BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI MAKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SANTRIWATI KELAS 2 SMA PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan kuesioner dan metode food recall yang dianalisis

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah. remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu. faktor utama yang diperlukan dalam melaksanakan program

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

GAMBARAN ANEMIA DAN INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ) PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN IMAM SYUHODO KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. berakhir pada usia 19 tahun (Proverawati, 2010) Remaja adalah kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Oleh karena itu setiap makanan yang kita makan akan berubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal perkembangan otak dan pertumbuhan fisik yang baik. Untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD NEGERI TANGKIL III DI SRAGEN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pesantren merupakan salah satu tempat potensial untuk mengembangkan strategi sadar pangan dan gizi. Santri sebagai generasi muda sangat berpotensi untuk menyampaikan atau menyebarkan informasi pangan dan gizi kepada masyarakat sekitar dikemudian hari melalui dakwah. Santri remaja di pesantren adalah sumber daya manusia yang kelak akan menjadi bagian dari kader-kader penerus pembangunan. Sebagai generasi penerus Sumber Daya Manusia para santri perlu ditingkatkan kualitasnya dari segi gizi dan kesehatan. Berdasakan hasil survei awal 85% santriwati Tsanawiyah (MTS) memiliki sbelajar para santri ditengah kesibukan yang sangat banyak, tetapi berdasarkan rata-rata nilai raport semester sebelumnya terdapat 40% santri mengalami anemia, hal ini disebabkan para santri tidak suka makan sayur, makanan yang dikonsumsi lebih banyak mengandung karbohidrat dibandingkan vitamin dan mineral, meskipun status gizinya baik akan tetapi menderita anemia. Dari uraian tersebut diatas penulis ingin meneliti lebih jauh apakah ada hubungan tingkat konsumsi, status gizi dan anemia dengan prestasi belajar pada santriwati Tsanawiyah dipondok pesantren Babussalam Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak 1

2 Prestasi belajar yang baik menjadi salah satu indicator kualitas sumber daya manusia dibidang pendidikan. Dalam pendidikan, hasil dan prestasi belajar di sekolah merupakan bentuk penilaian kemampuan sisiwa selama melakukan kegiatan belajar Prestasi belajar dipengaruhi oleh factor internal.dan external. Faktor internal tersebut salah satunya adalah kesehatan. Gizi merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kesehatan individu dan pada anak sekolah defisiensi zat gizi berpengaruh pada tingkat kehadiran dan kemampuan belajar. Gizi pada masa remaja penting sekali untuk diperhatikan, Masa remaja merupakan perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Masa ini terjadi perubahan secara fisik, mental maupun sosial. Perubahan ini perlu ditunjang oleh kebutuhan makanan ( Zat-zat gizi) yang tepat dan memadai karena masa remaja merupakan masa rawan gizi yaitu kebutuhan akan gizi sedang tinggi-tingginya. Sementara mereka tidak tahu bagaimana cara memenuhi kebutuhan gizi dan sering tidak mau memenuhinya karena takut gemuk. Hal tersebut menyebabkan permasalahan yang sering terjadi dikalangan remaja putri adalah kurang gizi dan pola makan yang salah ( Arisman 2002). Kesehatan tergantung pada tingkat konsumsi makan. Tingkat konsumsi makan ditentukan oleh kualitas serta hidangan. Susunan hidangan harus memenuhi kebutuhan tubuh. Baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya. Konsumsi yang kurang baik kualitasnya akan memberikan kondisi kesehatan dan gizi yang tidak seimbang sehingga akan muncul berbagai penyakit, diantaranya penyakit gizi lebih

3 (obesitas), penyakit gizi kurang penyakit metabolik bawaan, dan penyakit keracunan makanan (sediaoetama 2004) Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan (Almatsier, 2004) Pada anak usia sekolah, diketahui adanya korelasi antara kadar hemoglobin (warna darah) yang merupakan salah satu indikasi terjadinya anemia dengan kemampuan anak untuk belajar. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai anemia pada anak-anak dan remaja, menunjukan adanya masalah dengan memori jangka pendek ( Short term memory), konsentrasi yang berkurang, gangguan kognitif dan perilaku. Hal ini mengakibatkan rendahnya kecerdasan, skor serta performa akademik remaja disekolah. Meskipun gangguan gangguan tersebut hanya akan terjadi pada defisiensi besi disertai anemia bukan pada defisiensi besi saja (Kretsch et al. 1997, Spear 2004) Remaja khususnya remaja putri memerlukan perhatian khusus dalam hal kesehatan, karena termasuk dalam kelompok yang rawan terhadap defisiensi gizi, khususnya zat besi sehingga beresiko tinggi

4 mengalami anemia. Remaja putri berisiko lebih tinggi daripada remaja putra, Karena pada remaja putri mulai terjadi menstruasi yang disertai pembuangan sejumlah Fe (Sediaoetama 2008) Pola konsumsi makanan para santri menggambarkan perilaku makan para santri dipesantren. Dipesantren biasanya santri tinggal di asrama atau pondok dan jauh dari orangtua. Mereka dituntut untuk mampu hidup mandiri terutama dalam memenuhi kebutuhan makanannya. Dalam hubungannya dengan perubahan kebiasaan makan yang baik dan sehat. Pendidikan gizi (inovasi gizi) sangat diperlukan karena dapat membentuk sikap mental dan perilaku positif terhadap gizi. Menurut Mead dalam Ritcie (3). Pondok Pesantren Babussalam adalah lembaga pendidikan pesantren yang memadukan dua sistem pendidikan dalam konsep desain kurikulum 24 jam, yang integral berkesinambungan. Pondok Pesantren Babussalam memiliki santri 434 orang. Yang terdiri dari santri putri dan santri Putra.Taman Kanak-Kanak A dan B berjumlah 46 orang, Madrasyah Ibtidaiyah berjumlah 226 orang, Madrasyah Tsanawiyah 123 orang dan Madrasyah Aliyah 39 orang, santri putri yang ada diasrama Pondok pesantren Babussalam terdiri dari 68 orang, umur santri berkisar antar 12 tahun sampai dengan 19 Tahun. Yang dapat digolongkan kedalam usia remaja atau usia pertumbuhan. Berdasarkan observasi awal pada bulan Agustus 2012 siklus menu yang digunakan di Pondok pesantren Babussalam adalah siklus menu 7 hari dengan pola menu makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur

5 dan buah.buah diberikan 2 kali dalam seminggu, dan susu tidak diberikan. Penyelenggaraan makan di Pondok Pesantren Babussalam sudah baik,karena selalu dilakukan evaluasi variasi menu setiap 3 bulan sekali walaupun belum memiliki tenaga ahli gizi, susu tidak diberikan karena kurangnya dana untuk menambah susu agar menu yang dibuat menjadi sempurna. Penyelenggaraan makan yang baik seharusnya membuat tercapainya tingkat konsumsi makan yang baik. (Profil Pondok Pesantren Babussalam tahun 2012). Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama pembangunan nasional, untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang peranan penting.gizi yang baik akan menghasilkan Sumber Daya Manusia(SDM) yang berkualitas yaitu sehat, cerdas dan memiliki sifat yang tangguh serta produktif.pendekatan upaya perbaikan gizi masyarakat didasarkan pada pendekatan siklus hidup manusia, yaitu sejak janin dalam kandungan, bayi, Balita usia sekolah, remaja dan lanjut usia ( Depkes RI 2005) 1.2. Pembatasan Masalah Penulis membatasi masalah diatas sebagai berikut : analisis terhadap Konsumsi energi, Protein, Fe, Status gizi, Kadar Hemoglobin dan Prestasi belajar di Tsanawiyah Pondok Pesantren Babussalam Peniraman Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak

6 1.3. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dirumuskan suatu masalah Apakah ada hubungan antara tingkat konsumsi Energi, protein, fe, Status gizi, Kadar Hemoglobin dan prestasi belajar santriwati Tsanawiyah di Pondok Pesantren Babussalam Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak. I.4 Tujuan Penelitian I.4.1 Umum Mengetahui hubungan antara tingkat konsumsi energi, Protein, fe, Status gizi,kadar Hemoglobin dan prestasi belajar santriwati Tsanawiyah di Pondok Pesantren Babussalam Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak I.4.2 Khusus a. Mengetahui tingkat konsumsi energi santriwati Tsanawiyah di Pondok Pesantren Babussalam Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak. b. Mengetahui tingkat konsumsi protein santriwati Tsanawiyah di Pondok Pesantren Babussalam Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak. c. Mengetahui tingkat konsumsi fe santriwati Tsanawiyah di Pondok Pesantren Babussalam Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak

7 d. Mengetahui Status gizi santriwati Tsanawiyah di Pondok Pesantren Babussalam Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak. e. Mengetahui Kadar Hemoglobin ( Hb) santriwati Tsanawiyah di Pondok Pesantren Babussalam Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak. f. Mengetahui Prestasi belajar santriwati Tsanawiyah di Pondok Pesantren Babussalam Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak. g. Menganalisis hubungan tingkat konsumsi Energi, protein, fe, dan prestasi belajar santriwati Tsanawiyah di Pondok Pesantren Babussalam Kecamatan Sui Pinyuh Kabupaten Pontianak. h. Menganalisis hubungan status gizi dan prestasi belajar santriwati Tsanawiyah di Pondok Pesantren Babussalam Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak. i. Menganalisis hubungan Kadar Hemoglobin dan prestasi belajar santriwati Tsanawiyah di Pondok Pesantren Babussalam Kecamatan Sui Pinyuh Kabupaten Pontianak. I.5 Manfaat Penelitian I.5.1 Bagi Pengelola Pondok Pasantren Bagi Pengelola Pondok Pesantren Babussalam Kecamatan Sui Pinyuh Kabupaten Pontianak Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi dalam meningkatkan

8 pelayanan gizi dalam hal penyelenggaraan makanan di Pondok Pesantren Babussalam Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak I.5.2 Bagi Dinas Pendidikan Kecamatan Sungai Pinyuh. Hasil Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan tentang tingkat konsumsi makan, Status gizi dan Anemia dengan prestasi belajar pada lingkungan pendidikan I.5.3 Bagi Pemerintah Daerah Memberikan informasi kepada pihak Pemerintah Daerah (PEMDA) tentang tingkat konsumsi makan, Status Gizi, Kadar Hemoglobin dan Prestasi belajar di Pondok Pesantren Babussalam I.5.4 Bagi Peneliti Sebagai bahan masukan bagi peneliti yang berminat dalam penelitian tentang remaja putri.