2016 KECENDERUNGAN INTEGRITAS AKADEMIK SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan

BAB V KETERBATASAN, SARAN, KESIMPULAN, DAN KONTRIBUSI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang benar, tetapi juga disertai dengan tanggung jawab atas apa yang dikerjakan

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari hari tetapi jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah. Dikenal karena ada yang melakukan atau hanya sebatas mengetahui perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi. Selain itu, pada tanggal 4 Mei 2011 juga ada penanda-tanganan Deklarasi

Juara 1 Lomba Essay LSP FKIP UNS dalam rangka Hari Pendidikan Nasional 2015

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar baik di sekolah maupun di kampus. Hasil survey Litbang Media Group

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dimana kunci suksesnya terletak pada dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi belajar mahasiswa merupakan salah satu faktor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perubahan sikap dan perilaku. Perubahan sikap dan perilaku itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini diuraikan secara lengkap mengenai pendekatan dan metode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat. daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belajar merupakan proses dari sesuatu yang belum bisa menjadi bisa, dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

2015 PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X IIS SMA KARTIKA XIX-2 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. 1. Pendidikan nasional Indonesia memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dicita-citakan bangsa ini berada di tangan mereka. Banyak orang menganggap bahwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. September Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR GRAFIK...

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi di Indonesia sangat banyak, sehingga terjadi

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

EKSPLORASI KESIAPAN SISWA MEMASUKI DUNIA KERJA PADA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menyadari akan pentingnya menciptakan warga negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perbuatan curang dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam suatu perkembangan bangsa. Oleh karena itu, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. akuntan profesional di masa depan yang memiliki kompetensi, integritas, dan

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECENDERUNGAN MENYONTEK PADA MAHASISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Data laporan pembangunan manusia yang dikeluarkan United Nation

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu hal yang menjadi tonggak ukur kesuksesan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. ( Suryabrata, 2002 : 293 ).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial (homo sosius), yang dibekali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat disamping

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar, membahas soal bersama-sama, atau bahkan ada yang berbuat

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ujian Nasional merupakan gerbang dari sebuah keinginan besar bahwa

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 007/TAP/MWA-UI/2005 TENTANG : ETIKA PENELITIAN BAGI SETIAP ANGGOTA SIVITAS AKADEMIKA

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kebijaksanaan dan Keadilan. Nilai-nilai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi negara berkembang seperti Indonesia. Masalah sumber daya tersebut tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdullah Qurbi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI.

HUBUNGAN ANTARA PERSAINGAN MERAIH NILAI TINGGI DENGAN INTENSITAS PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA MENENGAH KEJURUAN SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya. Tim Penyusun

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Integritas akademik (academic integrity) saat ini merupakan isu pendidikan yang krusial dan menjadi perhatian utama dalam pengembangan pendidikan secara internasional. Hal ini sejalan dengan banyaknya remaja yang masih memiliki tingkat integritas akademik yang mengkhawatirkan, padahal integritas akademik penting bagi remaja terutama dalam perkembangan moral remaja. Remaja memiliki seperangkat nilai yang akan mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tindakan mereka (Santrock, 2007, hlm. 326). Keyakinan dan sikap remaja tentang apa yang seharusnya akan diterapkan dalam berbagai hal seperti: politik, agama, keuangan, pendidikan, menolong orang lain, keluarga, teman sebaya, karir, menyontek, dsb. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan yang penting dalam perkembangan moral khususnya bagi remaja. Meskipun tidak secara langsung sekolah memberikan program pengembangan moral dalam pendidikan tetapi iklim moral tetap diciptakan melalui diciptakannya peraturan sekolah dan adanya budaya integritas akademik yang diterapkan oleh sekolah. Sekolah memasukkan sistem-sistem nilai maupun etika dalam pembelajaran seperti mengenalkan sikap tidak menyontek, tidak berbohong, dll kepada siswa (Santrock, 2007, hlm. 322-333). Integritas akademik (academic integrity) sebagai kerangka normatif diperlukan oleh setiap praktisi akademis dengan membangun nilai-nilai moral sebagai bentuk konsistensi antara pikiran dan perilaku yang ditampilkan para akademisi sehingga dapat menghindari kasus-kasus pelanggaran atau kesalahan akademik. Integritas akademik merupakan unsur penting dalam penyelenggaraan pendidikan nasional untuk memahami dan memiliki kesadaran tentang perilaku normatif yang diharapkan agar memiliki integritas akademik sebagai perspektif yang berorientasi membangun. Peningkatan integritas akademik harus dibangun karena akan berdampak besar pada integritasnya di masa yang akan datang (Barnard, Schurink, & Beer, 2008). Integritas akademik (academic integrity) akan membangun perilaku siswa yang bertanggung jawab, jujur, adil, memiliki rasa hormat, dan memiliki kepercayaan, yang semuanya menentukan hasil pendidikan

2 yang diharapkan, dan semakin mengembangkan kemampuan intelektualnya. Integritas juga memberikan manfaat sosial, membuat orang lebih disiplin, memungkinkan orang untuk lebih berkomitmen, menunjukkan pengembangan intelektual yang akan menghasilkan hasil pendidikan lebih baik seperti nilai yang baik dan berhasil lulus (Peterson & Seligman, 2004; Clark, dkk, 2014). Integritas dalam domain psikologi positif termasuk dalam konstruksi kepribadian positif yang di dalamnya membahas isu-isu plagarisme, etika dan penulisan (Barnard, Schurink, & Beer, 2008; Pfannenstiel, 2010). Kurangnya integritas akademik pada individu di sekolah diprediksi akan menimbulkan perilaku ketidakjujuran dan kecurangan di masa yang akan datang (Biswas, 2014). Selain itu, perilaku tidak etis yang terjadi di lingkungan sekolah seperti kasuskasus kecurangan dan perilaku tidak jujur akan mengganggu lingkungan belajar siswa (Boehm, Justice, & Weeks, 2009). Isu-isu tentang banyaknya kasus plagiarisme dan kecurangan merupakan bentuk pelanggaran atau kurangnya integritas akademik yang saat ini menjadi perhatian publik internasional. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin berkembang pelanggaran integritas akademik semakin memfasilitasi terjadinya pelanggaran bahkan menjadi penyebab utama meningkatnya ketidakjujuran saat ini. Peningkatan integritas menjadi perhatian utama sebagai upaya untuk menghindari terus meningkatnya pelanggaran integritas akademik (Macfarlane, Zhang, & Pun, 2014). Bahkan, di China integritas akademik itu dianggap sangat penting dan menjadi prioritas utama dalam pengembangan akademik. Peningkatan kecurangan-kecurangan yang terjadi dalam bidang akademik merupakan indikasi adanya penurunan integritas akademik (Biswas, 2014). Selain itu, pelanggaran yang dilakukan oleh siswa menggambarkan kualitas akademik siswa, hilangnya integritas akademik di sekolah, tidak menghormati nilai dan etika, serta kegagalan sekolah dalam menerapkan standar kebijakan sekolah. Kasus pelanggaran akademik yang semakin meningkat membuat kecurangan dalam akademik lebih diterima secara sosial dan menganggap bahwa kecurangan merupakan hal yang normal dalam kehidupan. Selalu ada peningkatan setiap tahun sejak tahun 1963-1993 tentang perilaku ketidakjujuran akademik seperti plagiarisme yang dilakukan di lingkungan

3 pendidikan. bahkan siswa mengaku bahwa kecurangan telah begitu normatif dan tidak dipandang oleh siswa sebagai perilaku menyimpang yang dibutuhkan untuk dibenarkan (Center for Research on Learning and Teaching, 2005; Biswas, 2014). Lima perilaku ketidakjujuran akademik pada siswa usia 14-18 tahun yaitu menyalin pekerjaan rumah, mengijinkan menyalin pekerjaan rumah, melakukan kerja sama yang tidak diizinkan, memberikan informasi isi ujian, dan memberi jawaban pada saat ujian (Geddes, 2011). Sementara itu, prioritas utama dalam pendidikan adalah meningkatkan integritas karena sebanyak 75% mahasiswa melakukan kecurangan selama kuliah (CAI, 2012). Persentase siswa yang melakukan kecurangan berdasarkan kategori nilainilai fundamental integritas akademik yaitu : siswa melakukan kecurangan sebesar 95% dalam kategori tinggi dari responden sebanyak 59 orang, dan siswa melakukan plagiarisme 98% dalam kategori tinggi dari responden sebanyak 49 orang (CAI, 2012). Penelitian lain menunjukan 67%-86% mahasiswa sudah pernah melakukan kecurangan, 1 dari 3 orang mahasiswa yang diteliti dari 6000 mahasiswa di 31 Perguruan Tinggi melakukan kecurangan akademik, 30% - 96% dari mahasiswa pernah melakukan kecurangan akademik, 30% siswa melakukan penjiplakan dalam pembuatan makalah, serta 80% memandang kecurangan sebagai pelanggaran biasa, dan hanya lebih dari setengah nya tidak menganggap kecurangan sebagai pelanggaran serius (Boehm, Justice, & Weeks, 2009). Kecurangan dan ketidakjujuran akademik bukan masalah baru di sekolahsekolah yang selalu menjadi perhatian para pendidik. Kasus-kasus ketidakjujuran akademik menunjukkan peningkatan pada siswa di SMA dan di kampus-kampus (Jowana, 2012). Pada masa remaja banyak terjadi kecurangan yang dilakukan oleh siswa karena pada masa ini merupakan masa transisi dari Sekolah Dasar ke Sekolah Menengah dan dari sekolah Menengah ke Perguruan Tinggi. Pernyataan ini di dukung oleh penelitian yang mengungkapkan bahwa adanya persentase siswa yang lebih tinggi terhadap perilaku kecurangan yang terjadi di kalangan remaja terutama dalam tes dan ujian di sekolah yang menekankan persaingan dan nilai (Seider, Novick, & Gomez, 2013). Kecurangan juga banyak dilakukan oleh siswa SMA yang setiap tahunnya semakin meningkat (Anderman & Midgley, 2004; Evand & Craig, 1990; Seider,

4 Novick, & Gomez, 2013). Survei yang dilakukan terhadap 20.000 siswa SMA menunjukkan bahwa 80 % diantaranya mengakui pernah curang dalam tugas sekolah, dan dua pertiga dari remaja pernah curang dalam tes serta 90 % diantaranya pernah menyalin tugas pekerjaan rumah (Strom & Strom, 2008; Seider, Novick, & Gomez, 2013). Beberapa penelitian integritas akademik meneliti tentang integritas akademik berdasarkan variabel demografi yang menunjukkan adanya perbedaan tingkat integritas akademik seperti variabel jenis kelamin, jurusan dalam pendidikan serta partisipasi atau keterlibatan siswa dalam organisasi. Sebagian besar penelitian menunjukkan adanya perbedaan integritas akademik antara siswa laki-laki dengan perempuan dengan persentase pelanggaran paling banyak dilakukan oleh siswa laki-laki. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Simon (dalam Jiang, Emmerton, McKauge, 2013) menunjukkna hasil yang berbeda dimana siswa perempuan lebih banyak melakukan pelanggaran atau ketidakjujuran akademik daripada siswa laki-laki. Siswa yang memiliki kehidupan sosial yang aktif lebih mungkin untuk melakukan kecurangan dibandingkan siswa yang kurang aktif dalam kehidupan sosial, dan siswa yang terlibat dalam kegiatan ekstrkurikuler lebih sedikit memiliki waktu untuk kegiatan akademik yang memungkinkan siswa untuk melakukan kecurangan (Wideman, 2008; Teodorescu & Andrei, 2009). Integritas akademik sebagai karakter individu yang perlu dibangun secara aplikatif pada siswa dalam pendidikan maupun pembelajaran melalui pendidikan moral serta nilai yang menentukan karakteristik siswa dan bermanfaat bagi individu dalam menghadapi tantangan, termasuk tantangan agar mencapai keberhasilan akademis. Namun, banyak siswa di lembaga pendidikan saat ini tumbuh dalam lingkungan sosial yang tidak hanya gagal menghargai integritas tetapi juga merendahkan integritas (Whitley & Spiegel, 2010, hlm. 326). Sekolah dan seluruh personilnya memiliki tanggung jawab pedagogis dalam menerapkan integritas akademik dan membangun iklim serta budaya integritas untuk memperkuat komitmen siswa tentang perilaku yang boleh dan tidak diperbolehkan. Sebanyak 92% dari responden sebanyak 265 siswa melakukan pelanggaran, dan 45% diantaranya merasa bahwa pelanggaran merupakan

5 perilaku sosial yang dapat diterima (Kisamore, Stone, & Jawahar, 2007). Hal tersebut menunjukkan pentingnya budaya integritas akademik sebagai faktor pendorong dan pencegah terjadinya pelanggaran integritas akademik. Bimbingan dan konseling merupakan layanan yang terintegrasi dalam keseluruhan program pendidikan yang memfasilitas siswa untuk dapat mencapai tugas perkembangannya dengan optimal. Bimbingan sebagai upaya pedagogis memiliki fungsi pengembangan yang akan membantu individu dalam mengambangkan diri sesuai potensi dan keragamannya, memilih arah perkembangan sesuai dengan potensinya dan integrasi (Kartadinata, 2011). Perlunya peningkatan integritas akademik melalui praktik pedagogis di lapangan untuk mengurangi kasus-kasus ketidakjujuran akademis (Beck, 2014). Dalam upaya mengembangkan potensi siswa, guru bimbingan dan konseling salah satunya perlu memiliki pemahaman tentang bagaimana integritas akademik siswa sehingga bisa dijadikan sebagai upaya pengembangan kemampuan siswa dalam tugas perkembangan landasan perilaku etis, mengembangkan sistem nilai/norma, serta mengembangkan integritas siswa sebagai salah satu tugas kemandirian yang harus dicapai peserta didik. Berdasarkan hasil-hasil penelitian tentang integritas akademik (academic integrity) banyak sekali yang mengungkapkan bahwa pelanggaran integritas akademik semakin meningkat di dalam lingkungan pendidikan yang tentunya menurunkan nilai-nilai etis siswa. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data tentang kecenderungan integritas akademik siswa Sekolah Menengah Atas. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan rekomendasi bagi guru BK dalam mengembangkan strategi layanan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan integritas akademik siswa sehingga siswa dapat menampilkan nilai-nilai etis dan moral dalam kehidupan sehari-hari dan pembelajaran. B. Rumusan Masalah Penelitian Penelitian difokuskan pada tingkat integritas akademik siswa di Sekolah Menengah Atas. Integritas akademik merupakan komitmen dan tanggung jawab terhadap nilai-nilai dan perilaku individu tentang kejujuran dan ketidakjujuran

6 akademik dalam keseluruhan pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran yang akan mempengaruhi tindakan dalam menentukan perilaku yang boleh dan tidak diperbolehkan. Banyak penelitian yang menunjukkan kasus-kasus pelanggaran integritas akademik yang dilakukan oleh siswa di sekolah seperti plagiarisme, menyalin pekerjaan rumah, mengizinkan menyalin pekerjaan rumah, melakukan kerja sama yang tidak diizinkan, memberikan informasi isi ujian, dan memberi jawaban pada saat ujian. Kasus-kasus pelanggaran akademik juga terjadi di Indonesia termasuk di Kota Bandung. Hasil wawancara yang dilakukan di salah satu SMA Swasta di Kota Bandung mengungkapkan bahwa siswa lebih bertanggung jawab pada kegiatan ekstrakurikuler dibandingkan kegiatan akademik di sekolah. Selain itu, setiap tahunnya selalu terjadi kasus-kasus ketidakjujuran dan kecurangan dalam kaitannya dengan belajar dimana setiap kelas selalu ada siswa yang kurang jujur, tidak bertanggung jawab, dan tidak mengerjakan tugas. Penelitian yang pernah dilakukan tentang kasus pelanggaran di sekolah mengungkapkan bahwa persentase kasus pelanggaran banyak terjadi pada siswa kelas XI. Hasil wawancara studi kasus dengan 3 orang siswa SMA kelas XII mengungkapkan bahwa mereka mengalami penurunan prestasi dan sering melakukan pelanggaran ketika mereka kelas XI. SMA Negeri 1 Lembang merupakan sekolah Negeri yang sudah berakreditasi A. Sejak kelas X siswa sudah diberikan tugas sekolah yang menuntut siswa untuk membuat makalah pada mata pelajaran tertentu, apalagi siswa yang mengikuti ekstra kurikuler KIR (Karya Ilmiah Remaja) sudah sering membuat karya tulis. Tugas-tugas pembuatan makalah yang diberikan oleh guru mata pelajaran merupakan tugas kelompok, tetapi berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 2 orang siswa kelas XI mengungkapkan bahwa ketika ada tugas kelompok biasanya hanya mengandalkan satu orang untuk mengerjakan, hasil bimbingan kelompok dengan 5 orang siswa kelas X mengungkapkan mereka lebih menyukai tugas individual karena tugas kelompok hanya membuat siswa yang lain tidak mau mengerjakan. Kasus-kasus pelanggaran integritas akademik sering terjadi dan dilakukan oleh siswa-siswa di SMA Negeri 1 Lembang. Berdasarkan informasi yang

7 diperoleh dari siswa kelas XI pelanggaran integritas yang dilakukan seperti menyontek atau kerja sama ketika ulangan dengan menggunakan media handphone melalui chatting grup dengan cara memfoto jawaban kemudian di bagikan di grup dan juga menyontek dengan cara melihat ke teman di depan, belakang atau disampingnya. Selain itu, kecurangan dilakukan dengan memanfaatkan internet untuk mencari jawaban ketika ulangan meskipun itu tidak perbolehkan oleh guru. Menyontek merupakan pelanggaran yang mayoritas sering dilakukan oleh siswa di SMA Negeri 1 Lembang. Hal ini terjadi karena kurangnya kesiapan dari siswa itu sendiri. Menyontek biasaya dilakukan oleh siswa ketika ulangan harian yang diawasi langsung oleh guru mata pelajaran ataupun saat ujian akhir yang diawasi oleh guru lain. Selain itu, pelanggaran tidak hanya dilakukan pada saat pelaksanaan ujian atau ulangan tetapi juga dalam tugas atau pekerjaan rumah, pada tugas-tugas yang mengharuskan siswa mengetik ada siswa yang melakukan copy paste, dan hanya mengganti nama atau sedikit dibedakan dengan yang aslinya. Berbeda dengan hasil wawancara studi kasus dengan 3 orang siswa kelas XII yang mengatakan sering melakukan pelanggaran ketika kelas XI, di SMA Negeri 1 Lembang ternyata pelanggaran lebih banyak terjadi di kelas X terutama di kelas IIS karena pandangan yang kurang bagus dari guru yang menganggap siswa IIS nakal dan juga dari siswa itu sendiri yang merasa bahwa siswa IIS adalah siswa buangan. Hasil wawancara yang dilakukan dengan coordinator BK SMA Negeri 1 Lembang memaparkan bahwa kasus pelanggaran yang sering dilakukan oleh siswa kelas X dalam ulangan/ujian maupun tugas dan pekerjaan rumah membuat guru-guru bekerja sama dalam upaya menanamkan pembinaan agar siswa dapat mandiri. Pembinaan dilakukan baik oleh guru BK secara rutin setiap minggu dan juga wali kelas yang rutin setiap satu bulan satu kali. Pembinaan tersebut memberikan manfaat sehingga terdapat penurunan dalam pelanggaran yang dilakukan oleh siswa kelas XI dan XII. Selain itu, penurunan yang terjadi di kelas XI dan XII dikarenakan siswa sudah memiliki kesadaran diri dan memikirkan tentang suatu tindakan berdasarkan pertimbangan tertentu.

8 Perilaku pelanggaran integritas yang terjadi di SMA Negeri 1 Lembang menggambarkan bahwa perlu adanya pemahaman tentang tingkat integritas akademik siswa serta pandangan siswa tentang pelanggaran integritas akademik terutama pada siswa kelas X yang paling banyak melakukan pelanggaran. Penelitian-penelitian sebelumnya tentang integritas akademik (academic integrity) banyak meneliti tentang integritas akademik dengan partisipannya adalah mahasiswa, padahal banyak juga kasus pelanggaran integritas akademik yang terjadi di Sekolah Menengah Atas yang setiap tahunnya meningkat. Pelanggaran integritas akademik juga merupakan kajian dalam integritas akademik sehingga perlu ada penelitian mengenai integritas akademik pada siswa di Sekolah Menengah Atas mengingat banyaknya penelitian dilakukan di perkuliahan. Selain itu, penelitian sebelumnya banyak meneliti tentang bentuk-bentuk dan alasan kecurangan dan pelanggaran yang dilakukan sehingga penelitiannya menggunakan metode penelitian campuran dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui survei serta pendekatan kualitatif menggunakan wawancara, observasi terfokus, survei terbuka, dan analisis dokumentasi untuk memahami alasan-alasan melakukan kecurangan. Berbagai literatur penelitian tentang integritas akademik mengungkapkan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi integritas akademik meliputi faktor perbedaan individual dan faktor situasional atau kontekstual. Faktor-faktor tersebut terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, patisipasi akademik, keberhasilan akademik, kecerdasan, etnis, dan agama, kebijakan sekolah, teknologi, budaya integritas akademik, norma sosial, pengaruh teman sebaya, dan tingkat keparahan sanksi yang ditegakkan di sekolah. Pengaruh dari faktor-faktor tersebut memungkinkan adanya perbedaan integritas akademik berdasarkan setiap variabelnya. Oleh karena itu, perlu penelitian lebih lanjut mengenai kecenderungan integritas akademik siswa dan pandangan tentang integritas akademik berdasarkan faktor jenis kelamin jurusan, dan keterlibatan siswa yang berfokus pada gambaran kecenderungan integritas akademik (academic integrity) siswa di Sekolah Menegah Atas.

9 Berdasarkan identifikasi masalah yang dipaparkan, rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana kecenderungan integritas akademik siswa kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Bagaimana kecenderungan integritas akademik siswa kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2015/2016 berdasarkan jenis kelamin siswa. 3. Bagaimana kecenderungan integritas akademik siswa kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2015/2016 berdasarkan jurusan/peminatan yang dipilih siswa. 4. Bagaimana kecenderungan integritas akademik siswa kelas X SMA Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2015/2016 berdasarkan keterlibatan siswa dalam ekstrakurikuler atau komunitas. C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan kecenderungan integritas akademik (academic integrity) siswa di Sekolah Menengah Atas. Lebih spesifik lagi penelitian dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan integritas akademik siswa di Sekolah Menengah Atas khususnya siswa kelas X SMA Negeri 1 Lembang berdasarkan jenis kelamin, jurusan atau peminatan, serta keterlibatan siswa dalam ekstrakurikuler atau komunitas. D. Manfaat Penelitian Secara khusus penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah pemahaman teoritis tentang integritas akademik siswa. Lebih jauh lagi penelitian ini juga diharapkan bisa dimanfaatkan secara praktis dalam pendidikan serta bimbingan dan konseling 1. Bagi guru bimbingan dan konseling hasil penelitian ini bisa dimanfaatkan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling khususnya untuk meningkatkan nilai-nilai etis siswa. 2. Bagi peneliti selanjutnya bisa mengembangkan penelitian dengan meneliti faktor lingkungan untuk menganalisis iklim lingkungan terhadap integritas akademik siswa sebagai faktor yang memengaruhi integritas akademik.

10 E. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan alasan dilakukannya penelitian, serta pentingnya penelitian dengan topik integritas akademik khususnya dalam bidang kajian pendidikan. Bab ini juga menjelaskan pertanyaan penelitian yang akan menjadi kajian penelitian serta tujuan dan manfaat dilakukannya penelitian baik secara teoretis maupun praktis. BAB II LANDASAN TEORETIS Bab II merupakan literatur reviu yang akan menjadi dasar atau landasan teori dalam pelaksanaan penelitian sehingga penelitian yang dilakuakan akan mengacu pada teori-teori yang relevan. Dalam bab ini juga dipaparkan posisi teoretis peneliti berkenaan dengan topik yang akan diteliti. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan prosedur peneliti dalam merancang alur penelitian mulai dari pendekatan yang akan digunakan, instrument yang digunakan, pengumpulan data, sampai pada analisis data. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Bab IV menejelaskan hasil yang ditemukan dari pengolahan dan analisis data serta membahas hasil penelitian sesuai dengan pertanyaan penelitian yang sudah dirancang menggunakan teori yang relevan. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimplan dari hasl analisis terhadap hasil temuan penelitian, mengemukakan hal-hal penting untuk dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak terkait yang memiliki implikasi dalam penelitian.