BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. ukuran perusahaan, dan Return On Asset (ROA) terhadap return saham (studi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia membutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sekarang. Penelitian terdahulu meliputi : Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh Widya Trisnawati adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. untuk menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan sehingga kas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Tinjauan Umum Laporan Keuangan. keputusan. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK (2007: 1-2):

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. Modul ke: 06FEB. LAPORAN ARUS KAS Sumber : Dwi Martani. Fakultas. Fitri Indriawati, SE., M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dedi Aji Hermawan (2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows. Presented by: Dwi Martani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya. perbedaan yang mendukung penelitian berikut ini:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja manajemen, laporan arus kas dan laporan perubahan posisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) yang berperan

LAPORAN ARUS KAS PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN. PSAK No. 2 (revisi 2009) 22 Desember 2009

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan menurut Sutrisno (2007:3) adalah semua aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan merupakan sarana yang digunakan perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara. diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Return merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi (Halim, 2005). Return

Pengaruh Arus Kas Terhadap Pembagian Dividen Tunai

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

BAB II TINJAUAN TEORI. PSAK 1 revisi 2009 paragraf 5 menyatakan Laporan keuangan bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

1 BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA. debt to equity ratio, arus kas operasi, return on assets dan earnings terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komite Terminologi AICPA (The Committee on Terminology of the

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. modal. Modal merupakan salah satu faktor terpenting untuk menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pedoman agar dapat digunakan didalam penelitian ini. Sebagai berikut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dengan mengadakan analisis atau interprestasi terhadap data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Laporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

BAB II LANDASAN TEORI. (Susilowati, 2010). Teori signaling menyatakan bahwa bahwa perusahaan

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. muncul berkaitan dengan efisiensi informasi. Hal ini dapat terjadi karena pasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan jangka waktu yang relatif panjang yang diinvestasikan pada barang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menggunakan arus kas

BAB II BAHAN RUJUKAN

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi di era globalisasi saat ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. investasi pada suatu perusahaan. Menurut (Ang, 1997 dalam Adiliawan, 2010)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baridwan dalam As ad (2010:26) merupakan ringkasan dari suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS PADA PT. PLN (PERSERO) AREA MAKASSAR SHELLA KRIEKHOFF POLITEKNIK NEGERI AMBON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan dengan hasil yang beragam. Hayati (2011), arus kas secara simultan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

CARA MEMBACA PROSPEKTUS DAN LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian laporan arus kas dari beberapa sumber : sumber dan penggunaan kas selama suatu periode. (Kieso, Weygandt dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai jenis sekuritas yang menawarkan tingkat return dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (shahib al-mal) juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Sinyaling Menurut Oktaviana dan Wahyuni dalam Irawan (2014), Signalling Theory (Teori Sinyal) pertama kali dikemukakan oleh Spence pada tahun 1973. Menurutnya, teori sinyal dengan memberikan suatu sinyal, pihak pengirim (pemilik informasi) berusaha memberikan potongan informasi relevan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak penerima. Pihak penerima kemudian akan menyesuaikan perilakunya sesuai dengan pemahamannya terhadap sinyal tersebut. Penggunaan teori ini dalam penelitian terkait pasar modal pertama kali dilakukan oleh Leland dan Pyle pada 1977. Dalam penelitian tersebut, dianalisis peranan sinyal dalam proses IPO (Initial Price Offering atau Penawaran Saham Perdana). Perusahaan yang memiliki prospek bagus mengirimkan sinyal yang jelas dan terpercaya kepada pasar pada saat go public sehingga mampu memperoleh respon yang baik. Teori sinyaling menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat 9

10 diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Menurut Wolk dalam Saerang dan Pontoh (2011), Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar. Salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang. Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporann keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Menurut Sina (2013), Teori sinyaling merupakan teori yang beresensikan bagaimana sinyal-sinyal yang mempengaruhi naik turunnya harga saham pada pasar modal. Seperti diketahui asumsi dasar dari teori

11 sinyaling adalah rasional, dalam artian bahwa pelaku pasar modal memiliki kemampuan penyesuaian keyakinan yang tepat sehingga tidak salah dalam menanggapi setiap informasi atau sinyal untuk membuat keputusan transaksi. Selain itu, diketahui juga bahwa teori sinyaling sangat mengandalkan kepekaan sang pelaku untuk mencerna dengan baik apakah suatu sinyal merupakan peluang atau suatu tantangan. Lanjut bahwa bermodalkan pemahaman tersebut, pelaku akan menentukan sikapnya yang termanifestasi dalam keputusan keuangan yang dibuat. 2. Arus Kas a) Pengertian Laporan Arus Kas Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Jumlah kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus masa depan. Pengungkapan arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan sebab berguna memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh

12 pemasok modal perusahaan (Mulya, 2008). Di Indonesia, perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan menyajikan sebagai bagian integral dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan. Pada laporan arus kas, kas mempunyai makna yang lebih luas daripada sekedar saldo kas dan kas di bank. Dalam laporan arus kas, definisi kas juga mencakup setara kas. Dalam PSAK 2 (Per 1 Juni 2012), dijelaskan Setara kas adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki risiko perubahan nilai yang tidak signifikan. Karenanya, suatu investasi pada umumnya memenuhi syarat sebagai setara kas hanya jika akan segera jatuh tempo dalam waktu, misalnya tiga bulan atau kurang sejak tanggal perolehannya. Investasi dalam bentuk saham tidak termasuk setara kas, kecuali substansi investasi saham tersebut adalah setara kas, misalnya, saham preferen yang diperoleh dalam suatu periode singkat dari jatuh temponya dan tanggal penebusan telah ditentukan. Entitas mengungkapkan komponen kas dan setara kas serta menyajikan rekonsiliasi jumlah tersebut dalam laporan arus kas dengan pos yang sama yang disajikan dalam laporan posisi keuangan (PSAK 2, Per 1 Juni 2012).

13 b) Tujuan dan Kegunaan Laporan Arus Kas Menurut PSAK 2 (Per 1 Juni 2012), dijelaskan bahwa tujuan informasi arus kas entitas berguna bagi para pengguna laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan entitas untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi, pengguna perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian perolehannya. Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan lain, maka laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam aset neto entitas, struktur kegunaannya (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuannya mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka penyesuaian terhadap keadaan dan peluang yang berubah. Informasi arus kas dapat berguna untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai kini arus kas masa depan dari berbagai entitas. Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai entitas karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama. Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan. Disamping itu, informasi arus kas historis juga berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang

14 telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas neto serta dampak perubahan harga (PSAK 2, Per 1 Juni 2012). Dijelaskan pula menurut Martani, et.al (2012), bahwa tujuan utama laporan arus kas adalah untuk: 1. Mengevaluasi kemapuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas, waktu dan kepastian dalam menghasilkannya. 2. Mengevaluasi struktur keuangan entitas (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuannya dalam memenuhi kewajiban membayar dividen. 3. Memahami pos yang menjadi selisih antara laba rugi periode berjalan dengan arus kas neto dari kegiatan operasi (akrual). Analisis perbedaan ini sering kali dapat membantu dalam mengevaluasi kualitas laba entitas. 4. Membandingkan kinerja operasi antar entitas yang berbeda, karena arus kas neto dari laporan arus kas tidak dipengaruhi oleh perbedaan pilihan metode akuntansi dan pertimbangan manajemen, tidak seperti basis akrual yang digunakan dalam menentukan laba rugi entitas. 5. Memudahkan pengguna laporan untuk mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai kini arus kas masa depan antar entitas yang berbeda.

15 c) Klasifikasi Aktivitas Arus Kas Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK 2 (Per 1 Juni 2012), entitas menyajikan arus kas dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnisnya. Klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi yang memungkinkan pengguna untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan entitas serta terhadap jumlah kas dan setara kas. Informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi hubungan diantara ketiga aktivitas tersebut. OPERASI (Penerimaan dari Pendapatan) OPERASI (Pembayaran untuk beban-beban) INVESTASI (Penerimaan dari penjualan asset tidak lancar) PENDANAAN (Penerimaan dari pengeluaran saham, obligasi, dan hutang bank jangka panjang) KAS INVESTASI (Pembayaran untuk memperoleh asset tidak tetap) PENDANAAN (Pembayaran untuk memperoleh saham kembali, dividen, penarikan, dan pelunasan obligasi) Sumber : Dunia A, Firdaus, Pengantar Akuntansi edisi ketiga GAMBAR 2.1 TRANSAKSI-TRANSAKSI YANG DILAPORKAN DALAM ARUS KAS 1) Aktivitas Operasi Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara

16 kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Informsi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lainnya, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah: 1. Penerimaan kas dari penjualan dan barang dan jasa. 2. Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain. 3. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa. 4. Pembayaran kas kepada karyawan. 5. Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya. 6. Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi. 7. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan. 2) Aktivitas Investasi Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang

17 bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah: 1. Pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aktiva tetap yang dibangun sendiri. 2. Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tak berwujud dan aktiva jangka panjang lain. 3. Perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain. 4. Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan). 5. Pembayaran kas sehubungan dengan future contracts, forward contracts, option contracts, dan swap contracts kecuali apabila kontrak tesebut dilakukan untuk tujuan perdagangan (dealing trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktiitas pendanaan. 3) Aktivitas Pendanaan Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan sebab berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan. Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah: 1. Penerimaan kas dari emisi saham atau instrument modal lainnya.

18 2. Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham peusahaan 3. Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik, dan pinjaman lainnya 4. Pelunasan pinjaman 5. Pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lessee) untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan (finance lease). 3. Laba Kotor Laporan laba rugi adalah laporan yang menyajikan ukuran keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Lewat laporan laba rugi, investor dapat mengetahui besarnya tingkat profitabilitas yang dihasilkan investee. Ukuran laba menggambarkan kinerja manajemen dalam menghasilkan profit untuk membayar bunga kreditor, dividen, dan pajak pemerintah. Selain itu, informasi laba juga digunakan untuk mengestimasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang dan menafsir risiko dalam berinvestasi (Hery, 2009). Dalam PSAK 1 (Per 1 Juni 2012), diatur mengenai pos-pos minimal yang harus disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif, yaitu: a. Pendapatan b. Biaya keuangan

19 c. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas d. Beban pajak e. Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari: (i) Laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan, dan (ii) Keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dari pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok lepasan dalam rangka operasi yang dihentikan f. Laba rugi g. Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan sifat (selain huruf (h)) h. Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, dan i. Total laba rugi komprehensif. Didalam penyajian laporan laba rugi, ditampilkan pos yang disebut dengan laba kotor. Laba kotor adalah laba yang berasal dari pendapatan dikurangi dengan beban pokok penjualan. Pembedaan antara gabungan pos pendapatan dan gabungan pos beban dengan cara berbeda mungkin saja diperlukan untuk menyajikan ukuran kinerja perusahaan dengan derajat cakupan yang berbeda. Misalnya, laporan laba rugi komprehensif dapat

20 menyajikan laba bruto, laba neto sebelum pajak, dan laba neto setelah pajak (Martani, et.al., 2012) Dijelaskan juga oleh Hery (2009), laba kotor diperoleh dari hasil penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan. Jumlah ini dinamakan laba kotor karena masih belum memperhitungkan beban operasional yang telah (turut) dikeluarkan dalam rangka penciptaan/pembentukan pendapatan. Suatu studi atas kecenderungan laba kotor bisa memperlihatkan seberapa sukses perusahaan memanfaatkan sumber daya. Studi serupa juga bisa menjadi dasar untuk memahami bagaimana margin laba telah berubah akibat adanya tekanan persaingan. Laba kotor adalah angka yang penting, apabila perusahaan tidak memperoleh hasil yang cukup dari penjualan barang atau jasa untuk menutup beban yang langsung terkait dengan barang atau jasa tersebut, perusahaan tersebut tidak akan dapat bertahan lama pada bisnis tersebut. Laba kotor adalah selisih antara pendapatan dari penjualan bersih dan harga pokok penjualan; persentase laba kotor, dihitung dengan membagi laba kotor dengan pendapatan dari penjualan bersih menunjukkan ukuran profitabilitas yang memungkinkan perbandingan perusahaan dari tahun ketahun (Stice, Stice, Skousen, 2009). 4. Earning Per Share (EPS) Hasil operasi perusahaan biasanya diikhtisarkan dalam satu angka penting: laba bersih. Namun, karena pengikhtisaran ini seolah-olah belum

21 cukup sebagai penyederhanaan, dunia keuangan telah menerima secara luas sebuah angka yang lebih padat lagi sebagai indikator bisnis yang paling signifikan, yaitu laba per saham (earning per share). Perhitungan laba per saham biasanya bersifat langsung. Rumus perhitungan laba per saham adalah laba bersih dikurangi dividen saham preferen (laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa) dibagi dengan rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar. Laba bersih per saham adalah rasio yang umumnya digunakan dalam prospectus, bahan penyajian, dan laporan tahunan kepada pemegang saham (Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2008). Didalam PSAK 56, entitas menghitung jumlah laba per saham dasar atas laba rugi yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk dan, jika disajikan, laba rugi dari operasi yang dilanjutkan yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa tersebut. Laba per saham dihitung dengan membagi laba rugi yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk (pembilang) dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar (penyebut) dalam suatu pariode. Tujuan informasi laba per saham dasar adalah menyediakan ukuran mengenai kepentingan setiap saham biasa entitas induk atas kinerja entitas selama periode pelaporan. Untuk tujuan penghitungan laba per saham dasar, jumlah laba yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk terkait dengan: a) Laba rugi dari operasi dilanjutkan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk, dan

22 b) Laba rugi yang dapat diatribusikan entitas induk Jumlah pada huruf (a) dan (b) merupakan jumlah setelah disesuaikan dengan jumlah dividien preferen setelah pajak, selisih yang timbul dari penyelesaian saham preferen, dan akibat lain yang serupa dari saham preferen diklasifikasikan sebagai ekuitas (PSAK 56). 5. Harga Saham Menurut Undang-Undang RI No. 8/1995 pasal 1 No. 28 tentang Pasar Modal, dikemukakan bahwa transaksi bursa adalah kontrak yang dibuat oleh anggota bursa efek sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh bursa efek mengenai jual beli efek, pinjam meminjam efek, atau kontrak lain mengenai efek atau harga efek. Sedangkan pengertian saham itu sendiri seperti yang dijelaskan oleh www.idx.co.id adalah sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Harga saham adalah harga dari suatu saham yang ditentukan pada saat pasar saham sedang berlangsung dengan berdasarkan kepada permintaan dan penawaran pada saham yang dimaksud. Harga saham yang berlaku dipasar modal biasanya ditentukan oleh pelaku pasar yang sedang melangsungkan perdagangan sahamnya. Dengan harga saham yang ditentukan otomatis perdagangan saham di bursa efek akan berjalan (financeroll magazine, ed. Juli 2012).

23 Harga saham ada dua jenis, yaitu bid dan offer. Bid dan Offer adalah seperti layaknya proses tawar menawar dalam membeli barang biasa. Harga Bid adalah harga saham yang ditentukan oleh para calon pembeli saham atau harga dari permintaan sang pembeli saham. Sementara harga Offer adalah harga saham yang sudah ditentukan oleh si pemegang saham, dalam hal ini si penjual saham. Penentuan harga saham dari suatu saham yang diperdagangkan saat itu yang telah melalui proses transaksi penjualan adalah harga saham yang berlaku saat itu juga (financeroll magazine, ed. Juli 2012). Harga saham dalam setiap periode cenderung tidak selalu menampilkan harga yang sama. Kenaikan dan penurunan harga saham disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Sihombing (2008), Faktor eksternal yang bisa mempengaruhi penurunan harga saham adalah tingkat pertumbuhan GDP, tingkat inflasi, tingkat suku bunga perbankan, nilai tukar mata uang, serta harga-harga komoditas khususnya untuk saham-saham yang berbasis komoditas seperti perusahaan pertambangan dan pertanian. Sementara, faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi penurunan harga saham antara lain kinerja perusahaan, rencana penerbitan saham baru (right issue), serta adanya masalah hukum yang dapat menimbulkan implikasi terhadap perkembangan usaha perusahaan. Faktor-faktor penyebab perubahan harga saham secara lebih rinci disebutkan oleh Samsul (2008), dimana terdapat banyak faktor yang mempengaruhi harga saham atau return saham, baik yang bersifat mikro maupun makroekonomi. Faktor makro ada yang bersifat ekonomi dan non-

24 ekonomi. Faktor makroekonomi terinci dalam beberapa variabel ekonomi, misalnya inflasi, suku bunga, kurs valuta asing, tingkat pertumbuhan ekonomi, harga bahan bakar minyak di pasar internasional, dan indeks harga saham. Faktor makro nonekonomi mencakup peristiwa politik domestik, peristiwa sosial, peristiwa hukum, dan peristiwa politik internasional. Sementara itu, faktor mikroekonomi terinci dalam beberapa variabel, misalnya laba persaham, dividen per-saham, nilai buku per-saham, debt equity ratio, dan rasio keuangan lainnya. 6. Penelitian Terdahulu Ikhsan Abdullah, 2009. Dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Pembagian Dividen Kas Dan Arus Kas Bersih Terhadap Harga Saham Diperusahaan Manufaktur, diperoleh kesimpulan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara variable dividend cash dan arus kas terhadap harga saham. Nilai F hitung sebesar 109.175 dengan signifikansi lebih kecil dari 0.05 (0.00). Sedangkan secara parsial faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham adalah dividen kas, sedangkan arus kas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham. Dimana nilai signifikansi uji t dividen >0.05 yaitu 0.799 dengan nilai t hitung 0.255. Dwinandini Wiragasari, 2010, dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Informasi Arus Kas Terhadap Perubahan Harga Saham. Diperoleh bahwa Arus kas dari aktivitas operasi memiliki pengaruh yang

25 kecil terhadap harga saham. Dilihat dari hasi pengujian regresi diperoleh hasil sebesar 0,162. Kemudian untuk arus kas dari aktivitas investasi memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap perubahan harga saham, dilihat dari hasil uji regresi diperoleh hasil 0,067. Begitu juga dengan arus kas dari aktivitas pendanaan, aktivitas ini memiliki pengaruh namun sangat kecil karena dilihat dari hasil uji regresi hanya diperoleh hasil 0,012. Novi Budi Adiliawan, 2010. Dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Komponen Arus Kas Dan Laba Kotor Terhadap Harga Saham. Diperoleh hasil perubahan arus kas dari operasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham dengan tingkat signifikasi dibawah 0,05 atau 5%. Untuk arus kas dari aktivitas investasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan dan berarah positif terhadap harga saham pada tingkat sifnifikasi berada pada tingkat 0,05 atau 5%. Untuk arus kas dari pendanaan tidak mempengaruhi karena berada pada tingkat signifikasi diatas 0,05 atau 5%. Dan laba kotor juga tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham namun mengarah kepositif dimana berada pada tingkat 0,05 atau 5%. Petrus Dwi Adi Susilo, 2012. Didalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Laba Kotor, Total Arus Kas, dan Size Perusahaan Terhadap Return Saham Perusahaan Food and Baverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Diperoleh hasil bahwa untuk laba kotor memiliki nilai signifikansi diatas 0.05 yang artinya bahwa laba kotor tidak berpengaruh terhadap harga saham.

26 Totok Sasongko, 2010. Implikasi komponen arus kas, laba kotor dan size perusahaan terhadap expected return saham. Diperoleh F hitung sebesar 4.995 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.001. yang artinya secara simultan variabel komponen arus kas, laba kotor dan size perusahaan berpengaruh terhadap expected return saham. Sedangkan berdasarkan hasil uji t, diperoleh bahwa secaar parsial arus kas operasi dan arus kas pendanaan tidak berpengaruh pada expected return saham karena memiliki signifikansi yang lebih besar dari 0.05, sedangkan untuk arus kas investasi memiliki nilai signifikansi sebesar 0.013. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka arus kas investasi memiliki pengaruh. Kemudian untuk laba kotor diperoleh hasil bahwa laba kotor memiliki pengaruh terhadap expected return saham karena memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000, lebih kecil dari nilai signifikansi yang telah ditentukan, 0.05. Titin Hartini, 2009. Dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh EPS Terhadap Harga Saham LQ-45 Di BEI diperoleh hasil bahwa variabel EPS berpengaruh terhadap harga saham. Variabel EPS memiliki nilai t hitung sebesar 11,587 dengan nilai t tabel sebesar 1,9600 dengan nilai signifikansi dibawah 0.05 yaitu 0.000. Gunarianto, 2012. Dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh EPS Dan ROE Serta Tingkat Bunga Deposito Terhadap Harga Saham Perbankan di BEI. Dari hasil perhitungan terpisah (parsial) pengaruh variabel bebas EPS terhadap variabel harga saham dinyatakan tidak signifikan karena mempunyai nilai t hitung (0.532) < t tabel (1.993).

27 TABEL 2.1 RINGKASAN PENELITIAN TERDAHULU No Peneliti Judul Variabel Independen 1. Ikhsan Pengaruh Dividen Kas Abdullah, Pembagian dan Arus 2009 Dividen Kas Kas Dan Arus Kas Bersih Terhadap Harga Saham Diperusahaan Manufaktur 2. Dwinandini Wiragasari, 2010 3. Novi Budi Adiliawan, 2010 4. Petrus Dwi Adi Susilo, 2012 5. Totok Sasongko, 2010. 6. Fica Marcellyna dan Titin Hartini 7. Gunarianto, 2012. Pengaruh Informasi Arus Kas Terhadap Perubahan Harga Saham Pengaruh Komponen Arus Kas Dan Laba Kotor Terhadap Harga Saham Pengaruh Laba Kotor, Total Arus Kas, dan Size Perusahaan Terhadap Return Saham Perusahaan Food & Baverages Implikasi komponen arus kas, laba kotor dan size perusahaan terhadap expected return saham Pengaruh EPS Terhadap Harga Saham LQ-45 Di BEI Analisis Pengaruh EPS Dan ROE Serta Tingkat Bunga Deposito Terhadap Harga Saham Perbankan Arus Kas Komponen Arus Kas dan Laba Kotor Laba kotor, total arus kas, dan size perusahaan Komponen arus kas, laba kotor dan size perusahaan EPS EPS, ROE, Bunga Deposito Variabel Dependen Harga Saham Harga Saham Harga Saham Return saham Expected Return saham Harga Saham Harga Saham Metode Analisis Regresi berganda Regresi berganda Regresi berganda Regresi berganda Regresi berganda Regresi Regresi berganda Hasil Terdapat pengaruh yang signifikan antara variable dividend cash dan arus kas terhadap harga saham. Secara parsial, faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham adalah dividen kas, sedangkan arus kas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham Komponen laporan arus kas secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham. Arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham, arus kas aktivitas investasi tidak memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham, arus kas dari pendanaan tidak mempengaruhi harga saham, dan laba kotor juga tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham Laba kotor memiliki nilai signifikansi diatas 0.05 yang artinya bahwa laba kotor tidak berpengaruh terhadap harga saham. Secara simultan variabel komponen arus kas, laba kotor dan size perusahaan berpengaruh terhadap expected return saham. Sedangkan berdasarkan hasil uji t, diperoleh bahwa secara parsial arus kas operasi dan arus kas pendanaan tidak memiliki pengaruh, sedangkan untuk arus kas investasi dan laba kotor memiliki pengaruh terhadap expected return saham. Variabel EPS berpengaruh terhadap harga saham. Variabel EPS memiliki nilai t hitung sebesar 11,587 dengan nilai t tabel sebesar 1,9600 dengan nilai signifikansi dibawah 0.05 yaitu 0.000. Dari hasil perhitungan terpisah (parsial) pengaruh variabel bebas EPS terhadap variabel harga saham dinyatakan tidak signifikan karena mempunyai nilai t hitung (0.532) < t tabel (1.993).

28 7. Rerangka Pemikiran Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu dan didukung oleh teoriteori yang ada, diperoleh variabel terikat dan tidak terikat. Yaitu untuk variabel terikat (dependent) adalah saham sedangkan untuk variabel bebas (independent) adalah komponen laporan arus kas (arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan), laba kotor dan earning per share (EPS). Terdapat hubungan mengenai arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan, laba kotor dan EPS terhadap fluktuasi harga saham dan permintaan saham. Dimana laba kotor yang baik didukung dengan laporan arus kas, investor dapat menganalisa mengenai prospek dan tingkat keamanan investasinya dimasa depan. Arus kas merupakan komponen di dalam penentuan nilai perusahaan. Nilai pasar (market value) dari perusahaan, merupakan nilai sekarang (present value) dari aliran-aliran kas (cash flows) masa datang. Arus kas merupakan salah satu indikator nilai pasar perusahaan. Artinya perusahaan yang mempunyai arus kas yang tinggi berarti mempunyai nilai pasar yang tinggi. Nilai pasar yang tinggi ini akan mendorong investor untuk tertarik berinvestasi pada saham perusahaan tersebut dan cenderung akan mendorong peningkatan harga saham (Susilo, 2012). Laporan laba rugi memuat beberapa angka laba, yaitu laba kotor, laba operasi, dan laba bersih, selain itu kita juga mengenal laba akuntansi yang kesemuanya mempunyai tujuan yang sama yaitu pengukuran efisiensi manajer dalam mengelola perusahaan. Menurut Febrianto dalam Adiliawan (2010),

29 angka laba kotor memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan dua angka laba yang lain yang disajikan dalam laporan laba rugi, lebih operatif, dan lebih mampu memberikan gambaran yang lebih baik tentang hubungan antara laba dengan harga saham. Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu hal utama yang diperhatikan investor sebelum membuat keputusan investasinya disuatu perusahaan karena investor tentunya mengharapkan pengembalian atau return yang tinggi dari investasinya, sehingga investor akan lebih tertarik kepada perusahaan yang mempunyai nilai EPS yang tinggi. Jika permintaan terhadap saham yang memiliki nilai EPS tinggi meningkat, hal ini akan akan mengakibatkan nilai EPS saham suatu perusahaan tersebut cenderung akan meningkat (Intan, 2009). Rerangka pemikiran yang menghubungkan variabel dependent dan independent seperti yang dimaksud diatas digambarkan sebagai berikut: Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y) Arus Kas Aktivitas Operasi (X 1 ) Arus Kas Aktivitas Pendanaan (X 2 ) Arus Kas Aktivitas Investasi (X 3 ) Harga Saham (Y) Laba Kotor (X 4 ) Earning Per Share (EPS) (X 5 ) GAMBAR 2.2 MODEL KONSEPTUAL PENELITIAN

30 8. Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan kesimpulan sementara atas permasalahan yang diteliti dan kebenarannya perlu diuji secara empiris. Adapun hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: a. Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Para investor menggunakan laporan arus kas untuk dijadikan sebagai acuan menilai kinerja perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas. Hal ini menunjukan bahwa arus kas memiliki informasi yang dibutuhkan oleh para investor. Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan lain, maka laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam aset neto entitas, struktur kegunaannya (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuannya mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka penyesuaian terhadap keadaan dan peluang yang berubah (PSAK 2, Per 1 Juni 2012). Jumlah kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar (Mulya, 2008). Adiliawan (2010) menemukan bahwa variabel arus kas dari aktivitas operasi menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hasil ini terlihat pada nilai signifikasi pengujian yang sebesar 0,002. Dalam analisanya dinyatakan bahwa arus kas aktivitas operasi dapat dijadikan

31 indikator dalam memprediksi harga saham sehingga dapat digunakan untuk memprediksi harga saham. Arus kas operasi yang tinggi memberikan sinyal positif bahwa perusahaan mampu membayar dividen kepada investor, sehingga informasi arus kas operasi dapat memberikan good news bagi para investor (Rutmayanti, 2009). Dengan demikian dapat ditarik hipotesa mengenai pengaruh arus kas operasi terhadap harga saham adalah sebagai berikut: Ha1: Terdapat pengaruh signifikan arus kas aktivitas operasi terhadap harga saham b. Pengaruh Arus Kas Investasi Terhadap Harga Saham Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus masa depan (Mulya, 2008). Analisa mengenai pengaruh arus kas investasi diteliti oleh Oktavia (2008), dimana dalam penelitiannya mengenai pengaruh komponen arus kas terhadap harga saham di perusahaan LQ 45 dinyatakan bahwa nilai koefisien dari variabel arus kas investasi menunjukan nilai yang positif. Sehingga disimpulkan variabel arus kas aktivitas investasi memiliki pengaruh terhadap harga saham perusahaan LQ 45.

32 Perusahaan yang mempunyai arus kas investasi yang tinggi akan meningkatkan expected return saham. Signaling theory menyatakan perusahaan yang mengeluarkan banyak dana untuk aset produktif maka perusahaan akan mampu bertumbuh dan mampu menghasilkan laba lebih tinggi lagi, perusahaan yang mempunyai laba tinggi berarti mampu membagikan dividen kepada investor, sehingga hal tersebut digunakan sebagai sinyal positif bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi yang tercermin dari expected return (Rutmayanti, 2009). Dengan demikian dapat ditarik hipotesa mengenai pengaruh arus kas investasi terhadap harga saham adalah sebagai berikut: Ha2: Terdapat pengaruh signifikan arus kas aktivitas investasi terhadap harga saham c. Pengaruh Arus Kas Pendanaan Terhadap Harga Saham Pengungkapan arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan sebab berguna memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh pemasok modal perusahaan (Mulya, 2008). Aktivitas pendanaan dapat dimanfaatkan investor dalam mengklaim arus kas perusahaan dimasa depan sehingga memberikan sinyal yang tercermin pada saham. Signaling theory menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai arus kas pendanaan yang tinggi, akan menambah jumlah arus kas yang beroperasi sehingga kemampuan menghasilkan laba meningkat. Pasar akan bereaksi positif terhadap pengumuman pendanaan dari luar karena akan

33 berpengaruh terhadap arus kas operasi yang lebih tinggi dimasa depan (Rutmayanti, 2009). Dengan demikian dapat ditarik hipotesa mengenai pengaruh arus kas pendanaan terhadap harga saham adalah sebagai berikut: Ha3: Terdapat pengaruh signifikan arus kas aktivitas pendanaan terhadap harga saham d. Pengaruh Laba kotor Terhadap Harga Saham Maju mundurnya perusahaan pertama kali dinilai dari seberapa besar perusahaan dalam menghasilkan laba dalam suatu periode. Dalam laporan keuangan perusahaan memuat laporan laba kotor, laba operasional, dan laba bersih. Menurut penelitian Febrianto (2005) dihasilkan bahwa laba kotor memberikan kualitas yang lebih baik dibanding jenis laba yang lainnya. Yaitu lebih operatif dan lebih mampu memberikan gambaran yang lebih baik mengenai Pengaruh harga saham dengan laba. Rutmayanti (2009) menjelaskan bahwa investor menggunakan informasi laba sekarang dalam pengambilan keputusan investasinya dan lebih sensitif terhadap informasi laba kotor. Apabila perusahaan mampu mendapatkan laba kotor yang tinggi berarti perusahaan mampu menghasilkan keuntungan yang baik, hal tersebut memberikan sinyal positif. Daniati (2006) dalam penelitiannya mengenai pengaruh laba kotor terhadap harga saham disimpulkan bahwa laba kotor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, dengan analisanyapun dinyatakan bahwa jika

34 kemampuan perusahaan menghasilkan laba meningkat maka harga saham akan meningkat pula. Dengan demikian dapat ditarik hipotesa mengenai pengaruh laba kotor terhadap harga saham adalah sebagai berikut: Ha4 : Terdapat pengaruh signifikan laba kotor terhadap harga saham e. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan ditunjukkan oleh besarnya tingkat keuntungan atas perlembar saham. Pada umumnya para investor akan mengharapkan manfaat dari investasinya dalam bentuk laba per lembar saham (EPS). Hal ini disebabkan EPS dapat menggambarkan jumlah keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Sedangkan jumlah EPS yang bakal didistribusikan kepada investor saham tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran deviden. Adapun EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik pada pemegang saham (Gunarianto, 2012). Jika mengarah kepada teory signaling, EPS dapat digunakan sebagai sinyal informasi bagin investor dalam mempertimbangkan keputusan investasi. Perusahaan yang memiliki nilai EPS tinggi maka memiliki kecenderungan memiliki peminat yang tinggi dan yang akhirnya akan semakin meningkatkan harga saham perusahaan tersebut. Hartini (2009), dalam penelitiannya yang membahas mengenai pengaruh EPS terhadap harga saham diperoleh hasil bahwa variabel EPS

35 memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Dimana dalam penelitian tersebut diperoleh nilai signifikansi EPS terhadap harga saham sebesar 0.00, lebih rendah dari 0.05. Sehingga dapat disimpulkan jika nilai EPS suatu perusahaan meningkat maka harga saham perusahaan cenderung meningkat. Dengan demikian dapat ditarik hipotesa mengenai pengaruh EPS terhadap harga saham adalah sebagai berikut: Ha5 : Terdapat pengaruh signifikan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham