BAB I PENDAHULUAN. (dump truck), berfungsi untuk mengolah lahan (dozer dan grader), berfungsi

dokumen-dokumen yang mirip
Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. travel.kompas.com pada tahun 2013 Indonesia berada di urutan keempat dalam

MANAGEMENT MAINTENANCE REPORT EX BAB I PENDAHULUAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia ada beberapa program-program yang dapat meningkatkan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan sektor industri yang menghasilkan energi. Jenis jenis usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. konsumen. Dalam menjalankan aktivitas operasionalnya, perusahaan

BABI PENDAHULUAN. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan pada perusahaan dari tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan

Kontrak Maintenance (Man Power)

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompetitif dan dinamis. Hal ini memaksa Bank untuk memaksimalkan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia, ini disebabkan karena penurunan kinerja ekspor-impor. Menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di jaman modern seperti sekarang ini, listrik menjadi kebutuhan yang amat

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang industri pertambangan batubara dan mineral, dengan

Evaluasi Pelatihan dengan Metode Kirkpatrick Analysis

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan telah semakin besar. Semakin banyak pihak yang menaruh perhatian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 ayat 9 UU No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan,

BAB I PENDAHULUAN. dunia telah menyeret negara-negara lain termasuk Indonesia jatuh ke dalam jurang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah agar dapat memenuhi kebutuhan sehari hari. Tetapi pada jaman ini,

BAB I PENDAHULUAN. terekam (CD, DVD, ebook). Secara garis besar perpustakaan terbagi menjadi dua

BAB 1 PENDAHULUAN. profesional, diharapkan karyawan bekerja secara produktif. Pengelolaan karyawan. dan pengembangan karirnya (Mangkunegara, 2011: 1).

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat dengan perusahaan lainnya dari seluruh dunia. Peran telekomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman terkoreksi ( Pertumbuhan terjadi

I. PENDAHULUAN. yang melibatkan para investor dan kontraktor asing. Kalau jumlah proyek-proyek skala besar yang berorientasi jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BABt PENDAHULUAN. Telah kita ketahui bersama bahwa kondisi perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Dana Pensiun Telkom Sejarah Dana Pensiun Telkom

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 ayat 9 UU No. 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan,

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Dessler (2013:30), Human Resource Management adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. digerakan oleh energy ( Pengertian Energi Listrik, n.d.).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dewasa ini, banyak perusahaan yang hanya melakukan pengukuran kinerja

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan yang bergerak di bidang engineering, pembelian dan jasa untuk

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggerakkan perekonomian nasional di Indonesia. Usaha jasa konstruksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dessler (2000)

BAB I PENDAHULUAN. telah dapat dilihat bersama hasilnya telah menjadi salah satu perguruan tinggi yang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dengan semakin berkembangnya teknologi komputer yang sangat cepat

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang. Perusahaan yang beralamat di Jl. S. Parman Kav.37 Slipi Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian sesuai dengan selera konsumen pelanggan Hansen

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan kemajuan teknologi informasi yang menghilangkan batas, waktu,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemenuhan kebutuhan pelanggan yang cukup besar. Hingga saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dari sudut pandang ruang dan waktu. Persaingan yang ketat inipun tidak hanya

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. investasi, akan mempengaruhi perekonomian Indonesia dimana akan semakin terbuka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN AKHIR KAJIAN KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia saat ini, menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pelayanan purnajual yang bagus pula. Ketersediaan sparepart dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perekonomian Indonesia. Industri Ritel memiliki kontribusi terbesar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. anggaran, evaluasi anggaran - general, evaluasi anggaran punitive, umpan balik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (MSDM) yang penting. Ketika permintaan pekerjaan berubah, kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Setelah mengalami krisis ekonomi beberapa tahun lalu, kondisi

BAB II METODOLOGI. A. Tujuan dan manfaat perancangan. 1. Tujuan perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertahan. Setiap organisasi dituntut untuk siap menghadapi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha pada saat ini sangat ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sektor) menuntut pihak-pihak pelaksana konstruksi meningkatkan mutu dan caracara

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut data Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), industri

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan, penjaminan kualitas memiliki peranan yang penting dan strategis dalam

Wilayah Peruntukan Kota Tangerang

2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI ALAT BERAT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. berat Indonesia berkembang pesat. Bahkan untuk wilayah Asia Tenggara,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkembangnya pusat perbelanjaan akan terus meningkat khususnya di daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang, banyak perusahaan yang masih belum memiliki program

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan informasi penting, dan meningkatnya isu non-compliant telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis ekonomi menerpa negeri ini, tak henti-hentinya PLN dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam keberlangsungan perusahaan dan pencapaian tujuan. memperoleh, mengembangkan dan mempertahankan sumber daya manusia

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, keberadaan perusahaan perusahaan besar yang juga mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bisnis perguruan tinggi swasta di Indonesia telah berkembang sangat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Alat berat atau heavy equipment adalah alat yang digunakan untuk melakukan pekerjaan yang sulit untuk dilakukan dengan tenaga manusia. Alat berat memiliki berbagai macam klasifikasi jika dilihat berdasarkan fungsinya, beberapa diantaranya adalah alat berat yang berfungsi untuk menggali dan memindahkan material (excavator, dan loader), berfungsi untuk mengangkat material (forklift, crane dan pipelayer), berfungsi untuk mengangkut material (dump truck), berfungsi untuk mengolah lahan (dozer dan grader), berfungsi untuk meratakan jalan (compactor), dan berfungsi untuk mengolah material (mixer). Selain yang telah disebutkan, terdapat juga alat yang berfungsi untuk menghasilkan energi listrik, yaitu generator set atau disingkat menjadi genset. Genset bukanlah sepenuhnya merupakan alat berat, namun fungsinya tidak terlepas dalam aktivitas yang dilakukan oleh alat berat sehingga keduanya memiliki keterkaitan satu sama lain. (Sumber:http://cvarthakusumateknik.wordpress.com/category/definisi-alatberat-dan-generator/ dan http://wibiparts.com/alat-berat-dan-fungsinya/). 1

Alat berat memiliki peran yang sangat besar dalam kegiatan industri dunia, termasuk di Indonesia. Industri yang umumnya memiliki skala besar seperti pertambangan, properti, dan infrastruktur sangat bergantung pada penggunaan alat berat karena penggunaan tenaga manusia dan alat tradisional dalam aktivitas industri tersebut sangatlah tidak efektif. Sejak tahun 1990 hingga 2012, penjualan alat berat di Indonesia memiliki tren yang terus naik. Penurunan penjualan yang signifikan hanya terjadi sebanyak tiga kali, yaitu pada tahun 1998, 2009, dan 2012. Sumber: http://indoanalisis.co.id/product/studi-kinerja-industri-alat-berat/ Gambar 1.1 Tren Volume dan pertumbuhan Penjualan Alat Berat Indonesia 1990 2012 Penurunan pada tahun 1998 dan 2009 terjadi karena krisis ekonomi yang berimbas pada turunnya penjualan alat berat di Indonesia. Penurunan pada tahun 2012 terjadi karena krisis global dan perlambatan ekonomi 2

terutama di negara negara yang menjadi tujuan ekspor bahan tambang Indonesia sehingga menyebabkan penjualan bahan tambang terutama batu bara mengalami penurunan yang signifikan (http://market.bisnis. com/read/20120807/190/90012/kinerja-emiten-sektor-tambang-merosotkarena-harga-anjlok). Industri pertambangan sangat bergantung pada pemanfaatan alat berat, akibatnya, penurunan kinerja industri pertambangan berdampak langsung pada kinerja penjualan alat berat. Kinerja alat berat masih belum mengalami kenaikan hingga 2014, terbukti dengan jumlah penjualan yang diperkirakan oleh Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) hanya sebesar 5000 unit (http://industri.kontan.co.id/news/tambang-lesupenjualan-alat-berat-merana). Angka penjualan ini lebih rendah 36% dari realisasi penjualan tahun 2013, yaitu sebanyak 6000 unit. Meskipun angka penjualan dalam tiga tahun terakhir kurang meyakinkan, namun para pelaku usaha alat berat tetap optimis terhadap kinerja alat berat untuk tahun mendatang. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan sektor infrastruktur sehingga diproyeksikan membutuhkan banyak alat berat, melebihi sektor pertambangan yang dalam beberapa tahun terakhir selalu memiliki kontribusi tertinggi dalam total penjualan alat berat. Menurut Kementerian Pekerjaan Umum, pada tahun 2013 Indonesia kekurangan alat berat pada sektor konstruksi sebanyak 30%. (http://www.beritasatu.com/ekonomi/141691-indonesia-kekurangan-30- pasokan-alat-berat.html). Selain itu, Pemerintahan baru juga menjanjikan 3

pembangunan yang menyeluruh di Indonesia, sehingga turut membuka peluang para pelaku usaha alat berat untuk meningkatkan penjualan. Berdasarkan hasil in-depth interview penulis dengan Manajer Training Center and HSE PT Altrak 1978, perusahaan yang bergerak dalam bidang alat berat umumnya tidak hanya menyediakan unit dari alat berat saja, namun juga menyediakan produk purnajual yang melengkapi unit, seperti spare parts, dan jasa untuk melakukan maintenance terhadap suatu unit alat berat (service). Kedua produk ini bertujuan untuk memberikan pelayanan yang menyeluruh kepada konsumen alat berat, karena hubungan dengan konsumen tidak berhenti saat suatu unit alat berat terjual. Alat berat membutuhkan proses service dan penggantian spare parts tertentu untuk memastikan alat tersebut bisa bekerja dengan optimal dalam jangka panjang. Dalam proses service, tidak semua karyawan perusahaan memiliki keahlian yang mencukupi untuk melakukan pemeriksaan dan perbaikan. Karyawan memerlukan training terlebih dahulu agar mendapatkan pengetahuan yang mencukupi tentang alat berat tertentu. Jika sudah mendapat pengetahuan, maka melakukan proses service akan menjadi lebih mudah dan cepat, dan kemungkinan terjadinya kesalahan akan menjadi lebih kecil, dengan begitu, konsumen akan menjadi lebih puas. Inilah alasan mengapa training penting untuk dilakukan perusahaan. Training adalah tindakan untuk meningkatkan kemampuan karyawan untuk melakukan pekerjaan tertentu (Flippo, 1984 dalam Ghosh, 2011). Pemberian training akan meningkatkan kinerja dari karyawan, dan kemudian 4

akan meningkatkan daya saing perusahaan (Schraeder, 2009 dalam Ghosh, 2011). Hal ini dikarenakan training mempengaruhi produktivitas secara positif, yang kemudian menghasilkan tingkat kepuasan karyawan dan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, sehingga meningkatkan nilai dari brand perusahaan (Choo dan Bowley, 2007 dalam Latif, 2012). Hampir semua karyawan menerima beberapa macam training dalam karir mereka, karyawan bergantung pada training untuk meningkatkan kemampuan mereka dan untuk mendapatkan kemampuan yang baru (Mathieu, Tannenbaum, dan Salas 1992, dalam Giangreco, 2009). Perusahaan menginvestasikan waktu dan uang dalam jumlah yang tidak sedikit untuk kegiatan training. Dalam penelitian bertemakan Industry Report yang dilakukan oleh majalah Training, total budget yang dikeluarkan perusahaan perusahaan di United States untuk melakukan kegiatan training. mencapai 56 miliar dolar pada 2008 (Blanchard dan Thacker, 2010:327), dengan kata lain, training adalah kegiatan sumber daya manusia yang penting, sehingga membutuhkan pengawasan dan evaluasi yang bersifat sistematis (Rebora 2005, dan Owens 2006, dalam Giangreco, 2009). Model evaluasi training yang banyak digunakan adalah hierarchical four-level model of training evaluation yang dikemukakan oleh Donald Kirkpatrick (Kirkpatrick, 1967 dalam Ghosh, 2011). Model ini menjelaskan bahwa untuk mengukur keefektifan training, terdapat empat (4) tahap yang harus dilalui. Tahap pertama adalah reaction, yaitu mengukur bagaimana reaksi peserta terhadap kegiatan training. Tahap kedua adalah learning, yaitu 5

mengukur seberapa peningkatan kompetensi peserta dari hasil training. Tahap ketiga adalah Behavior, yaitu mengukur seberapa besar perubahan perilaku peserta berdasarkan hasil training. Tahap keempat adalah results, yaitu mengukur keberhasilan training pada tingkat kinerja perusahaan, umumnya berdasarkan peningkatan jumlah produksi, kualitas produk, penghematan biaya, pengurangan kecelakaan kerja, dan peningkatan penjualan. Seluruh tahap evaluasi penting untuk dilakukan agar mendapatkan hasil yang menyeluruh, namun tidak semua perusahaan melakukan evaluasi hingga tahap keempat. Evaluasi tahap pertama (reaction), adalah evaluasi untuk mengukur bagaimana tanggapan peserta terhadap kegiatan training yang didapatkan secara langsung setelah kegiatan training selesai, tanggapan tersebut dinamakan kepuasan pelatihan (training satisfaction). Evaluasi reaction adalah evaluasi yang paling sering digunakan, bahkan terkadang merupakan satu satunya tahap evaluasi yang dilaksanakan pada beberapa perusahaan (Swanson dan Sleezer 1987, Arthur et.al., 2003, dalam Giangreco, 2009). Training satisfaction dipengaruhi oleh tiga (3) faktor utama, yaitu perceived trainer performance, perceived usefulness of the training, dan perceived efficiency of the training. Faktor pertama, yaitu perceived trainer performance, adalah pengaruh yang diberikan oleh fasilitator (trainer) kepada para peserta training (trainee). Perceived trainer performance berpengaruh terhadap training satisfaction karena trainer memiliki kemampuan untuk meningkatkan motivasi trainee, menghilangkan rasa segan yang menghalangi 6

proses pembelajaran dalam kegiatan training, dan menghilangkan pandangan negatif yang dimiliki oleh para trainee terhadap kegiatan training (Ghosh, 2012). Faktor kedua, yaitu perceived usefulness of the training adalah pandangan oleh trainee mengenai seberapa besar materi training yang diterima akan berguna pada pekerjaan para trainee dan seberapa besar training akan berguna dalam karir para trainee di masa yang akan datang. Pandangan ini berpengaruh terhadap training satisfaction, karena jika para trainee menganggap suatu training penting, maka mereka cenderung lebih serius dalam mengikuti training, sehingga bisa menyerap materi dengan lebih baik, dan pada akhirnya akan merasa puas karena mendapatkan ilmu yang berguna. Faktor ketiga adalah perceived efficiency of the training, yaitu pandangan trainee mengenai kondisi fisik tempat pelaksanaan training, dan pengorganisasian kegiatan training. Kedua hal ini berkaitan dengan kenyamanan dan kemudahan trainee dalam menerima materi training, sehingga menjadi faktor yang penting dalam mengukur training satisfaction, karena trainee yang merasa nyaman akan cenderung merasa puas dan mudah untuk menerima materi training dengan baik (Giangreco, 2009). PT. Altrak 1978 yang beralamat Jl. RSC Veteran 4 Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, ini adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang alat berat dan generator set, yaitu sebagai agen tunggal dan distributor. Berdiri sejak 12 Juni 1978, PT. Altrak 1978 memiliki filosofi your total partner, yang memiliki makna bahwa penjualan produk harus selalu didukung dengan ketersediaan pelayanan purnajual, seperti 7

kelengkapan spareparts, dan service produk oleh para teknisi yang terlatih sesuai standar kualifikasi perusahaan. PT. Altrak 1978 sangat menekankan pada proses service, sebab PT. Altrak menyadari bahwa untuk terus bertumbuh, perusahaan harus membangun relasi jangka panjang dengan konsumen. Pemberian service terhadap customer merupakan bukti pelaksanaan filosofi perusahaan dan penghargaan terhadap customer. Untuk melaksanakan service dengan baik, perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang memadai dan sistem yang mendukung proses pengembangan sumber daya manusia tersebut. Dalam hal ini, PT. Altrak 1978 memiliki Training Center, yang memiliki fungsi utama menyediakan training kepada karyawan perusahaan, terutama para teknisi yang berhadapan langsung dengan customer dalam penyediaan service alat berat. Materi Training yang diberikan PT. Altrak 1978 berkaitan dengan pengetahuan teknis mengenai jenis jenis produk alat berat. PT. Altrak 1978 memiliki berbagai macam jenis produk, dan juga menjadi agen tunggal produk dengan merek Cummins. Sebagai merupakan agen tunggal, PT. Altrak 1978 menaruh perhatian lebih pada training produk tersebut. Hal ini dilakukan karena penjualan produk Cummins memiliki kontribusi terbesar dalam total penjualan perusahaan, dan jumlah teknisi yang berada pada divisi produk Cummins adalah yang terbanyak di perusahaan. Salah satu jenis training yang terkait dengan produk Cummins adalah Cummins Engine Qualification Training. Kegiatan training ini tercatat langsung oleh sistem dari Cummins melalui server khusus yang hanya bisa diakses oleh manajer training dan para trainer 8

di PT. Altrak 1978. Hal-hal yang terdapat dalam sistem tersebut adalah tipetipe produk yang tersedia untuk dilaksanakan training, materi training, siapa saja teknisi yang sudah ataupun belum mendapatkan training, tanggal pelaksanaan training,evaluasi training, dan lulus atau tidaknya teknisi dalam mengikuti ujian setelah training. Sumber: Data Internal Perusahaan Gambar 1.2 Logo Produk Cummins PT. Altrak 1978 melakukan evaluasi tahap pertama dalam proses training. Evaluasi ini dilakukan dengan metode kuesioner dengan pertanyaan mengenai materi training, trainer, fasilitas training, dan hal hal yang perlu ditingkatkan dari training yang telah dilaksanakan. Trainee mengisi kuesioner tersebut setelah kegiatan training selesai. Hasil dari evaluasi yang dilakukan pada tahun 2014 menunjukkan cukup banyak hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan. Ada beberapa trainee yang memberikan feedback negatif tentang faktor yang menentukan training satisfaction secara umum, seperti kondisi 9

ruangan dan perlengkapannya, suasana dalam ruangan, kinerja trainer, pemberian materi, dan fasilitas penunjang training lainnya. Pemberian feedback ini dikhawatirkan terjadi karena para trainee merasa terdapat hal yang mengurangi training satisfaction yang mereka dapatkan saat dan setelah kegiatan training selesai. Jika tingkat training satisfaction rendah, kemungkinan terdapat suatu proses yang perlu diperbaiki dalam kegiatan training. Sebagai perusahaan yang terus berkembang, PT. Altrak 1978 tentu perlu memperhatikan tingkat training satisfaction dari kegiatan training, apalagi kegiatan training PT. Altrak 1978 memiliki sertifikasi langsung dari Cummins. Sertifikasi training hanya akan didapat oleh trainee yang telah lulus kualifikasi PT. Altrak 1978. Jika seorang karyawan yang belum mendapatkan sertifikasi melakukan service pada alat berat yang terkait, maka biaya service yang dikeluarkan oleh PT. Altrak 1978 tidak akan diganti oleh Cummins, karena karyawan dianggap belum memiliki kemampuan yang cukup untuk melakukan service pada mesin tersebut. Menyadari pentingnya training satisfaction dalam engine qualification training yang dilaksanakan oleh PT. Altrak 1978, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Perceived Trainer Performance, Perceived Usefulness of Training, dan Perceived Efficiency of Training terhadap Training Satisfaction: Telaah pada Training Cummins Engine Qualification di PT. Altrak 1978. 10

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Apakah Perceived Trainer Performance berpengaruh positif terhadap training satisfaction pada Training Cummins Engine Qualification di PT. Altrak 1978? 2. Apakah Perceived Usefulness of Training berpengaruh positif terhadap training satisfaction pada Training Cummins Engine Qualification di PT. Altrak 1978? 3. Apakah Perceived Efficiency of Training berpengaruh positif terhadap training satisfaction pada Training Cummins Engine Qualification di PT. Altrak 1978? 1.3. Batasan Masalah Untuk membuat penelitian lebih fokus, peneliti membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut : 1. Responden dalam penelitian ini adalah karyawan tetap PT. Altrak 1978 yang telah mengikuti Training Cummins Engine Qualification pada September 2014 hingga Mei 2015. 2. Sampel yang dijadikan responden dalam penelitian ini berjumlah 51 orang dari seluruh karyawan yang mengikuti Training Cummins Engine 11

Qualification pada September 2014 hingga Mei 2015 dengan total batch training sebanyak 28. 3. Variabel variabel yang diteliti adalah Training Satisfaction, Perceived Trainer Performance, Perceived Usefulness of Training, dan Perceived Efficiency of Training. 4. Alat yang digunakan untuk mengolah data adalah SPSS versi 20. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh Perceived Trainer Performance terhadap Training Satisfaction pada Training Cummins Engine Qualification di PT. Altrak 1978. 2. Untuk mengetahui pengaruh Perceived Usefulness of Training terhadap Training Satisfaction pada Training Cummins Engine Qualification di PT. Altrak 1978. 3. Untuk mengetahui pengaruh Perceived Efficiency of Training terhadap Training Satisfaction pada Training Cummins Engine Qualification di PT. Altrak 1978. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada bidang manajemen sumber daya manusia, terutama yang 12

berkaitan dengan training satisfaction, perceived trainer performance, perceived usefulness of training dan perceived efficiency of training. 1.5.2. Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai perwujudan hasil perkuliahan penulis dan menambah wawasan penulis dalam bidang sumber daya manusia terutama di bagian training. 2. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini semoga bisa menjadi salah satu referensi bagi peneliti lain untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan sumber daya manusia. 3. Bagi Perusahaan Penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk kegiatan perusahaan di masa depan yang berkaitan dengan bidang training sumber daya manusia. 4. Bagi Universitas Penelitian ini semoga dapat membantu serta menjadi salah satu referensi untuk penelitian yang dilakukan mahasiswa/i Universitas Multimedia Nusantara di masa yang akan datang. 13

1.6. Metode dan Sistematika Penulisan Laporan Penelitian 1.6.1. Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan terdiri dari : a. Sumber Data Penelitian Menurut Sekaran dan Bougie (2010:180), data yang bisa dijadikan sumber penelitian terdiri dari dua bagian yaitu : a. Data Primer Data primer adalah data yang didapatkan oleh peneliti sebagai tangan pertama. Data yang didapatkan adalah data yang terdiri dari berbagai variabel yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Beberapa cara untuk mendapat data primer adalah dengan melakukan in-depth interview, dan membagikan kuesioner. b. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang didapatkan oleh pihak lain selain peneliti. Data sekunder bisa bersifat internal maupun eksternal terhadap suatu organisasi. Peneliti hanya mengakses data yang telah didapat dari sumber sumber yang telah dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. b. Teknik Pengumpulan Data a. In-depth Interview In-depth interview adalah interview dengan menggunakan pertanyaan yang terbuka, dengan tujuan untuk mengetahui lebih lanjut informasi yang mendukung topik penelitian. 14

b. Kuesioner Menurut Sekaran dan Bougie (2010:197), kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang dipersiapkan oleh peneliti untuk dijawab oleh responden. c. Studi Literatur Menurut Sekaran dan Bougie (2013:37), studi literatur adalah proses identifikasi topik topik yang berkaitan dengan penelitian berdasarkan data sekunder dari sumber yang telah dipublikasikan maupun yang belum dipublikasikan. Tujuan studi literatur adalah untuk membantu peneliti untuk mendapatkan pernyataan terkait problem yang kuat, dan membangun pengetahuan dasar terkait penelitian berdasarkan pengembangan orang lain. 1.6.2. Sistematika Penulisan Laporan Sistematika penulisan laporan penelitian ini terdiri dari lima bagian yaitu : a. Bab I ( Pendahuluan ) Dalam bab 1 (pendahuluan) terdapat latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan laporan penelitian. Bagian latar belakang masalah secara umum membahas gambaran umum mengenai industri alat berat di Indonesia, pentingnya training karyawan bagi perusahaan alat berat, pengertian tentang training satisfaction, dan faktor faktor yang mempengaruhi training satisfaction. Selain itu, 15

terdapat juga sedikit penjelasan tentang perusahaan yang menjadi objek penelitian dan masalah masalah yang dihadapi oleh perusahaan tersebut. b. Bab II ( Landasan Teori ) Dalam bab 2 (landasan teori) terdapat teori teori yang didapatkan dari sumber ilmiah untuk dijadikan dasar oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Teori teori yang digunakan mencakup pengertian tentang manajemen, manajemen sumber daya manusia, training and development, proses training, komponen training, metode training, evaluasi training, dan training satisfaction. Selain itu, terdapat juga hasil dari penelitian sebelumnya dan model penelitian terkait dengan penelitian yang dilakukan. c. Bab III ( Metodologi Penelitian ) Dalam bab 3 (metodologi penelitian) terdapat gambaran objek penelitian (PT. Altrak 1978), desain penelitian, ruang lingkup penelitian, metode penelitian, operasionalisasi variabel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. d. Bab IV ( Analisis dan Pembahasan ) Dalam bab 4 (analisis dan pembahasan) terdapat hasil penelitian dan deskripsi hasil penelitian yang didapatkan melalui analisis data. e. Bab V ( Simpulan dan Saran ) Dalam bab 5 (simpulan dan saran) terdapat jawaban dan kesimpulan dari rumusan masalah yang telah ditetapkan di bab pendahuluan. Bab 5 16

ditutup dengan saran yang berguna untuk pihak pihak lain yang berhubungan dengan penelitian ini. 17