BAB III. dibunuh, termasuk dari etnis Hutu moderat. Mayat-mayat dibiarkan saja dimanamana,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN. diskriminasi antar etnis yang telah berlangsung sejak lama merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab. Sementara menurut United Nations Childrens Foundation (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

ARENA KEBIJAKAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

Gambaran Sanitasi Lingkungan Wilayah Pesisir Danau Limboto di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo Tahun 2013

Kalender Doa Proyek Hana SEPTEMBER 2012

Kalender Doa Proyek Hana Mei 2014 Berdoa Bagi Para Ibu

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Apa Kabar Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia?

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK

Sejarah AusAID di Indonesia

1 Universitas Kristen Maranatha

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah

DIEMBARGO SAMPAI 9 APRIL (07:00 WIB) Pendidikan untuk Semua : Tujuan pendidikan global hanya dicapai oleh sepertiga negara peserta

100 Hari Pemerintahan SBY- Boediono: Timpangnya Kebijakan Makroekonomi dengan Kesejahteraan Rakyat. Jakarta, 31 Januari 2010

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan. tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Statement INFID Menyambut UN High Level Event on MDGs, 25 September 2008

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

DAFTAR ISI. RAD MDGs Jawa Tengah

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

Bab 1 PENDAHULUAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN 1

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup (World Health Organization). Kematian dapat menimpa siapa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

Ketimpangan dan Anak-anak di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

BAB V KESIMPULAN. negara berkembang tidak selalu mengalami kegagalan karena faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003

KONFERENSI INTERNASIONAL CSR DAN MEMERANGI GIZI BURUK DALAM MENCAPAI MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Jakarta, 13 Desember 2010

Persoalan dan strategi penting

BAB I PENDAHULUAN. Feces (kotoran manusia) yang terinfeksi oleh bakteri Vibrio cholerae

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals

KETERKAITAN ANTARA KEMISKINAN PERKOTAAN DENGAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI WILAYAH KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik. Pembangunan berkelanjutan harus menyentuh seluruh aspek,

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. Tabel Tinjauan pencapaian MDG s Di Indonesia

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling. umum di dunia dengan perkiraan sepertiga populasi

BAB I PENDAHULUAN. Secara epidemiologi kejadian Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Masalah kemiskinan telah menyebabkan masalah lain muncul, salah

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB I PENDAHULUAN. segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah kesehatan tersebut. diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.05).

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet

Departemen Internasional BANK INDONESIA 27 Januari 2017

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya wabah campak yang cukup besar. Pada tahun kematian

PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

Transkripsi:

BAB III MASALAH HUMAN SECURITY DI RWANDA Pembantaian besar-besaran yang terjadi di Rwanda, perusakan fasilitas umum, penganiayaan telah menimbulkan kekacauan di Rwanda. Semua yang beretnis Tutsi dibunuh, termasuk dari etnis Hutu moderat. Mayat-mayat dibiarkan saja dimanamana, rakyat menderita, sebagian orang-orang berhasil melarikan diri ke negara tetangga. Pemerintahan menjadi kacau karena, banyak pejabat pemerintah yang merupakan etnis Hutu yang moderat menjadi target utama pembunuhan yang berujung genosida di Rwanda. Pembantaian yang sangat brutal pada saat itu menimbulkan masalah yang sangat signifikan. Akibat kelaparan, dan kelelahan, masyarakat pada saat itu terpaksa meminum air dari sungai yang tercemar, hal ini menimbulkan masalah pada aspek kesehatan. Pelecehan dan kejahatan seksual menyebabkan berkembangnya virum HIV/AIDS. Perusakan fasilitas dan kondisi lingkungan yang buruk pasca genosida membuat kegiatan ekonomi terhenti. Pembantaian orang-orang yang berprofesi sebagai pejabat pemerintah, guru, dokter, juga mempengaruhi aspek lainnya. Genosida di Rwanda sangat mengancam seluruh aspek human security. Pada bab II skripsi ini, aspek human security yang akan dibahas adalah bidang ekonomi, bidang kesehatan termasuk HIV/AIDS, dan juga dalam bidang pendidikan. Berikut 34

penjelasan dampak politik genosida terhadap masing-masing aspek human security yang menjadi pembahasan skripsi ini; A. Bidang Ekonomi Genosida sangat mempengaruhi kondisi ekonomi Rwanda. Kerusakan yang terjadi diberbagai sektor, infrastruktur yang rusak, banyaknya korban pembatantaian, serta wabah penyakit yang menimpa Rwanda, mempengaruhi kegiatan ekonomi di Rwanda. Untuk melaksanakan upaya perdamaian dan rekonstruksi pada semua sektor harus dibarengi dengan upaya pembenahan sistem ekonomi. Dalam melakukan rekonstruksi pembangunan di Rwanda, pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti PBB, INGO, dan beberpa negara serta organisasi yang menjadi donor. Tantangan terbesar Rwanda pasca genosida adalah masalah kemiskinan. Rwanda adalah salah satu negara terkecil, termiskin dan negara dengan pertumbuhan populasi yang tinggi di Afrika. Genosida di Rwanda tahun 1994 sangat memperparah level kemiskinan di Rwanda. Beberapa hal yang mempengaruhi kemiskinan di Rwanda adalah rendahnya produktivitas sektor pertanian, isolasi ekonomi dan sosial yang disebabkan oleh tingginya biaya transportasi, dan hilangnya aset dan modal selama genosida berlangsung. 38 38 UN Rwanda. United Nations Development Assistance Framework Rwanda (2002-2006). Kigali: Unied Nations, 2001. 35

Pada tahun 1993 besar GDP per kapita Rwanda adalah 294 USD, jumlah ini mengalami penurunan, sesaat setelah genosida yaitu pada tahun 1994, menjadi 190 USD. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 1995 GDP Rwanda perlahan naik menjadi 208 USD. Kemudian pertumbuhan ekonomi Rwanda relatif stabil sampai pada tahun 1999 yaitu mencapai angka 240 USD. Kemudian pada tahun selanjutnya sampai tahun 2002 kembali mengalami penurunan yaitu menjadi 196 USD. 39 Rekonstruksi di setiap bidangnya membutuhkan dana yang sangat banyak, terlebih untuk membangun infrastruktur, fasilitas umum, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, penanganan trauma pasca genosida, dan lainnya. Semua bidang saling mempengaruhi perkembangan masing-masing. Untuk membangun kembali Rwanda, sistem ekonomi Rwanda harus kuat, maka dari itu pemerintah Rwanda melakukan reformasi pada sistem ekonominya. Pemerintah Rwanda, dalam memperbaiki sektor ekonominya berkomitmen untuk melakukan transparansi di setiap kebijakannya. Selain itu, pemerintah juga menentang segala bentuk korupsi di Rwanda. Perbaikan dan peningkatan sistem edukasi dan kesehatan juga merupakan prioritas dalam sistem ekonomi Rwanda. Pemerintah mengharapkan bahwa kegiatan ekonomi 39 United Nation. "GDP Per Capita." UN Statistic. 2015. https://unstats.un.org/unsd/snaama/selcountry.asp (accessed May 29, 2017). 36

Rwanda tidak hanya bergantung pada sektor agraris, tetapi juga pada kegiatan ekonomi yang yang berbasis pada pendidikan dan ilmu pengetahuan. Rencana pemerintah Rwanda adalah memberikan pembelajaran serta praktek di sekolah-sekolah untuk menunjang aktivitas ekonomi Rwanda. 40 B. Bidang Pendidikan Menurut Obura, pendidikan adalah target dalam perang sipil dan kekerasan yang terjadi di dunia ini. Sistem pendidikan merupakan hal yang dianggap mengganggu bagi para pemberontak dan kaum penindas. Sistem pendidikan adalah ancaman bagi mereka. Selain di Rwanda, kasus seperti ini telah terjadi di beberapa negara lainnya seperti Uganda, Kongo, Angola, Sudan, dan Somalia. 41 Pembakaran dan penjarahan sekolah, pencurian material dan peralatan sekolah merupakan salah satu taktik dalam peperangan, penculikan dan pembunuhan anak-anak juga merupakan taktik lainnya. Pada kasus genosida di Rwanda, guru merupakan salah satu target pembantaian. Selama genosida berlangsung, sekitar 600 sekolah dasar rusak, 3000 guru dibunuh, dan sebagian terpaksa melarikan diri. 42 40 Ministry Of Heath. "Health Financing Systems Review." Kigali, 2008. 41 Mathisen, Jay. Education Reform in Rwanda: Impacts Of Genocide. PhD Thesis, Newberg: George Fox University, 2012. 42 Ibid. 37

Pasca terjadinya genosida, beberapa sekolah yang masih dapat bertahan, kondisinya sangat menyedihkan. Guru-guru yang ada juga tidak cukup terlatih. Anak-anak yatim piatu dan anak-anak yang berasal dari keluarga yang miskin, seringkali terpaksa harus keluar dari sekolah. Anakanak yang berhenti sekolah, alasannya adalah karena tidak ada sesuatu untuk dimakan, jika mereka kelaparan, mereka tidak bisa belajar karena kondisi tubuh yang terlalu lemah. 43 Beberapa anak harus menempuh jarak yang jauh untuk masuk sekolah, karena sekolah di dekat tempat tinggal mereka rusak, dan sekolah yang tersedia sangat jauh lokasinya. Setiap pagi, sekitar 1.100 siswa berjalan kaki, untuk mendapatkan pelajaran di sekolah. Pada siang harinya, sepulang sekolah, anak-anak di Rwanda harus membantu orangtuanya melakukan pekerjaan rumah tangga. Sekitar setengah dari siswa di salah satu sekolah yaitu Rubingo Primary School merupakan anak-anak yang termasuk dalam kelompok rentan. 44 Berbagai hambatan yang ada di bidang pendidikan dasar masih belum dapat dilewati di awal era 2000-an. Dalam hal pendidikan dasar, akses bagi anak-anak yatim piatu dan kelompok rentan untuk mendapatkan pendidikan masih kurang. Selain itu, kesempatan dan biaya untuk sekolah, serta infrastruktur yang tidak memadai bagi anak yang berkebutuhan khusus, juga 43 Tarneden, Rudi. Rwanda. March 13, 2006. https://www.unicef.org/infobycountry/rwanda_31708.html (accessed August 1, 2017). 44 Ibid. 38

masih menjadi hambatan untuk melaksanakan program untuk jenjang sekolah menengah. Masalah lain yang bersangkutan dengan infrasturktur sekolah adalah mengenai akses air bersih, sanitasi, keamanan, dan kebutuhan kebersihan lainnya masih kurang memadai. 45 Pencapaian yang rendah pada tingat pendidikan dasar juga dipengaruhi oleh jumlah guru yang berkualitas masih sedikit dan motivasi antar guru yang masih rendah. Kurangnya materi belajar dan mengajar, serta kurikulum yang tidak sesuai juga mempengaruhi pencapai di tingkat pendidikan dasar. Isu tentang kesetaraan gender pada ranah pendidikan juga masih perlu diperhatikan. 46 Patokan (benchmark) perkembangan dan pencapaian di bidang pendidikan suatu negara biasanya dapat dilihat melalui laporan data statistik yang dikeluarkan oleh UNESCO, khususnya laporan program Education for All yang dibentuk pada tahun 2000. The EFA Global Monitoring Report yang diterbitkan hampir setiap tahunnya, mulai dari tahun 2002, adalah salah satu benchmark perkembangan pendidikan di Rwanda pada pembahasan ini. Standar lain yang menjadi acuan perkembangan pendidikan di Rwanda adalah FTI-benchmark. Fast Track Initiative (FTI) merupakan program untuk meningkatkan anggaran pendidikan, reformasi kebijakan untuk mencapai 45 United Nations Country Team Rwanda. "United Nations Development Framework 2008-2012." Unicef-Rwanda. 2007. https://www.unicef.org/rwanda/rwa_resources_undaf2012.pdf (accessed January 2, 2017). 46 Ibid. 39

target pendidikan yang terdapat dalam Millenium Development Goals (MDGs). 47 Untuk mencapai tujuannya, FTI bekerjasama dengan beberapa pihak sebagai pendonor, Bank Dunia merupakan salah satu dari 30 pihak yang bekerjasama. Selain bantuan finansial, negara pendonor juga memberikan bantuan berupa rencana pendidikan bagi negara yang membutuhkan bantuan. 48 C. Bidang Kesehatan Genosida di Rwanda tahun 1994 memberikan dampak yang begitu serius pada bidang kesehatan. Keadaan Rwanda sangat kacau pada saat itu, dimana Rwanda menjadi salah satu dari beberapa negara termiskin di dunia pasca kejadian tersebut. Penyakit epidemik seperi disentri dan kolera timbul pasca genosida. Penularan HIV juga semakin cepat, dimana selain pembantaian, sekitar 250.000 perempuan mengalami pemerkosaan selama genosida. Selain penyakit epidemi dan HIV, masalah lain di bidang kesehatan adalah mengenai vaksinasi, dimana kurang dari 1 dari 4 anak mendapatkan vaksinasi polio dan cacar sepenuhnya. Angka kematian anak dibawah umur 5 tahun di Rwanda merupakan yang tertinggi di dunia. Tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, dan pekerja lainnya banyak yang dibunuh selama genosida 47 WorldBank. "Education for All Fast-Track Initiative." WorldBank. 2006. http://documents.worldbank.org/curated/en/451931468136188771/education-for-all-fast-track- Initiative-EFA-FTI. 48 WorldBank. Open Knowledge Repository. September 2005. https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/10323 (accessed August 1, 2017). 40

berlangsung, sehingga Rwanda kekurangan tenaga kesehatan untuk menangani masalah kesehatan yang ada. 49 Keadaan makin parah dengan terbatasnya akses terhadap fasilitas kesehatan karena pada saat genosida berlangsung, para pelaku juga merusak fasilitas kesehatan yang ada. Obat dan peralatan medis yang sangat dibutuhkan juga tidak tersedia. Tidak ada kapasitas di Rwanda seperti psikiater atau ahli bedah untuk mengobati dan menangani trauma yang semakin meluas. 50 Banyak masyarakat yang melakukan perjalanan yang sangat jauh untuk mengungsi ke negara tetangga selama dan setelah genosida berlangsung. Selama perjalanan, banyak dari mereka yang, menderita dehidrasi dan kelaparan sehingga terpaksa mereka minum air dari sungai yang ada. Selama genosida berlangsung, mayat-mayat yang dibuang ke sungai, menjadi salah satu penyebab air sungai terkontaminasi bakteri yang menyebabkan penyakit menular seperti kolera dan disentri. Berbagai macam wabah penyakit yang telah menyerang, banyak yang yang terinfeksi virus HIV, kelaparan, dan kematian, menunjukkan bahwa situasi kesehatan di Rwanda sangat kacau pada saat itu. Kurangnya dokter, obat, peralatan dan tenaga medis lainnya mendorong pemerintah Rwanda untuk mengambil langkah. Kementrian Kesehatan Rwanda kemudian 49 Leuchowius, Kristina. Report on the Health Care Sector and Business. Stockholm: Swecare Foundation, 2014. 50 Ibid. 41

melakukan reformasi kebijakan di bidang kesehatan. 51 Pemerintah bekerja keras untuk membangun kembali sistem kesehatan di Rwanda. Pada tahun 1995, pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai rekonstruksi sistem kesehatan. 52 Kesehatan Populasi Untuk melihat perkembangan di bidang kesehatan, data- data yang berbentuk grafik di berbagai poin-poin yang menjadi dasar indikator tingkat kesehatan di Rwanda pasca genosida dapat menjadi acuan. Dari tahun ke tahun ada beberapa point yang menunjukan kemajuan, tetapi ada beberapa point yang menunjukkan kemunduran. Berikut grafik tingkat vaksinasi dari tahun 1992-2005 dalam persentase populasi di Rwanda: Grafik Tingkat Vaksinasi di Rwanda tahun 1992-2005 (dalam % populasi) 53 51 Ibid. 52 Ibid. 53 World Health Organization. "Ministry Of Education." 2009. http://www.who.int/iris/handle/10665/75833(accessed 2017). 42

Jumlah anak yang diberikan seluruh vaksinasi mengalami penurunan yang cukup signifikan, yaitu dari angka 91% di tahun 1992 menjadi 87% di tahun 2000. Pada tahun 2005, tingkat vaksinasi kembali mengalami penurunan, dengan selisih angka 1%. Dari data yang disajikan diatas, dapat disimpulkan bahwa genosida yang terjadi di tahun 1994, mempengaruhi tingkat vaksinasi, walaupun pada rentang tahun selanjutnya juga mengalami penurunan, tetapi penurunan tersebut tidak begitu signifikan. Grafik Angka Kematian Anak-anak di Rwanda (1992-2007) 54 Menurut grafik diatas, pada rentang waktu 1992-2000 angka kematian bayi (Infant Mortality Rate) di Rwanda terus mengalami kenaikan, lalu mengalami penurunan sampai dengan tahun 2005. Penurunan yang cukup signifikan terus berlanjut sampai tahun 2007. Seperti grafik angka kematian bayi, Under Five years old Mortality 54 Ibid. 43

Rate (U5MR) atau angka kematian balita di Rwanda juga mengalami kenaikan dari tahun 1992-2000, lalu mengalami penurunan sampai tahun 2000. Penurunan angka kematian anak-anak dibawah lima tahun terus turun sampai pada tahun 2007. Dari grafik diatas, pada rentang waktu 1992-2000, merupakan masa dimana dua tahun sebelum genosida terjadi di Rwanda dan enam tahun setelah genosida berakhir. Grafik yang menunjukan kenaikan pasca genosida di Rwanda membuktikan bahwa genosida mempengaruhi tingkat kematian bayi dan anak-anak. Genosida tahun 1994, menjadi salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi dan anak-anak. Selain angka kematian bayi dan balita, Maternal Mortality Rate (MMR) atau angka kematian ibu merupakan salah satu indikator utama kesehatan populasi di suatu negara. Pasca genosida, angka kematian ibu mengalami penurunan setiap lima tahunnya. Pada rentang tahun 1990-1995 angka kematian ibu turun dari 1300 menjadi 1260. Dari tahun 1995 kembali mengalami penurunan, yaitu menjadi 1020. Pada 44

tahun 2005 penurunan angka kematian ibu 55 cukup signifikan, yaitu menjadi 567 dalam waktu 5 tahun. HIV/AIDS Pasca genosida terjadi, infeksi virus HIV menjadi salah satu masalah yang sangat diperhatikan oleh pemerintah Rwanda tentunya bersama pihak-pihak yang membantu pemerintah. Dampak infeksi virus HIV sangat berpengaruh kepada kelangsungan hidup masyarakat Rwanda. Berbagai macam rencana program dilaksanakan untuk menangani masalah dan mecegah berkembangnya AIDS/HIV yang sangat berbahaya. Selama tahun 2002-2003 jumlah perempuan yang positif terkena HIV adalah sebanyak 1.719 orang. Jumlah penderita semakin naik di tahun 2004, yaitu sebesar 4576 orang. Pada rentang waktu 2004-2005, jumlah penderita perempuan mencapai angka 7476. Delapan tahun setelah genosida berakhir, dari tahun ke tahun penderita HIV semakin meningkat, khususnya sampai tahun 2005. 56 55 World Health Organization. "Maternal Health." World Health Organization. 2015. http://www.who.int/gho/maternal_health/countries/rwa.pdf (accessed 2017). 56 Ministry Of Heath. "Health Financing Systems Review." Kigali, 2008. 45

Menangani masalah HIV/AIDS bukanlah perkara yang mudah, terlebih dengan kondisi Rwanda yang sangat kacau, pasca genosida. HIV/AIDS termasuk dalam agenda utama yang ditangani oleh pemerintah. Banyak faktor yang mempengaruhi pelaksanaan masalah dalam menangani HIV/AIDS adalah kurangnya kemauan masyarakat Rwanda untuk melakukan test HIV. Fasilitas kesehatan yang masih kurang, terutama fasilitas dan pengobatan khusus bagi penderita HIV. 46