B. IDENTIFIKASI MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan perubahan Kurikulum 2013 merupakan sebuah ikhtiar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Banyumas yang menjadi sekolah dasar untuk Pilot Project yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan dasar. Menteri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia menurut Faizi (2013) adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

METODE PENELITIAN. Negeri yang menggunakan kurikulum 2013 di Kecamatan Tanjungkarang. (Pusat, Timur, Barat) Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah menimbang: kurikulum sekaligus yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Dalam era globalisasi yang ditandai dengan. masyarakat, dan berdaya saing tinggi dalam kehidupan global.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tematik merupakan kegiatan pembelajaran dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dan diungkapkan pula dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning

BAB I PENDAHULUAN. Hal-hal yang diperhatikan dalam proses belajar yaitu penggunaan sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bertukar informasi. Pengertian pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

II. KAJIAN PUSTAKA. dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran. Joyce (Trianto, 2010: 74)

METODE PENELITIAN. Negeri 1 Pengajaran, Bandar Lampung, tahun pelajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian ini adalah guru kelas V Sekolah Dasar di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Pasal 1 Ayat (2) Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. relevan, serta mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai salah satu sumber belajar, selalu berusaha memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN. 7915/D/Kp/2014 memutuskan tentang petunjuk teknis pemberlakuan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mengatur dan menyelesaikan tugas-tugas yang mempengaruhi kehidupannya

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. memungkinkan bagi kita untuk mengetahui tentang budaya yang berbeda

Transkripsi:

2 mencoba, menalar, menyajikan, dan mencipta, dan 3) pengetahuan (Bloom & Anderson): mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta; b) menggunakan pendekatan saintifik, karakteristik kompetensi sesuai jenjang. Untuk SD: tematik terpadu; untuk SMP: tematik terpadu untuk IPA dan IPS, serta mapel; untuk SMA: tematik dan Mapel; c) mengutamakan Discovery Learning dan Project Based Learning. Pendidikan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan seseorang, dengan pendidikan yang baik maka akan baik pula pola pikir dan sikap seseorang,terwujudnya pendidikan yang bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Didalam pembelajaran yang dilakukan sering sekali terjadi masalah dan kelemahan. Baik dari segi perencanaan, pelaksanaan maupun penilaiannya maka peran seorang guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian atau evaluasi pembelajaran sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Tidak hanya faktor guru yang berperan penting peserta didik juga menjadi faktor keberhasilan suatu pembelajaran. Dalam kurikulum 2013 terdapat tiga aspek yang harus dinilai diantaranya aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterapilan sebagaimana dijelaskan dalam Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015 Pasal 5 Ayat 1 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik dan Satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan Pendidikan menengah adalah lingkup penilaian hasil belajar oleh pendidik mencangkup aspek sikap, aspek, pengetahuan dan aspek keterampilan. Adapun sikap dan perilaku yang perlu dinilai dalam impelemntasi kurikulum 2013 mencangkup komponen sebagai berikut: disiplin, jujur, sopan, bertanggungjawab, santun, gotong royong, toleransi,percaya diri, rasa ingin tahu, kerjasama dan sebagainya. Semua sikap tersebut sangat menunjang dalam proses pembelajaran. Salah satunya adalah percaya diri. Seseorang yang memiliki sikap percaya diri yang tinggi maka akan membuat perasaan positif pada dirinya sehingga dapat mengembangkan kemampuan dalam belajar. Karena percaya diri merupakan suatu kondisi mental/psikologis yang memberi keyakinan kuat untuk berbuat dan bertindak positif sehingga akan berdampak pada perolehan hasil belajar siswa yang baik.

3 Untuk memperoleh hasil belajar yang baik, guru harus menguasai berbagai model pembelajaran yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Dalam kurikulum 2013 menggunakan 3 (tiga) model pembelajaran utama menurut Permendikbud No. 103 Tahun 2014 yang diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik. Ketiga model pembelajaran tersebut yaitu model Problem Based Learning, model Project Based Learning, dan model Discovery/Inquiry Learning. Salah satu model yang digunakan dalam kurikulum 2013 yaitu model discovery learning atau pembelajaran yang berbasis pada penemuan. Pembelajaran discovery learning menurut Hosnan dalam Silvia Desifrianty (2016, hlm.29) adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Menurut Kemendikbud (2014, hlm.30) model discovery learning didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasikannya sendiri. Artinya peserta didik harus aktif dalam proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran yang dilakukan di kelas, siswa masih cenderung pasif, masih banyak siswa yang merasa malu ketika ditunjuk untuk maju ke depan kemudian siswa masih ragu-ragu ketika melakukan kegiatan kebanyakan siswa merasa tidak berani karena takut salah dan masih belum berani dalam mengemukakan pendapat, bertanya atau menjawab pertanyaan. Pembelajaran dikelas masih berpusat pada guru dilihat dari kurangnya timbal balik antara guru dan siswa pada saat pembelajaran, tingkat penguasaan materi pelajaran rendah, dan dalam menyampaikan materi pelajaran masih terlihat monoton karena guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa menjadi bosan sehingga pencapaian nilai siswa masih sedikit yang belum mencapai nilai KKM, maka dari itu perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran. Di SDN Kertamulya I pada kelas IV dengan jumlah siswa 28 orang, yang terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan, memiliki tingkat kemampuan yang bervariasi. Niai KKM kelas IV pada SDN Kertamulya I

4 adalah 70. dari data yang diperoleh siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 11 dan yang belum mencapai KKM 17 orang. Diketahui dari 17 orang yang belum mencapai KKM terdiri dari 6 orang dengan nilai 55, kemudian 5 orang dengan nilai 60 an 6 orang mendapatkan nilah 65. Maka dari itu perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajarannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul MENINGKATKAN SIKAP PERACAYA DIRI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUBTEMA PELESTARIAN KEKAYAAN SUMBER DAYA ALAM DI INDONESIA DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2016/2017 SDN Kertamulya I Kabupaten Indramayu). B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas masalah yang timbul dalam pembeajaran dapat di definisikan sebagai berikut: 1. Siswa cenderung pasif dalam pembelajaran 2. Siswa merasa malu ketika ditunjuk untuk maju ke depan 3. Siswa masih ragu-ragu dalam melakukan kegiatan 4. Siswa belum berani dalam mengemukakan pendapat, bertanya atau menjawab pertanyaan 5. Aktivitas belajar masih berpusat pada guru 6. Kurangnya timbal balik antara guru dan siswa pada saat pembelajaran 7. Dalam menyampaikan materi, guru hanya menggunakan metode ceramah 8. Pembeajaran yang monoton 9. Hasil belajar siswa rendah C. RUMUSAN MASALAH Dalam penelitian ini terdapat rumusan masalah umum dan rumusan masalah khusus. Secara terperinci rumusan masalah umum dan rumusan masalah khusus adalah sebagai berikut:

5 1. Rumusan Masalah Umum Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah sebagaiman telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah umum pada penelitian ini yaitu: Mampukah penggunaan model discovery learning meningkatkan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa kelas IV pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia SDN Kertamulya I? 2. Rumusan Masalah Khusus Berdasarkan rumusan masalah secara umum diatas, maka peneliti merumuskan masalah secara khusus sebagai berikut: 1. Bagaimana menyusun RPP dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia agar sikap percaya diri dan hasil belajar siswa pada kelas IV SDN Kertamulya I dapat meningkat? 2. Bagaimana menerapkan model pembelajaran discovery learning yang disusun pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia agar sikap percaya diri dan hasil belajar siswa pada kelas IV SDN Kertamulya I dapat meningkat? 3. Mampukah sikap percaya diri siswa kelas IV pada subetema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia meningkat setelah diterapkan model discovery learning? 4. Mampukah sikap tanggung jawab siswa kelas IV pada subetema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia meningkat setelah diterapkan model discovery learning? 5. Mampukah sikap peduli siswa kelas IV pada subetema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia meningkat setelah diterapkan model discovery learning? 6. Mampukah hasil belajar siswa kelas IV pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia meningkat setelah diterapkan model discovery learning? 7. Apa hambatan peneliti dalam menerapkan model discovery learning di kelas IV pada pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia?

6 8. Bagaimana upaya peneliti untuk mengatasi hambatan dalam menggunakan model discovery learning pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia? D. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan sikap percaya diri dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Kertamulya I Kabupaten Indramayu pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam Di Indonesia dengan menggunakan model discovery learning. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui penyusunan RPP dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia agar sikap percaya diri dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Kertamulya I meningkat. b. Untuk menerapkan model discovery learning pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia agar sikap percaya diri dan hasil belajar siswa kelas IV SDN Kertamulya I meningkat. c. Untuk mengetahui peningkatan sikap percaya diri siswa kelas IV pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia setelah diterapkan model discovery learning. d. Untuk mengetahui peningkatan sikap tanggung jawab siswa kelas IV pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia setelah diterapkan model discovery learning. e. Untuk mengetahui peningkatan sikap peduli siswa kelas IV pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia setelah diterapkan model discovery learning.

7 f. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas IV pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia setelah diterapkan model discovery learning. g. Untuk mengetahui hambatan dalam menggunakan model discovery learning di kelas IV SDN Kertamulya I pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia. h. Untuk mengetahui upaya peneliti dalam mengatasi hambatan dalam menggunakan menggunakan model discovery learning di kelas IV SDN Kertamulya I pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia E. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis diharapkan memberikan manfaat teori discovery learning yang dapat meningkatkan sikap percaya diri dan hasil belajar pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam Di Indonesia. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa (1) Meningkatnya sikap percaya diri siswa kelas IV SDN Kertamulya I pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam Di Indonesia. (2) Meningkatnya hasil belajar siswa kelas IV SDN Kertamulya I pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam Di Indonesia. b. Bagi Guru (1) Meningkatnya keterampilan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model discovey learning pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia. (2) Mampu menerapkan model discovery learning pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam Di Indonesia kelas IV SDN Kertamulya I.

8 c. Bagi Sekolah Agar meningkatkan mutu dan menjadi evaluasi bagi sekolah dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model discovery learning pada subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam Di Indonesia. F. DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional adalah sebuah definisi untuk mejelaskan mengenai istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini, maka istilah tersebut perlu dijelaskan. Definisi operasional dan istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model discovery learning menurut Budiningsih dalam Kemendikbud (2014:30). adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. 2. Pembelajaran discovery learning menurut Hosnan dalam Silvia Desifrianty (2016, hlm.29) adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. 3. Menurut Sund dalam Suryosubroto (1997,hlm 193) mengatakan bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya; mengamti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. 4. Sikap Percaya Diri menurut Ridwan Abdullah Sani (2016:134) menyatakan bahwa sikap percaya diri adalah kondisi mental/ psikologis seseorang yang memberi keyakinan untuk berbuat atau bertindak positif. 5. Menurut Ridwan Abdullah Sani (2016, hlm 136) mengatakan bahwa tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, otang lain, lingkungan dan negara.

9 6. Sikap Peduli menurut Buku Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar (SD) (2016, hlm. 25) peduli merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain atau masyarakat yang membutuhkan. 7. Menurut Fatimah dalam Nurlailiyatus Siyam (2014:1) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan percaya diri adalah sikap positif individu yang merasa mampu dengan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan dan situasi yang dihadapinya 8. Menurut Nana Sudjana (2011, hlm.3) hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dalam pengertiannya yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. 9. Menurut Bloom dalam Rusmono (2014, hlm.8) hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. 10. Menurut Ridwan Abdullah Sani (2016, hlm 136) tanggung jawab adalah sikap dan perilku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban, yang seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, orang lain, lingkungan dan negara. 11. Menurut Buku Panduan Penilaian untuk Sekolah Dasar (SD) (2016, hlm. 25) peduli merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain atau masyarakat yang membutuhkan.