KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbunyi mens sana en corpore sano yang artinya dalam tubuh yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mencari kegiatan yang bisa memulihkan vitalitas beraktifitas, antara

Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yoansyah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi

TINGKAT KECEMASAN ATLET SEBELUM, PADA SAAT ISTIRAHAT DAN SESUDAH PERTANDINGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pertandingan serta banyak atlet yang mengikuti sejumlah pertandingan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013

DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR (DP3A) SOLO FUTSAL CENTER

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Aji Rasa Kurniawan, 2014 HUBUNGAN ANTARA KOORDINASI MATA-KAKI DENGAN HASIL SHOOTING 8 METER CABANG OLAHRAGA FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga semakin lama mendapat tempat di dunia kesehatan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Olahraga merupakan suatu kegiatan yang melibatkan fisik dan mental

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN IPTEKS TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY) ATLET DALAM MENGIKUTI PERTANDINGAN OLAHRAGA. Indah Verawati

HUBUNGAN KECEMASAN TERHADAP HASIL TES KETEPATAN JUMP SERVE BOLAVOLI. (Studi Pada Tim Bolavoli Putra SMK PGRI 3 Kediri Tahun Ajaran )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

BAB I PENDAHULUAN. Latihan mental merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih baik. Olahraga adalah kegiatan gerak tubuh yang sering dilakukan untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik.

PENGARUH PELATIHAN RELAKSASI TERHADAP KECEMASAN PADA ATLET KARATE

DAMPAK KECEMASAN PADA ATLET BOLA BASKET SEBELUM BERTANDING

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan antara fungsi-fungsi jiwa, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan suatu prestasi maksimal tidak hanya diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGGUNAAN STRATEGI POWER PLAY DALAM PERTANDINGAN FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan fisik, teknik, taktik dan mental. Keempat faktor tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan olahraga beregu yang terdiri atas satu tim yang beranggotakan lima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

ANXIETY. Joko Purwanto. Oleh : FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. motivasi dan prestasi yang membentuk suatu kesatuan makna dan. berprestasi adalah usaha seseorang dalam menguasai tugasnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

2014 PENGARUH METODE LATIHAN MENTAL IMAGERY TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN PASSING DAN STOPPING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Andri Setiadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sebagai salah satu unsur yang berpengaruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosi negatif. Pentingya individu mengelola emosi dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Permana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu. Berbagai jenis olahraga dari yang murah dan mudah dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (DBL) Indonesia, setelah berakhirnya babak Championship Series di Jogjakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebelumnya. Data itu disampaikan pengelola liga, PT Deteksi Basket Lintas

TINGKAT KECEMASAN ATLET BOLA PON ACEH TAHUN 2016 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

KECEMASAN DALAM OLAHRAGA. Nur Azis Rohmansyah. PJKR, FPIPSKR, Universitas PGRI Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KECEMASAN MEMPENGARUHI PERFORMA ATLET DALAM BERTANDING. Oleh: Galih Dwi Pradipta. S.Pd, M.Or (UNIVERSITAS PGRI SEMARANG)

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna. Tercapainya prestasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh Latihan ladder drill Terhadap kelincahan dan Power Tungkai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga di Indonesia cukup menarik banyak perhatian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlian Ferdiansyah, 2014

Okta Setiani, Hastaning Sakti. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.

baik dan benar. Para pemain sebaiknya berlatih dengan rutin dan penuh

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakekat olahraga merupakan kegiatan teknik yang mengandung sifat permainan

B. Tujuan. Makalah ini bertujuan : Dapat mengetahui tentang Futsal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

Motivasi Siswa Kelas X dan XI.. (Odie Gamma A.) 1. Abstrak

PENERAPAN PSIKOLOGI OLAHRAGA DAN BEBERAPA PETUNJUK PRAKTIS DALAM PELATIHAN OLAHRAGA. Oleh: KOMARUDIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara di kancah International. Nama-nama besar kini telah lahir seperti Ferry

I. PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah diketahui di dalam kehidupan sehari-hari, semua

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga futsal kini menjadi olahraga permainan yang diminati dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bambang Sugandi, 2013

TINGKAT PENGETAHUAN STRATEGI DAN TAKTIK BAGIPEMAIN SPIRIT FUTSAL AKADEMI KULON PROGO TAHUN 2015 ARTIKEL E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan sumber- sumber dalam mencapai keunggulan serta mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaaan ini.

2015 PERBAND INGAN KECEPATAN REAKSI D AN ANTISIPASI REAKSI PAD A PENJAGA GAWANG D ALAM OLAHRAGA SEPAKBOLA D AN FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN. internasional dan membangkitkan rasa kebangaan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS INTERAKSI SOSIAL ATLET BOLA VOLI KLUB ANANTA KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017

ASPEK PSIKOLOGI DALAM PEMBINAAN ATLET TENIS MEJA. A.M. Bandi Utama, M,Pd. FIK UNY

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI

Transkripsi:

KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: DIMAS CESAR DHARMAWAN F 100 110 164 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL ABSTRAKSI Kecemasan dalam menghadapi pertandingan dialami oleh hampir setiap atlet, demikian juga dengan atlet futsal. Kecemasan yang terlalu tinggi akan menyebabkan seorang atlet mengalami ketakutan berlebihan dalam setiap pertandingan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan mengetahui kecemasan menghadapi pertandingan pada atlet futsal. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi. Informan dalam penelitian ini adalah atlet futsal yang memiliki kecemasan tinggi yang bersedia menjadi informan penelitian. Penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan kecemasan pada atlet futsal disebabkan karena lawan yang dihadapi memiliki kekuatan atau peringkat yang lebih tinggi, banyaknya penonton yang menyaksikan dan ketakutan kegagalan dalam pertandingan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan pada atlet futsal berasal dari diri sendiri seperti; atlet melakukan relaksasi dan melakukan terapi yang mampu mengalihkan kecemasan. Sementara itu, upaya dari luar diri sendiri dilakukan oleh keluarga, teman dan orang-orang yang berada di sekitar. Peran pelatih dalam memberikan motivasi mampu mengurangi kecemasan yang dialami oleh atlet futsal. Kata kunci : kecemasan, futsal, atlet futsal. ANXIETY IN ATHLETES ON FUTSAL MATCH ABSTRACT Anxiety in the middle of the game is experienced by almost every athlete, as well as futsal athletes. Too much anxiety will affect an athlete to get excessive fear in every game. The purpose of this research is to understand and to know the futsal athlete s anxiety in a game. This research is using interview and observation for collecting data. Informants in this research are futsal athletes who got high anxiety and selected by survey of the futsal athletes in Surakarta. The results of this research showed that anxiety of futsal athletes happened because the opponents of the match is stronger or have a higher rank, the number of spectators and the fear of losing in the match. Some efforts to overcome anxiety from ourselves are; athletes relaxation and therapy in order to distract anxiety. Meanwhile, family, friends and people around can be an external technique to overcome anxiety. The role of motivation from the coach can reduce the anxiety of the futsal athletes. Keywords: Anxiety, Futsal, Athletes Futs 1

1. PENDAHULUAN Olahraga sudah menjadi suatu kebutuhan dalam kehidupan manusia sehari-hari, sebab dengan olahraga manusia mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin, selain itu dengan olahraga secara rutin dan tepat dapat membuat manusia menjadi sehat dan kuat, baik secara jasmani maupun rohani. Motto yang berbunyi mens sana en corpore sano yang artinya dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat merupakan bukti bahwa sudah sejak jaman dahulu manusia menyadari betapa pentingnya badan dan jiwa yang sehat. Olahraga merupakan salah satu unsur yang berpengaruh dalam kehidupan manusia yang telah ikut berperan dalam mengharumkan nama daerah dan bangsa, baik melalui kompetisi di tingkat nasional maupun internasional. Setiap bangsa diseluruh dunia berlomba-lomba menciptakan prestasi dalam kegiatan olahraga, karena prestasi olahraga yang baik akan meningkatkan citra bangsa di dunia internasional. Berbagai cabang olahraga dipertandingkan dalam turnamen antar wilayah sampai antar negara. Salah satu yang dipertandingkan adalah olahraga Futsal. Futsal adalah permainan yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola ke gawang lawan. Selain lima pemain utama, setiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan bola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis, bukan net atau papan (Lhaksana, 2011) Futsal diciptakan di Montevideo, Uruguay pada tahun 1930, oleh Juan Carlos Ceriani. Saat Piala Dunia digelar di Uruguay. olahraga baru itu dinamai futebol de salao (bahasa Portugis) atau futbol sala (bahasa Spanyol) yang maknanya sama, yakni sepakbola ruangan yang sekarang lebih terkenal dengan nama futsal. Perkembangan futsal di Indonesia dimulai pada tahun 2002, setelah Indonesia ditunjuk oleh Asosiasi sepakbola Asia menjadi tuan rumah kejuaraan futsal se-asia di Jakarta. Selama dua tahun terakhir ini futsal telah mengalami perkembangan yang sangat luar biasa. Hal ini bukan terjadi di Indonesia saja, terutama di Asia, futsal telah berkembang sangat pesat dengan masuknya tim nasional Iran, Jepang dan Thailand dalam 10 besar ranking dunia futsal Pada tahun 2010 Indonesia berhasil menjuarai kejuaraan futsal Asia Tenggara. 2

Pada dasarnya seorang pemain futsal diharapkan memiliki jasmani yang sehat dan kuat. Harapan tersebut akan tercapai apabila sebuah klub dapat menerapkan latihan fisik yang mencukupi, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Maksud dari pernyataan tersebut adalah latihan fisik bukan hanya harus rutin, tetapi juga harus variatif dan menyenangkan. Akan tetapi dalam olahraga, khususnya futsal, bukan sisi jasmani saja yang berpengaruh, melainkan juga faktor psikis pemain. Hal ini membuktikan adanya hubungan timbal balik psikis-fisik. Bila aspek psikis terganggu maka fungsi fisik juga ikut terganggu yang kemudian akan mengganggu keterampilan motorik. Menurut Lhaksana (2011), faktor psikis merupakan kunci dari keberhasilan dan kesuksesan seorang atlet atau sebuah tim. Atlet harus memiliki psikis yang stabil dan dapat mengalahkan segala tekanan non-teknis, seperti halnya atmosfer pertandingan, penonton atau suporter dan beban yang diberikan pada pengurus. Hal ini ditujukan untuk meraih prestasi setinggi-tingginya dan semaksimal mungkin. Tingkat pencapaian prestasi puncak sangat ditentukan oleh kematangan dan ketangguhan mental atlet dalam mengatasi berbagai kesulitan dalam sebuah pertandingan. Banyak atlet yang tidak sukses mewujudkan kemampuan optimalnya hanya karena rasa cemas dan takut gagal yang berlebihan. Kenyataannya ketika turnamen bergulir, sering nampak seorang atlet atau tim yang sudah mempunyai kemampuan fisik yang baik, teknik yang sempurna, dan sudah dibekali berbagai taktik, tetapi tidak dapat mewujudkannya dengan baik di arena pertandingan atau perlombaan, dan akhirnya mengalami kekalahan. Kecemasan pada atlet tidak hanya merugikan diri sendiri, namun juga mengakibatkan permainan dalam tim terganggu. Seperti halnya yang terjadi dalam Tim PON Futsal Sulawesi Selatan pada tahun 2012 mengalami kegagalan diperhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII di Sulawesi Selatan. Secara persiapan tim tersebut sudah melakukan TC (Training Center) di Jakarta, Malaysia, Thailand dan mengikuti turnamenturnamen besar di Indonesia. Hasilnya pada saat perhelatan PON digelar mereka tidak mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan, faktor penyebabnya adalah tekanan dan beban yang dialami oleh atlet, serta tuntutan yang tinggi dari pihak 3

manajemen sebagai tuan rumah untuk juara yang membuat atlet bermain tidak lepas dan mengalami kecemasan saat bertanding (Siregar, 2012). Gunarsa (2008) menegaskan bahwa prestasi olahraga tidak cukup dinilai dengan berapa banyak piala atau uang yang diperoleh, karena meningkat atau merosotnya prestasi atlet justru banyak ditentukan oleh faktor psikologis. Gejala gejala psikologis yang biasanya menyebabkan prestasi atlet menurun adalah rasa jenuh, kelelahan, tertekan, stress, kecemasan dan ketakutan akan gagal, emosi yang meledak ledak. Husdarta (2010) menegaskan bahwa kondisi tersebut muncul atas reaksi-reaksi fisiologis dari dalam tubuh seorang atlet. Pengaruhnya keringat mengucur deras padahal biasanya biasa, tangan dan kaki basah oleh keringat, nafas terengah-engah, gemetar, kepala pusing, mual hingga muntahmuntah. Itu semua merupakan respon fisik atas keadaan mental yang sedang meningkat yang secara umum atlet tersebut merasa cemas. Gejala-gejala fisik yang menyertai kecemasan adalah telapak tangan basah, denyut jantung meningkat, serta keluarnya keringat dingin. Berdasarkan fakta dilapangan diatas merupakan contoh kecemasan yang dialami pemain futsal. Hal tersebut diperkuat oleh survey awal yang dilakukan peneliti terhadap 200 atlet futsal yang mengalami kecemasan. Gejala Jumlah Prosentase 1. Tegang 105 52,5% 2. Jantung berdetak lebih cepat 91 45,5% 3. Gugup 91 45,5% 4. Berkeringat pada telapak tangan 83 41,5% 5. Mudah emosi 78 39% 6. Gemetar 73 36,5% 7. Takut menghadapi kegagalan 72 36% 8. Panik 65 32,5% 9. Cepat terkejut 63 32,5% 10. Gelisah 62 31% 11. Takut menghadapi lawan 25 12,5% 12. Mual 22 11% Berdasarkan hasil penelitian survey awal terhadap 200 atlet futsal di atas, dapat disimpulkan bahwa prosentase gejala kecemasan yang paling banyak dialami atlet Futsal dalam menghadapi pertandingan adalah tegang dengan 4

prosentase 52,5%, jantung berdetak lebih cepat dengan prosentase 45,5% dan gugup dengan prosentase 45,5%. Dari hasil survey awal yang dilakukan peneliti, telah ditemukan atlet-atlet yang memiliki gejala-gejala kecemasan tinggi: Kesimpulan dari hasil survey awal dari 200 atlet futsal, terdapat 28 atlet yang memiliki gejala kecemasan paling banyak yaitu 6 sampai dengan 7 aspek gejala kecemasan dalam menghadapi pertandingan. Table di atas menunjukkan gejala kecemasan yang paling sering dialami oleh 28 atlet futsal sebelum pertandingan. Gejala pertama yaitu tegang yang dialami oleh 20 atlet, kedua adalah panik yang dialami oleh 19 atlet, dan yang ketiga adalah gelisah dan mudah emosi yang dialami oleh 18 atlet. Kecemasan dapat digambarkan sebagai suatu kekhawatiran umum mengenai suatu peristiwa yang tidak jelas, tidak pasti terhadap peristiwa yang akan datang (Mu arifah, 2005). Aspek-aspek kecemasan adalah kecemasan menghadapi kompetisi menurut Hartanti (2004) yang dapat timbul pada individu dalam situasi kompetitif (situasi pertandingan) adalah sebagai berikut: a. Keluhan Somatik (Somatic Complains) b. Ketakutan akan kegagalan (Fear of Failure) c. Perasaan tidak mampu (Feelings of Inadequacy) d. Kehilangan kontrol (Lost of Control) e. Kesalahan (Guilt) Kecemasan adalah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis seperti; panik, tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya (Amir, 2004). Kecemasan tidak selalu merugikan, karena pada dasarnya rasa cemas berfungsi sebagai mekanisme kontrol terhadap diri untuk tetap waspada terhadap apa yang akan terjadi, namun jika level kecemasan sudah tidak terkontrol sehingga telah mengganggu aktivitas tubuh, maka hal itu jelas akan sangat mengganggu. Skill individu atau kelompok yang sebelumnya baik atau diatas rata- 5

rata tidak akan keluar dalam sebuah pertandingan jika atlet tersebut mengalami kecemasan dan tidak bisa mengontrol kondisi emosinya. Tingkat kecemasan yang tinggi dapat mempengaruhi kognitif seseorang, menyebabkan dampak negatif dalam pikiran, dan potensi performa yang kurang memuaskan. Berdasarkan kondisi fenomena diatas, maka peneliti terdorong untuk memfokuskan penelitian ini pada bagaimana kecemasan dalam menghadapi pertandingan pada atlet futsal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami peran kecemasan pada atlet futsal dalam sebuah pertandingan. Maka dari itu, peneliti mengambil judul penelitian Kecemasan Menghadapi Pertandingan Pada Atlet Futsal. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memahami dan mengetahui faktorfaktor penyebab kecemasan dan upaya-upaya mengatasi kecemasan menghadapi pertandingan pada atlet futsal. Permasalahan yang akan diungkap dan dikaji lebih mendalam pada penelitian ini akan diajukan pertanyaan antara : Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan munculnya kecemasan dalam menghadapi pertandingan pada atlet futsal? dan Bagaimana upaya megatasi kecemasan dalam menghadapi pertandingan pada atlet futsal? 2. METODE Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu proses penyelidikan untuk mendapatkan pemahaman berdasarkan tradisi metodologi penyelidikan yang berbeda untuk mengeksplorasi permasalahan sosial ataupun permasalahan manusia (Creswell, 2007). Lebih lanjut Creswell menjelaskan peneliti membangun gambaran yang komplek dan menyeluruh, menganalisis kata-kata, melaporkan secara detail mengenai pandangan informan, dan melakukan penelitian dalam seting yang natural. Adapun informan dalam penelitian ini memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Pemain futsal yang masih aktif mengikuti turnamen atau pertandingan. 2. Pemain dari sebuah tim atau club futsal. 3. Berusia 18-23 tahun. 6

4. Mengalami gejala kecemasan tinggi dalam menghadapi pertandingan yang diperoleh dari survey awal terhadap atlet futsal. 5. Bersedia menjadi informan penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kualitatif yang diungkap dengan metode wawancara dan observasi terhadap informan. Teknik wawancara sebagai tindak lanjut untuk lebih mendalami hasil survey data awal. Teknik wawancara tersebut menggunakan guide untuk menuntun jalannya wawancara. Pedoman (guide) wawancara terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara rinci, lengkap, dan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang ingin diungkap. Wawancara yang akan dilakukan dalam penelitian dengan membagikan kepada 4 informan peneliti yaitu pemain futsal yang mengalami gejala kecemasan terbanyak dalam menghadapi pertandingan. Penulis akan melakukan pencatatan data selama wawancara, karena dari data wawancara yang diperoleh akan dianalisis. Oleh karena itu pencatatan data akan dilakukan dengan tepat, lengkap, dan sebaik mungkin berdasarkan kemampuan penulis menggunakan alat perekam. Selanjutnya penulis juga melakukan pencatatan data secara manual, dengan maksud memudahkan penulis untuk mencari pokok-pokok penting dari data yang diperoleh sehingga mempermudah untuk melakukan analisis. Observasi dilakukan secara langsung terhadap informan yaitu pada saat menjelang pertandingan dan pada saat berlangsungnya pertandingan. Adapun jenis observasi yang digunakan adalah observasi partisipan yaitu observer ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh informan dan non partisipan yaitu observer tidak ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh informan yang di observasi atau hanya menjadi pengamat saja. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kecemasan muncul pada saat sebelum pertandingan dimulai dan pada saat awalawal pertandingan. Hasil observasi menunjukkan bahwa informan pada saat akan memulai pertandingan sering melakukan kesalahan saat melakukan pemanasan. 7

Hal ini sesuai dengan pernyataan Cratty (Husdarta, 2010) yang menjelaskan bahwa pada umumnya kecemasan meningkat sebelum pertandingan yang disebabkan oleh bayangan akan beratnya tugas dan pertandingan yang akan datang. Menurut pernyataan informan, kecemasan yang dialami muncul disebabkan oleh lawan yang akan dihadapi informan memiliki kekuatan atau peringkat yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunarsa (2008), yang menyatakan apabila lawan yang dihadapi memiliki peringkat dibawahnya maka akan menimbulkan perasaan percaya diri yang berlebihan. Sebaliknya apabila lawan yang dihadapi memiliki peringkat diatasnya maka akan timbul berkurangnya percaya diri, sehingga apabila mereka melakukan kesalahan maka akan sangat menyalahkan diri sendiri. Selain itu penonton dalam jumlah yang banyak menyebabkan informan merasa tegang dan gugup saat menjalani pertandingan. Menurut hasil observasi juga dapat dilihat bahwa sebelum memulai pertandingan, informan selalu melihat sekeliling lapangan dan penonton yang menyaksikan pertandingan. Hal ini sesuai pernyataan Ramiah (2003) menungkapkan bahwa pengaruh masa penonton atau masa sangat berpengaruh pada suasana pertandingan baik secara positif maupun negatif yang dapat berpengaruh terhadap kestabilan mental atlet pada saat bertanding. Infroman takut apabila mengalami kegagalan yang menimbulkan tuntutan untuk selalu meraih hasil positif dalam setiap pertandingannya. Hal ini sesuai pernyataan Hartanti (2004) yang menyatakan aspek-aspek kecemasan dapat timbul pada individu dalam situasi kompetitif (situasi pertandingan) adalah sebagai berikut: a. Keluhan Somatik (Somatic Complains) b. Ketakutan akan kegagalan (Fear of Failure) c. Perasaan tidak mampu (Feelings of Inadequacy) d. Kehilangan kontrol (Lost of Control) e. Kesalahan (Guilt) Kecemasan dalam pertandingan akan mengakibatkan tekanan emosi yang berlebihan yang dapat mengganggu penampilan dan pelaksanaan pertandingan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan, menunjukkan 8

bahwa dampak dari kecemasan yang dialami menyebabkan munculnya reaksireaksi seperti berkurangnya konsentrasi dalam pertandingan dan fisik menjadi mudah lelah. Menurut hasil observasi yang telah dilakukan, informan mengalami muntah-muntah dan kelelahan saat pertandingan masih berjalan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gunarsa, Satiadarma, & Soekasah (1996), yang menyatakan bahwa kecemasan menyebabkan atlet terpaksa memfokuskan energi psikofisiknya untuk mengembalikan kondisinya ke keadaan seimbang. Hal ini menyebabkan konsentrasi atlet untuk menghadapi lawan menjadi berkurang. Munculnya gangguan kecemasan yang kompleks pada atlet membuat keadaan menjadi lebih buruk karena fokus perhatian atlet menjadi terpecah-pecah pada saat yang bersamaan yang menyebabkan atlet harus menggunakan energi yang berlebihan untuk mencapai keadaan psikofisik yang seimbang. Penggunaan energi berlebihan menyebabkan atlet dengan cepat mengalami kelelahan, sehingga kondisinya dengan cepat akan menurun dan penampilannya menjadi buruk. Gunarsa (2008) menyatakan, pemakaian energi atlet yang sedang mengalami cemas berlebih menjadi boros. Ketika dalam kondisi kelelahan dan kehilangan fokus, informan mengatakan akan lebih rentan melakukan kesalahan-kesalahan teknis dalam pertandingan yang tidak seharusnya dilakukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gunarsa, Satiadarma, & Soekasah (1996) yang mengatakan bahwa dampak kecemasan dan ketegangan terhadap penampilan atlet akan secara bertingkat berakibat negatif. Apabila tingkat kecemasan tinggi akan mempengaruhi peregangan otot-otot yang berpengaruh pula terhadap kemampuan teknisnya, sehingga penampilan atau permainan menjadi lebih buruk. Selanjutnya, alam pikiran semakin terganggu dan muncul berbagai pikiran negatif, misalnya ketakutan akan kalah dan kembali muncul kecemasan baru. Setiap atlet yang mengalami kecemasan dalam menghadapi pertandingan memiliki upaya dan cara untuk mengatasi hal tersebut agar berdampak positif terhadap penampilannya di atas lapangan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, upaya informan untuk mengatasi kecemasan dengan berusaha untuk rileks atau relaksasi dan tenang dalam menguasai diri sendiri. hal ini sesuai pendapat Kartono (2003) menyebut relaksasi sebagai teknik mengatasi kecemasan 9

melalui pengendoran otot-otot dan syaraf. Relaksasi ini bertujuan agar keadaan atlet menjadi relaks/santai. Relaks adalah keadaan saat seorang atlet berada dalam kondisi emosi yang tenang (Gunarsa, 2008). Kecemasan mampu diatasi dengan pengalihan kognitif seperti yang dilakukan informan sesuai hasil wawancara dan observasi yang dilakukan yaitu melakukan teriakan-teriakan dan banyak minum air putih untuk menghilangkan kecemasan yang dialami. Hal ini dilakukan agar perhatian terhadap hal-hal yang menyebabkan kecemasan dalam menghadapi pertandingan menjadi berkurang bahkan hilang teralihkan. Pendekatan terapi kognitif ini mampu merubah pola pemikiran seseorang terhadap sumber kecemasan yang dihadapinya. Selain hal tersebut, informan juga mendapat dorongan dan dukungan dari keluarga, teman dan orang-orang sekitar yang mampu mengatasi kecemasan yang dialami. Sesuai dengan hasil observasi dilapangan, informan nampak diberikan dukungan oleh rekan-rekan satu timnya saat dalam keadaan cemas. Pernyataan informan sesuai dengan penyataan Baron dan Byrne (2005), yaitu dukungan sosial adalah kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman, keluarga, dan orang-orang sekitar. Berdasarkan wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa motivasi dan dukungan pelatih mampu membantu mengatasi kecemasan saat menghadapi pertandingan. Berdasarkan hasil observasi, informan diberikan pengarahan dan motivasi oleh pelatih sehingga penampilannya mampu meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarafino (2006) mengatakan bahwa dukungan yang melibatkan ekspresi empati, perhatian, pemberian semangat mampu mengurangi kecemasan atlet dalam menghadapi pertandingan. Kecemasan tidak selalu merugikan, karena pada dasarnya rasa cemas berfungsi sebagai mekanisme kontrol terhadap diri untuk tetap waspada terhadap apa yang akan terjadi, namun jika level kecemasan sudah tidak terkontrol sehingga telah mengganggu aktivitas tubuh, maka hal itu jelas akan sangat mengganggu. Dari hasil wawancara dan observasi yang diperoleh, informan merasa percaya diri dan optimis setelah mampu mengatasi kecemasan yang dihadapi sebelumnya. Ketika informan mampu mengatasi kecemasannya dengan baik maka akan menimbulkan kepercayaan diri yang tinggi dan keyakinan diri 10

yang kuat. Kepercayaan diri merupakan modal besar bagi atlet futsal, karena akan membentuk keyakinan dan menampilkan semua kelebihan yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 4. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data dan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan: a. Faktor-faktor kecemasan dalam menghadapi pertandingan pada atlet futsal adalah adanya informasi yang diterima atlet bahwa lawan yang akan dihadapi memiliki peringkat atau kekuatan yang lebih tinggi dan atmosfer penonton yang menyaksikan pertandingan tersebut sangat banyak serta ketakutan atau kekhawatiran atlet akan melakukan kesalahan dan mengalami kegagalan dalam sebuah pertandingan. Kecemasan tersebut muncul pada saat pertandingan akan dimulai dan pada menit-menit awal berjalannya pertandingan. Ketika atlet mengalami kecemasan, maka atlet akan mudah merasakan lelah, mual dan sering melakukan kesalahan-kesalahan kecil yang tidak perlu dilakukan. b. Munculnya kecemasan menyebabkan atlet futsal merasa tidak nyaman dalam menghadapi pertandingan. Pada situasi tersebut, atlet futsal berupaya mengatasi kecemasan yang dialami agar berkurang. Upaya yang dilakukan atlet futsal untuk mengatasi kecemasan dalam menghadapi pertandingan dengan cara melakukan relaksasi yang mampu menenangkan pikiran dan diri atlet. Selain hal tersebut atlet juga meyakinkan diri sendiri dan selalu berfikir positif agar mampu bangkit dari kecemasan. Kekuatan lain yang didapatkan untuk mengatasi kecemasan atlet futsal adalah dari dorongan keluarga, teman dan orang di sekitar yang selalu mendukung dalam setiap pertandingan. Peran pelatih dalam memotivasi dan memberikan dorongan mampu memperkuat keyakinan diri bahwa atlet dapat menghadapi kecemasan dan mendapatkan hasil yang maksimal. 11

Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran kepada: 1. Atlet futsal Penelitian ini mampu memberikan informasi kepada atlet futsal yang mengalami kecemasan dalam menghadapi pertandingan. Atlet futsal dapat mengetahui faktor-faktor penyebab kecemasan yang dialami dan dapat mengatasi dengan upaya-upaya mengatasi kecemasan yang ada di dalam penelitian ini. 2. Pelatih futsal Pelatih futsal merupakan seseorang yang paling mengerti dengan kondisi yang sedang dialami atlet. Penelitian ini memberikan informasi mengenai keadaan-keadaan yang dialami atlet saat mengalami kecemasan. Pelatih dapat mengetahui faktor-faktor penyebab kecemasan pada atlet serta dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan untuk mengatasi kecemasan yang sedang dialami oleh atletnya. 3. Peneliti selanjutnya. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu melanjutkan penelitian ini dan mampu menemukan-menemukan hal yang baru mengenai faktor-faktor munculnya kecemasan dan upaya-upaya mengatasi kecemasan pada atlet futsal serta dapat melanjutkan penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. 12

DAFTAR PUSTAKA Amir, N. (2004). Pengembangan Instrumen Kecemasan Olahraga. Jurnal Psikologi Olahraga. Vol. 20, No. 1, 55-69. Apollo. (2007). Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecemasan Bekomunikasi secara Lesan pada Remaja. Anima. Vol.1, No.1, 17-32. Baron, R., & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. Creswell, J. W. (2007). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among five traditions. California: Sage Publications. Gunarsa. (2008). Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Hartanti. (2004). Aspek Psikologis dan Pencapaian Prestasi Atlet Nasional Indonesia. Anima. Vol. 20, No. 1, 40-54. Husdarta. (2010). Psikologi Olahraga. Bandung: Alfabeta. Kartono, K. (2003). Kamus Psikolog. Bandung: CV. Pionir Jaya. Lhaksana, J. (2011). Taktik Dan Strategi Futsal Modern. Jakarta: Penebar Swadaya Group. Mu arifah, A. (2005). Hubungan Kecemasan dan Agresivitas.. Humanitas : Indonesian Psychological Journal, vol. 2, 102-111. Ramiah, S. (2003). Kecemasan, Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta: Pusataka Popular. Sarafino, E. (2006). Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. USA: John Wiley & Sons. Siregar. (2012, Desember 18). PON futsal Sumsel Gagal Total. Retrieved Desember 20, 2015, from www.bolalob.com:http://www.bolalob/news/pon/berita-timfutsal- Sulsel.com. 13