BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya akan selalu berkembang ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan. Pendidikan dapat diperoleh secara formal melalui sekolah atau

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Deslyn Everina Simatupang, 2014

datar berdasarkan kemampuan berpikir geometris Van Hiele sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI A.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kompetensi agar menjadi manusia yang berkarakter baik secara intelektual,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Dalam proses pembelajaran bukanlah semata-mata untuk

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Kisi kisi Soal Tes. Bentuk Nomor. Uraian 1

BAB I PENDAHULUAN. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika memegang peranan penting dalam semua aspek kehidupan,

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan informasi dewasa ini sudah sangat pesat, hal

BAB I PENDAHULUAN. dan kemajuan yang sangat pesat. Para ahli psikologi pendidikan. yang telah melalui bermacam penelitiannya. Para ahli pembelajaran

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN-BANGUN SEGIEMPAT MELALUI PENGGUNAAN JARINGAN KONSEP. Sri Tresnaningsih 1) Dosen Universitas Terbuka-UPBJJ Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2015 DESAIN DIDAKTIS SIFAT-SIFAT SEGIEMPAT UNTUK MENCAPAI LEVEL BERPIKIR GEOMETRI PENGELOMPOKKAN PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak Sumber Daya Manusia

BELAJAR VAN HIELE. Oleh: Andi Ika Prasasti Abrar Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Papopo

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. (repository.upi.edu, 2013), 3.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi dengan cepat, melimpah dan mudah. Siswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses pemberian pengalaman

Pendahuluan. Mika Wahyuning Utami et al., Tingkat Berpikir Siswa...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. utama untuk membentuk manusia seutuhnya. Menurut Ki Hajar Dewantara (dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan sumber

BAB I PENDAHULUAN. butuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari baik dalam sains, teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK

DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

TEORI BELAJAR VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sarbaini, Identifikasi Tingkat Berpikir Siswa Berdasarkan Teori Van

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA KISI-KISI ULANGAN KENAIKAN KELAS (SEMESTER GENAP) TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari seperti mengenal garis, bangun datar dan bangun ruang. Geometri

ANALISIS KESALAHAN PEMAHAMAN DALAM MATERI SEGIEMPAT MENURUT TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE PADA SISWA SMP NEGERI 1 SUPPA KABUPATEN PINRANG.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang menyebabkan bangsa Indonesia terus melakukan perbaikan dalam

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN. ilmu-ilmu eksak. Suherman menjelaskan bahwa pelajaran matematika mempunyai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu ilmu yang dapat meningkatkan

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORITIK. mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang. sesuatu melalui akal dari hasil olahan informasi.

KETERAMPILAN DASAR GEOMETRI SISWA KELAS V DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DI MI AL ISTIQOMAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Standar Kompetensi : Memahami konsep segiempat dan segitiga dan menggunakannya. dalam pemecahan masalah

ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN. ada rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa ada daya tarik terhadap hasil

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir dan kemampuan dalam memecahkan masalah, terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Penalaran Matematis

DESAIN DIDAKTIS BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK MENINGKATKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU no. 20 tahun 2004, pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum KTSP SD, Matematika berfungsi mengembangkan. kemampuan menghitung mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam belajar. Gaya kognitif diartikan oleh Keefe (1987:7) merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal yang sedang banyak diminati masyarakat, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, termasuk dalam dunia pendidikan. Perubahan-perubahan besar dan cepat

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia. membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual)

TEORI VAN HIELE :TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERGAYA KOGNITIF REFLEKSIF DAN IMPULSIF PADA MATERI SEGIEMPAT

B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT BERBASIS TEORI VAN HIELE

SD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 11. BIDANG DATARLatihan Soal 11.1

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI SEGITIGA DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar tersebut, sudah dapat dipastikan pengetahuan-pengetahuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. SD sampai dengan SMP. SD merupakan awal proses peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Kemampuan Siswa Mengenal Bangun Datar Sederhana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat dan kemajuan bangsa. Manusia yang selalu diiringi pendidikan, kehidupannya akan selalu berkembang ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan dewasa ini harus diarahkan pada peningkatan daya saing bangsa agar mampu berkompetisi dalam persaingan global. Hal ini bisa tercapai jika pendidikan di sekolah diarahkan tidak semata-mata pada penguasaan dan pemahaman konsepkonsep ilmiah, tetapi juga pada peningkatan kemampuan dan keterampilan beripikir peserta didik. Sebab jika peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan berpikir maka dengan mudahnya peserta didik dapat memecahkan masalah dengan baik, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetetif. Salah satu disiplin ilmu yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir manusia khususnya peserta didik adalah matematika. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar bagi ilmu-ilmu yang lain serta ilmu yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Sebagaimana pendapat Muijs dan Reynold (dalam Khoiriya, 2013:19) yang menyatakan, matematika merupakan kendaraan utama untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada anak-anak. Pendapat ini juga didukung oleh Hudojo (dalam yuwono, 2014:959) matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Oleh karena itu, matematika sangat 1

2 diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam kemajuan IPTEKS sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik sejak SD, bahkan sejak TK. Hal ini juga dapat kita lihat pada tujuan pembelajaran matematika, menurut Depdiknas tahun 2004 (dalam Herman, 2007:47) yitu: (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencobacoba, (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan gagasan. Mengingat betapa pentingnya matematika maka berbagai upaya telah dilakukan pemerintah maupun oleh berbagai pihak yang peduli. Berbagai upaya tersebut antara lain yaitu : (1) penataran guru, (2) kualifikasi pendidikan guru, (3) pembaharuan kurikulum, (4) penerapan model atau metode pembelajaran baru, (5) penelitian tentang kesulitan dan kesalahan siswa dalam belajar matematika. Namun berbagai upaya tersebut belum mencapai hasil yang optimal, karena berbagai kendala di lapangan. Akibatnya, sampai saat ini kualitas pembelajaran matematika di Indonesia masih rendah, Soedjadi (dalam Noto, 2014:56). Geometri merupakan salah satu cabang dari ilmu matematika. Menurut Abdussakir (dalam yuwono, 2014:959) geometri menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika sekolah, karena banyaknya konsep yang termuat di

3 dalamnya dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Ozerem (dalam Yuwono, 2014:960) mengatakan mempelajari geometri merupakan komponen penting dari pembelajaran matematika, karena memungkinkan peserta didik untuk menganalisis dan menafsirkan dunia mereka tinggal serta melengkapi mereka dengan alat yang dapat diterapkan dalam bidang selain matematika. Hal ini juga diperkuat oleh Sudam (dalam Wahyuni, 2013:534) Ia mengungkap tujuan belajar geometri yaitu a) Membangun kemampuan berpikir secara logis, b) Membangun intuisi spasial mengenai dunia sebenarnya, c) Menanamkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk belajar matematika yang lebih, d) Mengajarkan membaca dan menginterpretasikan argumen secara matematis. Pada dasarnya geometri mempunyai peluang yang lebih besar untuk dipahami peserta didik dibandingkan cabang matematika lain, karena ide-ide geometri sudah dikenal oleh peserta didik sejak sebelum mereka masuk sekolah, objek geometri yang mempresentasi titik, garis, bidang dan ruang. Tetapi bukti-bukti di lapangan menunjukkan bahawa hasil belajar geometri masih rendah dan perlu di tingkatkan. Menurut Mistretta, sebagaimana dikutip oleh Kesan et al. ( dalam Yuwono, 2014:960) geometri merupakan bagian penting dari matematika, akan tetapi peserta didik tidak bisa mengembangkan pemahaman konseptual yang kuat pada bagian ini. Jangankan peserta didik mahasiswa dan guru pun masih mengalami kesulitan dan kesalahan konsep dalam memahami geometri. Pendapat ini juga didukung oleh Abdussakir (dalam Yuwono, 2014:961) prestasi belajar geometri di Indonesia masih rendah. Pada tingkat SMP ditemukan bahwa masih banyak peserta didik yang belum memahami konsep-konsep geometri.

4 Sesuai dengan penelitian Sunardi (dalam Yuwono, 2014:961), ditemukan bahwa masih banyak peserta didik yang salah dalam menyelesaikan soal-soal tentang garis sejajar pada peserta didik SMP dan masih banyak peserta didik yang menyatakan bahwa belahketupat bukan jajargenjang. Banyak peserta didik belum menguasai konsep tentang segiempat dengan benar, sehingga mereka kesulitan menggolongkan jenis-jenis segiempat mana yang mempunyai hubungan sifat-sifat yang sama. Hal serupa juga di alami oleh peserta didik di SMP Negeri 3 Gorontalo kelas VII. Berdasarkan hasil wawancara dengan pendidik yang mengajar di kelas VII, diperoleh informasi bahwa peserta didik masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep geometri khususnya segiempat, menentukan bangun segiempat seperti belah ketupat dan lain-lain, serta menyelesaikan permasalahan nyata yang terkait penerapan sifat-sifat segiempat. Sama seperti yang dikatakan oleh salah satu peserta didik kelas VIII bahwa ia masih kesulitan dalam membedakan bangun segiempat berdasarkan sifat-sifatnya dan menghubungkan antar bangun satu dengan bangun yang lain. Hal ini dikarenakan dari peserta didik itu sendiri yaitu perkembangan kemampuan intelektualnya masih rendah dan dari pendidik itu sendiri yaitu metode mengajar, sarana dan prasarana yang digunakan belum maksimal. Jadi untuk mencegah hal itu supaya tidak terulang lagi maka diharapkan kepada pendidik ketika memberikan pelajaran khususnya geometri seharusnya memperhatikan tahapan-tahapan berpikir peserta didik. Peserta didik dan pendidik akan kesulitan berkomunikasi jika menggunakan pemikiran dan hubungan yang berbeda. Perbedaan tahap berpikir antara pendidik

5 dan peserta didik dalam berkomunikasi dan tanpa memperhatikan tahap berpikir geometri peserta didik, diperkirakan akan menjadi hambatan bagi peserta didik dalam memahami konsep yang disampaikan oleh pendidik. Pendidik harus menyediakan pengalaman belajar yang cocok dengan tahap berpikir peserta didik dalam pembelajaran matematika khususnya materi geometri. Sutawijaya (dalam Chairani, 2013:21) menyatakan bahwa konsep atau ide matematika perlu untuk disesuaikan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa. Sesuai dengan teori Van Hiele, bahwa pembelajaran matematika khususnya geometri harus sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif siswa. Berdasarkan teori Van Hiele (dalam Noto, 2014:61-62) siswa akan melalui lima tingkat (level) berpikir dalam memahami geometri, yaitu : Tingkat 0 (visualisasi), peserta didik baru dapat membedakan bangun segiempat dengan bangun yang bukan segiempat. Sebagai contoh, sebuah persegi dikatakan persegi karena terlihat seperti persegi. Tingkat 1 (analisis), misalnya jika peserta didik mengamati persegi panjang, ia menyadari bahwa persegi panjang memiliki sisi- sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang serta memiliki empat buah titik sudut siku-siku. Tingkat 2 (abstraksi), peserta didik telah memahami bahwa persegi adalah persegi panjang. Tingkat 3 (deduksi), peserta didik sudah dapat menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus. Tingkat 4 (rigor), peserta didik mengetahui bahwa pentingnya aksioma-aksioma serta mengetahui keberadaan geometri non-euclid. Tingkat berpikir Van Hiele akan dilalui peserta didik secara berurutan, dengan demikian peserta didik harus melewati suatu tingkat dengan matang sebelum menuju tingkat berikutnya. Masing-masing tingkat berpikir tersebut

6 memiliki kriteria tertentu, sehingga menyebabkan peserta didik berbeda dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan geometri. Model berpikir geometris Van Hiele dapat digunakan sebagai pedoman untuk menaksir kemampuan peserta didik pada materi geometri, karena teori Van Hiele berfokus pada materi geometri, dan teori Van Hiele memiliki keakuratan untuk mendeskripsikan tingkat berpikir peserta didik dalam geometri. Jadi berdasarkan uraian diatas maka perlu diadakan penelitian untuk mengetahui tingkat berpikir geometri peserta didik berdasarkan teori Van Hiele. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian ini dengan judul Identifikasi Tingkat Berpikir Siswa Ditinjau Dari Teori Van Hiele Dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Bangun Segiempat (Di Kelas VII SMP Negeri 3 Gorontalo). 1.2 Identifikasi Masalah adalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, masalah yang teridentifikasi 1. Kemampuan berpikir peserta didik rendah 2. Penguasaan materi geometri oleh peserta didik SMP bervariasi. 3. Metode pembelajaran yang digunakan belum tepat sepenuhnya mempertimbangkan materi pelajaran dan tingkat berpikir peserta didik

7 1.3 Batasan Masalah Mengingat begitu luasnya ruang lingkup permasalahan yang telah di identifikasi, maka peneletian ini perlu dibatasi, agar terarah dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Peneliti membatasi permasalahan pada tingkat berpikir siswa ditinjau dari teori Van Hiele dalam menyelesaikan masalah geometri pada materi segiempat. Materi yang digunakan adalah sifat-sifat segiempat yang terdiri dari jajargenjang, persegipanjang, belahketupat, persegi, layang-layang, dan trapesium. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Tingkat Berpikir Siswa Ditinjau Dari Teori Van Hiele Dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Bangun Segiempat untuk Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Gorontalo 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat berpikir siswa ditinjau dari teori Van Hiele dalam menyelesaikan masalah geometri pada materi segiempat.

8 1.6 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peserta Didik Melalui pembelajaran matematika khususnya geometri diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berfikir, sehingga peserta didik dapat mengoptimalkan pemahamannya dalam menyelesaikan masalah matematika 2. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui tingkat berpikir geometri pada materi bangun datar khususnya segiempat berdasarkan teori Van Hiele. Dengan guru mengetahui tingkatan berpikir peserta didik, guru diharapkan dapat merancang dan mengadakan perubahan dalam model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat berpikir peserta didik dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan 3. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih dalam pengembangan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika. 4. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah pengalaman dalam meneliti dan meningkatkan wawasan yang luas sebagai calon guru di masa yang akan datang. Dan hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi pedoman dan acuan penelitian selanjutnya.