IV. KRONOLOGI KONFLIK BALINURAGA. Kejadian bermula pada hari Sabtu tanggal 27 Oktober 2012 pukul WIB. Saat itu

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di

I. PENDAHULUAN. Konflik timbul karena adanya kesenjangan fakta dan realita dalam masyarakat. Latar

BAB I PENDAHULUAN. budaya lain merupakan bagian kebesaran sebuah bangsa. Nilai-nilai keluhuran

I. PENDAHULUAN. bermacam-macam pula kebudayaan,adat istiadat, ciri-ciri, kehendak, kebiasaan, bahasa, dan kepercayaan di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Setiap suku

I. PENDAHULUAN. Bentrokan massa kembali terjadi di Kabupaten Lampung Selatan antara Desa

BAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik

VI. SIMPULAN DAN SARAN. Kecamatan Way Panji yang terletak di Kabupaten Lampung Selatan maka dapat

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data yang ada penduduk Kabupaten Lampung Selatan secara garis

Ini Dia Kronologis Kebakaran Hutan Yang Habiskan Lahan Riau

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor transportasi merupakan salah satu subsektor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial dalam suatu masyarakat pada dasarnya

BAB II. Gambaran Umum. A. Konflik Multikulturalisme di Maluku Pasca karya Rustam Kastor (2000:54) menjelaskan bahwa desa-desa di Maluku sebelum

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

[Oleh Ujang Dede Lasmana dari Buku berjudul Survival DiSaat dan Pasca Bencana Edisi 2]

BIADAB Penggunaan kekerasan didalam Menyelesaikan Konflik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan teknologi dan perubahan pergaulan

BAB IV DAMPAK DARI KONFLIK DAYAK DAN MADURA DI SAMALANTAN. hubungan yang pada awalnya baik-baik saja akan menjadi tidak baik, hal

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian Desa Agom dan Desa Balinuraga

Bentrokan Aparat Polres Jeneponto Versus Warga Sipil Terkait Eksekusi Lahan 2 ha oleh PN Jeneponto

III. METODE PENELITIAN

3. Sekitar pukul 18.00, kakak korban meminta Isak untuk tidak tidur di rumahnya karena takut akan didatangi lagi oleh Anggota Yalet.

BAB IV PENUTUP. di Lampung Selatan dalam Tribun Lampung online pada 28 Oktober sampai 5

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa,

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

IV. GAMBARAN UMUM. Desa Bali Nuraga adalah lahan milik pemerintah yang kemudian dijadikan

I. PENDAHULUAN. Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah

ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT. Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA

Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian

BAB V PENUTUP. 1. Penerapan konsep noodweer exces dalam kasus penganiayaan atas dasar

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

I. PENDAHULUAN. dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah. Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disebut PKL adalah istilah untuk

berjalan, mungkin karena posisi memboncengnya atau bagaimana. Motor yang dikendarai mengalami kecelakaan setelah menabrak sebuah mobil di tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) adalah merupakan

KASUS ETIKA PROFESI POLISI BUNUH ANAK KANDUNG Brigadir Petrus Bakus

BAB III SIKAP PEMERINTAH TERHADAP KONFLIK DI SAMALANTAN. melampiaskan kemarahannya, dengan sasaran utama orang Madura karena

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bersumber dari wawancara dengan beberapa warga dan tokoh adat di Lampung

ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

P U T U S A N Nomor : 223/Pid.B/2014/PN.BKN

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non

BAB I PENDAHULUAN. berjalan lancar jika didukung oleh adanya kondisi yang aman dan tenteraman. Salah satu hal

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk konfliktis (homo conflictus), yaitu makhluk yang

Kompilasi Kasus Penembakan di Aceh medio Desember 2011 Januari 2012

Kronologi Bentrokan antara Petani vs TNI AU Dalam kasus Rumpin. 21 Januari 2007

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

SUBDIT PEMBINAAN LINGKUNGAN KAMPUS (PLK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERILAKU KOPING ANGGOTA SAMAPTA POLRI KETIKA MENGHADAPI KERUSUHAN MASSA

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Kronologi Peristiwa Penembakan Masyarakat Kampung Pakkawa Di Lokasi Perkebunan Tebu PTPN XIV

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil

Cari Kuburan Massal untuk Pelurusan Sejarah

Polisi Biarkan Ahmadiyah Diserbu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konflik dan tindakan kekerasan dalam kehidupan manusia sekarang

BAB II LATAR BELAKANG KONFLIK DAYAK MADURA DI SAMALANTAN A. Alasan Budaya. berkelompok, memiliki rasa solidaritas tinggi di antara sesama etnisnya dan

BAB III DESKRIPSI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI GRESIK NO: 262/Pid. B/2006/PN. GRESIK TENTANG KEALPAAN YANG MENYEBABKAN ORANG LAIN MATI

YESUS DITANGKAP DAN DIADILI

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

SISTEM PENANGANAN DINI KONFLIK SOSIAL DENGAN NUANSA AGAMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

Laporan Situasi. Gambaran Situasi. Tanah Longsor. Banjarnegara-Jawa Tengah. Informasi Kunci. Situation Report Desember 2014

Subdit Pembinaan Lingkungan Kampus (PLK)

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA

Polisi Tangkap 11 Orang Pelaku Penganiaya Pemilik Restoran

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

SINOPSIS FILM PREMONITION

P U T U S A N. Nomor : 216/PID/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. Anarkis merupakan sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan, anarkis dimulai di

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata.

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN DISIPLIN BERLALU LINTAS PADA SOPIR

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. antara dua kelompok yang masing-masing memiliki nilai-nilai yang telah

I. PENDAHULUAN. alat transportasi yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan, dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

Kronologi Pembubaran Diskusi Salihara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN DARURAT BENCANA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu fenomena yang akhir-akhir ini hampir terjadi dimana-mana

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya,

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

Transkripsi:

42 IV. KRONOLOGI KONFLIK BALINURAGA A. Kronologi Konflik Versi Masyarakat Agom Kejadian bermula pada hari Sabtu tanggal 27 Oktober 2012 pukul 17.30 WIB. Saat itu dua gadis berboncengan sepeda motor melintas jalan raya patok sidoharjo, kedua gadis tersebut adalah Nurdiyana Dewi umur 18 tahun, warga Desa Agom, Kecamatan Kalianda, dan Emiliya Elisa umur 17 tahun warga Desa Negeri Pandan, Kecamatan Kalianda. Sabtu 27 Oktober 2012 sekitar pukul 17.00 WIB, keduanya hendak pulang ke rumahnya usai membeli peralatan makeup di sebuah minimarket di Desa Patok Sidoharjo Kecamatan Way Panji. Laju sepeda motor yang dinaiki Diana dan Emi itu melaju perlahan. Saat melintas di perempatan jalan terdapat para pemuda Balinuraga yang mengendarai sepeda yang berjumlah sekitar 10 orang tersebut, berusaha mengganggu Diana dan Emi. Karena pemudanya lebih banyak, konsentrasi Diana mengendarai sepeda motor pun buyar sehingga sepeda motorpun terjatuh. Warga Desa sekitar tempat kejadian datang dan berusaha menolong. Para pemuda yang mengendarai sepeda itu juga mencoba menolong dengan mengangkat kedua gadis kepinggir jalan. Dalam peristiwa tersebut warga suku Bali memberikan pertolongan terhadap Nurdiana Dewi dan Eni. Namun entah darimana kabar dan berita yang menyebar kepada warga suku Lampung bahwa warga suku Bali telah melakukan pelecehan kepada Nurdiana Dewi dan Emi. Saat kejadian Diana menelepon keluarganya, tak lama kemudian kakak Diana datang dan membawanya pulang. Sesampai di rumah, gadis yang mengalami luka memar di siku dan lutut, kedua orang tua gadis itu membawanya untuk diobati oleh bidan setempat.

43 Berita kejadian sore itu sangat cepat meluas. Informasi yang sangat mudah diakses menjadikan berita tersebut menyebar begitu cepat. Warga Desa Agom yang mendengar kabar berita tersebut berkumpul di kediaman orangtua gadis yang mengalami kecelakaan tersebut. Warga yang sebenarnya belum jelas tentang kronologis kejadian yang sesungguhnya sore tersebut berdatangan. Keluarga gadis yang mengalami kecelakaan didampingi oleh kepala Desa Agom mendatangi Desa Balinuraga untuk meminta pertanggungjawaban biaya atas terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan gadis tersebut mengalami luka-luka dan harus mendapatkan pengobatan medis. Kedatangan warga Desa Agom tersebut kurang mendapatkan sambutan yang baik oleh warga Desa Balinuraga. Rombongan keluarga gadis tersebut mendapatkan pengeroyokan yang dilakukan oleh pemuda warga Desa Balinuraga. Keluarga korban pulang dengan tidak mendapatkan pertanggungjawaban, malah mendapatkan tindakan kekerasan yang dilakukan pemuda warga Desa Balinuraga. Sehingga pada pukul 22.00 WIB warga suku Lampung berkumpul sebanyak kurang lebih 500 orang di pasar Patok Sidoharjo melakukan penyerangan ke pemukiman warga suku Bali di Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji. Akibat penyerangan tersebut 1 kios obat-obatan pertanian dan kelontongan terbakar milik Made Sunarya, 40 tahun. Berbeda dengan orang tua Diana dan Emi yang sebenarnya tidak menuntut macam macam. Ratusan warga dari beberapa desa yang datang ke Desa Agom justru ingin agar para pemuda Desa Balinuraga yang berbuat ulah itu diberi pelajaran. Mereka menganggap para pemuda itu sudah keterlaluan dan menghina harga diri mereka. Malam itu juga, ratusan orang yang berkumpul kemudian mendatangi Desa Balinuraga untuk mencari para pemuda yang telah mengganggu kedua gadis Desa Agom. Mereka tidak berhasil bertemu dengan para pemuda Balinuraga. Mereka kemudian ditemui Kepala

44 Desa Balinuraga, Ketut Wardane. Dalam pertemuan itu, Ketut Wardane berjanji menanggung seluruh biaya pengobatan kedua gadis Desa Agom. Minggu pagi, 28 Oktober 2012, sekitar 300 orang kembali berkumpul di perempatan jalan Way Arong. Mereka siap melakukan penyerangan, sasaran mereka bukan hanya Desa balinuraga yang hampir seratus persen dihuni warga bersuku Bali, tetapi juga desa Sidoreno (tetangga desa balinuraga) yang penduduknya warga campuran Bali dan Jawa. Pada penyerangan hari minggu tersebut warga Desa Balinuraga ternyata telah mempersiapkan diri dengan perlengkapan persenjataan untuk memukul mundur massa yang datang menyerang dari Desa Agom. Masa yang menunggu di perbatasan Desa Balinuraga dipersenjatai dengan senapan angin dan senjata rakitan. Menurut Bapak Mujiharto sebagai Kepala Urusan Pemerintahan Kecamatan Way Panji, dan juga warga Desa Sidoharjo yang bertetangga dengan Desa Balinuraga mengatakan: setelah massa dari Desa Agom menyerang sekitar jam 9 pagi secara berbondong bondong. Sekitar pukul 10 pagi massa yang sudah masuk dan menyerang Desa Balinuraga berbalik arah menjauh dari Desa Balinuraga. Dalam fikiran saya apa yang terjadi? ratusan orang yang menyerang tadi berbalik arah dan cenderung lari ketakutan. Ternyata massa dari Desa Agom berhasil dipukul mundur oleh warga Desa Balinuraga yang sudah mempersiapkan diri mereka. entah dari mana mereka tau akan diserang, sehingga mereka sudah siap tempur. Sekitar 15 menit massa Desa Agom mundur, terdengar suara sirine mobil. Ternyata mobil tersebut adalah ambulance yang menuju kearah Desa balinuraga. Setelah belakangan diketahui, ternyata jatuh korban dari massa yang menyerang. (Hasil wawancara pada tanggal 5 Mei 2013). Senin 29 Oktober 2013 pagi, sekitar pukul 10.00 WIB, ratusan orang datang secara bergelombol di Jalan Way Arong dan Simpang Patok. Lama kelamaan jumlah warga yang berdatangan makin banyak mencapai belasan ribu orang. Mereka tidak hanya datang dari Lampung Selatan, tetapi datang dari Lampung Timur, Lampung Tengah, Bandar Lampung, Tanggamus, dan Kabupaten Kota lainnya. Mereka datang menggunakan kendaraan truk, bus, dan sepeda motor. Warga yang datang membawa

45 senjata tajam pembunuh berupa pedang, parang, golok, celurit, dan bambu runcing. Personel polisi dan TNI bersenjata lengkap yang jumlahnya mencapai sekitar 2.100 orang berusaha menjaga secara ketat. Aparat yang berasal dari polda Lampung, Polda Banten, Markas TNI AL Marinir Piabung, dan Korem 043 Garuda Hitam Lampung berusaha memblokir jalan menuju Desa Balinuraga. Menjelang sore hari akhirnya warga yang jumlahnya sudah tidak terhitung dapat menerobos pengamanan Desa Balinuraga dengan cara melewati persawahan dan perkebunan warga. Warga Balinuraga lari dan menyelamatkan diri ke perkebunan, persawahan, dan bersembunyi di hutan. Beberapa diantaranya berhasil menyelamatkan diri, namun beberapa diantaranya tertangkap dan dibunuh beramai ramai secara mengenaskan. Setidaknya terdapat 10 orang warga Balinuraga yang meninggal dalam serangan tersebut. B. Kronologi Konflik Versi Masyarakat Balinuraga Kronologi konflik versi warga Desa Balinuraga berbeda dengan cerita kronologi versi warga Agom. Warga Balinuraga menganggap kronologi yang beredar di warga Desa Agom sangat berlebihan. Cerita kronologi yang dilontarkan oleh warga Desa Agom itulah yang dianggap warga Balinuraga sebagai pemicu konflik hingga menjadi besar. Saat kejadian kecelakaan sabtu sore banyak warga yang tidak mengetahui kejadian tersebut. Kejadian tersebut berlangsung sangat cepat, para pemuda yang dianggap melakukan pelecehan seksualpun menghilang entah kemana. Saat malam hari, warga Desa Balinuraga dikagetkan dengan kedatangan ratusan warga Agom yang mendatangi rumah salah seorang warga Desa Balinuraga. Warga yang panik bergegas mencari dan mendatangkan Kepala Desa Balinuraga. Terjadi mediasi antara warga Agom yang diwakili Kepala Desa Agom dan warga Balinuraga yang diwakili oleh Kepala Desa yang

46 waktu itu dijabat oleh Bapak Ketut Wardane. Ketut Wardane sebagai Kepala Desa Balinuraga pada saat kejadian konflik terjadi mengatakan bahwa: saya menjanjikan pertanggungjawaban dengan kejadian yang dibuat oleh warga saya, saya akan mengganti biaya berobat kedua gadis tersebut. Keluarga korban yang datang sudah sepakat dengan pertanggungjawaban yang saya sanggupi, namun massa yang datang sudah terlalu banyak dan takterkendali lagi. Akhirnya massa Desa Agom yang datang langsung membakar rumah warga kami yang dituduh melakukan pelecehan tersebut. Mendengar ada pembakaran rumah oleh warga Desa Agom, para pemuda Desa Balinuragapun tidak terima dan terjadilah perkelahian yang sudah tidak dapat dihindari lagi. Saya sangat menyayangkan kenapa warga Desa Agom semerta merta langsung mambakar rumah warga saya, kan saya sebagai Kepala Desa sudah membuat kesepakatan dengan keluarga korban. Tapi kenapa masih diserang. (Hasil Wawancara tanggal 2 Mei 2013) Pemicu Bentrokan Lampung Versi Penduduk Warga Desa Balinuraga, Wayan Rauh (44), menilai bentrokan yang terjadi antara warga Desa Agom, Kecamatan Kalianda dan warga dari Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji Lampung Selatan, dipicu oleh kesalahfahaman. Menurut cerita versi Wayan, sebelum peristiwa bentrokan terjadi, sekitar 10 pemuda dengan mengendarai sepeda dari Desa Balinuraga melintas di jalan menuju ke Desa Patok Sidoharjo. Dari arah berlawanan, kemudian tanpa sengaja, rombongan ini menyerempet pengendara motor yang dinaiki oleh dua perempuan. "Karena terjatuh akhirnya ditolong. Kalau menolong mau tidak mau dipegang". Hal inilah yang menimbulkan persepsi keliru di mata warga lainnya. Ia menilai bisa saja pihak lain memandang sentuhan itu sebagai pelecehan seksual. Dugaan peristiwa tersebut telanjur menyebar dan pada akhirnya menjadi besar. Lalu tanpa diduga, buntut dari kejadian itu, warga Balinuraga didatangi oleh sekitar 50 orang dari Desa Agom yang dilengkapi dengan senjata tajam. Wayan mengatakan, tiba-tiba saja terjadi bentrokan pada Sabtu malam, 27 Oktober 2012. "Saya pun lantas mengungsi". Masa pertama kali mendatangi dan merusak pemukiman di Desa Sidonero. Tak hanya itu, massa yang berjumlah ratusan juga membakar rumah-rumah warga. Wayan Rauh menambahkan,

47 peristiwa bentrokan ini merupakan yang terbesar sejak tragedi bentrokan di Desa Napal, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan pada 23 Januari 2012. Saat itu kerusuhan dipicu oleh perebutan lahan parkir antara warga Kota Dalam dan warga Dusun Napal, Sidomulyo yang menyebabkan 63 rumah dibakar dan 23 lainnya dirusak. (hasil wawancara pada tanggal 15 Mei 2013). Negosiasi antara Kepala Desa Agom yang mewakili keluarga korban dengan Kepala Desa Balinuraga yang mewakili keluarga pemuda yang dituduh melakukan pelecehan seksual akhirnya terjadi. Sejalannya negosiasi yang dilakuakn ternyata warga Desa Agom yang berjumlah ratusan tersebut telah terlibat bentrokan dengan warga pemuda Desa Balinuraga yang sudah tersulut emosinya. Warga Desa Agom berhasil membakar satu unit rumah dan kios milik warga bersuku Bali yang bertempat tinggal di Desa Sidoreno milik Sdr Made Sunarya, 40 tahun. Menurut Gede Widyastike: mulanya keadaan dapat dikendalikan, saat keluarga gadis datang untuk meminta pertanggungjawaban di dampingi oleh Kepala Desa Agom, masyarakat Desa Agom yang datang belum begitu banyak. Saat komunikasi sedang dilakuakn antara keluarga gadis dan keluarga pemuda dengan di dampingi oleh kedua Kepala Desa, datanglah ratusan warga yang membawa senjata tajam mengamuk dan langsung membakar kios dan rumah warga yang berada di Desa Sidoreno.melihat kejadian tersebut pemuda dan warga Balinuraga tidak terima dan merasa terancam oleh kedatangan warga Desa Agom tersebut, maka terjadilah bentrokan. Warga Balinuraga berhasil mengusir warga Agom yang datang. Dengan emosi yang sudah naik,secara tidak terkendali warga kamipun juga mengusir keluarga gadis yang sedang bernegosiasi. Negosiasipun gagal total, malam itu aparat keamanan sudah berhasil melerai kedua kubu yang sedang bentrok (wawancara dilakukan pada tanggal 13 Mei 2013). Setelah kejadian malam itu, keadaan Desa Balinuraga dengan Desa Agom masih bersitegang. Timbul isu akan ada serangan yang dilakukan warga Desa Agom terhadap Desa Balinuraga. Aparat keamanan yang mengamankan keadaan malam minggu tersebut sudah tidak menjaga lokasi bentrokan. Isu penyerangan yang akan dilakukan warga Desa Agom semakin besar terdengar. Dengan adanya isu penyerangan tersebut membuat warga Desa Balinuraga berinisiatif untuk melakukan perlawanan. Warga yang rata rata

48 adalah pemuda tersebut berkumpul dengan membawa persenjataan seperti, parang, pedang, golok, celurit, dan lain lain. Minggu pagi hari, 28 Oktober 2012, warga Balinuraga sudah bersiap dengan persenjatannya di perbatasan Desa Balinuraga. Mereka bersiap menunggu masa yang akan menyerang Desa Balinuraga. Sekitar pukul 09.00 sekitar ratusan orang siap melakukan penyerangan masa yang datang berjalan kaki dengan membawa sejata senjata tajam. Warga Balinuraga yang sudah mempersiapkan diri dengan persenjataan juga sudah berada di garis depan perbatasan Desa Balinuraga. Bentrokan antar warga tidak dapat dihindari lagi. Kedua belah kubu yang sudah sama sama terbakar api amarah saling menyerang dan saling melukai. Akibat bentrokan yang terjadi pada hari Minggu tersebut jatuhlah korban sebanyak 3 orang jiwa yang berasal dari masa penyerang. Berdasarkan keterangan yang diberikan Bapak Wayan Sudiartana: Pada saat kejadian hari Minggu memang terjadi bentrokan. Bentrokan tersebut pecah karena beredarnya isu penyerangan kembali masa yang berasal dari Desa Agom. Karena adanya isu tersebut warga Desa kami mempersiapkan diri dan ingin mempertahankan Desa dengan melawan masa yang ingin menyerang. Ternyata isu itu bukan hanya sekedar isu, ternyata isu tersebut adalah kabar yang benar terjadi. Masa yang datang berjumlah ratusan orang tersebut membawa senjata tajam. Yang namanya diserang, pasti warga desa kami ingin mempertahankan desa kami yang kami cintai. Dengan masa kedua belah pihak yang sudah dimakan emosi, membuat intensitas bentrokan menjadi besar. (hasil wawancara yang dilaksanakan tanggal 15 April 2013). Masa yang sudah berhasil dipukul mundur tadi berkumpul di perempatan Desa Patok. Korban meninggal dari masa yang menyerang cepat menyabar. Dengan tersebarnya kematian 3 warga tersebut, sejak minggu malam sudah beredar isu penyerangan besar besaran untuk melakukan pembalasan atas peristiwa tersebut. Penyebarluasan berita jatuhnya korban meninggal dijadikan isu untuk memobilisasi masa suku Lampung untuk

49 menyerang suku bali yang berada di Desa Balinuraga. Isu sentimen etnis seakan dilontarkan kepada masyarakat untuk melakukan penyerangan. Senin 29 Oktober 2013 pagi, sekitar pukul 10.00 WIB, ratusan warga Desa Balinuraga mengungsi secara bergelombol. Masa yang datang menggunakan kendaraan truk, bus, dan sepeda motor. Warga yang datang membawa senjata tajam pembunuh berupa pedang, parang, golok, celurit, dan bambu runcing. Masa yang datang berjumlah ribuan orang tersebut berasal dari berbagai daerah yang ada di Provinsi Lampung. Personel polisi dan TNI bersenjata lengkap yang jumlahnya mencapai sekitar 2.100 orang berusaha menjaga secara ketat. Aparat yang berasal dari polda Lampung, Polda Banten, Markas TNI AL Marinir Piabung, dan Korem 043 Garuda Hitam Lampung berusaha memblokir jalan menuju Desa Balinuraga. Aparat keamanan sudah memblokade Desa Balinuraga dengan tiga lapis keamanan. Siti Maryam sebagai tokoh wanita Bali di Kabupaten Lampung Selatan memantau dan mengikuti perjalanan konflik Desa Balinuraga mengatakan: Saya menyayangkan konflik yamg terjadi di Balinuraga. Banyak dampak buruk yang diterima berbagai sektor. Banyak warga tidak bersalah menjadi korban, korban harta benda, korban tekanan batin, trauman mendalam pasca konflik. Balita yang masih berumur 20 haripun menjadi korban dengan dibawa lari oleh ibunya untuk bersembunyi dikebun. Ia harus bermalam di dalam dinginnya kebun dan dalam kegelapan. Esok harinya baru tim evakuasi dari aparat gabungan berhasil menemukan dan menyelamatkan ibu dan anak tersebut. Konflik ini harus berakhir dan tidak akan ada lagi konflik konflik yang lainnya karna konflik hanya akan berdampak negatif. (Wawancara pada tanggal 2 mei 2013 di kediaman Siti Maryam, ketua ikatan Wanita Hindu Darma Indonesia (IWHDI) Kabupaten Lampung Selatan). Dari urayan diatas dapat disimpulkan bahwa kronologis latar belakang konflik Desa Balinuraga adalah kesalahfahaman. Kesalahfahaman ini diperpanas dengan adanya provokasi dari pihak pihak yang tidak bertanggung jawab dalam penyebaran berita kejadian kecelakaan yang sebenarnya.

50 C. Kronologi Konflik Versi Pemerintah Kronologis Konflik Lampung Selatan, yang mengakibatkan pengerusakan parah terhadap pemukiman warga transmigrasi asal Bali, di Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan. Korban meninggal dunia sebanyak 14 orang (4 orang warga Lampung, 10 orang warga masyrakat Bali). Penyebab Konflik adalah kesalahfahaman warga masyarakat Lampung atas kejadian kecelakaan yang dialami oleh dua gadis yang berasal dari Desa Agom dengan pemuda Bali yang berasal dari Desa Balinuraga. Kronologis kejadian pada hari Sabtu tanggal 27 Oktober 2012 pukul 17.30 WIB telah terjadi kecelakaan lalu-lintas di jalan Lintas Way Arong Desa Sidorejo (Patok) Lampung Selatan antara sepeda ontel yang dikendarai oleh suku Bali di tabrak oleh sepeda motor yang dikendarai Nurdiana Dewi, berboncengan dengan Eni. Dalam peristiwa tersebut warga suku Bali memberikan pertolongan terhadap Nurdiana Dewi dan Eni, namun warga suku Lampung lainnya menilai lain tertolongan yang dilakukan oleh pemuda Bali tersebut. Kesalahfahaman antara duabelah pihak membuat gesekan konflik. Warga suku Lampung Desa Agom yang menyalahartikan kecelakaan itu terpancing emosi. Singkat cerita pada pukul 22.00 WIB warga suku Lampung berkumpul sebanyak kurang lebih 500 orang di pasar patok melakukan penyerangan ke pemukiman warga suku Bali di desa Balinuraga Kecamatan Way Panji. Akibat penyerangan tersebut 1 kios obat-obatan pertanian dan kelontongan terbakar. Berdasarkan pantauan di lokasi kejadian pada Minggu petang, ribuan massa yang berdatangan ke Desa Sidoreno dan Desa Balinuraga, Way Panji sudah berhasil dihalau oleh pihak kepolisian dan aparat pengamanan gabungan itu. Namun sebagian mereka masih terlihat berkumpul di Desa Agom, pinggir jalan lintas tengah Sumatera sehingga

51 mengakibatkan kemacetan di jalan Negara itu, dan arus kendaraan terpaksa dialihkan ke jalan alternatif yang ada. Pemerintah Kecamatan berupaya memperkenalkan masyarakat dengan masyarakat lainnya dengan mengadakan sebuah agenda sosialisai yang melibatkan antarmasyarakat di daerah daerah rawan Konflik, sehingga diharapkan dapat saling menyatu. Bapak Sunyoto memberikan tanggapan saat diwawancarai: Sudah seharusnya pemerintah memberi perhatian lebih kepada daerah daerah yang rawan konflik seperti Desa Balinuraga dan Desa desa lainnya di Kabupaten Lampung Selatan. Pemerintah harus bisa memetakan daerah rawan konflik, dan membuat program pencegahan konflik sosial. Konflik konflik yang sudah pernah terjadi seharusnya sudah bisa dijadikan pelajaran oleh pemerintah untuk memutus matarantai konflik ang terjadi di Lampung Selatan ini. Pemerintah harus lebih tanggap. (hasil wawancara pada tanggal 4 Mei 2013). Puncak konflik terjadi pada hari senin, disaat puluhan ribu masa warga lampung menyerang secara serentak Desa Balinuraga. Ekskalasi masa yang sangat besar kemudian melakukan penyerangan dan pengerusakan terhadap pemukiman warga masyarakat Bali yang ada di Desa Balinuraga, yang mengakibatkan korban jiwa meninggal 10 orang dari warga masyarakat Bali, ratusan rumah terbakar dan dirusak. Suasana Desa Balinuraga mencekam, sejumlah rumah warga hangus dibakar massa. Massa melampiaskan emosi dengan merusak dan membakar apa saja yang mereka temui. Desa Balinuraga saat itu sudah ditinggalkan penghuninya menyelamatkan diri. Banyak rumah yang rata dengan tanah dilalap api. Massa yang membawa senjata tajam dari mulai parang, pedang, golok, clurit, bahkan senapan angin itu, tidak mampu dibendung anggota Brimob yang jumlahnya kalah banyak dibanding jumlah massa. Bahkan massa juga memblokir jalur lintas tengah Sumatera di antara dua desa tersebut sehingga membuat lalu lintas macet total. Pihak kepolisian masih menjaga ketat lokasi bentrokan antarwarga di sekitar Desa Sidoreno, Kecamatan Way Panji, untuk mengantisipasi kemungkinan bentrok susulan.

52 Menurut pengakuan Kartono, salah seorang wartawan yang meliput jalannya konflik dari awal menyatakan: "Sebanyak lima kompi personel pengamanan gabungan masih berjaga di lokasi bentrokan untuk tindakan antisipasi. Aparat keamanan yang diturunkan sudah mendapatkan tambahan bantuan aparat dari Polda Lampung, dibantu personel TNI-AD dari Korem 043 Garuda Hitam, dan personel marinir TNI- AL Brigif-3 Piabung " (Hasil wawancara dengan Kartono, di Desa Sidorejo, Kecamatan Way Panji, Lampung Selatan). Informan menyebutkan, aparat kepolisian yang masih terus berjaga itu terdiri personel pengendalian massa (Dalmas) dari Polres Lampung Selatan,. Mereka akan terus berjaga sampai situasi di lokasi bentrokan benar-benar kondusif. Akibat bentrokan antarwarga beberapa desa di Kecamatan Kalianda dengan warga Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji itu, sebanyak tiga orang tewas, empat luka berat, dan belasan rumah rusak. Warga yang tewas berasal dari tiga desa di Kecamatan Kalianda, saat mereka melakukan penyerangan ke Desa Sidoreno, Kecamatan Way Panji. Informan merincikan identitas tiga warga Kalianda yang tewas tersebut adalah Yahya bin Abdulah, 45 tahun, warga Kelurahan Wayurang, Marhadan, 35, warga Gunungterang, dan Alwin, 35, warga Tajimalela. Sedangkan korban yang mengalami luka adalah Ramli, Ipul, dan Mukmin yang saat ini dirawat di RSUD Kalianda, dan satu warga lainnya yang belum diketahui identitasnya dibawa ke RSU Abdul Moeloek Bandarlampung, dan semuanya semuanya mengalami luka berat. Sebagian korban tersebut ada yang terkena senjata api karena yang dibawa oleh warga Desa Sidoreno, Waypanji saat diserang oleh warga gabungan dari Kecamatan Kalianda. Menurut Kepala urusan pemerintah Kecamatan Way Panji, Bapak Mujiharto, bentrokan di Desa Balinuraga menunjukkan bila pemerintah daerah tidak mampu mengantisipasi konflik. Pertentangan di Lampung Selatan bukan hal baru. Tapi sudah terjadi berkali-kali. Mestinya Pemda Lampung mengambil inisiatif cepat dalam membendung terjadinya konflik Balinuraga ini. Pemerintah bisa memanfaatkan data

53 intelejen kepolisian dan militer di daerahnya untuk mengeluarkan kebijakan prevetif konflik kekerasan. (hasil wawancara pada tanggal 5 Mei 2013). Kawasan transmigrasi seperti Lampung Selatan, kerap menyimpan bara konflik. Sebab pemerintah daerah tidak memiliki skema pembangunan yang mempertimbangkan efek perubahan sosial. Pemerintah Daerah Lampung Selatan harus bergerak cepat meredam konflik. Seperti menggelar pertemuan rekonsiliasi. Tak cuma itu, Pemerintah juga harus mengganti kerugian korban. Dengan begitu, dendam antar warga bakal cepat surut. Bentrokan antarwarga Lampung merupakan kegagalan aparat dalam deteksi dini. Akibatnya, konflik mudah tersulut hingga jatuh korban jiwa. Harus diakui, aparat gagal melaksanakan tugasnya. Masyarakat juga mempertanyakan tidak adanya perlengkapan antihuru-hara dalam konflik Balinuraga. Seharusnya perlengkapan itu dihadirkan di TKP. Kapolres Lampung Selatan meluruskan informasi yang berkembang sebelumnya bahwa penyebab bentrokan dipicu kemarahan warga Desa Agom, Kecamatan Kalianda, menyusul peristiwa dua gadis warga desa ini yang sedang mengendarai sepeda motor dilaporkan telah diganggu sekelompok pemuda di Desa Sidoreno, Kecamatan Way Panji. Padahal kejadian sebenarnya, warga Balinuraga justru hendak menolong kedua gadis itu yang mengalami kecelakaan, namun dianggap sebagai tindakan pelecehan seksual terhadap mereka. Menurut pendapat praktisi politik PDIP dan pengamat politik dan konflik Kabupaten Lampung Selatan Bapak Jasudin Jadi: "Ini hanya kesalahpahaman, karena masa sudah terpancing api amarah dan termakan oleh isu pelecehan seksual maka kejadian ini menjadi makin memanas. Semua ini seharusnya bisa dibicarakan secara kekeluargaan dengan baik. Pada kasus ini kita tidak mencari siapa yang salah dan siapa yang benar. Disini kita harus fokus kepada penanganan konflik agar tidak terjadi lagi konflik yang sampai memakan korban seperti ini." (hasil wawancara pada tanggal 20 April 2013).

54 Karena itu, dia mengharapkan, kedua belah pihak segera menyadari dan jangan terpancing emosi atas informasi yang belum jelas kebenarannya, sehingga mengakibatkan adanya bentrokan yang menimbulkan korban jiwa, korban luka, dan kerugian harta benda. D. Kronologi konflik Balinuraga Kronologi konflik Balinuraga sangat beragam. Banyak versi yang mencuat setelah konflik terjadi. Kronologi konflik ini peneliti kumpulkan dari para informan yang menjadi korban dan saksi mata kejadian konflik Desa Balinuraga Oktober lalu. Indonesia kembali didera berita kurang mengenakan. Kali ini terjadi bentrok atau kerusuhan antar desa yang terjadi di Lampung bahkan sampai mengakibatkan korban jiwa dan beberapa rumah di bakar. Diduga bentrok di lampung disebabkan permasalahan yang berawal dari pelecehan. Bentrok warga antardesa yang memakan korban jiwa serta harta benda kembali terjadi di Kabupaten Lampung Selatan. Ribuan warga terlibat penyerangan dan pembakaran rumah di Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji, Lampung Selatan. Konflik yang mengakibatkan setidaknya 14 orang tewas (sesuai data resmi pihak kepolisian), versi lain, jumlah korban tewas lebih banyak lagi. Korban 10 orang warga Balinuraga dan 4 orang warga Agom yang meninggal dunia itu, bermula dari kenakalan iseng sekelompok anak muda Balinuraga sabtu 27 Oktober 2012 pukul 17.00 WIB. Konflik di Desa Balinuraga Lampung Selatan, seharusnya dapat dideteksi sejak awal. Karena pertentangan ini bukan kali pertama melanda Lampung. Terjadi kecelakaan lalu-lintas di jalan lintas Way Arong Desa Patok Sidoharjo Lampung Selatan antara sepeda ontel yang dikendarai oleh pemuda suku Bali yang mengalami kecelakaan dengan sepeda motor yang dikendarai kedua gadis yang berasal dari Desa Agom. Sekitar 10 pemuda dengan mengendarai sepeda dari Desa Balinuraga melintas di jalan menuju ke Desa Patok Sidoharjo. Dari arah berlawanan, rombongan ini

55 menyerempet pengendara motor yang dinaiki oleh dua perempuan yang berasal dari Desa Agom. Berita itu berkembang dengan isu bahwa gadis itu terjatuh kemudian mengalami pelecehan seksual. Dalam peristiwa tersebut warga suku Bali memberikan pertolongan terhadap Nurdiana Dewi dan Eni, namun warga suku Lampung lainnya memprovokasi bahwa warga suku Bali telah melakukan pelecehan seksual kepada Nurdiana Dewi dan Eni. Keluarga gadis yang tidak terima kemudian mendatangi pemuda Agom yang dituduh telah berbuat tidak senonoh. Pemuda Agom tidak mengaku. Lalu rumah pemuda itu di bakar. Hal tersebut membuat emosi warga Desa Agom memuncak, sehingga pada pukul 22.00 WIB warga suku Lampung berkumpul sebanyak 500 orang di pasar patok Sidoharjo melakukan penyerangan ke pemukiman warga suku Bali di Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji. Akibat penyerangan tersebut 1 kios obat-obatan pertanian dan kelontongan terbakar milik Made Sunarya. Pada hari Minggu tanggal 28 Oktober 2012 pukul 01.00 WIB. Masa dari warga suku Lampung berjumlah sekitar 300 orang melakukan pengrusakan dan pembakaran rumah milik Wayan Diase. Pada pukul 09.30 WIB terjadi bentrok masa suku Lampung dan masa suku Bali di Desa Sidoreno Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan. Warga Balinuraga sudah mempersiapkan diri akan mendapatkan serangan. Bentrok tak dapat dihindari, personil kepolisian dan TNI yang berjaga tidak dapat mencegah terjadinya bentrokan. Bentrokan tersebut mengakibatkan jatuhnya korban jiwa yang berasal dari masa yang menyerang. Korban yang tewas mendapatkan luka tembak dan luka bacokan senjata tajam. Akibat kejadian tersebut 3 (tiga) orang meninggal dunia masing-masing bernama: Yahya Bin Abdul Lalung, Marhadan Bin Syamsi Nur dan Alwi Bin Solihin, sedangkan terdapat 5 (lima) orang warga yang mengalami luka-luka terkena senjata tajam dan senapan angin masing-masing: An. Ramli Bin Yahya, Syamsudin,

56 Ipul, dan Mukmin Sidik. Dengan jatuhnya korban meninggal masa yang berasal dari Desa Agom akhirnya mundur meninggalkan Desa Balinuraga. Puncak konflik terjadi pada hari senin, disaat puluhan ribu masa warga lampung menyerang secara serentak Desa Balinuraga. Ekskalasi masa yang sangat besar kemudian melakukan penyerangan dan pengerusakan terhadap pemukiman warga masyarakat Bali yang ada di Desa Balinuraga, yang mengakibatkan korban jiwa meninggal 10 orang dari warga masyarakat Bali, ratusan rumah terbakar dan dirusak. Suasana Desa Balinuraga mencekam, sejumlah rumah warga hangus dibakar massa. Massa melampiaskan emosi dengan merusak dan membakar apa saja yang mereka temui. Perang antar warga kampung yang terjadi di Desa Balinuraga Kabupaten Lampung Selatan menimbulkan banyak korban jiwa tewas serta luka-luka, serta ratusan rumah dibakar masa dan puluhan kendaraan juga dirusak termasuk milik aparat. Sungguh disayangkan terjadinya perang antar warga kampung ini, walaupun akhirnya sangat riskan bila dikatakan perang antar suku. Suku yang berseteru tersebut adalah suku lokal Lampung dengan Suku Bali yang datang ke Lampung Selatan merupakan pendatang karena program transmigrasi. Kapolres Lampung Selatan AKBP Tatar Nugraha menyatakan bahwa pihak kepolisian masih menjaga ketat lokasi bentrokan antarwarga di sekitar Desa Sidoreno, Kecamatan Way Panji, untuk mengantisipasi kemungkinan bentrok susulan. Sebanyak lima kompi personel pengamanan gabungan berjaga di lokasi bentrokan untuk tindakan antisipasi waktu terjadi konflik. Aparat kepolisian yang berjaga itu terdiri personel pengendalian massa (Dalmas) dari Polres Lampung Selatan, Polda Lampung, dibantu personel TNI-AD dari Korem 043 Garuda Hitam, dan personel marinir TNI-AL Brigif-3 Piabung. Aparat terus berjaga sampai situasi di lokasi bentrokan benar-benar kondusif. Puluhan personel TNI berjaga-

57 jaga di jalur masuk menuju Desa Balinuraga. Namun para personel TNI tersebut tidak mampu menghalau massa yang berjumlah ribuan dan hendak menyerbu ke Desa Balinuraga. Massa tersebut bergerak menuju ke Desa Balinuraga dengan cara berjalan kaki dan memeriksa setiap rumah-rumah warga yang sudah ditinggalkan penghuninya. Berbagai senjata tajam dari mulai parang, pedang, golok, celurit bahkan senjata senapan angin tidak mampu dibendung oleh anggota Brimob yang jumlahnya lebih sedikit dari jumlah ribuan massa. Banyak pintu masuk dan jalan tikus menuju desa itu, Polisi terkonsentrasi di jalur utama masuk desa. Sementara ribuan orang sudah mengepung desa itu. Akibat bentrokan antarwarga beberapa desa di Kecamatan Kalianda dengan warga Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji itu, sebanyak t 14 orang tewas, empat luka berat, dan belasan rumah rusak. Sebagian korban tersebut ada yang terkena senjata api karena yang dibawa oleh warga Desa Sidoreno, Waypanji saat diserang oleh warga gabungan dari Kecamatan Kalianda. Warga Desa Balinuraga yang meninggal dunia akibat pertikaian antardesa hari senin 29 Oktober 2013 tersebut yakni: Rusnadi alian Made Patis (55 tahun), Pan Malini alias Nyoman Sukarna (60 tahun), Terat Ratminingsih alias Wayan Paing (56 tahun), Wayan Kare (60 tahun), Ketut Buder (65 tahun), Pan Ladri alias Ketut Parta (60 tahun). Satu korban lagi belum diketahui. Sembilan jasat warga yang telah meninggal dunia tersebut telah dilakukan prosesi ngaben. Setelah penyerang pergi dan merasa menang karna telah memporakporandakan Desa Balinuraga, malam itu juga aparat keamanan mengevakuasi warga Desa Balinuraga. Sebanyak 1.703 warga Balinuraga dan Sidoreno diungsikan ke Sekolah Polisi Negara di Kemiling Bandar Lampung. Selain 10 orang warga meninggal, ada 7 orang warga Balinuraga yang harus dirawat di Rumah Sakit Abdoel Moeloek Bandar Lampung. Mereka adalah Devina (20 hari), Made Tedi (14 tahun), Made (1

58 bulan), Ny. Ketut Suwanti (50 tahun), Ny. Wayan (27 tahun), Ketut Nur H (15 tahun), dan Ramli (51 tahun). Kapolres juga meluruskan informasi yang berkembang sebelumnya bahwa penyebab bentrokan dipicu kemarahan warga Desa Agom, Kecamatan Kalianda, menyusul peristiwa dua gadis warga desa ini yang sedang mengendarai sepeda motor dilaporkan telah diganggu dan mengalami pelecehan seksual oleh sekelompok pemuda di Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji. Kejadian sebenarnya hanyalah kecelakaan biasa, namun dianggap sebagai tindakan pelecehan seksual terhadap mereka. Harapan semua pihak agar kedua belah pihak segera menyadari dan jangan terpancing emosi atas informasi yang belum jelas kebenarannya, sehingga mengakibatkan adanya bentrokan yang menimbulkan korban jiwa, korban luka, dan kerugian harta benda. Berdasarkan informasi yang didapatkan, ribuan massa yang berdatangan ke Desa Balinuraga dan Desa Sidoreno, Kecamatan Way Panji, sudah berhasil dihalau oleh pihak kepolisian dan aparat pengamanan gabungan yang berjaga. Namun sebagian mereka masih terlihat berkumpul di Desa Agom, pinggir Jalan Lintas Tengah Sumatera sehingga mengakibatkan kemacetan di jalan negara itu, dan arus kendaraan terpaksa dialihkan ke jalan alternatif yang ada. Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Bali I Gusti Ngurah Sudiana menyayangkan penyebaran pesan yang berisikan isu yang memprovokasi tentang kejadian pelecehan seksual yang sebenarnya hanya kesalahfahaman tersebut. Menurutnya, semangat persatuanlah yang harus dikobarkan pada saat ini, bukan sifat egoistis etnis yang ditonjolkan. Warga Bali di Lampung harus saling memaafkan. Sebab korbannya bukan warga Bali saja, tapi juga penduduk setempat. Penyerangan dan perusakan yang sangat brutal bahkan mengorbankan seorang kakek dan seorang gadis berumur 10 tahun, termasuk gadung sekolah. Penyerangan serempak terbesar terjadi pada Hari Senin 29 Oktober 2012 tidak dirinci dimulai dari pukul berapa

59 konsentrasi masa penyerang mulai melakukan tindakan brutal tersebut, tapi yang bisa disaksikan saat ini adalah jatuhnya korban jiwa dan harta yang tidak terperikan. sebuah kebiadapan nyata diperadaban modern, dari satu bangsa yang terkenal akan keramahannya. Kebiadaban dan Kebrutalan yang dipicu oleh provokasi dan isu-isu negatif yang diarahkan kepada satu komunitas masyarakat yang bahkan tidak sama sekali melakukan tindakan yang melanggar hukum atau mengancam masyarakat lainnya. Melihat konfigurasi sosial suku di pedesaan Lampung, desa-desa yang ada sangat kental ekslusivisme ke sukuannya. Desa Agom dihuni suku Lampung sementara Desa Balinuraga di dominasi suku Bali. Asimilasi warga kurang terbentuk sehingga ketika ada insiden kecil sentimen harga diri kesukuan dengan mudahnya terlukai. Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul langsung secara internsif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan tadi masing-masing berubah wujudnya menjadi kebudayaan campuran. Kondisi tak terbentuk di Lampung dan inilah mengapa kasus gadis jatuh dari sepeda bisa berkembang menjadi konflik yang besar. Mungkin dengan kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi para penduduk lampung untuk melakukan instropeksi diri masing masing. Banyak warga asli lampung mengatakan para pendatang didaerah mereka tidak tahu diri, tidak sopan atau menghargai mereka sebagai penduduk asli. Begitu juga dengan warga pendatang jangan karena merasa mereka memiliki kelompok yang banyak dan memiliki solidaritas yang besar terus bersikap semena mena terhadap suku lainnya karena walau bagaimanapun mereka adalah pendatang atau tamu dan layaknya seorang tamu tentu harus menghormati tuan rumah. Berikut ini video tentang kerusuhan antar suku dilampung dapat dilihat pada link berikut http://goo.gl/gbp1j