HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang individu, karena individu tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

Tri Windha Isnandar F

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN ASERTIVITAS DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya dituntut untuk dapat berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA SISWA SMP NEGERI 4 CEPU S K R I P S I. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA

RASA BERSALAH PADA REMAJA NAKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN KONSEP DIRI DENGAN INTENSI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA SKRIPSI. Diajukan oleh : Teguh Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Singgih D. Gunarso mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

FAJAR DWI ATMOKO F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BABI PENDAHULUAN. Berbagai ulasan di media massa menceritakan kisah hidup seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang dikaruniai banyak

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. menurutnya akan menyalahi aturan yang dibuat oelh orang tuanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rinci masa remaja dibagi ke dalam 3 tahap yaitu: usia tahun adalah masa

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia lainnya, untuk itu manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset masa depan bagi suatu bangsa. Remaja di ibaratkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai kesetiakawanan,

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia tumbuh bersama-sama dan mengadakan

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMUNIKASI KELOMPOK DENGAN RESOLUSI KONFLIK PADA SISWA SLTA S K R I P S I

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai krisis yang dialami oleh Bangsa Indonesia, baik krisis moral

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Tidak mungkin ada orang tua yang berharapan jelek terhadap anak-anaknya.

a. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja bersifat Amoral/ Asosial yang terjadi di SMPN 2 Sumbergempol

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosialnya. Pada adaptasi, bentuk penyesuaian dirinya berupa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan di berbagai bidang pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan orang lain dalam menjalani kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali

A. LatarBelakangMasalah

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi: Melindungi

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Meraih Gelar S1 Psikologi Oleh : Diah Peni Sumarni F 100990135 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. Sebagai makhluk sosial, individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan individu lain. Manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini baik lingkungan fisik maupun lingkungan psikis. Lingkungan fisik, yaitu alam benda-benda yang konkret, sedangkan lingkungan psikis adalah jiwa raga individu-individu dalam lingkungan, ataupun lingkungan rohaniah (Walgito, 2003). Gerakan modernisasi yang meliputi segenap aspek kehidupan manusia menimbulkan terjadinya pergeseran pada pola interaksi antar individu dan berubahnya nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat. Interaksi antar individu menjadi bertambah longgar dan kontak sosial yang terjadi semakin rendah kualitas dan kuantitasnya. Kemajuan alat komunikasi menyebabkan muculnya alat-alat komunikasi yang memungkinkan manusia berkomunikasi dari jarak jauh secara langsung, sehingga berdampak berkurangnya budaya silaturahmi antar individu (Fida, 2005). Dewasa ini timbul kekhawatiran merosotnya nilai-nilai kebajikan. Banyak orang cenderung egois dan berbuat untuk mendapatkan suatu imbalan (materi). Sikap ini menimbulkan ketidakpedulian terhadap lingkungan sosialnya. Dampaknya bagi 1

2 remaja akhir-akhir ini terutama di kota-kota besar, remaja menampakkan sikap materialistik, acuh pada lingkungan sekitar dan cenderung mengabaikan normanorma yang tertanam sejak dulu. Remaja merupakan golongan masyarakat yang mudah kena pengaruh dari luar. Hal ini tampak pada kecenderungan untuk lebih mementingkan diri sendiri daripada orang lain. Jadi, tidaklah mengherankan apabila di kota-kota besar tersebut nilai-nilai pengabdian, kesetiakawanan dan tolongmenolong mengalami penurunan sehingga yang nampak adalah perwujudan kepentingan diri sendiri dan rasa individualis. Ini memungkinkan orang tidak lagi mempedulikan orang lain sehingga enggan untuk melakukan tindakan prososial (Susanto, 2006). Berbeda dengan pendapat di atas, Azwar (1999) mengatakan bahwa perilaku merupakan reaksi yang dapat bersifat sederhana atau kompleks, artinya stimulus yang sama belum tentu menimbulkan reaksi yang sama. Perilaku yang dilakukan oleh beberapa orang belum tentu bermakna satu, tetapi mungkin memiliki dua makna atau lebih. Bentuk perilaku anti sosial yang dilakukan remaja semakin beragam seolaholah mengambarkan mulai pudarnya nilai-nilai moral dikalangan remaja. Mereka berusaha memperoleh manfaat dengan melakukan tindakan yang menguntungkan atau menyenangkan, tapi dalam kenyataan sering merugikan dan menganggu keamanan masyarakat dengan berbagai perilaku yang menyimpang. Remaja tidak lagi hanya mencoret-coret tembok, membolos, kebut-kebutan di jalan raya atau pun berkelahi, tetapi perbuatan remaja yang dilakukan saat ini mulai merambah ke segisegi kriminal secara yuridis formal, menyalahi ketentuan-ketentuan yang ada di dalam kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), seperti pencurian, pencopetan,

3 pemerasan, pemerkosaan, pembunuhan atau penyalahgunaan obat terlarang (Susilowati, 2001). Seperti yang termuat pada media massa, diungkapkan: seorang remaja berusia 19 tahun tega membunuh neneknya sendiri, hanya karena sang cucu merasa kesal kepada neneknya. Berita lain di Purbalingga tertulis, seorang remaja (18 tahun) nekat menghabisi sahabatnya sendiri karena memperebutkan seorang gadis. (Solopos Maret, 2004). Grobogan remaja usia 12 tahun diduga melakukan pencabulan kepada seorang anak berusia tiga tahun. Pelaku yang baru lulus sekolah dasar (SD) diduga berani melakukan pencabulan tersebut karena terpengaruh tayangan VCD porno yang sering dilihatnya. Sementara di Salatiga lima remaja berstatus mahasiswa yang berusia antara 20 sampai 27 tahun ditangkap polisi karena kedapatan mengkonsumsi putaw. Media Kompas (2001) juga memberitakan perkelahian antar geng remaja yang disertai dengan kekerasan dan perusakan sehingga menyebabkan dua orang remaja meninggal dunia. Adapun terjadinya perilaku anti sosial pada umumnya karena sebab yang beruntun, yaitu sebab yang kompleks yang berarti bahwa suatu sebab dapat menimbulkan sebab yang lain, dan sebab-sebab itu berkaitan dengan yang lainnya. Pada mulanya secara gradual remaja meninggalkan rumah dan bergaul secara lebih luas dalam lingkungan sosialnya. Pergaulannya meluas mulai dari terbentuknya kelompok-kelompok teman sebaya (peer-group) sebagai suatu wadah penyesuaian. Didalamnya timbul persahabatan yang merupakan ciri khas pertama dan sifat interaksinya dalam pergaulan. Dalam kelompok yang lebih besar, persoalan bertambah dengan adanya pemimpin dan kepemimpinan yang juga merupakan proses

4 pembentukan, pemilihan dan penyesuaian pribadi serta sosial. Hal yang penting dalam pergaulan ini adalah didalamnya remaja mendapat pengaruh yang kuat dari teman sebaya sehingga remaja mengalami perubahan tingkah laku sebagai salah satu usaha penyesuaian. Lingkungan sosial mempunyai peranan besar terhadap perkembangan remaja. Lingkungan sosial sebagai bagian dari komunitas sosial memegang peranan yang strategis bagi kehidupan sosial masyarakat. Pada masa remaja lingkungan sosial yang dominan antara lain dengan teman sebaya. Menurut Mappiare (1982) kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok baru yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan rumah. Bahkan apabila kelompok tersebut melakukan penyimpangan, maka remaja juga akan menyesuaikan dirinya dengan norma kelompok. Remaja tidak peduli dianggap nakal karena bagi mereka penerimaan kelompok lebih penting, mereka tidak ingin kehilangan dukungan kelompok dan tidak ingin dikucilkan dari pergaulan. Sebagian dari remaja mengambil jalan pintas untuk menghindarkan diri dari masalah sehingga cenderung untuk keluyuran dan melakukan tindakan pergaulan yang salah dengan teman-temannya. Akibatnya banyak yang terjerumus dalam tindak kenakalan seperti menipu, berkelahi, mencuri dan sebagainya. Pada pengertian lain Hurlock (2001) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki ciri tertentu secara berlebihan bisa menimbulkan penerimaan yang kurang baik, meskipun ciri itu sendiri merupakan ciri yang sangat dikagumi. Sebagai contoh

5 individu akan memiliki peluang yang lebih besar untuk dapat diterima dalam masyarakat bila dia murah hati daripada bila dia kikir. Akan tetapi, bila dia terlalu murah hati, membagi-bagikan hadiah begitu saja kekanan kiri, mungkin akan timbul kesan bahwa dia mecoba membeli dukungan. Pergaulan dengan teman sebaya serta akibat yang ditimbulkan merupakan hal yang sangat penting sebab menciptakan perilaku dan bentuk tingkah laku yang akan dibawanya ketika dewasa. Remaja mudah terjebak atau terlibat pada perbuatan-perbuatan yang menyimpang. Banyak remaja yang punya keinginan tampil beda, namun ada beberapa remaja yang salah jalur dalam menunjukkan jati dirinya. Remaja kadang bertingkah laku di luar kewajaran seperti minum-minuman keras atau terjerumus dalam perkara kriminal. Perilaku anti sosial ini sering terjadi karena dipengaruhi perilaku teman-temannya untuk melakukan tindakan yang tidak baik. Remaja cenderung untuk mengikuti kemauan teman-temannya agar tidak merasa ditolak atau diabaikan oleh kelompok teman sebayanya (Prasetyo, 2001). Pada kehidupan sehari-hari remaja lebih dekat dengan teman sebaya daripada dengan orangtua karena remaja menginginkan teman yang mempunyai minat, sikap, yang sama, sehingga banyak melakukan kegiatan bersama, dalam mengisi waktu luangnya. Hal ini dipertegas oleh Bee (dalam Amin, 1999) yang menyatakan bahwa remaja cenderung melakukan hal-hal yang sama dengan teman-temannya sematamata agar dapat diterima dan tetap menjadi anggota kelompok tersebut. Persamaan dalam usia, pendidikan, jenis kelamin dan perasaan terabaikan membuat mereka menjalin persahabatan yang kental dan erat dengan kesetiakawanan. Akibatnya apabila salah satu dari mereka merasa menderita, maka yang lainnya akan siap membantu menghilangkan penderitaan itu.

6 Penerimaan dan penolakan teman sepergaulan serta akibat-akibat yang ditimbulkannya dapat mempengaruhi perilaku dan bentuk-bentuk tingkah laku sosial yang menyimpang yang bercirikhaskan cenderung merusak, melanggar peraturanperaturan dan menyerang. Lingkup bidang-bidang peraturan yang dilanggar meliputi : hak milik (mencuri dan merusak hak milik), bidang seks dan hubungan dengan orang lain (menyerang dengan tiba-tiba dan berkelahi). Diantara sebab umum tingkah laku itu adalah karena remaja yang bersangkutan tidak memiliki sikap, perasaan dan ketrampilan tertentu sebagaimana dituntut dalam tugas-tugas perkembanganya sehingga remaja tersebut mengabaikan norma-norma masyarakat. Pengabaian karena tidak tahu dan tidak mau tahu terhadap peraturan yang ada, menimbulkan pelanggaran-pelanggaran tersebut. Kenyataan menunjukkan bahwa masih ada banyak remaja yang kurang dapat memanfaatkan seluruh potensi yang dimilikinya. Kelebihan energinya disalurkan dengan cara berkelahi, berjudi, mencuri dan sebagainya, sehingga mengganggu ketertiban umum dan meresahkan masyarakat. Perilaku tersebut juga sangat dipengaruhi atas seringnya anak-anak bergaul dengan teman sebayanya di sekolah maupun di luar sekolah dengan kehidupan yang serba keras dan penuh resiko akan perilaku yang menyimpang bersama teman sekelompoknya. Namun menurut Monks dkk (1982) kelompok-kelompok yang terbentuk di kalangan remaja tidak selalu menunjukkan perilaku dan norma yang buruk sebab norma dan perilaku kelompok ini ditentukan oleh pemimpin kelompok. Atas dasar pemikiran di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara ketergantungan terhadap teman sebaya dengan

7 perilaku antisosial pada remaja? Berdasarkan rumusan masalah tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji secara empirik dengan mengadakan penelitian berjudul: hubungan antara ketergantungan terhadap teman sebaya dengan perilaku antisosial pada remaja B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Hubungan antara ketergantungan terhadap teman sebaya dengan perilaku antisosial pada remaja 2. Peranan atau sumbangan ketergantungan terhadap teman sebaya dengan perilaku antisosial pada remaja 3. Tingkat ketergantungan terhadap teman sebaya 4. Tingkat perilaku antisosial pada remaja C. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan akan memperoleh bukti-bukti yang empiris mengenai hubungan antara ketergantungan terhadap teman sebaya dengan perilaku antisosial pada remaja, sehingga dapat diambil manfaatnya bagi : 1. Bagi subjek penelitian Bagi subjek penelitian, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang hubungan antara ketergantungan terhadap teman sebaya dengan perilaku antisosial pada remaja sehingga remaja dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara positif dan dapat mencegah timbulnya perilaku anti sosial 2. Bagi orangtua Sebagai informasi untuk lebih memperhatikan kondisi-kondisi dan aktivitas anak di rumah yang dapat mempengaruhi perkembangan perilaku anak sehingga orang

8 tua dapat mencermati, mengamati dan mengarahkan anaknya menuju perkembangan secara optimal. 3. Bagi pihak sekolah Diharapkan dengan penelitian ini dapat lebih cermat memperhatikan kondisikondisi dan aktivitas anak didiknya di sekolah. 4. Bagi guru bimbingan konseling Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberi bimbingan dan arahan secara intensif kepada anak didiknya. 5. Bagi ilmuwan psikologi Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memperdalam, memperkaya, dan mengembangkan khasanah teoritis mengenai hubungan antara ketergantungan terhadap teman sebaya dengan perilaku antisosial pada remaja. 6. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini memberikan wacana pemikiran dan sumbangan informasi berupa data-data empirik tentang ketergantungan terhadap teman sebaya dengan perilaku antisosial pada remaja, sehingga masyarakat dapat mengetahui pula sejauhmana keterkaitan antara ketergantungan terhadap teman sebaya dengan perilaku antisosial pada remaja.