BAB I. PENDAHULUAN. sehingga pertanian memang cocok untuk terus dikembangkan di Indonesia. negara Departemen Pertanian (2000), yaitu:

dokumen-dokumen yang mirip
SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

PENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah.

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara yang terletak di zona

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia, hal ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH DITINJAU DARI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

METODE DEMONSTRASI. Oleh :Tuty Herawati

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

ARAHAN PENGEMBANGAN USAHATANI TANAMAN PANGAN BERBASIS AGRIBISNIS DI KECAMATAN TOROH, KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN. Kebijakan Produksi (Intesifikasi melalui BIMAS)

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. manfaat penelitian; dan (5) keaslian penelitian. Pada sub-bab latar belakang,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

BAB I PENDAHULUAN. giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satu diantaranya adalah bidang

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar rakyatnya hidup dari pertanian. Pada awalnya kondisi alam, cuaca dan budaya masyarakat di Indonesia sangat mendukung sektor pertanian ini sehingga pertanian memang cocok untuk terus dikembangkan di Indonesia. Simon Kuznet mengemukakan adanya empat faktor yang merupakan kontribusi sektor pertanian dalam mendukung pembangunan ekonomi suatu negara Departemen Pertanian (2000), yaitu: a. Pemasok bahan pangan bagi penduduk dan bahan baku produk manufaktur/industri rakyat (product contribution) b. Pemasok tenaga kerja dan sumber utama investasi sektor lain (factor contribution) c. Pasar yang besar bagi produk industri domestik baik untuk konsumsi maupun untuk berusaha (market contribution) d. Penghasil devisa (foreign exchange contribution). Sektor pertanian mendapat prioritas utama karena sektor ini memang merupakan sektor yang dominan dalam ekonomi nasional, baik ditinjau dari kontribusinya dalam pendapatan nasional, dalam penyediaan lapangan kerja (employment), maupun sebagai sumber devisa. Meskipun dalam proses perkembangan selanjutnya peranan pertanian ini menurun, digantikan oleh sektor pertambangan sebagai sumber devisa 1980-an dan

2 sektor industri dan jasa dalam employment dan pendapatan nasional. Baik sektor industri maupun sektor perdagangan mempunyai hubungan erat dengan sektor pertanian (Widodo, Sri, 2011). Beberapa alasan pembangunan pertanian tidak dapat berkembang, padahal daya dukung pembangunan pertanian sangat baik dengan melihat potensi SDA, penyebabnya yaitu: a. Dengan melimpahnya kekayaan alam termasuk kekayaan mineral yang terkandung di bumi Indonesia, pemerintah lebih mengutamakan atau memusatkan perhatian untuk mengeksploitasi SDA dari pada membangun pertanian. b. Pertumbuhan penduduk Indonesia sebagai lahan konsumen yang tinggi mendorong pertumbuhan perusahaan-perusahaan asing maupun domestik sangat tinggi, sehingga pemerintah baik pusat maupun daerah banyak berpihak kepada industri dari pada pembangunan pertanian (Sukino, 2013). Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai peranan sangat penting dalam membangun bangsa dan negara. Persaingan pasar yang semakin ketat menuntut adanya SDM yang unggul dan kompetitif sehingga mampu meningkatkan produktivitas pertanian dan mampu mengelola pasar melalui persediaan hasil pertanian maupun jasa yang berkualitas. Sumber Daya Manusia merupakan kunci sukses bagi pembangunan, karena pada dasarnya apapun bentuk pembangunan, manusia merupakan pelaku dari kegiatan tersebut.

3 Penyuluhan pertanian merupakan sarana kebijakan yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Pelaku utama pembangunan pertanian di Indonesia adalah petani-petani (pekebun, peternak, dan nelayan). Petani yang nanti akan mengaplikasikan teknologi untuk kegiatan usaha taninya. Penyuluh pertanian bertanggung jawab untuk membawa perubahan dalam pembangunan pertanian. Penyuluh pertanian memiliki peran salah satunya adalah menghasilkan petani-petani yang berkualitas agar mereka mampu menghadapai persaingan pasar. Penyuluh membantu petani dalam meningkatkan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan ketrampilan (skill) sehingga petani mampu meningkatkan kreativitas mendesain dan menciptakan teknologi yang akan menghasilkan berbagai produk pertanian yang unggul yang mampu bersaing di pasaran internasional. Selain itu penyuluh juga berperan dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi guna meningkatkan kesejahteraan petani. Penyelenggaraan penyuluhan pertanian terutama di daerah-daerah yang berpotensi sebagai penghasil tanaman pangan sangat perlu dilakukan dan harus mendapatkan perhatian tidak terkecuali di Kabupaten Purworejo. Daerah penghasil pangan harus dikelola sebaik-baiknya agar dapat memajukan pertanian di Indonesia, maka peran penyuluh sangatlah penting dalam mengelola daerah penghasil pangan. Hal tersebut dilakukan untuk menciptakan suatu perubahan tingkah laku petani menuju ke arah perbaikan usahatani yang selanjutnya akan berdampak pada produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan keluarga petani.

4 Kabupaten Purworejo merupakan kabupaten yang berperan sebagai penyangga utama Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Jawa Tengah. Kabupaten Purworejo adalah daerah agraris karena sebagian besar penggunaan lahannya adalah pertanian, begitu pula mata pencaharian penduduk sebagian besar sebagai petani. Lahan seluas 103.481 ha di Kabupaten Purworejo terdiri dari 83.396 ha (80,59%) lahan pertanian dan 20.085 ha (19,41%) bukan lahan pertanian. Lahan pertanian yang ada digunakan sebagai lahan sawah 30.573 ha (29,54%) dan bukan lahan sawah 52.823 ha (51,05%). Luas lahan pertanian Kabupaten Purworejo sebagian besar adalah sawah berpengairan non teknis dan tadah hujan, hanya sebagian kecil yang berpengairan teknis (BPS, 2012). Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) mendorong Kabupaten Purworejo untuk terus menghasilkan beras. Permasalahan yang terjadi adalah padi merupakan tanaman yang sangat membutuhkan air, hal ini tentunya menjadi masalah bagi daerah yang mengandalkan air hujan (sawah tadah hujan). Irigasi pada daerah sawah tadah hujan tidak akan berjalan lancar meskipun memiliki infrastruktur saluran irigasi yang baik. Penghematan air menjadi solusi dari permasalahan ini. Dengan demikian diperlukan suatu alternatif pertanian yang memiliki dimensi pembangunan yang bertujuan pada produktivitas padi, pembangunan sumberdaya manusia dan keberlanjutan pertanian. Teknologi System of Rice Intensification (SRI) merupakan salah satu cara untuk menghemat air pada penanaman padi di areal sawah tadah

5 hujan. SRI sangat bersahabat dengan petani yang sawahnya merupakan tadah hujan karena dalam pengairan SRI ini tanah yang digunakan untuk media penanaman hanya membutuhkan ketinggian air maksimal 2 cm. Teknologi SRI ini merupakan salah satu teknologi pendekatan baru yang hadir setelah hampir semua petani mendapatkan manfaat dari progam revolusi hijau di Indonesia seperti Demas (demonstrasi massal), Bimas (bimbingan massal), BNYD (bimas nasional yang disepurnakan), Insus (intensifikasi khusus), Supra insus, dan lain-lain. Widodo, Sri (2011) menjelaskan bahwa pendekatan baru dalam pembangunan pertanian seharusnya berdasar pada kenyataan bahwa petani sudah mengalami proses dinamisasi dan modernisasi sehingga petani sudah lebih rasional, sudah mengenal teknologi pertanian modern dan komoditi yang bernilai tinggi. Oleh karena itu, progam seperti BIMAS harus sudah diubah dengan cara menawarkan berbagai progam dan teknologi alternatif dengan memberi kesempatan kepada petani untuk memutuskan memilih pola usahatani yang menguntungkan bagi dirinya. Penggunaan pupuk anorganik dan pestisida dengan dosis tinggi pada revolusi hijau mendorong adanya teknologi baru ke arah sustainable agriculture dengan lebih menghargai indigenous technology, institution dan wisdom. Teknologi SRI merupakan salah satu teknologi yang mengarah pada sustainable agriculture. Teknologi SRI sebenarnya bukan sesuatu yang baru bagi petani di Kabupaten Purworejo namun dalam kenyataan yang ada di lapangan tidak semua petani mampu mengembangkan usaha tani padi dengan metode SRI

6 dikarenakan tingkat pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada masingmasing petani tidak sama. Berdasarkan keadaan tersebut, maka diperlukan peran penyuluh untuk adopsi inovasi SRI di Kabupaten agar persediaan beras di Kabupaten Purworejo dapat terus ditingkatkan dan dipertahankan. Peran penyuluh sangat diperlukan untuk mengkomunikasikan teknologi SRI kepada petani-petani yang belum mengadopsi SRI agar teknologi tersebut nantinya bermanfaat dan membawa perubahan di bidang pertanian khususnya di Kabupaten Purworejo. Peran penyuluh pertanian dalam meningkatkan produktivitas padi dengan melakukan proses pembelajaran kepada pelaku utama yaitu petani, agar mampu mengadopsi teknologi SRI. SRI juga dapat menekan ketergantungan petani terhadap kimiawi sintetik, serangan hama dan penyakit, menurunnya kualitas lahan karena kerusakan ekosistem. Petani di Kabupaten Purworejo ini melakukan penentuan waktu tanam menggunakan kalender jawa atau yang disebut dengan pranata mangsa. Pranata mangsa digunakan oleh petani di Kabupaten Purworejo dalam menentukan mulai menggarap sawah, waktu tanam padi, waktu tanam palawija, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tumbuhan, dan panen. Pranata mangsa atau aturan waktu musim digunakan oleh para petani Kabupaten Purworejo yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan dipakai sebagai patokan untuk mengolah pertanian. Berkaitan dengan kearifan tradisional maka pranata mangsa ini memberikan arahan kepada petani untuk bercocok tanam mengikuti tanda-tanda alam dalam mongso

7 yang bersangkutan, tidak memanfaatkan lahan seenaknya sendiri meskipun sarana prasarana mendukung seperti misalnya air dan saluran irigasinya sehingga melalui perhitungan pranata mangsa maka alam dapat menjaga keseimbangannya. Adanya pemanasan global sekarang ini yang juga mempengaruhi pergeseran musim hujan, tentunya akan mempengaruhi masa-masa tanam padi oleh petani. Namun demikian pranata mangsa ini tetap menjadi arahan petani dalam mempersiapkan diri untuk mulai bercocok tanam. Hal ini menyebabkan Pranata mangsa dapat menunjang keberhasilan dalam mengadopsi SRI karena sejatinya pengembangan usaha tani padi metode SRI berbasis kearifan lokal pranata mangsa tersebut berasal dari masyarakat setempat, kebiasaan setempat, dan kebudayaan setempat, sehingga petani sekitar juga memiliki semangat untuk menjaga hal tersebut. Peran penyuluh diharapkan mampu menggali kearifan lokal sehingga dapat menyebarluaskan kearifan lokal pranata mangsa kepada pemuda-pemuda tani dalam mengadopsi SRI. Terkait dengan hal itu, Mardikanto (2013) mengatakan bahwa sudah saatnya para fasilitator (penyuluh) mulai menaruh perhatian terhadap inovasi lokal yang berupa: keunggulan lokal, pengalaman masyarakat (petani) setempat, nilai-nilai tradisi atau kearifan lokal (indigenous technology), dengan adanya perhatian penyuluh terhadap kearifan lokal pranata mangsa di Kabupaten Purworejo diharapkan pranata mangsa ini tetap digunakan secara turun-temurun oleh petani dan tidak punah seiring perkembangan zaman.

8 Uraian diatas menimbulkan keinginan penulis untuk meneliti tentang peran penyuluh pertanian dalam adopsi inovasi budidaya padi metode SRI berbasis kearifan lokal pranata mangsa di Kabupaten Purworejo sebagai upaya untuk menciptakan perubahan perilaku petani menuju ke arah pencapaian usahatani yang lebih efisien dan produktif. 1.2 Perumusan Masalah Usaha tani yang produktif adalah usaha tani yang produktivitasnya tinggi. Padi sebagai komoditas pangan utama mempunyai nilai strategis yang sangat tinggi, sehingga diperlukan adanya penanganan yang serius dalam upaya peningkatan produktivitasnya. Dalam proses produktivitasnya, padi sawah juga tidak lepas dari masalah. Masalah tersebut antara lain: lahan, saluran irigasi, sarana produksi, infrastruktur, dan rendahnya motivasi petani terhadap kegiatan penyuluhan, dan lain-lain. Salah satu alternatif teknologi pertanian yang dapat meminimalkan dampak adanya masalah tersebut yaitu System of Rice Intensification (SRI). Beberapa alasan yang mendorong System of Rice Intensification (SRI) menjadi salah satu teknologi yang harus diterapkan di Kabupaten Purworejo, antara lain: a. Sebagian besar sawah di Kabupaten Purworejo merupakan sawah tadah hujan sehingga irigasi kurang berjalan dengan baik. b. Potensi lahan pertanian semakin menurun sedangkan penggunaan bahan-bahan kimia meningkat. c. SRI merupakan metode ramah lingkungan sekaligus mampu meningkatkan efiensi dan produktivitas.

9 d. Peningkatan produktivitas tanaman padi akan turut meningkatkan pendapatan petani sehingga kesejahteraan keluarga petani akan turut pula tercapai. e. Kenaikan harga pangan yang terjadi membutuhkan solusi untuk meningkatkan produktivitas bahan pangan. Masyarakat dalam hal ini adalah petani yang memiliki potensi sumberdaya, dapat difasilitasi agar mereka mampu mengelola lahan dengan usahatani menggunakan metode SRI. Adanya peralihan sistem penanaman padi dari konvensional ke SRI, belum diikuti oleh kesadaran (perubahan sikap) yang berkelanjutan sehingga adopsi inovasi SRI belum sepenuhnya dilakukan oleh petani Kabupaten Purworejo. Kondisi demikian kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor terkait, yakni pengetahuan, sikap, ketrampilan, umur, luas lahan, motivasi, sifat inovasi SRI, dan kearifan lokal pranata mangsa. Selain itu peran penyuluh di Kabupaten Purworejo juga terlibat dalam penerapan SRI yang belum sepenuhnya dilakukan oleh petani. Peran penyuluh yang seharusnya dapat mempengaruhi keberhasilan adopsi inovasi SRI sebagaimana diungkapkan oleh Van Den Ban dan Hawkins (1999) bahwa penyuluh seharusnya bisa mempengaruhi petani, menyebarluaskan informasi (inovasi) dengan cepat, dan memiliki pengetahuan teknis yang memadai untuk memecahkan masalah petani, namun dalam kenyataan masih terdapat petani yang menerapkan pertanian konvensional.

10 Menurut Mardikanto (2010) peran penyuluh tidak hanya terbatas pada fungsi menyebarluaskan inovasi dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani, namun ia harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga penyuluhan yang diwakilinya dengan masyarakatnya, baik dalam hal menyampaikan inovasi atau kebijakan-kebijakan yang harus diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat sasaran, maupun untuk menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah/lembaga penyuluhan yang bersangkutan. Peran penyuluh seperti ini apakah sudah ada dalam diri penyuluh di Kabupaten Purworejo yang nantinya akan mempengaruhi dalam mengadopsi inovasi SRI. Mardikanto (2010) mengatakan bahwa penyuluh yang baik, sejauh mungkin harus memiliki latar belakang sosial budaya yang sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat penerima manfaatnya. Petani di Kabupaten Purworejo ini memiliki kebiasaan menghitung musim tanam dengan pranata mangsa. Setidak-tidaknya, penyuluh di Kabupaten Purworejo juga menguasai perhitungan musim tanam dengan pranata mangsa yang secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap adopsi inovasi SRI dan berperan dalam menyebarluaskan kearifan lokal tersebut ke pemuda-pemuda tani agar tidak punah seiiring perkembangan zaman. Kenyataannya apakah peran penyuluh sudah berjalan dengan baik dalam menyebarluaskan inovasi SRI dan kearifan lokal pranata mangsa ataukah sebaliknya.

11 Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut 1. Bagaimana tingkat peran penyuluh dalam adopsi inovasi SRI? 2. Apakah faktor-faktor seperti peran penyuluh, pengetahuan, sikap, ketrampilan, umur, luas lahan, motivasi, sifat inovasi, dan kearifan lokal pranata mangsa berpengaruh terhadap adopsi inovasi SRI? 3. Bagaimana pengaruh adopsi inovasi SRI terhadap produktivitas padi? 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian yang menitikberatkan pada kajian peran penyuluh dan System of Rice Intensification yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan tema, tujuan, lokasi, dan hasil penelitian yang berbeda-beda. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh: (1) Priyo Utomo, Dyah Panuntun Utami dan Istiko Agus Wicaksono (2008) tentang Persepsi Petani Terhadap Budidaya Padi System of Rice Intensification (SRI) Di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo; (2) Tri Ratna Saridewi dan Amelia Nani Siregar (2010) tentang Hubungan Antara Peran Penyuluh Dan Adopsi Teknologi Oleh Petani Terhadap Peningkatan Produksi Padi di Kabupaten Tasikmalaya; (3) Andrian Wirasyahputra (2012) tentang Pengaruh Peran Penyuluh dan Kearifan Lokal Terhadap Adopsi Inovasi Padi Sawah di Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar; (4) Kuswini Tri Ariani dan Sofia Rieni Apsari (2011) tentang Aplikasi Model Pendampingan Berbasis Among Dalam Penyuluhan Pertanian Padi SRI di Muntilan Prambanan; (5) Victor Braganca (2011) tentang Pengaruh Faktor

12 Sosial Ekonomi Terhadap Adopsi Inovasi System Of Rice Intensification Padi Sawah Di Daerah Maliana Timor Leste. Berdasarkan hasil studi literatur yang telah dilakukan oleh penulis, maka penulis berkeyakinan penelitian dengan judul Peran Penyuluh Pertanian Dalam Adopsi Inovasi Budidaya Padi Metode SRI Berbasis Kearifan Lokal Pranata Mangsa di Kabupaten Purworejo. Penelitian ini memiliki perbedaan mendasar dari kelima penelitian sebelumnya yaitu dari segi: tujuan, metode, lokasi, dan kasus penelitian.

13 Tabel 1.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Peran Penyuluh Pertanian Dalam Adopsi Inovasi Budidaya Padi Metode SRI Berbasis Kearifan Lokal Pranata mangsa di Kabupaten Purworejo. No Peneliti, Tahun Sumber & Judul Penelitian 1. Priyo Utomo, Jurnal *: Dyah Panuntun Persepsi Petani Utami dan Istiko Terhadap Budidaya Agus Wicaksono, Padi System of Rice 2008 Intensification (SRI) Di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo Tujuan Penelitian Metode Hasil Penelitian Perbedaan 1. Mengetahui gambaran karakteristik internal dan eksternal petani 2. Mengetahui persepsi petani terhadap metode SRI 3. Menganalisis hubungan karakteristik internal dan eksternal petani dengan persepsi petani terhadap budidaya padi sawah dengan metode SRI. Kuantitatif, rataan skor dan korelasi Rank Spearman 1. Menurut petani yang menerapkan SRI, metode SRI memberikan keuntungan relatif, sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan petani, mudah dilihat hasilnya, namun kurang praktis. Menurut petani yang kembali ke konvensional metode SRI memberikan keuntungan relatif, tidak sesuai dengan kondisi lingkungan, kebiasaan dan kebutuhan petani, kurang praktis, dan mudah dilihat hasilnya. 2. Uji korelasi rank Spearman untuk petani yang menerapkan SRI menunjukkan bahwa karakteristik internal yang berkorelasi dengan persepsi adalah umur dengan keuntungan relatif dan tingkat kerumitan, serta pendapatan dengan tingkat kerumitan. Karakteristik eksternal yang berkorelasi dengan persepsi adalah luas lahan dengan tingkat kerumitan, dan intensitas mengikuti pelatihan dengan tingkat kesesuaian. Hasil uji korelasi rank Spearman untuk petani yang kembali ke konvensional menunjukkan bahwa karakteristik internal petani yang berkorelasi dengan persepsi adalah pendapatan dengan tingkat keuntungan relatif. Karakteristik eksternal yang berkorelasi dengan persepsi adalah luas lahan dengan keuntungan relatif. Tujuan penelitian, metode penelitian, lokasi penelitian, dan kasus penelitian. 2. Tri Ratna Saridewi dan Amelia Nani Siregar, 2010 Jurnal **: Hubungan Antara Peran Penyuluh Dan Adopsi Teknologi Oleh Petani Terhadap 1. Mengetahui hubungan antara peran penyuluh dengan peningkatan produksi padi 2. Mengetahui hubungan antara adopsi teknologi Kuantitatif, korelasi regresi uji dan 1. Peran penyuluh di Kabupaten Tasikmalaya tidak berkontribusi dan tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi 2. Adopsi teknologi oleh petani di Kabupaten Tasikmalaya tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi, dan Tujuan penelitian, metode penelitian, lokasi penelitian, dan kasus penelitian

14 3. Andrian Wirasyahputra, 2012 4 Kuswini Tri Ariani dan Sofia Rieni Apsari, 2011 Peningkatan Produksi Padi di Kabupaten Tasikmalaya Tesis: Pengaruh Peran Penyuluh dan Kearifan Lokal Terhadap Adopsi Inovasi Padi Sawah di Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar oleh petani dengan peningkatan produksi padi, 3. Mengetahui peran penyuluh dan adopsi teknologi oleh petani dalam peningkatan produksi padi. 1. Mengetahui pengaruh peran penyuluh terhadap proses adopsi inovasi padi sawah di Kecamatan Montasik 2. Mengetahui pengaruh kearifan lokal terhadap proses adopsi inovasi padi sawah di Kecamatan Montasik 3. Mengetahui adakah pengaruh faktor sosial dan ekonomi petani dalam adopsi inovasi padi sawah di Kecamatan Montasik 4. Mengetahui apakah terjadi kesinergian kegiatan penyuluhan pertanian dan pendekatan kearifan lokal terhadap adopsi inovasi padi sawah oleh petani di Kecamatan Montasik Jurnal ***: 1. Mengetahui apakah Aplikasi Model pendampingan berbasis Pendampingan among mampu Berbasis Among meningkatkan keberdayaan Dalam Penyuluhan petani Pertanian Padi SRI 2. Mengetahui pengaruh di Muntilan model terhadap Prambanan keberdayaan petani 3. Mengetahui efektivitas pendampingan among Metode deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif didukung dengan kualitatif. Kuantitatif menggunakan analisis ANAKOVA, kualitatif menggunakan analisis deskriptif 3. Peran penyuluh dan adopsi teknologi di Kabupaten Tasikmalaya secara bersama-sama bersinergi meningkatkan produksi padi Peran penyuluh, motivasi dan sikap mempengaruhi proses adopsi inovasi padi sawah. Faktor kearifan lokal, partisipasi, luas lahan, dan pendidikan tidak berpengaruh terhadap adopsi inovasi padi sawah. Kegiatan penyuluhan pertanian dengan pendekatan kearifan lokal dapat bersinergi dengan adopsi inovasi padi sawah, yang berarti para penyuluh serta tokoh masyarakat dapat bekerja sama dengan baik dalam pengaturan jadwal tanam padi serta dalam proses pelestarian lingkungan pertanian di dalam Kecamatan Montasik. 1. Model pendampingan berbasis among mampu meningkatkan keberdayaan petani, walapun hasilnya kurang maksimal. 2. Uji pengaruh model terhadap keberdayaan petani yaitu t hitung = 13,593, t tabel = 2,060, sehingga t hitung > t tabel maka model berpengaruh terhadap keberdayaan petani. 3. Model pendampingan berbasis among bekerja secara efektif dalam meningkatkan keberdayaan petani. Tujuan penelitian, metode penelitian, lokasi penelitian, dan kasus penelitian. Tujuan penelitian, metode penelitian, lokasi penelitian, dan kasus penelitian.

15 5. Victor Braganca, 2011 4. Mengetahui korelasi antara kemampuan merefleksikan diri terhadap keberdayaan petani 5. Mendeskripsikan perilaku petani setelah didampingi dengan model among Tesis: Pengaruh 1. Mengetahui pengaruh Faktor Sosial faktor sosial ekonomi Ekonomi Terhadap terhadap adopsi inovasi Adopsi Inovasi sistem SRI padi sawah di System Of Rice daerah Maliana Timor Intensification Padi Leste Sawah Di Daerah 2. Mengetahui pengaruh Maliana Timor Leste adopsi inovasi sistem SRI padi sawah terhadap produksi padi sawah di daerah Maliana Timor Leste Metode Deskriptif dengan kuantitatif, Analisis Regresi Berganda, Analisis Regresi Sederhana 4. Variabel kemampuan melakukan refleksi diri berkorelasi dengan variabel keberdayaan petani 5. Petani kadang melakukan perilaku-perilaku yang mencerminkan keberdayaan petani. 1. Faktor-faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap adopsi inovasi sistem SRI yaitu variabel motivasi, partisipasi, pendidikan non formal, dan luas kepemilikan lahan. 2. Adopsi inovasi sistem SRI berpengaruh signifikan terhadap produksi padi sawah Tujuan penelitian, metode penelitian, lokasi penelitian, dan kasus penelitian Keterangan: Jurnal * : Jurnal Surya Agritama September 2012 Vol. I No. 2 Jurnal ** : Jurnal Penyuluhan Pertanian Mei 2010 Vol. 5 No. 1 Jurnal *** : Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Desember 2011 Vol 8 No 2

16 1.4 Tujuan Penelitian Mengacu pada permasalahan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui tingkat peran penyuluh dalam adopsi inovasi SRI. 2. Mengetahui faktor-faktor seperti peran penyuluh, pengetahuan, sikap, ketrampilan, umur, luas lahan, motivasi, sifat inovasi, dan kearifan lokal pranata mangsa berpengaruh terhadap adopsi inovasi SRI 3. Mengetahui pengaruh adopsi inovasi SRI terhadap produktivitas padi. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil penelitian ini terbagi dalam dua manfaat yaitu manfaat secara umum dan manfaat khusus. 1.5.1 Manfaat Umum Secara umum diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi akademik yang dapat memperkaya khasanah bidang ilmu penyuluhan dan komunikasi pembangunan. 1.5.2 Manfaat Khusus Secara khusus diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi: 1. Balai Penyuluhan Pertanian Kabupaten Purworejo dalam pengambilan kebijakan tentang System of Rice Intensification (SRI). 2. Penyuluh Pertanian Lapangan di Kabupaten Purworejo, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas pendampingan kepada petani. 3. Peneliti selanjutnya yang berminat untuk meneliti mengenai peran penyuluh dalam adopsi budidaya padi berbasis kearifan lokal