyadari dengan potensi yang mereka miliki. Sudah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia,

BAB I PENDAHULUAN. negara yang diinginkan serta tujuan pembentukan pemerintahan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi fisik bahkan kondisi sosial penyandang disabilitas pada

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Pengantar Memahami Hak Ekosob. M. Dian Nafi PATTIRO-NZAID

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anggota masyarakat memiliki hak dan kewajiban yang setara untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya.

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERLINDUNGAN HUKUM DARI DISKRIMINASI BAGI PENYANDANG DISABILITAS DALAM DUNIA KERJA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

BAB V KESIMPULAN. di berbagai belahan dunia. Di titik ini, norma-norma HAM menyebar luas ke seluruh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah beberapa kali diubah, tera

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Pasal 1 ayat (1) tentang. Penyandang Disabilitas mengatur bahwa;

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Konsideran huruf a Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

HAK ATAS PENDIDIKAN. Materi Perkuliahan HUKUM & HAM (Tematik ke-3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan menjalani

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis terhadap pembahasan dan hasil penelitian yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan dan berkedudukan sama di

II. TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai rupa yang

MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak terlepas dari

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Di bidang ketenagakerjaan, pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pekerja, pengusaha dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak

HAM, PEREMPUAN DAN HAK KONSTITUSIONAL 1. Oleh Dian Kartikasari 2

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KESETARAAN KEMANDIRIAN DAN KESEJAHTERAAN DIFABEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pelanggaran hak-hak buruh oleh majikan, pelanggaran hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH

MAKALAH. Kebutuhan Pendampingan Hukum Penyandang Disabilitas

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi. 1 Demokrasi sebagai dasar hidup

Hak atas Pekerjaan dan Penghidupan yang Layak: Kasus Hak Buruh

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

BAB I PENDAHULUAN. kajian tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja

m^w^^^^mi^^^^m m M &&&?zmi Hpj

MAKALAH. Mengenal Konvensi-konvensi. Oleh: M. Syafi ie, S.H., M.H.

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Disabilitas (Convention On the Rights of Persons with Disabilities) dengan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin

RISALAH KEBIJAKAN. Mendorong Regulasi Penggusuran Sesuai dengan Standar Hak Asasi Manusia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDEKATAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP FCTC. Ifdhal Kasim

DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan BAB II Tinjauan Pustaka

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)

BUKU AJAR (BAHAN AJAR) PERLINDUNGAN HAK ANAK. Oleh : I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH

BAB I PENDAHULUAN. bahkan dalam perspektif Teori Locke Perlindungan hak-hak Kodrati (hak. asasi manusia) merupakan dasar pendirian suatu negara.

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. tersebut bisa dalam bentuk barang ataupun jasa. Atas dasar itu negara sebagai

K45 KERJA WANITA DALAM SEGALA MACAM TAMBANG DIBAWAH TANAH

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PRODUK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA TENTANG HAK ASASI MANUSIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DISABILITAS TERHADAP HAK MEMPEROLEH PEKERJAAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

KATA PENGANTAR. Salah satu dari keempat NSPK yang diterbitkan dalam bentuk pedoman ini adalah Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.

BAB I PENDAHULUAN. Nashriana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm., 1

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

HAK AZASI MANUSIA DAN PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28 UUD 1945 yang menyatakan: Tiap-tiap

PENULISAN HUKUM. Oleh : IKA INDRIYANI NURRULLAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan

BAB 1 PENDAHULUAN. merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Pendidikan mempunyai peranan

Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya

LPF 1 MEMAHAMI KONSEP PERENCANAAN BERBASIS HAK (90 MENIT)

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia kerja memang menuntut manusia untuk mampu menguasai dan melaksanakan bidang pekerjaan yang sedang digeluti. Terlebih dengan semakin berkembangnya teknologi yang sangat pesat membuat semua orang berusaha lebih keras menunjukkan potensi yang dimiliki. Mengingat sebagian dari warga Negara Indonesia merupakan penduduk penyandang disabilitas dengan kedifabelan yang berbeda-beda setiap orangnya, masih banyak penyandang disabilitas yang tidak menyadari dengan potensi yang mereka miliki. Sudah sepantasnya penduduk yang memiliki perbedaan yang nyata dengan mereka yang non disabilitas, pemerintah memberikan perlakuan khusus yang bertujuan sebagai upaya perlindungan dari berbagai pelanggaran hak asasi manusia. Perlakuan khusus tersebut dipandang sebagai upaya maksimalisasi penghormatan, pemajuan, perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia. 1 Penyandang disabilitas merupakan suatu kelompok yang hidup di dalam masyarakat yang memiliki keberagaman, diantaranya penyandang disabilitas yang mengalami disabilitas fisik, disabilitas mental maupun disabilitas fisikmental. Dengan menilik kondisi para penyandang disabilitas yang memiliki 1 Majda El Muhtaj, 2008, Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 273. 1

keterbatasan untuk berpartisipasi dengan masyarakat non disabilitas maka mereka membutuhkan dukungan dan bantuan dari orang lain. Lain hal yang masih sangat dirasakan adalah kesulitan untuk mengakses layangan umum, seperti akses kesehatan, akses pendidikan dan terlebih lagi akses dalam bidang ketenagakerjaan. 2 Keterbatasan yang dimiliki oleh penyandang disabilitas seharusnya tidak menjadi suatu hambatan yang besar untuk mempertahankan keberlangsungan kehidupan. Undang-Undang Dasar 1945 menjamin hak setiap warga negara yang salah satunya adalah hak untuk memperoleh hidup serta mempertahankan kehidupannya yang tercantum di dalam Pasal 28A. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan adalah hak yang paling dasar dan tidak dapat dikurangi dalam kondisi apapun yang bersifat tidak dapat ditawar lagi (non derogable rights) serta setiap orang mutlak memiliki hak untuk hidup. Indonesia memiliki Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas yang memberikan landasan hukum secara tegas mengenai kedudukan serta hak para penyandang disabilitas. Dalam konsideran Undang-Undang Penyandang Disabilitas ditegaskan bahwa penyandang cacat memiliki hak, peran, kewajiban serta kedudukan yang sama dengan masyarakat non disabilitas lainnya. Selain itu ditegaskan pula dalam Undang-Undang Hak Asasi Manusia bahwa setiap penyandang cacat, orang yang berusia lanjut, wanita 2 Tjepy F Aloewie, 2000, Kesetaraan dan Kesempatan Kerja bagi Tenaga Kerja Penyandang Cacat, Makalah disampaikan pada Temu Konsultasi Penanganan Penyandang Cacat bagi Orsos, Yayasan dan LBK di Wilayah Propinsi DKI Jakarta. 2

hamil, dan anak-anak berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus untuk meningkatkan rasa percaya diri untuk menjalankan segala urusan kehidupan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. 3 Seperti yang telah diuraikan maka penyandang disabilitas memiliki hak, kedudukan serta kewajiban yang sama dengan mereka yang non disabilitas. Selain hak untuk hidup, masih banyak mengenai hak-hak asasi manusia yang harus di optimalkan yaitu hak ekonomi sosial dan budaya, hak untuk bebas dari perbudakan dan kerja paksa, hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan yang tidak manusiawi dan hak atas pengakuan dan perlakuan yang sama di hadapan hukum. Hak ekonomi, sosial dan budaya dipandang sebagai hak dasar manusia yang harus dilindungi dan dipenuhi agar terlindunginya martabat sebagai manusia dan terlaksananya kesejahteraan hidup. Indonesia juga telah meratifikasi Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights) pada bulan Oktober 2005. Ratifikasi ini ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Economic, Social, 3 Pasal 42 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. 3

and Cultural Rights. Ini pertanda bahwa negara mutlak menghormati, melindungi serta memenuhi hak-hak para warga negaranya. 4 Adapun hak-hak ekonomi, sosial dan budaya yang diatur dalam kovenan tersebut meliputi hak atas pekerjaan, hak mendapatkan program pelatihan, hak untuk mendapatkan kenyamanan dan kondisi kerja yang baik, hak untuk menikmati standar kesehatan fisik serta mental dan sebagainya. Penyandang disabilitas membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah terutama mengenai hal ketenagakerjaan. Dikarenakan penyebab utama para penyandang disabilitas baik laki-laki maupun perempuan mengalami hambatan dalam ketenagakerjaan adalah rendahnya pendidikan para penyandang disabilitas. Selain pendidikan yang minim, para penyandang disabilitas juga tidak memiliki keterampilan yang mumpuni sehingga membuat para penyandang disabilitas semakin mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Pemerintah menerbitkan landasan hukum yang secara tegas mengenai kedudukan, hak dan kewajiban para penyandang disabilitas yaitu dalam Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang tertulis dalam Pasal 5 dan dipertegas kembali dalam Pasal 28. Dalam hal ketenagakerjaan, Undang-Undang Penyandang Disabilitas memberikan jaminan mengenai hak penyandang disabilitas untuk mendapatkan pekerjaan. Sesuai dengan Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas 4 Anonim, Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (EKOSOB), conanedugawa.blogspot.com, diakses pada tanggal 13 November 2016, jam 17.00. 4

yang menjelaskan mengenai kuota 1%, yaitu perusahaan harus mempekerjakan sekurang-kurangnya satu orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi pekerjaan yang bersangkutan untuk keseluruhan jumlah karyawan yang dipekerjakan. Akan tetapi pada kenyataannya perusahaan masih sangat minim dalam mempekerjakan para penyandang disabilitas. Pada dasarnya pekerja merupakan bagian yang paling menentukan dari segi faktor produksi karena dapat memengaruhi kegiatan perusahaan. Hal ini disebabkan pekerja merupakan faktor produksi yang diharapkan dapat mengelola faktor produksi lain dengan baik sehingga pada akhirnya mampu tercapainya target perusahaan serta meningkatkan keuntungan. Oleh karena itu dalam merekrut para karyawannya perusahaan sangat berhati-hati agar memperoleh pekerja yang berkualitas sesuai dengan standarisasi ketenagakerjaan. Penyandang disabilitas sebagian orang memandang sebagai orang yang tidak dapat bekerja dengan baik dan tidak memiliki keahlian. Ini karena sebagian orang bahkan pengusaha sekalipun hanya sebatas memandang fisik mereka, tidak melihat lebih jauh mengenai kemampuan yang dimiliki untuk dikembangkan. Sesuai apa yang diamanatkan oleh Undang-Undang Penyandang Disabilitas pada kenyataannya belum sepenuhnya terimplementasi, bahkan kuota 1% yang ditetapkan dalam Pasal 53 ayat (2) belum tercapai. Selain sulit mendapatkan pekerjaan, tidak jarang para pekerja penyandang disabilitas ini mendapatkan perlakuan yang diskriminatif di tempat kerja. Menurut Simon Field, Manajer Program Better Work Indonesia mengatakan 5

bahwa orang-orang disabilitas yang dipekerjakan oleh pengusaha sebagian besar dipekerjakan karena kondisinya bukan karena keahlian atau keterampilan yang dimiliki. Sehingga dapat diartikan kuota 1% itu dilihat berdasarkan kondisi mereka bukan kompetensi mereka. Dibutuhkan suatu perlindungan yang jelas kepada pekerja disabilitas, guna bertujuan untuk kepastian hukum agar semua hak pekerja penyandang disabilitas dapat terpenuhi. Selain itu dibutuhkan pula kejelasan regulasi yang menjadi dasar perlindungan para pekerja penyandang disabilitas tidak dapat dikesampingkan. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menjadi pedoman bagi masyarakat umum serta para pengusaha dalam mempekerjakan para penyandang disabilitas. Dalam perlindungan hak-hak para pekerja penyandang disabilitas akan terkait dan bersesuaian dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perwujudan hak-hak penyandang disabilitas. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian hukum untuk meninjau dan mengamati bagaimana perlindungan hukum hak-hak pekerja penyandang disabilitas saat menjalakan suatu pekerjaan serta pelaksanaan perlindungan hukum bagi pekerja disabilitas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait. Judul penelitian hukum ini adalah: Pelaksanaan Perlindungan Hukum bagi Pekerja Penyandang Disabilitas di Kabupaten Bantul. 6

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah peraturan perundang-undangan Indonesia sudah mengakomodasi dan melindungi hak para pekerja penyandang disabilitas? 2. Bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum bagi pekerja penyandang disabilitas di Kabupaten Bantul? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis peraturan perundang-undangan di Indonesia dalam mengakomodasi dan melindungi hak para pekerja penyandang disabilitas. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan perlindungan hukum bagi para pekerja penyandang disabilitas di Kabupaten Bantul. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: a. Manfaat Teoritis 1) Penelitian ini memberikan manfaat untuk pengembangan ilmu hukum dalam bidang Administrasi Negara mengenai ketenagakerjaan khususnya terkait dengan pelaksanaan perlindungan hukum bagi pekerja penyandang disabilitas. 7

2) Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian yang lain yang sesuai dengan bidang penelitian yang penulis teliti. b. Manfaat Praktis 1) Penelitian ini akan memberikan pedoman kepada masyarakat umum serta pengusaha pada khususnya dalam hal ketenagakerjaan bahwa perlu adanya jaminan-jaminan serta pentingnya perlindungan hukum terhadap pekerja penyandang disabilitas. Pelaksanaan penelitian hendaknya dapat membantu untuk mengetahui hambatan-hambatan dan sejauh mana pelaksanaan perlindungan hukum bagi pekerja penyandang disabilitas di lapangan kerja. 2) Diharapkan dapat digunakan sebagai media informasi bagi masyarakat atau praktisi hukum dan instansi terkait tentang pelaksanaan perlindungan hukum bagi pekerja disabilitas, bahwa pentingnya kesempatan yang sama bagi pekerja penyandang disabilitas dengan pekerja non disabilitas. 8