PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

GAMBARAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER SERAT DAN SUMBER KOLESTEROL, INDEKS MASA TUBUH (IMT), KADAR KOLESTEROL DARAH DAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

NASKAH PUBLIKASI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi. Disusun Oleh:

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian di negara dengan pendapatan rendah dan menengah

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

AYU CANDRA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. seimbang akan mempengaruhi rasio lingkar pinggang pinggul menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN KOLESTEROL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manfaat Diet Pada Penanggulangan Hiperkolesterolemi

MANFAAT DIET PADA PENANGGULANGAN HIPERKOLESTEROLEMI. Dr.T.BAHRI ANWAR BAGIAN ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan darah dan oksigen sesuai kebutuhan. 1 PJK masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

B A B I P E N D A H U L U A N

Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Serat dibutuhkan untuk mendukung tingkat kesehatan yang optimal. Serat merupakan komponen makanan yang penting terutama untuk

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia

ASUPAN ENERGI, ASAM LEMAK TAK JENUH GANDA, KOLESTEROL DAN IMT DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH PADA PASIEN JANTUNG KORONER RAWAT JALAN

GAMBARAN ASUPAN GIZI PADA PENDERITA SINDROM METABOLIK DI RW 04 KELURAHAN SIDOMULYO BARAT KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

ABSTRAK. Ronauly V. N, 2011, Pembimbing 1: dr. Sijani Prahastuti, M.Kes Pembimbing 2 : Prof. DR. Susy Tjahjani, dr., M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

Kata kunci : Pola konsumsi ikan, oily fish, non oily fish, kadar kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

GAMBARAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER SERAT DAN SUMBER KOLESTEROL, INDEKS MASA TUBUH (IMT), KADAR KOLESTEROL DARAH DAN Low Density Lipoprotein (LDL) PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun Oleh : RETNO DWI CAHYANI J 310 090 031 PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

GAMBARAN FREKUENSI KONSUMSI BAHAN MAKANAN SUMBER SERAT DAN SUMBER KOLESTEROL, INDEKS MASA TUBUH (IMT), KADAR KOLESTEROL DARAH DAN Low Density Lipoprotein (LDL) PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) RAWAT JALAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Retno Dwi Cahyani a a Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102 Changes in consumption patterns of eating food that arelow in fiber and cholesterol may increase the negative effects on the health and nutritional status can influence someone. This research aims to know the frequency of consumption of food sources of fiber and cholesterol with BMI, blood cholesterol levels and LDL in patients of coronary heart disease in outpatients Hospital Dr. Moewardi Surakarta. This research is descriptive by using croos sectional design. The technique of sampling as much as 33. The frequency of consumption of food sources of fiber and cholesterol sources obtained by the method of FFQ. Data of the IMT by measuring weight according to heigth of respondents reseach data, wheres blood cholesterol levels and LDL is obtained from laboratory test data. The number of subjects with food consumption frequency source of fiber in the category are often 100%, the frequency of consumption of food sources of cholesterol most frequent category of 54.5%. Index of the body consists of categories, the highest category in the normal subject of 48.5%. Blood cholesterol levels are the subjects of most of the normal categories of 84.8%. LDL levels are the subject of most of the categories of optimal 81.8%. The subject has a frequency of consumption of fiber category often by 100%. The subjects has a frequency of cholesterol consumption categories are often as much as 54.5% more high-ranking compared to the frequency of consumption the subject of cholesterol has a category is never as much as 3.0%. The subjects has a normal category as much as BMI 48.5%, is higher than the category of the subject with the BMI more weigth as much as 6.1%. The subjects has the highest percentage of the research on cholesterol levels normal by category of blood 84.8% compared with blood cholesterol levels with borderline category of 12.1% and blood cholesterol levels with a high category as much as 3.0%. The subjects hasthe optimal LDL levels by category as much as 81.8%, higher than the levels of LDL depens on the optimal approach categoryas much as 3.0%. Key words : Fiber, Cholesterol, BMI, LDL. References : 66 (1996-2013) 1

PENDAHULUAN Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), penyakit sistem sirkulasi darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati urutan teratas pada tahun 2007 maupun 2008. Penyakit sirkulasi darah pada tahun 2007 menyebabkan kematian sebanyak 21.830 orang dengan Case Fatality Rate (CFR) 11,02% dan pada tahun 2008 menyebabkan kematian sebanyak 23.163 orang dengan CFR 11,06%. Di negara berkembang ini terdapat kecenderungan peningkatan kasus yang disebabkan gaya hidup, urbanisasi dan peningkatan usia lanjut. Penyakit sistem sirkulasi darah salah satunya yaitu penyakit jantung koroner (PJK). Penyakit Jantung Koroner merupakan suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan/penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Penyempitan yang parah dapat menyebabkan terjadinya serangan jantung dengan tubuh semakin tua dan memburuk oleh faktor resiko seperti tekanan darah tinggi, merokok dan konsentrasi kolesterol darah yang abnormal, pembuluh arteri koroner menjadi sempit dan tersumbat (Soeharto, 2004). Perubahan pola konsumsi makan dari makanan yang berkolesterol ke jenis makanan yang memiliki kalori tinggi dan serat rendah serta memiliki kandungan lemak tinggi juga dapat meningkatkan efek negatif terhadap kesehatan (Sulviana, 2008). Konsumsi serat dalam jumlah yang cukup akan menurunkan kecepatan absorpsi karbohidrat serta menurunkan kadar profil lipid. Konsumsi bahan makanan sumber serat dapat menekan kanaikan kadar kolesterol yang diekskresikan kedalam usus dan empedu yang seterusnya akan dikeluarkan bersama tinja (Sulistijani, 2005). Konsumsi makanan berlemak/berkolesterol tinggi dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Status gizi dapat digunakan untuk memperkirakan banyaknya jaringan adiposa dalam tubuh yang berhubungan lansung dengan dengan masa lemak bebas. Status gizi dapat digunakan untuk mendeteksi penyebaran lemak pada jaringan adiposa. Adiposa berkaitan dengan penurunan profil lipid (Waspadji, 2003). Penyakit jantung koroner merupakan 10 besar penyakit utama penyebab kematian. Menurut hasil rekam medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada tahun 2011 sampai tahun 2012 prevalensi penderita PJK yang berobat rawat jalan mengalami peningkatan sebesar 20%, dengan jumlah pasien PJK rawat jalan 306 pasien pada tahun 2011 dan jumlah pasien pada tahun 2012 sebesar 465 pasien. Ditinjau dari berbagai latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui frekuensi konsumsi bahan makanan sumber serat, sumber kolesterol dan indeks masa tubuh (IMT) dengan kadar kolesterol darah dan Low Density Lipoprotein (LDL) pada pasien PJK rawat jalan di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif mendalam, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif, dan menggunakan design cross sectional yaitu pengumpulan data dilakukan sekaligus pada satu waktu (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini akan meggambarkan frekuensi 2

konsumsi bahan makanan sumber serat, sumber kolesterol, IMT, kadar kolesterol darah dan LDL pada pasien PJK rawat jalan di RSUD Dr. Mewardi Surakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah 33 pasien PJK dewasa di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan kriteria inklusi pasien yang didiagnosa PJK, jenis kelamin lakilaki dan perempuan, berumur minimal 18 tahun dan maksimal 70 tahun dan bersedia menjadi responden dan kriteria eksklusi pasien yang meninggal selama penelitian dan pasien yang berpindah pengobatan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Teknik yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah consecutive sampling. Hasil dan data karakteristik responden diperoleh dengan wawancara langsung. Data Frekuensi konsumsi bahan makanan sumber serat dan sumber kolesterol menggunakan form Food Frequency Questionnaire. Data IMT dengan mengukur langsumng berat badan menurut tinggi badan. Data kadar kolesterol darah dari data uji laboratorium. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah semua pasien PJK yang berobat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebanyak 33 pasien. Karakteristik subjek dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, frekuensi konsumsi bahan makanan sumber serat, sumber kolesterol, indeks masa tubuh (IMT), kadar kolesterol darah, kadar LDL. 1. Jenis kelamin Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar subjek berjenis kelamin lakilaki 19 pasien (57,6%) dan 14 pasien (42,4%) perempuan. 2. Umur Umur subjek dalam penelitian ini berusia 18 tahun. Umur minimal subjek 18 tahun, umur maksimal 70 tahun. 3. Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan Sumber Serat pada Pasien PJK Frekuensi konsumsi bahan makanan sumber serat pada pasien PJK di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Distribusi Karakteristik Subjek Menurut Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan Sumber Serat Variabel Kategori N Persentase (%) Frekuensi konsumsi serat Sering 33 100 Jumlah 33 100 Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari jumlah keseluruhan subjek penelitian sering mengkonsumsi serat dengan frekuensi konsumsi serat sebesar 100%. Konsumsi serat penduduk Indonesia dari Angka Kecukupan Gizi (AKG), yaitu minimal 25 gram serat per hari. Menurut Riskesdas (2007), menunjukkan bahwa prevalensi nasional kurangnya konsumsi 3

sayur dan buah pada penduduk usia >10 tahun mencapai angka 93,6%. Kandungan serat, vitamin dan mineral alami yang diperoleh dengan cara mengkonsumsi sayur dan buah, dapat menjaga kesehatan tubuh terutama dalam hal mencegah penyakit-penyakit degeneratif yang banyak diakibatkan oleh gangguan tekanan darah dan kolesterol. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi profil lipid, salah satunya adalah pengaruh dari obat yang dikonsumsi pasien. Salah satu jenis obat yang biasa dikonsumsi pasien adalah simvastatin (golongan statin). Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat enzim Hydroxy-Methylglutaryl- Coenzim A (HMGKoA) reduktase secara kompetitif yang berperan dalam sintesis kolesterol terutama di hati. Golongan statin bermanfaat menurunkan kadar LDL namun kurang memberikan manfaat pada penurunan kadar trigliserida dan meningkatkan kadar HDL. 4. Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan Sumber Kolesterol. Frekuensi konsumsi bahan makanan sumber kolesterol merupakan salah satu kebiasaan makan atau pola makan.frekuensi konsumsi dapat dilihat pada Tabel 2. kolesterol pada pasien PJK di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tabel 2 Distribusi Karakteristik Subjek Menurut Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan Sumber Kolesterol Variabel Kategori N Persentase (%) Frekuensi konsumsi Kolesterol Sering Kadang Jarang Tidak pernah 18 8 16 1 54,5 24,2 18,2 3,0 Jumlah 33 100 Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki frekuensi konsumsi kolesterol kategori sering sebanyak 54,5% lebih tinggi dibanding dengan frrekuensi konsumsi kolesterol subjek yang memiliki kategori tidak pernah sebanyak 3,0%. Penelitian ini menunjukkan sebagian besar pasien masih mengolah masakan dengan digoreng, dan mengkonsumsi bahan makan sumber kolesterol yang sering dikonsumsi seperti daging sapi, telur dengan kuningnya. Kandungan kolesterol per 100gram daging sapi adalah 75,0mg, dan telur ayam dengan kuning 212mg per 50gram atau sama dengan satu butir telur ayam. 4

Peneltian sebelumnya yang dilakukan Nuraeni dkk (2012) (56,3%) dalam kategori sering mengkonsumsi makanan yang bersumber lemak jenuh dan sebanyak 28 orang (43,7%) dalam kategori jarang mengkonsumsi makanan yang bersumber lemak jenuh. 5. Indeks Masa Tubuh (IMT) pada Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK). Hasil analisis antara frekuensi konsumsi kacang dengan frekuensi serangan asma dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Menurut Indeks Masa Tubuh Variabel Kategori N Persentase (%) Indeks Masa Tubuh (IMT) Berat Badan Kurang Normal Berat Badan Lebih Beresiko 4 16 2 3 12,1 48,5 6,1 9,1 Obese I 6 18,2 Obese II 2 6,1 Jumlah 33 100 Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian subjek penelitian memiliki IMT dengan kategori berat badan kurang sebanyak 12,1%, sedangkan IMT dengan kategori normal sebanyak 48,5%, lebih tinggi dibanding dengan IMT subjek penelitian dengan kategori berat badan lebih sebanyak 6,1%. Frekuensi subjek dengan kategori obese I sebanyak 18,2%. Frekuensi subjek dengan kategori obese II sebanyak 6,1%. Data-data akhir menunjukkan peningkatan angka kejadian obesitas di seluruh dunia dan indonesia. Populasi Indonesia dikatakan over weight (kegemukan) dengan 17,5% dan 4,7% obesitas (Haryanto, 2009). Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilisasi (utilization) zat gizi makanan. Penilaian terhadap status gizi seseorang atau sekelompok orang akan menentukan apakah orang atau sekelompok orang tersebut memiliki status gizi yang baik atau tidak (Riyadi dkk, 2001). Obesitas (kegemukan) adalah refleksi ketidak seimbangan konsumsi makanan dan pengeluaran energi dari aktifitas fisik dan olah raga (Khomsam, 2003). Obesitas disebabkan oleh kegemaran makan yang berlebih terutama makanan tinggi kalori tanpa diimbangi oleh aktifitas fisik yang cukup, sehingga surplus energinya kemudian disimpan sebagian lemak tubuh sehingga terjadi 5

gangguan metabolik dalam tubuh (Khomsam, 2003). 6. Kadar Kolesterol Darah pada Pasien Panyakit Jantung Koroner (PJK.) Kadar kolesterol darah darah yang sebaiknya adalah < 200mg/dl, bila > 200 mg/dl berarti risiko untuk terjadinya PJK meningkat. Frekuensi kolesterol darah pada pasien PJK di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Menurut Kadar Kolesterol Darah Variabel Kategori N Persentase (%) Kadar Kolesterol darah Normal Borderline Tinggi 28 4 1 84,8 12,1 3,0 Jumlah 33 100 Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian subjek penelitian memiliki presentase tertinggi pada kadar kolesterol darah dengan kategori normal sebesar 84,8% dibanding dengan kadar kolesterol darah dengan kategori borderline sebesar 12,1% dan kadar kolesterol darah dengan kategori tinggi sebanyak 3,0%. Menurut hasil wawancara sebagian subjek sudah memiliki beberapa informasi yang diterma baik edukasi yang diberikan dokter pada saat kontrol atau informasi dari media lainnya tentang penyakit yang diderita dan mengetahui beberapa bahan makanan yang harus \dikonsumsi dan tidak dikonsumsi. Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh ke dalam tubuh (diet). Faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah di samping diet adalah keturunan umur dan jenis kelamin stres, alkohol dan exercise. Beberapa parameter yang dapat dipakai untuk mengetahui adanya risiko PJK dan hubungannya dengan kadar kolesterol darah (Anwar, 2004). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kadar serum kolesterol, seperti umur, diet tinggi lemak, lemak jenuh, genetik, faktor hormon sex endogen, obat-obatan, berat badan, glukosa, tingkat aktivitas fisik, penyakit (diabetes, tiroid, penyakit hati) dan musim (season of the year) (Krummel 2004). 7. Kadar Low Density lipoprotein (LDL) pada Pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK). Frekuensi LDL pada pasien PJK di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dapat dilihat pada Tabel 19 6

Tabel 19 Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Menurut Kadar LDL Variabel Kategori N Persentase (%) LDL Optimal Mendekati optimal Boderline high 27 1 4 81,8 3,0 12,1 Tinggi 1 3,0 Jumlah 33 100 Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki kadar LDL dengan kategori optimal sebanyak 81,8%, lebih tinggi dibandingkan dengan Kadar LDL dengan kategori mendekati optimal sebanyak 3,0% sedangkan kadar LDL dengan kategori bodrline high sebanyak 12,1% dan kadar LDL dengan kategori tinggi sebanyak 3,0%. Serat makanan dapat membantu menurunkan kadar kolesterol LDL. Dan meningkatkan kadar HDL. Low Density Lipoproten mengandung banyak kolesterol dan merupakan alat pengirim kolesterol dalam darah. Sel-sel dalam tubuh memerlukan kolesterol dalam jumlah cukup untuk pertumbuhan. Sel-sel ini memperileh kolesterol dari LDL permukaan jantung terdapat reseptor yang dapat menangkap LDL. Ketika LDL melekat pada reseptor, maka reseptor ini memungkinkan sel-sel bisa menyerap kadungan kolesterol. Sesorang yang mengkonsumsi lemak jenuh/makanan sumber kolesterol tinggi maka akan menyebabkan kadar LDL meningkat, demenikian juga dengan kadar kolesteronya (Badrialaily, 2004). B. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini tidak memperhatikan faktor resiko lain seperti kebiasaan merokok, penyakit yang menyertai, konsumsi alkohol dan lama perawatan sehingga dapat mempengaruhi hasil laboratorium, porsi tidak diperhitungkan sehingga mempengaruhi tingkat konsumsi serat dan kolesterol. SIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Subjek memiliki frekuensi konsumsi serat kategori sering sebesar 100%. 2. Subjek memiliki frekuensi konsumsi kolesterol kategori sering sebanyak 54,5% lebih tinggi dibanding dengan frekuensi konsumsi kolesterol subjek yang memiliki kategori tidak pernah sebanyak 3,0%. 3. Subjek penelitian memiliki IMT kategori normal sebanyak 48,5%, lebih tinggi dibanding dengan IMT subjek penelitian dengan kategori berat badan lebih sebanyak 6,1%. 7

4. subjek penelitian memiliki presentase tertinggi pada kadar kolesterol darah dengan kategori normal sebesar 84,8% dibanding dengan kadar kolesterol darah dengan kategori borderline sebesar 12,1% dan kadar kolesterol darah dengan kategori tinggi sebanyak 3,0%. 5. subjek penelitian memiliki kadar LDL dengan kategori optimal sebanyak 81,8%, lebih tinggi dibandingkan dengan Kadar LDL dengan kategori mendekati optimal sebanyak 3,0%. B. Saran 1. Bagi RSUD Dr. Moewardi Surakarta Diharapkan pihak RSUD Dr. Moewardi Surakarta dapat mengambil informasi dalam penelitian ini untuk refrensi edukasi kepada pasien PJK bahwa dengan mengkonsumsi serat dengan jumlah yang cukup secara tidak langsung membantu mengimbangi kolesterol dalam darah, serta membatasi/mengurangi konsumsi bahan makanan berkolesteral tinggi. Aktifitas fisik dan berolah raga teratur membantu pembakaran energi yang berlebihan sehingga tidak terjadinya penimbunan lemak, serta menstabilkan statis gizi. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan faktor-faktor lain seperti data sosial ekonomi keluarga, riwayat penyakit keluarga, penyakit yang menyertai dan menambah macam jenis serat dengan kolesterol dan juga hasil olahannya dan lama perawatan. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI. 2009. Penyakit Sistem Sirkulasi Darah. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta Badrialaily. 2004. Studi Tentang Pola Konsumsi Serat Pada Mahasiswa. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Khomsam, A. 2003, Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta Krummel, DA., 2004. Medical Nutrition Therapy in Cardiovascular Disease. In: Mahan, L.K. & Escott-Stump, S., ed. Krause s Food, Nutrition, & Diet Therapy 11 th Edition. Elsevier. USA : 860-899. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Riyadi H, Retnaningsih, Martianto D, Kustiyah L. 2001. Pendugaan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Usia Penyapihan di Kecamatan Bogor Timur dan Kecamatan Ciomas. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soeharto, I. 2004. Penyakit jantung koroner dan serangan jantung. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sulviana, N. 2008. Analisis Hubungan Gaya Hidup dan 8

Pola Makan dengan Kadar Lipid Darah dan Tekanan Darah pada Penderita Jantung Koroner. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sulistijani, D. 2005. Sehat Denan Menu Berserat. PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Jakarta.. Waspadji, S. 2003. Penyunting. Pengkajian Status Gizi, Studi Epidemiologi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Riskesdas. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. 9