BAB I PENDAHULUAN. Kota Bukittinggi yang berada di provinsi Sumatra Barat yang pada masa kolonial

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Untuk mewujudkan cita cita tersebut diatas satu sasaran

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

13 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bukittinggi merupakan salah satu kota yang terletak di provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata telah menjadi salah satu sektor penting di dunia pada saat sekarang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB II PASAR ATAS SEBAGAI SENTRA EKONOMI DI BUKITTINGGI. harus memiliki pasar, mesjid dan balai adat. Bukittinggi pada waktu dahulu

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang akan mengalami pertumbuhan lebih lambat dari pada yang. tumpuan harapan bagi pembangunan (Purnama, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. I. 1 Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi

PEKALONGAN BATIK CENTER

PROPOSAL PROGRAM BANTUAN DANA BAGI WIRAUSAHA PEMULA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

VII. PENUTUP. 7.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil pembahasan kajian dapat disimpulkan sebagai berikut :

PEGUKURAN KINERJA KEGIATAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masyrakatnya juga terkenal dengan handmade dan handicraftnya. salah satunya Koto

PROFIL DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

BORDIR DAN PARIWISATA BUKITTINGGI DI SUMATERA BARAT. Oleh Yurisman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah Kabupaten Bojonegoro. Terdapat suatu tempat wisata yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Merapi, Singgalang, dan Sago menjadi daya tarik Kota Bukittinggi. Kota yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA Tahun Anggaran 2013

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. wisata, agar dapat menarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan,

BAB I PENDAHULUAN. Harus diakui saat ini para wisatawan berkunjung ke suatu daerah di

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun perekonomian nasional dalam konteks perkembangan

KABUPATEN GRESIK RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN. dengan ibukota Batusangkar. Batusangkar dikenal sebagai Kota Budaya yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata sebagai sebuah sektor telah mengambil peran penting dalam membangun perekonomian

Hotel Wisata Etnik di Palangka Raya

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH

KONDISI EXISTING 2008 TARGET PENCAPAIAN PROGRAM INDIKASI KEGIATAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM STRATEGI PROGRAM SASARAN PROGRAM 1.1. URUSAN PERDAGANGAN

I. PENDAHULUAN. Pangan yang memiliki protein hewani antara lain daging, telur, susu, ikan dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis dari bab ke bab berikutnya yang. terurai diatas, dapat disimpulkan bahwa pembagian jenis ragam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri kecil dan menengah merupakan kelompok industri yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN I.2 : KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN U K M. JUMLAH ( Rp. ) ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kota Bandung sudah menjadi kota

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan dunia pariwisata di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pengembangan industri kecil dan menengah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BISNIS PLAN JILBAB SHOP

BAB I PENDAHULUAN. kebijaksanaan yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi khususnya untuk

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GUBERNUR SUMATERA BARAT

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN DAN KOPERASI KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

SUMBER DATA KETERANGAN Disperindag Perindustrian dan sesuai dengan prinsip pemberdayaan masyarakat. para pengrajin

LAMPIRAN. Pertanyaan wawancara untuk Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul. kelebihannya bila dibandingkan dengan pariwisata di daerah lain?

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDRB)-nya, sektor industri pengolahan secara konsisten merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAWASAN INDUSTRI DI KOTA BANDA ACEH

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI Kesimpulan dan Saran. Desa Wisata Kalibuntung lebih memilih produk wisata yang berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Pakaian merupakan kebutuhan dasar yang memiliki beragam. makna bagi manusia. Pakaian tidak hanya berfungsi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seperti di Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang sudah

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. DISPARPORA Kabupaten Magelang menggunkan telah menggunakan. delapan langkah strategis milik Kotler, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Mada 1990) 1 P4N UG, Rencana Induk Pembangunan Obyek Wisata Desa Wisata Kasongan (Universitas Gajah

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KOPERASI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

BAHASA INGGRIS SEBAGAI SALAH SATU SARANA PENUNJANG UNTUK MEMPROMOSIKAN DAN MENINGKATKAN OBJEK WISATA DI KABUPATEN JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kota Bukittinggi yang berada di provinsi Sumatra Barat yang pada masa kolonial Belanda disebut dengan Fort de kock ini pernah menjadi ibu kota Indonesia pada saat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Bukittinggi bukanlah daerah yang awam di telinga masyarakat, selain karena daerah bersejarah juga terkenal dengan udara yang sejuk dan keindahan panoramanya. Berada pada posisi yang strategis jalur lintas Sumatera menjadikan nilai tambah kota ini untuk menjadi kota pariwisata dan termasuk dalam daftar kota favorit tujuan wisatawan. Bertambahnya jumlah wisatawan yang berkunjung setiap tahunnya ke Bukittinggi tentunya tidak lepas dari peran pemerintah daerah yang bekerja keras untuk mempromosikan daerahnya dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Tumbuh kembangnya kegiatan pariwisata tercermin dari jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bukittinggi tentunya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kegiatan kepariwisataan dan kegiatan penunjangnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bukittinggi, perkembangan jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Bukittinggi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Kota Bukittinggi No Jenis wisatawan 2010 2011 2012 2013 2014

1 Manca Negara 38.391 26.269 26.802 32.068 32.501 2 Lokal 291.531 332.246 360.193 404.145 400.537 Jumlah 329.922 358.875 386.995 436.213 438.038 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi 450.000 Grafik 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Kota Bukittinggi Data Kunjungan Wisatawan Kota Bukittinggi 400.000 404.145 400.537 350.000 300.000 291.531 332.246 360.193 250.000 200.000 150.000 Mancanegara Lokal 100.000 50.000 0 38.391 26.269 26.802 32.068 32.501 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bukittinggi Seiring dengan semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Bukittinggi, tentunya juga membuat wisatawan tertarik untuk membeli buah tangan sebelum pulang ke daerah asalnya. Hal ini menjadi peluang yang dimanfaatkan pemerintah untuk mempromosikan produk-produk daerahnya. Seperti halnya pada daerah lain, Bukittinggi yang sangat terkenal dengan pesona alam dan sejarahnya ini juga memiliki hasil kerajinan daerah yang juga merupakan salah satu daya tarik wisatawan yang berkunjung, contohnya songket, sulam bayang, sulam timbul, hingga bordir kerancang yang sangat erat hubungannya dengan masyarakat Minangkabau karna biasanya di gunakan dalam berbagai upacara adat sebagai bahan pakaian seperti busana bundo kanduang, hiasan pelaminan dan hiasan carano.

Salah satu kerajinan yang sedang menjadi trend adalah bordir kerancang. Produk kerajinan Bukittinggi ini mendapat dukungan dan perhatian serius dari banyak pihak demi perkembangan ke depan baik dari pemerintah, swasta, perbankan, pelaku usaha, perguruan tinggi, maupun pihak terkait lainnya (Dinas Koperindag Bukittinggi //2011). Dalam perkembangannya bordir kerancang pada pakaian dimodifikasi dan dikembangkan sesuai dengan selera konsumen. Bordir kerancang dijahit pada berbagai produk seperti baju kurung, baju kebaya, baju koko, jilbab dan mukena. Pemasaran dari produk ini tidak hanya di Bukittinggi, namun juga sudah mencapai luar daerah bahkan mancanegara. Selain itu, melalui diagnosis yang telah dilakukan konsultan ahli Kementrian Perindustrian RI pada tahun 2006, Kota Bukittinggi ditetapkan sebagai salah satu Klaster Bordir Nasional. Semenjak tahun 2006 berbagai program dan kegiatan dilakukan untuk pengembangan industri bordir kerancang baik dari Pemerintah Daerah tingkat satu dan tingkat dua, maupun dari Pemerintah Pusat dan program kerjasama luar negeri seperti JICA. Pada tahun 2007 klaster bordir nasional Bukittinggi mulai dideklarasikan. Pada tahun 2008, Dinas Koperindag Kota Bukittinggi mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan bordir kerancang sebagai produk kompetensi inti daerah melalui dana alokasi bantuan program pengembangan Industri Kecil Menengah Kementrian Perindustrian RI. Program PIKM ini berlangsung selama tiga tahun hingga anggaran 2010. Melalui program dan kegiatan pengembangan serta promosi bordir kerancang sebagai produk kompentensi inti maupun sebagai salah satu klaster bordir nasional telah banyak meraih pencapaian, diantaranya adalah ikut berperan serta dalam pemberantasan kemiskinan perkotaan di kota Bukittinggi melalui kegiatan-kegiatan produktif dalam wadah Kelompok Usaha Bersama (KUB) bordir, Lahirnya kampuang kerancang yang saat ini berada pada dua kelurahan yaitu kelurahan Manggis Gantiang dan Kelurahan Campago Guguak Bulek, Lahirnya Forbos Jam Gadang sebagai wadah kelembagaan pelaku usaha bordir kota

Bukittinggi, Lahirnya Kopinkra Pusako Minang sebagai wadah koperasi bagi KUB bordir dan pelaku usaha bordir Kota Bukittinggi, dihasilkan buku diagnosis sentra bordir Kota Bukittinggi dan buku database industri Kota Bukittinggi, Dapat disusunnya sejarah bordir kerancang sebagai fakta sejarah dalam upaya melestarikan bordir kerancang, IKM bordir kerancang telah memiliki pengemasan produk yang menarik, Kepemilikan HaKI baik secara perorangan maupun kelembagaan dimana HaKI bordir kerancang Kota Bukittinggi merupakan kepemilikan pemerintah kota untuk melindungi masyarakat pembuat bordir kerancang di Kota Bukittinggi (Buku Sejarah Bordir Kerancang tahun 2016), Potensinya yang cukup mendominasi sebagai berikut : Tabel 1.2 Data Industri Kecil Menengah Kota Bukittinggi tahun 2010 Jenis Industri Jumla h Unit Usaha Jumlah Tenaga Kerja Nilai Bahan Baku Nilai Usaha Pertahunan Nilai Produk Nilai Investasi Omset Industry Bordir/ Sulam 313 2211 Rp41.209. 442 Rp61.942. 313 Rp10.081. 360 Rp88.398. 179 sumber : Buku Data Industri Kecil Menengah Kota Bukittinggi tahun 2010 Selanjutnya pada tahun 2015, Walikota Bukittinggi mengeluarkan surat keputusan nomor : 188.45-175-2015 tentang produk unggulan daerah kota Bukittinggi. Dalam rangka percepatan pembangunan ekonomi daerah perlu dilaksanakan optimalisasi pengembangan potensi daerah yang mempunyai daya saing berbasis sumber daya lokal, dapat diperbaharui

dan mencermikan spesifik daerah dan dengan beragamnya jenis produk yang ada di kota Bukittinggi, perlu ditetapkannya produksi unggulan spesifik agar optimalisasi pengembangannya lebih terarah dan berdampak nyata. Keputusan tersebut memutuskan adanya tiga produk yang menjadi produk unggulan daerah diantaranya bordir kerancang dan sulaman, pakaian jadi hasil industri atau konveksi dan kerupuk sanjai. Berdasarkan dengan ditetapkannya Bukittinggi sebagai daerah Klaster Bordir Nasional dan didukung dengan keputusan Walikota Bukittinggi yang menetapkan bordir kerancang sebagai produk unggulan daerah, maka Pemerintah Kota Bukittinggi melakukan berbagai upaya untuk mempromosikan bordir kerancang Bukittinggi. Khususnya oleh Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan, dimana dinas ini mengambil peranan besar dalam mempromosikan bordir kerancang. Berbagai upaya dilakukan oleh dinas ini seperti, promosi yang dilakukan dalam kegiatan studi banding ke daerah lain, mengikuti kegiatan pameran berskala nasional dan internasional. Tidak hanya itu dinas ini juga bekerja sama dengan pedagang dan pengrajin bordir kerancang untuk bersama-sama dalam mempromosikan bordir kerancang kepada masyarakat. Hal ini dilakukan tidak hanya sekedar untuk memperkenalkan bordir kerancang, namun mereka juga akan tahu bahwa bordir kerancang tersebut merupakan produk unggulan yang berasal dari daerah Bukittinggi. Selain itu promosi juga bertujuan agar ketika masyarakat atau wisatawan berkunjung ke Bukittinggi, mereka sudah merencanakan untuk membeli Bordir Kerancang sebagai oleh-oleh yang akan mereka bawa pulang sebagai pertanda mereka baru saja berwisata ke Bukittinggi. Selain itu dinas ini juga menjadikan Pasar Atas sebagai icon yang menjual berbagai macam produk khas Bukittinggi termasuk bordir kerancang. Pasar Atas merupakan komplek pertokoan yang berada di pusat Kota Bukittinggi yang terletak dekat dengan Jam Gadang yang juga menjadi tempat wisata sejarah yang patut dikunjungi wisatawan yang datang. Letak Pasar Atas yang strategis inilah yang menjadi nilai tambah sehingga wisatawan tidak

perlu berpikir panjang untuk datang. Dalam upaya promosinya Dinas juga bekerja sama dan memfasilitasi pedagang bordir kerancang dan kelompok-kelompok lainnya yang berpotensi dalam upaya promosi Bordir Kerancang. Di samping untuk mempromosikan bordir kerancang, Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan juga memiliki program-program yang bertujuan untuk membina pengrajin bordir yang ada di daerah Bukittinggi. Hal ini untuk menjaga kualitas bordir yang dihasilkan. Setiap pengrajin diberikan penyuluhan dan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan hasil kerjanya menjadi lebih baik lagi. Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan ini juga membuat tempat-tempat khusus pembuatan bordir kerancang di beberapa titik di sekitar daerah Bukittinggi yang berada di bawah binaan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan. Daerah pengembangan bordir kerancang ini dinamai dengan Kampung Kerancang yang berlokasi di kelurahan manggis Gantiang, Kelurahan Campago Guguak Bulek, Kelurahan Parit Rantang. Tempat ini juga sekaligus dijadikan tempat wisata, dimana wisatawan yang berkunjung juga bisa melihat secara langsung proses pengerjaan bordir dan membeli produk yang dikerjakan langsung oleh pengrajin bordir kerancang Bukittinggi. Upaya promosi ini nantinya juga akan bisa mempengaruhi harga jual dan minat beli konsumen terhadap suatu produk. Dengan ditingkatkannya upaya promosi tentunya akan menaikkan angka penjualan sekaligus jumlah produksi dan akhirnya berpengaruh kepada kemajuan ekonomi masyarakat terkait. Berdasarkan uraian diatas dengan melihat dukungan yang begitu besar dari pemerintah dan masyarakat untuk pengembangan dan pelestarian produk unggulan bordir kerancang Kota Bukittinggi. Peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana Komunikasi Promosi Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan dalam Mempromosikan Produk Unggulan Bordir Kerancang Kota Bukittinggi.

1.2 RumusanMasalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka peneliti merumuskan masalah yang hendak di teliti yaitu bagaimana komunikasi promosi Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan dalam mempromosikan produk unggulan bordir kerancang Kota Bukittinggi. 1.3 TujuanPenelitian Tujuan pada penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan komunikasi promosi Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan dalam mempromosikan produk unggulan bordir kerancang Kota Bukittinggi. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis 1. Penelitian ini bisa dijadikan sebagai acuan bagi peneliti lain yang berminat dalam bidang ini khususnya yang berhubungan dengan kajian Public Relation. 2. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan atau referensi terhadap perkembangan pengetahuan terutama dalam kajian ilmu komunikasi mengenai strategi media promosi. 1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi Dinas Perindustrian Koperasi dan Perdagangan Kota Bukittinggi dalam melakukan promosi produk unggulan bordir kerancang Bukittinggi dan juga dapat dimanfaatkan oleh pengrajin sebagai masukan dalam produksi bordir kerancang.