IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sebagai bangsa yang multikultur Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2006 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG

I. PENDAHULUAN. pembuatan jalan baru untuk memperlancar keluarnya hasil bumi dapat. Panaragan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588);

BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN DESA DI INDONESIA. Ketika masa pemerintahan kolonial atau biasa disebut dengan Pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 3 TAHUN 2007 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2006 NOMOR 14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 14 TAHUN 2006 TENTANG

METHODE. 1. Pembinaan Bakti TNI. a. Bakti TNI adalah :

I. PENDAHULUAN. mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia, setiap kebudayaan adalah hasil

IV. GAMBARAN UMUM. Lampung, yang memiliki luas wilayah seluas 3.921,63 km 2 atau sebesar 11,11. persen dari luas Provinsi Lampung, dan dibatasi oleh:

OPTIMALISASI KEGIATAN TNI MANUNGGAL MEMBANGUN DESA DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI DAERAH BAB I PENDAHULUAN

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Pada tahun 1900 M, daerah Menggala bentuk pemerintahannya bernama Afdelling

III. METODOLOGI PENELITIAN. mencatat, mengumpulkan serta menyalin data-data yang diperlukan dari dinas atau instansi

BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kabupaten Mesuji terletak pada arah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 01 TAHUN 2007 TENTANG

Provinsi Lampung memiliki dua masyarakat adat yaitu Lampung Saibatin (jurai saibatin) dan

I. PENDAHULUAN. salah satu faktor penyebab keinginan manusia untuk hidup. membentuk sebuah komunitas yaitu masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT DI PROVINSI LAMPUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT DI PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Pada Bab sebelumnya peneliti telah menjelaskan beberapa metode yang

GAMBARAN UMUM. Kelurahan Negeri Besar Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara

IV. GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Historis Kabupaten Tulang Bawang Barat. Bawang. Kabupaten Tulang Bawang sendiri mempunyai luas wilayah ± 6.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

14 LEMBARAN DAERAH Agustus KABUPATEN LAMONGAN 13/E 2006 SERI E

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bendungan Way Rarem terletak di Kabupaten Lampung Utara, Provinsi

Dengan persetujuan bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN dan BUPATI WAY KANAN MEMUTUSKAN :

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI. Penumangan Baru adalah sebuah Desa di Kecamatan Tulang Bawang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR 08 TAHUN 2000 T E N T A N G PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN PEKON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMEKARAN, PENGHAPUSAN DAN/ATAU PENGGABUNGAN KELURAHAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan sejarahnya Desa Karta Kecamatan Tulang Bawang Udik Kabupaten

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung, Indonesia. Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 12 tahun

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor dan subsektor unggulan di

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas dan memiliki keragaman

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampung Negeri Besar pertama kali bernama Negeri Syam yang terbentuk sejak

ABSTRAK PERANAN TOKOH ADAT DALAM MELESTARIKAN ADAT MEGO PAK TULANG BAWANG. (Juanda Hadi Saputra, Hermi Yanzi, Yunisca Nurmalisa )

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA PUTING GELANG. Oleh: Suhendi Yopi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. merupakan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara etimologis, Hajimena sebenarnya berasal dari kata Aji, yang berarti ini dan Mena

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Provinsi Lampung dengan menggunakan data

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Pemilihan Peratin Pekon Kuripan

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA )

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UU 16/1999, PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 16 TAHUN 1999 (16/1999)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

III. METODE PENELITIAN. menggunakan alat uji statistik berupa uji beda maka variabel yang digunakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu dari 11 (sebelas)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

GUBERNUR LAMPUNG KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : GI 38 ~/I1I.05/HK/2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2013 NOMOR 1

IV. GAMBARAN UMUM. Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur yang pada tahun 2012

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 45 TAHUN (45/1999) Tanggal: 4 OKTOBER 1999 (JAKARTA)

III. METODE PENELITIAN. Sumber data primer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat jiwa dan terdiri atas 28 kecamatan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN TUAH NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II BIRO KEUANGAN SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA. pemerintahan yang bernama Gouverment van Sumatera, yang meliputi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II HALMAHERA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Sosial dan Budaya Kabupaten Tulang Bawang Barat

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894)

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra karet di Indonesia, menurut

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MESUJI DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RGS Mitra 1 of 16 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

RGS Mitra 1 of 5 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 8 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II DUMAI

I. PENDAHULUAN. adat Lampung Saibatin dan masyarakat adat Lampung Pepadun. Masyarakat adat

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

Transkripsi:

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Gambaran Umum Kampung Panaragan 1. Profil Kampung Panaragan Kampung Panaragan merupakan salah satu Kampung tua, sekaligus merupakan pusat ibukota Kecamatan Tulang Bawang Tengah yang dahulu merupakan Kecamatan Panaragan 1945-1973. Sebelumnya, dimasa pemerintahan kolonial Belanda daerah Tulang Bawang memiliki 3 (tiga) kewedanaan, yaitu Kewedanaan Menggala (Kecamatan Menggala), Kewedanaan Panaragan (Kecamatan Panaragan) dan Kewedanaan Mesuji (Kecamatan Mesuji). Sebutan Panaragan terdapat pada sebuah peta Gedongratu bertitimangsa 1942 dan dibuat semasa kolonial Belanda, dengan demikian, Panaragan sejatinya masuk dalam wilayah teritorial Gedongratu. Namun, pada masa sekarang daerah ini merupakan sebuah kecamatan, bernama Kecamatan Panaragan 1945-1973. Setelah transmigrasi masuk wilayah Panaragan (1973/1974), maka nama Kecamatan Panaragan diganti menjadi Kecamatan Tulang Bawang Tengah.

49 Secara teritorial, Kampung Panaragan berbatasan langsung dengan kampung-kampung : Sebelah Utara berbatasan dengan Kampung Bandar Dewa dan Menggala Mas Sebelah Selatan berbatasan dengan Kampung Gedong Ratu Sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Penumangan Sebelah Barat berbatasan dengan Kampung Tegal Mukti (Way Kanan) Luas wilayah Kampung Panaragan 4198 Ha, dengan rincian sebagai berikut : Luas area Pertanian/Perkebunan 750 Ha Luas area tanah basah : Rawa 1425 Ha Pasang surut 1250 Ha Luas area Persawahan 450 Ha Luas tanah fasilitas umum : Kas Desa 318 Ha Lapangan 3 Ha Perkantoran Pemerintah 2 Ha Adapun jumlah penduduk Kampung Panaragan ± 10145 Jiwa, dengan berbagai macam mata pencarian antara lain; nelayan, petani dan perkantoran. Secara umum Kampung Panaragan dihuni oleh masyarakat pribumi Lampung, hal ini dapat terlihat dengan adanya rumah-rumah panggung khas masyarakat pribumi Lampung, meskipun keberadaannya

50 sudah berkurang. Selain masyarakat pribumi, Kampung Panaragan juga di diami oleh masyarakat transmigrasi yang secara administratif masuk dalam wilayah Kampung Panaragan. Secara administratif dan kelembagaan, pemerintahan Kampung Panaragan terdiri dari : a. Pemerintahan Kampung (ekskutif) b. Badan Permusywaratan Kampung (legeslatif) c. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kampung (LPMD/K), dengan struktur Pemerintahan Kampung sebagai berikut : BPK Kepala Kampung Juru Tulis Kampung Kasi Kaur Pemerintahan Kaur Umum Kaur Pembangunan LPMD Pertanian Keamanan Kadus Kadus Kadus Kadus Ketua RT / RW Gambar 2 Struktur Kampung Panaragan

51 2. Adat Istiadat Masyarakat Lampung Panaragan Dalam bukunya, Hilman Hadikusuma menguraikan bahwa pada tahun 1928 pemerintah Kolonial Belanda menetapkan batas-batas Marga Tritorial, dengan menunjuk atau memilih Kepala Marga (Pasirah Marga) masing-masing berdasarkan Peraturan Marga Regment tahun 1939, dalam rangka pelaksanaan Inlandsche Gemeente Ordonnanntei Buitengewesten (IGOB) S.1938 no. 490, yang ditetapkan Residen Lampung tanggal 21 Juli 1939 no. 536. Menurut peraturan tersebut, Kepala Marga melaksanakan pemerintahan Marganya di dampingi Dewan Marga yang anggota-anggotanya terdiri dari para Punyimbang. Masing-masing Marga merupakan kesatuan Kampung (Tiyuh, Pekon) dan bagian Kampung (Suku) termasuk umbulan yang terletak di daerah peladangan dalam lingkungan hak ulayat tanah marga bersangkutan. Sistem pemerintahan Marga yang bersifat tritorial berlaku sampai tahun 1952, dan sejak itu berlaku sistem pemerintahan Negeri (Minangkabau) hingga tahun 1970, ke mudian sejak tahun 1970 sampai sekarang bentuk pemerintahan Marga atau pun Negeri sudah tidak ada lagi, maka pemerintahan umum dilaksanakan oleh para Camat yang mebawahi Kepala-kepalaKampung, sedangkan pemerintahan adat kekerabatan kembali semata-mata menjadi urusan para Punyimbang Adat menurut Marga Adatnya masing-masing. (Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu HukumAdat Indonesia, hal : 126-127)

52 Atas dasar uraian tersebut diatas, maka dapatlah diceritakan bahwa masyarakat Lampung di Tulang Bawang terdiri dari empat (4) federasi Marga, yaitu Marga Buay Bulan, Marga Suay Umpu, Marga Tegamo an dan Marga Aji. Selanjutnya, secara singkat dapat kita simpulkan bahwa masyarakat Lampung Panaragan secara administratif berada dalam ruang lingkup Marga Tegamo an. Hal ini tentunya juga dapat ditafsirkan bahwa Panaragan merupakan pusat pemerintahan Marga Tegamo an, sehingga pada saat pemerintahan Marga maupun Negeri dihapus dan diganti menjadi Kecamatan, maka Panaragan menjadi pusat pemerintahan kecamatan, bahkan menjadi pusat ibukota Kabupaten. 3. Panaragan Secara Historis Dalam kajian historis, tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan terbentuknya Panaragan menjadi sebuah institusi pemerintahan bertingkat Kampung (Tiyuh), namun yang jelas sejak pemerintahan kolonial Belanda hingga kemerdekaan Indonesia 1945 Panaragan telah menyandang status pemerintahan berupa Tiyuh (Kampung) dan bahkan telah menjadi pusat kewedanaan (zaman kolonial Belanda), sedangkan dalam pemerintahan adatnya berada dalam ruang lingkup pemerintahan Pasirah Marga Tegamo an (salah satu Marga yang berada dalam sistem federasi Megow Pak Tulang Bawang). Menurut Khoiri Runjungan Gelar Tuan Junjungan Marga, Panaragan berasal dari dua suku kata, yaitu pana atau raga. Pana berarti alam yang fana (alam yang tidak kekal), sedangkan Raga berarti Tubuh (badan).

53 Oleh karena raga (tubuh) itu hidup dialam yang tidak kekal, maka sangat diperlukan meditasi mistis untuk menghadap yang maha kuasa (menyangkut kepercayaan zaman dahulu), sehingga Panaragan juga diartikan sebagai tempat bertapa atau bersemedinya nenekmoyang pada masa sebelum masuknya agama Islam. Masih menurut Khoiri Rujungan, bahwa masyarakat Kampung Panaragan terdiri dari lima (5) clan geneologis yang disebut Suku, yaitu Suku Tepuk Darat (keturunan Mi nak Indah), Suku Tepuk Leban (keturunan Minak Mekedum Sakti), Suku Bujung (keturunan Minak Sang Menteri), Suku Lambow (keturunan Minak Raja Malaka) dan Suku Tepuk Gabow (keturan Prajurit Potenggelang). Pada tahun 2003 nama Khoiri Runjungan selaku Anggota DPRD Kabupaten Tulang Bawang mengusulkan agar Kabupaten Tulang Bawang dimekarkan menjadi tiga Kabupaten Baru, yaitu Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Panaragan dan Kabupaten Mesuji atas dasar UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah jo PP Nomor 129 tahun 2000. Mengapa yang diusulkan adalah Kabupaten Panaragan, alasannya adalah karena daerah ini menjunjung tinggi keadatan dan sebagai daerah pertama pribumi Lampung di bagian barat Tulang Bawang. Namun usulan untuk nama Panaragan itu gagal sebab diubah menjadi Kabupaten Tulang Bawang Barat, meski pun pada akhirnya pusat pemerintahan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Barat berada di Panaragan.

54 Selain potensi pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan, Panaragan juga juga memiliki potensi objek wisata, khususnya wisata religi yang belum dikelola secara maksimal oleh pihak pemerintah Kampung Panaragan. Salah satu objek wisata religi dimaksud yaitu objek wisata Keramat Gemol yang merupakan Makam Minak Indah bin Tuan Rio Sanak (Kisah Keramat Gemol akan diturunkan suatu saat). Sebagaimana pula Pagardewa, seperti dituturkan Khoiri Runjungan, Panaragan memang ditempati para orang sakti. Salah satunya Minak Indah bin Rio Sanak, yang diyakini adalah poyangnya orang Panaragan. Minak Indah memang terkenal sakti. Minak Indah, karena sombong dan melanggar adat, kemudian ditakdirkan tewas oleh sebuah tombak igel duduk milik Paduka Nunyai. B. Gambaran Umum Program Bhakti TNI Manunggal Membangun Desa di Kampung Panaragan Tahun 2014 Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) adalah suatu program terpadu antara TNI khususnya TNI AD dan pemerintah daerah yang bertujuan untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan di daerah, dengan harapan kesejahteraan masyarakat di daerah juga akan meningkat. Selain sasaran pokoknya yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah, TMMD juga bertujuan untuk pembinaan keamanan wilayah. Peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah masih perlu mendapat perhatian dari pemerintah karena secara umum masyarakat

55 hidup dibawah garis kemiskinan dan sebagian besar tinggal di daerah pedesaan. Kegiatan TMMD merupakan bagian dari Pembinaan Teritorial yang pada hakikatnya sebagai salah satu kegiatan utama dalam mencapai tugas pokok TNI AD merupakan kegiatan yang sangat strategis untuk memenangkan pertempuran dan membantu mengatasi kesulitan masyarakat. Untuk melaksanakan tugas yang mempunyai nilai strategis tersebut diperlukan suatu konsepsi dalam mengoptimalkan kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah, hal ini juga sebagai wujud kepedulian TNI terhadap rakyat. Karena TNI berasal dari rakyat sudah merupakan hal yang wajar apabila pokok perjuangannya demi kepentingan rakyat. Program TMMD dapat terlaksana dengan baik apabila adanya kerjasama yang saling mendukung dari semua unsur yang terlibat baik TNI, Pemda maupun Masyarakat. Kerjasama yang baik akan terlaksana melalui koordinasi yang mantap baik pada saat penganggaran atau program dimulai, namun demikian masih belum dapat dilaksanakan secara optimal. Permasalahan-permasalahan yang muncul antara lain menyangkut tentang sasaran dari TMMD tersebut, koordinasi yang kurang mantap dengan unsurunsur terkait dan pendanaan yang tidak sesuai dengan rencana sasaran.

56 Tahap Pelaksanaan Program TMMD a. Pembangunan Fisik. Pelaksanaan pembangunan melalui kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa khususnya kegiatan fisik ditujukan pada pembangunan sarana yang akan digunakan oleh rakyat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Sebagai dampak dari perencanaan yang kurang maksimal dalam pelaksanaan TNI Manunggal Membangun Desa khususnya pelaksanaan pembangunan fisik sering mengalami hambatan. Kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa sudah dimulai sedangkan bahan maupun alat peralatan yang dibutuhkan belum tersedia di lapangan, bahkan lebih ironis lagi kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa sudah sampai waktu penutupan bahan-bahan tersebut belum juga terpenuhi. Hal yang demikian tentunya tidak kita harapkan sampai terjadi karena akan menimbulkan kekecewaan berbagai pihak, terlebih lagi masyarakat yang sangat mengharapkan hasilnya. Hal yang demikian menunjukkan kurang pro aktifnya dari pihak yang bertanggung jawab sesuai dengan pembagian tugas yang telah ditetapkan. Alasan yang selalu dikedepankan dan merupakan alasan yang klasik yaitu belum siap padahal rencana TNI Manunggal Membangun Desa bukanlah program dadakan tapi sudah direncanakan bersama dan disampaikan jauh hari sebelum pelaksanaan dengan harapan semua pihak yang terkait dapat menyiapkan dirinya masing-masing sesuai dengan tugas dan tanggung jawab. Padahal apabila kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa Desa berhasil Pemda juga yang akan merasakan keuntungannya selain masyarakat.

57 b. Pembangunan non Fisik. Sasaran pelaksanaan pembangunan non fisik lebih menitik beratkan pada peningkatan Sumber Daya Manusianya. Seperti halnya pembangunan fisik dalam pembangunan non fisik inipun melibatkan banyak pihak terutama dari instansi terkait seperti Dinas Pertanian, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Peternakan dll tetapi kenyataan di lapangan tidak jauh beda dengan pembangunan fisik, seringkali dinas yang sudah ditunjuk untuk memberikan penyuluhan dan pelatihan tidak datang dengan alasan tidak ada pemberitahuan. Melihat kenyataan demikian lagi-lagi masyarakat yang akan sangat kecewa dan membawa dampak yang kurang baik bagi kita sebagai pelaksana di lapangan yang berkumpul dan bekerja bersama-sama masyarakat di lapangan. Hal yang demikian yang seringkali ditemukan di lapangan dalam pelaksanaan TNI Manunggal Membangun Desa saat ini. Adapun pokok-pokok penyelenggaraan Program TMMD ditujukan untuk mewujudkan ruang juang, alat juang, kondisi juang dan kemanunggalan TNI- Rakyat, serta dalam rangka membantu otoritas sipil untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan fisik yang bersifat fisik maupun non fisik sebagaimana telah diuraikan diatas dengan tujuan untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi terwujudnya stabilitas keamanan dalam negeri. Berdasarkan uraian tersebut, maka terdapat enam tujuan sasaran utama Program TMMD, yang meliputi :

58 b. Tumbuh dan berkembang kesamaan visi-misi antara aparatur pemerintahan, tokoh masyarakat dalam memberdayakan masyarakat dilingkungannya. c. Meningkatnya kesejahteraan dan kehidupan sosial masyarakat serta memiliki ketahanan wilayah yang tangguh. d. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. e. Meningkatnya wawasan kebangsaan dan bela negara sesuai bidang profesi dan pengabdiannya. f. Tumbuhnya semangat gotongroyong, kebersamaan dan rasa kekeluargaan serta berpartisifasi aktif dalam pembangunan dan terciptanya kemanunggalan TNI-Rakyat. g. Terwujudnya RAK juang yang tangguh untuk kepentingan pertahanan negara.