JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Perlakuan Panas Pada Anoda Korban Aluminium Galvalum Iii terhadap Laju Korosi Pelat Baja Karbon Astm A380 Grade C

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA ANODA KORBAN ALUMINIUM GALVALUM III TERHADAP LAJU KOROSI PELAT BAJA KARBON ASTM A380 GRADE C

BAB IV PROSES PERLAKUAN PANAS PADA ALUMINIUM

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

LAJU DAN BENTUK KOROSI PADA BAJA KARBON MENENGAH YANG MENDAPAT PERLAKUAN PADA SUHU AUSTENIT DIUJI DI DALAM LARUTAN NaCl 3 N

Penentuan Laju Korosi pada Suatu Material

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

Perlindungan Lambung Kapal Laut Terhadap Korosi Dengan Sacrificial Anode. Oleh : Fahmi Endariyadi

Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida

BAB I PENDAHULUAN. mekanik, listrik, kimia dan konstruksi, dan bahkan kehidupan sehari-hari dapat

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

Studi Eksperimen Perbandingan Laju Korosi pada Plat ASTM (American Society For Testing and Material) A36 dengan Menggunakan Variasi Sudut Bending

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aisha Mei Andarini. Oleh : Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc. Surabaya, 21 juli 2010

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan logam dalam pembuatan alat alat dan sarana. Untuk memenuhi kebutuhan ini, diperlukan upaya pengembangan

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

STRATEGI PENGENDALIAN UNTUK MEMINIMALISASI DAMPAK KOROSI. Irwan Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

I. PENDAHULUAN. Baja atau besi banyak digunakan di masyarakat, mulai dari peralatan rumah

PERILAKU OKSIDASI PADUAN Ti-6Al-4V PADA TEMPERATUR TINGGI

PENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX. Sulaksono Cahyo Prabowo

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA

Studi Perbandingan Kinerja Anoda Korban Paduan Aluminium dengan Paduan Seng dalam Lingkungan Air Laut

HEAT TREATMENT PADA ALUMINIUM PADUAN

Dosen Pembimbing : Sutarsis, S.T, M.Sc.Eng

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310 S. Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

TERSELESAIKAN H+7 P2

REDUKSI-OKSIDASI PADA PROSES KOROSI DAN PENCEGAHANNYA Oleh Sumarni Setiasih, S.Si., M.PKim.

BAB II DASAR TEORI. II.1. Dapur Pemanas Pada Kilang Minyak

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Riset dan Teknologi di Bidang Industri ke-20 BAHAN TEKNIK MEKANIKA BAHAN

Pengaruh Variasi Media Karburasi Terhadap Kekerasan Dan Kedalaman Difusi Karbon Pada Baja ST 42

Korosi Suatu Material 2014

Pengaruh Rasio Luasan Terhadap Perilaku Korosi Galvanic Coupling Baja Stainless Steel 304 & Baja Karbon Rendah AISI 1010

PENGARUH SUHU HEAT TREATMENT TERHADAP LAJU KOROSI MATERIAL PAGAR.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam menunjang industri di Indonesia. Pada hakekatnya. pembangunan di bidang industri ini adalah untuk mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

PELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI

STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak

Simposium Nasional RAPI XI FT UMS 2012 ISSN :

PENGENDALIAN KOROSI PADA PLAT LAMBUNG KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN ANODA KORBAN

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Kata kunci : BEM, Korosi, Beton berulang, Proteksi katodik, Anoda korban, Simulasi

BAB IV HASIL PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR PADA COATING WRAPPING TAPE TERHADAP COATING BREAKDOWN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA.319-T6 AKIBAT PENGARUH VARIASI TEMPERATUR AGING PADA PROSES PRECIPITATION HARDENING

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-56

ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 191

Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina

Pengaruh Temperatur Solution Treatment dan Aging terhadap Fasa Dan Kekerasan Copperized-AISI 1006

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36

FABRIKASI POLIANILIN-TiO 2 DAN APLIKASINYA SEBAGAI PELINDUNG ANTI KOROSI PADA LINGKUNGAN STATIS, DINAMIS DAN ATMOSFERIK

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

BAB III METODE PENELITIAN

PERCOBAAN LOGAM KOROSI BASAH DAN KOROSI ATMOSFERIK

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

Pengaruh Temperatur Pemanasan dan Holding Time pada Proses Tempering terhadap Sifat Mekanik dan Laju Korosi Baja Pegas SUP 9A

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Fluida : Semi Lean Benfield Solution (K 2 CO 3 ) Masalah Pompa 107-J. Produksi Tinggi. Why??

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN PELAPIS EPOKSI TERHADAP KETAHANAN KOROSI PIPA BAJA ASTM A53 DIDALAM TANAH SKRIPSI

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN AL 2014 HASIL PROSES AGING DENGAN VARIASI TEMPERATUR DAN WAKTU TAHAN

JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 2, No. 1, (2013) ( X Print) 1

PENGARUH VARIASI ph DAN ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK KOROSI CO 2 BAJA BS 970

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

ANALISA KOROSI BAUT PENYANGGA OCEAN BOTTOM UNIT (OBU) RANGKAIAN SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI PADA PERAIRAN PELABUHAN RATU.

Transkripsi:

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Pengaruh Perlakuan Panas Pada Anoda Korban Aluminium Galvalum Iii Terhadap Laju Korosi Pelat Baja Karbon Astm A380 Grade C Kharisma Permatasari, dan M. Zainuri Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: kharisma21@physics.its.ac.id Abstrak Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh perlakuan panas pada anoda korban aluminium galvalum III terhadap laju korosi pelat baja karbon ASTM A380 grade C dengan perlakuan panas sintering pada temperatur 460 C selama 15 menit, kemudian dilakukan aging dengan variasi temperatur 180 C, 200 C, 220 C, 240 C dan lama penahanan (holding time) 1 jam, 3 jam, 5 jam. Proses aging dilakukan untuk menambah kekerasan pada aluminium galvalum III agar dapat meningkatkan kualitasnya sebagai anoda korban. Eksperimen dilakukan dengan metode uji celup spesimen pelat baja dengan diberi anoda korban yang telah dilakukan proses pemanasan sebelumnya untuk mendapatkan selisih berat dari spesimen pelat baja, kemudian dihitung dan didapatkan nilai laju korosi. Laju korosi tertinggi dihasilkan oleh spesimen pelat baja tanpa anoda korban dengan rata-rata sebesar 0,24 mm/y dan laju korosi terendah dihasilkan oleh spesimen pelat baja dengan anoda korban yang telah di aging dengan temperatur 220 C dengan waktu penahanan selama 3 jam dengan rata-rata sebesar 0,01 mm/y. Karakteristik dari spesimen pelat baja yang telah dilakukan pencelupan pada media air laut selama 10 hari diamati dengan SEM dan XRD. Fasa yang terbentuk adalah Fe dan Fe 2 O 3. Karakteristik dari aluminium yang telah diberi perlakuan panas dengan mikroskop optik dan microhardness tester. Dari semua hasil karakterisasi menunjukkan bahwa perlakuan panas pada anoda korban aluminium galvalum III sangat berpengaruh terhadap laju korosi pelat baja karbon ASTM A380 grade C. Kata kunci : sintering, aging, laju korosi,karakterisasi I. PENDAHULUAN orosi merupakan sebuah penurunan mutu material akibat Kreaksi elektrokimia dengan lingkungan sekitar. Pengaruh korosi ini dapat mengubah sifat yang dimiliki material dengan perubahan sifat mekanik, sifat fisik maupun sifat kimia material. Secara umum perubahan itu sangat merugikan sehingga korosi perlu dikontrol untuk menghindari terjadinya keruakan yang lebih parah, karena korosi tidak dapat dicegah yang dapat dilakukan adalah dengan mengendalikan korosi. Tiang Pancang dermaga pada umumnya terbuat dari besi beton dan pipa baja. Bila tiang pancang terbuat dari baja maka baja akan mudah terserang korosi karena berada pada lingkungan yang korosif air laut. Perlindungan korosi pada bangunan dermaga yang mayoritas tiang pancangnya terbuat dari pipa sangat diperlukan. Salah satunya adalah pemakaian anoda korban yang bekerja berdasarkan prinsip proteksi katodik. Pada penelitian ini akan dilakukan penilaian pengaruh perlakuan panas pada anoda korban yang berupa paduan aluminium. Proses perlakuan panas sintering dilakukan pada temperatur 460 o C dan quenching dengan media air pada suhu kamar dan dilanjutkan proses aging pada suhu 180 o C, 200 o C, 220 o C, dan 240 o C dengan variasi waktu tahan 1 jam, 3 jam, dan 5 jam. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Korosi Korosi secara elektrokimia dapat diilustrasikan dengan reaksi antar ion logam dengan molekul air. Mula-mula akan terjadi hidrolisis yang akan mengakibatkan keasaman meningkat (Trethewey, 1991). Hal ini dapat diterangkan dengan persamaan berikut : M + + H 2 O MOH + H + (2.1) Persamaan ini menggambarkan reaksi hidrolisis yang umum, dimana pada elektrolit yang sebenarnya akan terdapat peran klorida yang penting tetapi akan menjadi rumit untuk diuraikan. Kecenderungan yang rendah dari klorida untuk bergabung dengan ion-ion hidrogen dalam air mendorong menurunnya ph larutan elektrolit. [7] Persamaan reaksi jika reaksi di atas adalah ion besi dan molekul air (Trethewey, 1991), adalah sebagai berikut : Fe 2+ + H 2 O Fe(OH) + + H + (2.2) besi (I) besi (II) Kemudian reaksi ini dapat berlanjut dengan terjadinya reaksi oksidasi oleh kehadiran oksigen terhadap besi (II), sehingga akan terbentuk ion-ion besi (III) (Trethewey, 1991). Persamaan reaksi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : Fe(OH) + + ½ O 2 + 2H + besi (II) 2 Fe(OH) 2+ + H 2 O (2.3) besi (III) Reaksi-reaksi hidrolisis selanjutnya dimungkinkan, yang menyebabkan larutan semakin asam : Fe(OH) 2+ + H 2 O 2 Fe(OH) 2+ + H + (2.4) Untuk selanjutnya dapat diuraikan reaksi dari ion-ion kompleks sehingga terbentuk hasil korosi utama yaitu

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 2 magnetit dan karat, berturut-turut dinyatakan dengan rumus Fe 3 O 4 dan FeO(OH) [7]. Persamaan reaksi-reaksi tersebut adalah : 2Fe(OH) 2+ + Fe 2+ + 2H 2 O Fe 3 O 4 + 6 H + (2.5) Fe(OH) 2+ + OH - FeO(OH) + H 2 O Karat (2.6) B. Korosi Oleh Air Laut Air laut merupakan lingkungan yang korosif untuk besi dan baja, terutama karena resistivitas air laut sangat rendah (+ 25 Ohm cm) dibandingkan resistivitas air tawar ( + 4000 Ohm cm ). Proses korosi air laut merupakan proses elektrokimia. Salah satu faktor yang mendorong korosi pelat baja dalam media air laut adalah sifat air laut (kimiafisika dan biologis). [1] C. Proteksi Katodik Proteksi katodik adalah suatu cara perlindungan korosi secara elektrokimia dimana reaksi oksidasi pada sel galvanik dikonsentrasikan pada anoda dan menghilangkan korosi pada katoda. Struktur yang akan dilindungi secara listrik dibuat negatip sehingga bertindak sebagai katoda. Proteksi katodik dapat diterapkan dengan dua cara, yaitu dengan cara arus tanding (Impressed Current) dan Anoda Korban (Sacrificial Anode). D. Proteksi Katodik dengan Cara Anoda Korban Barangkali yang paling sederhana untuk menjelaskan cara kerja proteksi katodik dengan anoda korban adalah menggunakan konsep tentang sel korosi basah seperti Gambar.2.1. Kaidah umum dari sel korosi basah adalah bahwa dalam suatu sel, anodalah yang terkorosi, sedangkan yang tidak terkorosi adalah katoda. Anoda-anoda yang dihubungkan ke struktur dengan tujuan mengefektifkan perlindungan terhadap korosi dengan cara ini disebut anodaanoda korban (sacrificial anodes). Anoda korban yang biasa digunakan di lingkungan pantai diantaranya adalah seng dan aluminium.[7] Gambar 1. Sel korosi basah sederhana E. Proses Perlakuan Panas Proses heat treatment merupakan suatu proses yang mengacu pada proses pemanasan dan pendinginan, dengan tujuan untuk mengubah sifat mekanik dan struktur mikro dari suatu material. Aplikasi heat treatment treatment pada aluminium umumnya untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan aluminium [2]. Jenis aluminium yang termasuk dalam kelompok yang dapat di-heat treatment adalah aluminium seri 2xxx, 3xxx, 6xxxx dan 7xxx [2]. Sedangkan kelompok aluminium lainnya untuk tujuan yang sama hanya dapat dilakukan melalui proses cold working [2]. Proses heat treatment untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan aluminium dilakukan dalam 3 langkah yaitu solution heat treatment, quenching dan age hardening [2], [3]. Dalam ketiga proses tersebut, parameter-parameter seperti temperatur pemanasan, laju pemanasan, laju pendinginan dan waktu pemanasan sangat berpengaruh terhadap sifat mekanik. Gambar 3 memperlihatkan proses heat treatment yang diberlakukan pada aluminium yang terdiri dari solution treatment, quenching dan age hardening. Gambar 2. Diagram proses heat treatment aluminium Proses solution heat treatment dilakukan dengan memanaskan material aluminium sampai temperatur yang cukup tinggi, yaitu pada temperatur solid solution, kemudian diberikan waktu penahanan yang cukup agar terbentuk fasa solid solution yang homogen. Pada proses ini temperatur dan waktu penahanan haruslah diperhatikan agar tidak terjadi overheating pada material. Pada proses pemanasan, temperatur dari material tidak boleh sampai temperatur eutectic-nya, sebab dapat menyebabkan material meleleh dan dapat merusak struktur yang diinginkan. Jika temperatur eutectic sampai tercapai sebagai akibat dari overheating, maka akan mengakibatkan menurunnya kekuatan, kekerasan dan ketangguhan dari material [2]. Proses quenching pada aluminium dilakukan setelah proses solution heat treatment mencapai single phase solid solution. Proses quenching dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya difusi dari atom solid solution sehingga terbentuk fasa supersaturated solid solution pada suhu kamar [4]. Pada proses aging terjadi proses presipitasi dari atom solid solution melalui nukleasi dan pertumbuhan butir dari atom solute menjadi nuclei presipitat [6]. Pada beberapa material, proses aging untuk mencapai kekuatan dan kekerasan maksimum dapat terjadi dalam kurun waktu yang lama [2], [3], dan bila proses aging dibiarkan berlanjut maka material akan mengalami penurunan kekuatan dan kekerasan sehingga material dikatakan mengalami proses overaging. Pada kondisi temperatur aging yang tinggi, kekerasan dan kekuatan maksimum dari suatu material dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat. Akan tetapi hasil maksimum yang dicapai tersebut tidak akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan proses aging pada temperatur yang lebih rendah [5].

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 3 III. METODOLOGI PERCOBAAN Pada tahap persiapan untuk anoda korban paduan aluminium dilakukan proses perlakuan panas sintering menggunakan furnace tube pada temperatur 460 o C dan quenching dengan media air pada suhu kamar dan dilanjutkan proses aging pada suhu 180 o C, 200 o C, 220 o C, dan 240 o C dengan variasi waktu tahan 1 jam, 3 jam, dan 5 jam. Kemudian dilakukan uji korosi spesimen pelat baja dengan anoda korban aluminium. Analisis mnenggunakan uji X-Ray Diffractometer (XRD), Scanning Electron Microscope (SEM), Mikroskop Optik (MO), dan Microhardness Tester. IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Korosi Hasil uji korosi didapatkan nilai laju korosi terendah dihasilkan oleh anoda korban dengan temperatur aging 220 o C dengan waktu penahanan selama 3 jam, dapat dilihat pada grafik berikut : 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 Grafik Perbandingan Laju Korosi pada Spesimen Pelat Baja 0 5 10 15 tanpa anoda dengan anoda 220, 3jam Gambar 3. Grafik perbandingan laju korosi pada spesimen pelat baja tanpa anoda korban, dengan anoda korban, dan dengan anoda korban yang di aging Laju korosi terendah dihasilkan oleh anoda korban dengan temperatur aging 220 o C dengan waktu penahanan selama 3 jam dengan nilai laju korosi rata-rata 0,1 mm/y. B. Hasil Karakterisasi menggunakan SEM Hasil Karakterisasi dengan menggunakan SEM, dapat dilihat morfologi permukaan pada spesimen pelat baja yang telah dilakukan uji korosi sebagai berikut : (c) Gambar 4. Hasil SEM dari permukaan spesimen pelat baja tanpa anoda, dengan anoda, (c) dengan anoda yang diaging dengan temperatur 220 o C Dari keseluruhan hasil analisis mikrostruktur dengan uji SEM, menambah bukti yang semakin jelas bahwa spesimen pelat baja dengan anoda korban yang diberikan perlakuan panas dengan temperatur aging 220 C dan waktu penahanan selama 3 jam yang paling tahan korosi dengan hasil perhitungan laju korosi yang paling rendah. C. Hasil Karakterisasi menggunakan XRD Hasil uji XRD dapat ditunjukkan pada gambar berikut :

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 4 Gambar 6. Aluminium tanpa pemanasan Aluminium dengan pemanasan 220 o C selama 3 jam E. Hasil Karakterisasi menggunakan Microhardness Tester Dari Hasil microhardness test dapat diketahui bahwa kekerasan yang paling tinggi adalah pada aluminium yang di aging pada temperature 220 C dengan waktu penahanan 3 jam sebesar 55,9 Hv. Gambar 5. Pola difraksi XRD pada spesimen Pelat Baja tanpa anoda, dengan anoda, (c) dengan anoda yang diaging dengan temperatur 220 o C Dari hasil XRD dapat diketeahui fasa yang terbentuk adalah Fe dan Fe 2 O 3 yang menunjukkan terjadinya oksidasi pada pelat baja. (c) D. Hasil Karakterisasi menggunakan Mikroskop Optik Hasil pengamatan mikrostruktur dengan menggunakan mikroskop optic adalah sebagai berikut : V. KESIMPULAN 1. Perlakuan panas yang diberikan pada anoda korban aluminium galvalum III mempengaruhi laju korosi pelat baja karbon ASTM A380 Grade C. 2. Perlakuan panas pada temperatur aging 220 C dengan waktu penahanan 3 jam dapat meningkatkan kualitas dari aluminium galvalum III sebagai anoda korban. 3. Mikrostruktur pada aluminium yang diberikan perlakuan panas pada temperatur aging 220 C dengan penahanan 3 jam terlihat paling banyak terbentuk fasa pesipitat. 4. Morfologi permukaan pada pelat baja yang telah di lakukan uji korosi dengan aluminium yang diberikan perlakuan panas pada temperatur aging 220 C dengan penahanan 3 jam terlihat paling halus dan paling sedikit terbentuknya oksidasi.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 5 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis K.P. mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.M.Zainuri,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberi kesempatan untuk melakukan riset tentang korosi sebagai tugas akhir saya. Institiut Teknologi Sepuluh Nopember Sepuluh Nopember Surabaya dan Bagian Inspeksi Teknik PT.Petrokimia Gresik yang telah menyediakan tempat untuk studi kasus. DAFTAR PUSTAKA [1] Benjamin D. Craig, (2006) Corrosion Prevention and Control: A Program Management Guide for Selecting Materials by : Advanced Materials, Manufacturing, and Testing Information Analysis Center (AMMTIAC). [2] Davis J.R., (1993) et al. ASM Specialty Handbook, Aluminum and Aluminum alloys, ASM, Ohio, pp. 290 390. [3] Davis J.R., (1995) ASM Specialty Handbook, Tools Materials, ASM, New York, pp. 276-277. [4] DeGarmo E. Paul, J.T. Black and Ronald A. Kosher, (1997) Materials and Processes in Manufacturing (8 th ed), Prentice Hall, New York, pp.115-118. [5] Fontana, Mars, (1987), Corrosion Engineering, 3 rd ed., New York : Mc Graw-Hill Book Company. [6] Smallman R. E. and R.J. Bishop, (1999), Modern physical metallurgy and material engineering (6 th ed), Butterworth-Heinemann, Birmingham, pp.284 [7] Trethewey, Kenneth, R, B.Sc, Ph.D, C.Chem, MRSC, MCORR.ST, John Chamberlain, (1991) Korosi Untuk Mahasiswa Sains dan Rekayasa, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. [8] Tsai, Tai Ming, (1995), Protection of Steel Using Aluminum Sacrificial Anodes in Artificial Seawater, Journal of Marine Science and Technology, Volume 4, No.1, Tahun 1995, halaman 17 21.