BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan hal yang terpenting bagi setiap Negara,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dampak terus menerus berzakat dan berinfaq, di dalam masyarakat dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). saat ini para pelaku UKM masih kesulitan dalam mengakses modal.

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan permasalahan bagi setiap negara, golongan,

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini adalah usaha mikro. Lokasi penelitian terpilih adalah Kota. fakta ini tergambar dalam tabel berikut: Tabel 1.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pemberdayaan Zakat oleh BAZNAS dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan di. KabupatenTulungagung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan yang sering dihadapi oleh negara berkembang dalam

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI PENGARUH ZAKAT YANG DIKELOLA BAZDA TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. dukungan penuh agama untuk membantu orang-orang miskin yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk indonesia mencapai 252,20 juta jiwa (BPS: 2015). Dimana

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, zakat memiliki arti kata berkembang (an-namaa), mensucikan (atthaharatu)

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DALAM PROGRAM PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU. kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan masyarakat dari

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan lahiriyah dan batiniyah saja tetapi juga keseimbangan,

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kajiannya. Lebaga ini berdiri berdasarkan SK Rektor No.Un.3/Kp.07.6/104/2007 tanggal

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan data pertumbuhan terakhir yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, Zikrul Hakim Jakarta, 2005, hlm. 24

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Zakat Center Thoriqotul Jannah (Zakat Center) merupakan salah satu

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB I PENDAHULUAN. andalan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Sektor ini sebagai penyumbang. pertanian memberi andil sekitar 13,39 %, (BPS, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau badan usaha, yang termasuk kriteria pada skim-skim kredit/pembiayaan

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BMT UMS DENGAN METODE CAMEL TAHUN

BAB VI PENUTUP. 1. Pengelolaan zakat mal di BAZIS desa Slumbung dan LAZ Desa Bedug.

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

PERAN KOPERASI BMT (BAITUL MAAL WAT TAMWIL) AMANAH MADINA DALAM PENGEMBANGAN USAHA KECIL DI DESA NGENI KEC. WARU-SIDOARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak bisa dianggap mudah untuk

KREDIT TANPA JAMINAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN KSPS-BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) DINAR BAROKAH JUMAPOLO KARANGANYAR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berlaku secara universal dengan dua ciri dimensi, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. tercipta masyarakat yang adil dan makmur, sesuai dengan tujuan. menengah yaitu memberikan bantuan kredit. Oleh sebab itu, sangat

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak. mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahala. Sedangkan

DAFTAR ISI. PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM MENUNJANG EFISIENSI PENYALURAN DANA ZAKAT 2.1. Tinjauan Umum Total Quality Management...

BAB I PENDAHULUAN. 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pada

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

Bab I. Pendahuluan. pengembangan zakat menjadi salah satu pemerataan pendapaatan.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat dalam Islam memiliki fungsi, peranan dan kesejahteraan yang

BAB I PENDAHULUAN. hal Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, 2002,

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Dana Zakat, Infaq dan Sedekah Dalam Pengembangan Usaha. Mikro di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Zakat adalah salah satu rukun islam yang bercorak social-ekonomi dari

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang cukup besar dan penting dalam menyediakan

No (BAZNAS) yang secara kelembagaan mempunyai kewenangan untuk melakukan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat secara nasional

BAB IV EFEKTIVITAS PENDISTRIBUSIAN ZAKAT DI BAZ KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan. masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PROGRAM MICROFINANCE SYARI AH BERBASIS MASYARAKAT (MISYKAT) DAN MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Sedangkan bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktifitasnya

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan perekonomian negara. Pada dasarnya bank itu melaksanakan tugas

BAB I PENDAHULUAN. sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan hal yang terpenting bagi setiap Negara, hal ini dikarenakan pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu usaha yang dapat membantu pembangunan ekonomi adalah sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Di Indonesia, sektor UMKM selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan sangat penting hal ini dikarenakan UMKM dapat menyerap tenaga kerja yang berpendidikan rendah (Partomo & Abdul, 2002). Tabel 1.1 Jumlah Usaha Mikro di Indonesia Tahun 2010 2013 Tahun Penduduk Miskin (%) Jumlah Usaha 2010 13,33 53,504,416 2011 12,36 54,559,969 2012 11,66 55,856,176 2013 11,47 57,189,393 Sumber : www.bps.go.id Pada Tabel 1.1 dapat dilihat setiap tahunnya persentase penduduk miskin pada tahun 2010-2013 semakin berkurang dengan bertambahnya jumlah usaha mikro. Terdapat penurunan sebesar 1.86% penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2010-2013 dengan bertambahnya usaha mikro sebanyak 3,684,977. Hal ini cukup bisa menurunkan angka kemiskinan di Indonesia. Saat ini UMKM di Indonesia masih menghadapi kendala salah satunya modal. Adanya usaha mikro hendaknya dapat memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap masalah kemiskinan dan pengangguran. Pembangunan dan pertumbuhan usaha mikro merupakan salah satu penggerak yang krusial bagi 1

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi disetiap negara. Sektor ekonomi di Indonesia merupakan sektor yang paling banyak kontribusinya terhadap penciptaan lapangan kerja. Saat ini para pelaku Usaha Kecil atau Usaha Mikro masih banyak mengahadapi permasalahan dalam mengakses modal (Wulansari, 2013). Dalam mengembangkan usaha produktif, banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah, namun realitanya masih banyak masyarakat yang belum merasakan bantuan tersebut. Usaha yang telah dilakukan pemerintah seperti pinjaman dari bank milik pemerintah, penyaluran kredit bebas agunan dan lainlain. Selain itu, keberadaan lembaga-lembaga mikro juga cukup membantu seperti Lembaga Keuangan Mikro (LKM), Baitul Maal Wa Tanwil (BMT), dan lembaga keuangan syariah lainnya. Salah satu lembaga keuangan syariah yang bertugas menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat dan merupakan lembaga resmi adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ) atau Badan Amil Zakat (BAZ). Lembaga Amil Zakat ini banyak membantu pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik dalam bidang pendidikan ekonomi, kesehatan, hingga pemerataan pendapatan. Potensi BAZ dan LAZ sangatlah besar dalam membantu untuk keluar dari masalah kemiskinan. Menurut Mutia dan Anzu (2009) zakat diyakini mampu mengatasi masalah sosial yang terjadi di masyarakat, di antaranya mengentaskan kemiskinan dan mengurangi kesenjangan pendapatan masyarakat. Zakat itu mempunyai dua fungsi, Pertama adalah untuk membersihkan harta benda dan jiwa manusia supaya senantiasa dalam keadaan fitrah. Kedua, zakat itu juga berfungsi sebagai dana 2

masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan sosial guna mengurangi kemiskinan. Zakat merupakan syariat agama islam yang bertujuan untuk membantu orang miskin di dalam kehidupnnya, sehingga membantu kebijakan pemerintah, untuk mengurangi kemiskinan dan memperbaiki kualitas sosial di masyarakat. Dampak terus menerus berzakat dan berinfaq di dalam masyarakat dapat meningkatkan kepedulian sosial yang relatif tinggi terhadap sesama individu yang dapat mengatasi krisis kemanusiaan dengan sebaik baiknya. (Hafidhuddin,2008). Qadir (2001) menjelaskan pengelolaan zakat di Indonesia terdapat dua kategori, yaitu distribusi secara konsumtif dan produktif. Menurut Qardhawi(2004) cara mendistribusikan dana zakat secara professional yaitu pendistribusian dana zakat produktif kepada penerimanya untuk kepentingan aktifitas suatu usaha atau bisnis. Sebagai modal untuk menjalankan kegiatan ekonomi untuk menumbuh kembangkan tingkat ekonomi dan potensi produktifitas. Zakat produktif dalam bentuk pemberian modal usaha seperti pemberian becak, mesin jahit, perbaikan tempat usaha, beasiswa dan lainnya. Zakat yang diberikan bersifat produktif dijadikan sebagai modal usaha, untuk pemberdayaan ekonomi penerimanya, dan supaya mustahik dapat membiayai kehidupannya secara konsisten dan mendapatkan penghasilan tetap, serta mereka dapat menyisihkan penghasilannya untuk menabung (Sartika, 2008). Zakat produktif diberikan kepada masyarakat miskin yaitu masyarakat yang memiliki pekerjaan namun penghasilannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 3

Program bantuan modal produktif dapat berjalan secara lancar dan efektif, tergantung dari banyaknya dana zakat yang terkumpul dan pendistribusian yang dilakukan oleh BAZ haruslah diprioritaskan kepada usaha yang produktif dan tepat sasaran. Yaitu memang pelaku usaha yang memiliki hak untuk mendapatkan dana tersebut dan diperkirakan usahanya dapat berkembang dengan adanya dana bantuan modal ini. Zakat diberikan langsung kepada mustahik atau disalurkan melalui pengelola zakat yang ada. Dalam UU no 23 tahun 2011 disebutkan bahwa pengelolaan zakat bertujuan untuk: Pertama, meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat. Kedua, meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan (Hafidhuddin, 2008). Berdasarkan UU No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat bahwa organisasi yang berhak mengelola zakat terbagi menjadi dua yaitu: organisasi yang dibentuk oleh pemerintah yang disebut dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Organisasi yang dibentuk atas prakarsa masyarakat yang disebut Lembaga Amil Zakat (Ashif, 2014). BAZNAS Kota Padang mempunyai program yang sangat beragam. Program yang mengarah kepada memberdayakan ekonomi mustahik yaitu Padang Sejahtera. Pada program Padang Sejahtera ini terdapat program zakat produktif, yang biasa dikenal sebagai dengan bantuan modal produktif atau zakat Dana Bina Usaha (DBU). Program ini bertujuan agar mustahik dapat menjadi muzzaki di kemudian hari. Pada tahun 2016 terdapat 49 mustahik yang menerima zakat modal usaha di BAZNAS Kota Padang dengan jumlah total dana sebesar Rp 297.700.000,-. Jumlah yang diberikan kepada mustahik beragam, dimulai dari Rp 2.500.000,- 4

hingga Rp 10.000.000,-. Selain memberikan modal berbentuk uang, BAZNAS juga memberikan pelatihan dan pengembangan usaha bagi para mustahik. Mutia dan Anzu (2009) mengatakan bahwa zakat yang dapat meningkatkan ekonomi mustahik adalah zakat produktif dan zakat menjadi salah satu faktor penunjang peningkatan pendapatan mustahik. Penelitian juga menganalisis faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesejahteraan ekonomi mustahik, yaitu menggunakan variable-variabel ekonomi. Variabel yang dimaksud adalah variabel jumlah zakat yang diterima, tingkat pendidikan, lama usaha, curahan jam kerja, dan pelatihan yang pernah diikuti mustahik terdapat hubungan yang positif terhadap peningkatan pendapatan mustahik. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian di BAZNAS Kota Padang, karena lembaga ini merupakan satu-satunya lembaga milik Pemerintah yang tidak hanya memberikan zakat berupa uang untuk biaya konsumsi sehari-hari, melainkan juga untuk memberikan modal usaha agar mustahik dapat bekerja dan meningkatkan pendapatannya. Maka dari itu, penulis mengambil judul ANALISIS VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN USAHA MIKRO PENERIMA ZAKAT PRODUKTIF DI BAZNAS KOTA PADANG. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka peneliti mengemukakan permasalahan yang akan di kaji dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana pengaruh variabel tingkat pendidikan, jam kerja, lama usaha, zakat produktif, dan pelatihan tehhadap pendapatan usaha mikro penerima zakat produktif BAZNAS Kota Padang? 5

2. Apakah terdapat peningkatan pendapatan usaha yang diperoleh penerima zakat produktif BAZNAS Kota Padang? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh variabel tingkat pendidikan, jam kerja, lama usaha, zakat produktif, dan pelatihan tehhadap pendapatan usaha mikro penerima zakat produktif BAZNAS Kota Padang? 2. Menganalisis ada atau tidaknya peningkatan pendapatan usaha penerima zakat produktif BAZNAS Kota Padang. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang dilakukan dapat berupa: 1. Bagi penulis Penelitian ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan penulis tentang zakat produktif di BANAS Kota Padang dan untuk melatih penulis dalam melakukan penelitian ilmiah berikutnya. Selain itu juga memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat menerapkan pengetahuan dan teori-teori ekonomi yang telah didapat selama berada di bangku perkuliahan dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi. 2. Bagi Instansi BAZNAS Kota Padang Dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai sumber tambahan informasi dan bahan perbaikan dalam pengembangan dan memajukan produk-produk BAZNAS atau program-program yang telah dijalankan selama ini khususnya 6

program modal produktif serta sebagai acuan dalam mengambil kebijakan untuk mensejahterakan masyarakat Kota Padang kedepannya. 3. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bidang disiplin Ilmu Ekonomi pada khususnya, serta dapat menambah informasi kepustakaan khususnya di Fakultas Jurusan Ilmu Ekonomi Syariah di Unversitas Andalas dan dapat menjadi bahan referensi oleh pembaca baik mahasiswa, dosen maupun masyarakat umum. 4. Bagi Masyarakat Agar masyarakat, terutama pelaku usaha mikro dapat mengetahui tentang program modal produktif di BAZNAS Kota Padang dan dapat memberdayakan ekonominya untuk memperoleh kehidupan yang lebih mapan dimasa yang akan datang. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah BAZNAS Kota Padang yang menganalisis peran zakat produktif terhadap kesejahteraan ekonomi masyarakat di Kota Padang. Untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka penelitian ini perlu dibatasi cakupannya. Peneliti melakukan penelitian ini fokus terhadap BAZNAS Kota Padang. Peneliti membatasi masalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilakukan pada mustahik BAZNAS Kota Padang dalam program bantuan modal produktif. 2. Penelitian ini dilaksanakan dengan data primer dengan menyebarkan kuisioner dan data sekunder berupa tinjauan pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini. 7

1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penelitian ini terdiri dari beberapa bagian. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas secara sistematis mengenai masalah yang dibahas, maka sistematika penulisan adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini mengemukakan tentang landasan teori-teori dan penelitian terdahulu yang melandasi penelitian ini BAB III Metode Penelitian Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan bagaimana teknik/metode yang dilakukan peneliti untuk melakukan penelitian ini. BAB IV Gambaran Umum Bab ini penulis akan membahas tentang profil dan gambaran objek penelitian instansi. BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan Berisi tentang pembahasan hasil analisa data dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disebutkan dalam perumusan masalah. BAB VI Kesimpulan Dan Saran Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan saransaran mengenai penelitian. 8