BAB I PENDAHULUAN. Trisno Yuwono dan Pius Abdullah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Benawati Suardihan, Persepsi Mahasiswa tentang Penggunaan Prasarana Pembelajaran Di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil FPTK UPI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses belajar sepanjang hidup manusia, sejak lahir hingga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STANDAR SARANA DAN PRASARANA SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

STANDAR SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

STANDAR SARANA DAN PRASARANA SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B

BAB I PENDAHULUAN. Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 30.

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu memberi kondisi mendidik yang

OPTIMALISASI FASILITAS ALAT PRAKTIK UNTUK MENCAPAI TUNTUTAN KOMPETENSI SISWA SMK

STANDAR SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, serta penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

BAB 1 PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Pustaka Amani, 2005), hlm Redaksi Citra Umbara, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas &

PANDUAN P2M STANDAR SARANA DAN PRASARANA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH 1. Oleh: Setya Raharja 2

Heri Wanto G

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP

BAB I PENDAHULUAN. itu, kegiatan pembelajaran harus direncanakan dalam bentuk program

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum URAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Sarana dan Prasarana Belajar

BAB I PENDAHULUAN. mereka harus membayar mahal untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. yang teratur dan berkelanjutan yang diperlukan untuk menunjang proses

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental baik

Berdasarkan UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional (sisdiknas), disebutkan dalam pasal 1 ayat (14), Pendidikan

PENINGKATAN PENGELOLAAN SARANA PRASARANA PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 10 PADANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH STANDARISASI SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SDN 006 KECAMATAN SANGASANGA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

BAB I PENDAHULUAN. kepala sekolah yang selanjutnya diterapkan dalam menjalankan tugas pokoknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar B el akang Pen eli tian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan suatu organisasi pendidikan (dalam sistem sosial)

b. Unit Laboratorium Multimedia

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN. A. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Sarana

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pendidikan. globalisasi adalah kondisi sumber daya manusia ( SDM ) masih relatif rendah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Desa/Kelurahan, hlm. 7.

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang satu proses belajar tidak dapat mencapai hasil maksimal. disebabkan karena ketiadaan kekuatan yang mendorong (motivasi).

BAB I PENDAHULUAN. dengan jelas dan singkat pokok permasalahan. dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pengertian, fungsi, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana kita ketahui kualitas pendidikan di era sekarang ini memperoleh prioritas dalam

BAB II KAJIAN TEORI. Untuk mengemukakan pengertian tentang fasilitas, penulis dapat sajikan

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KTSP PADA MATA PELAJARAN FIKIH KELAS VII DI MTS MIFTAHUL FALAH DAN PROBLEMATIKANYA SERTA SOLUSINYA

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 65 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi (TIK) ialah mampu mengatasi berbagai persoalan yang berkaitan

Penyusunan Usulan DAK Bidang Pendidikan Tahun 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Manajeman Sarana dan Prasarana Pendidikan. 1. Pengertian Manajeman Sarana dan Prasarana Pendidikan

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

STANDAR SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN

Manajemen Sarana dan Prasarana dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di SMPN 2 Kuta Baro Aceh Besar. Muhammad 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan

MENGKAJI DAN MENANTI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERMENDIKNAS RI NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH/ MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang berkembang, karena pembangunan hanya dipersiapkan melalui

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berinteraksi di dalamnya, salah satu komponen tersebut adalah sumber

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Redesain Gedung Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

I. PENDAHULUAN. Tugas guru sebagai pendidik memiliki peranan penting dalam memajukan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

INDEKS KEPUASAN MAHASISWA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MAKALAH. Pemanfaatan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar

BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

BAB I PENDAHULUAN. MEDIA, 2013), hlm Wiji Suwarno, Ilmu Perpustakaan & Kode Etik Pustakawan, (Jogjakarta: AR-RUZZ

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGELOLAAN SARANA PRASARANA PEMBELAJARAN (Studi Situs SMP Negeri 1 Kedungtuban, Blora)

BAB IV MANAJENEN SARANA DAN PRASARANA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 2 PENAWANGAN GROBOGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan merupakan tempat atau sarana yang sangat diperlukan

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Instrumen Evaluasi Diri Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan Tinggi D1 : D2 : D3 : D4 : Sp1 : Sp2 : Sp3 : S1 : S2 : S3 :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

STANDAR NON AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA TAHUN JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir Lolita Maharani ( ) Redesain Terminal Terboyo 1

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUMEN MAGANG II Semester Ganjil 2017/2018. A. BUDAYA INSTANSI PENGELOLA PENDIDIKAN Nama mhs :..

I. PENDAHULUAN. segala sesuatu tentang peta, mulai dari sejarah, perkembangan, pembuatan,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat bagi anak-anak untuk mengenyam pendidikan, dari mulai tingkat dasar (SD/MI), menengah pertama (SMP/MTs), sampai menengah atas (SMA/MA/SMK/MAK). Hal yang paling mendasar bagi sebuah sekolah untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar adalah tersedianya tempat belajar yang representatif. Tempat berarti dapat diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk meletakkan sesuatu atau wadah. 1 Tempat belajar merupakan wadah bagi peserta didik untuk belajar. Tempat belajar tidak digunakan secara langsung untuk memperoleh pendidikan, namun hanya digunakan sebagai media untuk menyelenggarakan pendidikan. Semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah disebut sebagai prasarana pendidikan. 2 Berbeda dengan buku, alat peraga, atau media pembelajaran yang secara langsung digunakan 1 Trisno Yuwono dan Pius Abdullah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 421. 2 Barnawi dan M. Arfin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 48. 1

dalam proses pendidikan di sekolah atau disebut juga dengan istilah sarana pendidikan. 3 Sebuah kewajiban bagi sebuah sekolah untuk memiliki tempat belajar atau gedung sekolah sendiri. Selain ruang kelas untuk belajar, sebuah sekolah setidaknya juga harus memiliki fasilitas penunjang yang lain seperti ruang guru, ruang kepala sekolah, perpustakaan, laboratorium, perpustakaan, dan lain sebagainya. Ketersediaan tempat belajar yang representatif sangat diperlukan untuk memperlancar pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan. Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab VII, Pasal 42 ayat 2, yaitu: Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. 4 Untuk mendukung pelaksanaan peraturan pemerintah di atas, pemerintah juga telah menerbitkan panduan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 tahun 2007 tentang 3 Barnawi dan M. Arfin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah,...hlm. 49. 4 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, Standar Nasional Pendidikan, Bab VII, Pasal 42, ayat (2). 2

Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidikan Umum. Peraturan ini juga diterbitkan sebagai upaya untuk mewujudkan pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Oleh karena itu, sekolah wajib menyediakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan isi dari Peraturan ini. 5 Dari waktu ke waktu peserta didik akan terus menerus masuk dan keluar dari sekolah. Bahkan, terkadang terjadi peningkatan jumlah peserta didik setiap tahunnya, entah itu signifikan ataupun tidak. Sekolah harus senantiasa siap untuk melayani peserta didik setiap waktu, termasuk menyiapkan prasarana sekolah agar dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama, sehingga sekolah tidak perlu sering-sering melakukan pembaharuan prasarana sekolah dalam jangka waktu yang pendek. Hal ini juga pasti membebani keuangan sekolah. Untuk menghindari hal ini, sekolah harus melakukan upaya pengelolaan prasarana yang baik agar kualitas dan kuantitas prasarana dapat bertahan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama. Pengelolaan prasarana yang baik juga membantu sekolah untuk mengembangkan prasarana yang sudah ada jika terjadi peningkatan jumlah peserta didik atau peningkatan kebutuhan di sekolah tersebut. 6 5 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 tahun 2007, Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah Pendidikan Umum, Bab I: Pendahuluan, Latar Belakang. 6 Barnawi dan M. Arfin, Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah,...hlm. 47. 3

Prasarana sekolah dasar pada umumnya sangat sederhana, lebih merupakan ruang-ruang. Yang dimaksud ruang di sini bukan hanya ruang tempat kegiatan proses belajar mengajar saja, melainkan juga semua fasilitas yang ada di sekolah, termasuk lapangan, kebun, atau teras yang menunjang kegiatan pendidikan. 7 Prasarana sekolah dasar terdiri dari banyak komponen yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri. Jika sekolah diibaratkan sebagai sebuah ruang kota, maka komponenkomponen prasarana di sekolah seperti ruang kelas, laboratorium, lapangan olah raga, taman, dan lain sebagainya juga membutuhkan sebuah tata ruang agar dapat tertata secara rapi dan berfungsi maksimal menunjang kegiatan belajar mengajar, dan juga agar mudah untuk dikembangkan pada masa yang akan datang. Komponen-komponen prasarana sekolah bisa kita ibaratkan sebagai perumahan, jalan, dan taman yang mana jika tidak ditata berdasarkan tata ruang maka akan mengakibatkan kota tidak terlihat harmonis dan fungsinya belum tentu maksimal. Tata kota harus mempertimbangkan hubungan antar komponen-komponen dalam kota seperti penggunaan lahan, perumahan, sumber daya alam, layanan umum, transportasi, dan lain sebagainya. Tata kota melihat detail kondisi setiap komponen saat ini, kemudian merancang apa yang dibutuhkan masyarakat di masa yang akan 7 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hlm. 22. 4

datang. Dalam merencanakan kebutuhan, kita juga harus mempertimbangkan hubungan antar komponen yang berbeda, sehingga kita dapat memprediksi kemungkinan dampak hubungan antar komponen tersebut. 8 Agar sebuah sekolah dasar memiliki prasarana yang tertata dengan harmonis serta berfungsi maksimal dalam menunjang pelaksanaan pendidikan di sekolah, maka sekolah harus melaksanakan penataan ruang sekolah. Dengan tata ruang sekolah ini sekolah juga akan memiliki pedoman untuk mengembangkan prasarana yang dimiliki pada masa yang akan datang. SD Islam Al Azhar 29 BSB Semarang, merupakan salah satu sekolah dasar favorit di Kota Semarang. Sekolah ini menjadi pilihan bagi masyarakat Kota Semarang, khususnya masyarakat sekitar Kecamatan Ngaliyan dan Mijen. SD Islam Al Azhar 29 BSB Semarang memiliki fasilitas yang sangat lengkap dan sangat baik. Dilihat dari segi fisik bangunannya saja, sekolah ini dapat kita katakan sebagai sekolah dasar yang megah. Corak islami yang menjadi ciri khas sekolah ini juga dapat tercermin dari bangunan fisiknya. Selain itu, lingkungan sekolah juga memiliki kesan ramah dengan anak-anak. Sehingga, jika dilihat secara sekilas saja, SD Islam Al Azhar 29 BSB Semarang merupakan sekolah yang nyaman dan tempat yang representatif untuk belajar. Pastinya hal 8 Ebook: Jordan Yin, Urban Planning for Dummies, (Canada: John Wiley & Sons Canada, Ltd., 2012), hlm. 12. 5

ini sangat menunjang pelaksanaan proses pendidikan yang diselenggarakan oleh pihak sekolah. Dengan demikian, tujuan pendidikan yang diharapkan oleh sekolah juga akan lebih mudah dicapai. Melihat kelengkapan fasilitas yang dimiliki oleh SD Islam Al Azhar 29 BSB Semarang, tentu pengelola sangat bekerja keras agar fasilitas-fasilitas tersebut dapat berfungsi maksimal menunjang kegiatan pendidikan di sekolah. Jika fasilitas-fasilitas yang ada hanya bersifat sebagai pemanis atau hiasan semata, tentu hal ini sedikit memboroskan anggaran keuangan sekolah. Hal ini tentu sangat tidak diharapkan karena mengakibatkan efisiensi dan efektivitas kerja menjadi rendah. Melalui penelitian ini, peneliti akan mengkaji bagaimana tata ruang sekolah yang dirumuskan pengelola SD Islam Al Azhar 29 BSB Semarang, guna mewujudkan sekolah yang nyaman, representatif, dan berfungsi maksimal dalam membantu jalannya kegiatan pendidikan di sekolah. Pada akhirnya, manajemen tata ruang sekolah ini juga akan membantu sekolah untuk mencapai tujuan, visi, dan misi sekolah, serta tujuan pendidikan nasional secara efektif dan efisien. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian yang berjudul, Manajemen Tata Ruang Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Layanan Peserta Didik SD Islam Al Azhar 29 BSB Semarang. 6

B. Rumusan Masalah Secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana manajemen tata ruang sekolah dalam meningkatkan kualitas layanan peserta didik SD Islam Al Azhar 29 BSB Semarang? Namun, agar jawaban penelitian ini lebih mudah dipahami, maka peneliti merumuskan masalah penelitian ini menjadi lebih spesifik, yaitu: 1. Bagaimana perencanaan tata ruang sekolah dalam meningkatkan kualitas layanan peserta didik SD Islam Al Azhar 29 BSB Semarang? 2. Bagaimana pengorganisasian tata ruang sekolah dalam meningkatkan kualitas layanan peserta didik SD Islam Al Azhar 29 BSB Semarang? 3. Bagaimana pelaksanaan tata ruang sekolah dalam meningkatkan kualitas layanan peserta didik SD Islam Al Azhar 29 BSB Semarang? 4. Bagaimana pengawasan tata ruang sekolah dalam meningkatkan kualitas layanan peserta didik SD Islam Al Azhar 29 BSB Semarang? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana pengelolaan tata ruang SD 7

Islam Al Azhar 29 BSB Semarang dalam membantu meningkatkan kualitas layanan terhadap peserta didik. Dalam hal ini, peneliti bermaksud untuk mengkaji tentang manajemen penataan prasarana sekolah, sehingga prasarana sekolah tidak hanya indah dan nyaman, tetapi juga dapat berfungsi sesuai harapan dari pengelola sekolah. Secara spesifik tujuan penelitian ini dapat peneliti jabarkan ke dalam masing-masing fungsi manajemen, yaitu: a. Mendeskripsikan perencanaan tata ruang sekolah dalam meningkatkan kualitas layanan peserta didik SD Islam Al Azhar 29 BSB Semarang. b. Mendeskripsikan pengorganisasian tata ruang sekolah dalam meningkatkan kualitas layanan peserta didik SD Islam Al Azhar 29 BSB Semarang. c. Mendeskripsikan pelaksanaan tata ruang sekolah dalam meningkatkan kualitas layanan peserta didik SD Islam Al Azhar 29 BSB Semarang. d. Mendeskripsikan pengawasan tata ruang sekolah dalam meningkatkan kualitas layanan peserta didik SD Islam Al Azhar 29 BSB Semarang. 2. Manfaat Penelitian Peneliti berharap hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk berbagai pihak. Tidak hanya bermanfaat bagi peneliti, namun juga bermanfaat bagi pihak sekolah dan pembaca. 8

Meski sekecil apapun itu, peneliti berharap manfaat dari hasil penelitian ini dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan dengan manajemen tata ruang sekolah. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi peneliti Penelitian bermanfaat sebagai media untuk menggali pengetahuan baru dalam bidang manajemen tata ruang sekolah. Berbagai temuan yang peneliti temukan selama proses penelitian tentu menjadi tambahan pengetahuan baru, terutama yang berkaitan dengan fakta-fakta manajemen tata ruang di lapangan. Jadi, teori-teori yang telah dipelajari selama perkuliahan dibuktikan dengan fakta-fakta di lapangan. b. Bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan guna melakukan evaluasi terhadap tata ruang sekolah yang ada, kemudian mengembangkan tata ruang sekolah ke depannya. Temuan-temuan yang peneliti peroleh di lapangan dapat menjadi sesuatu yang bisa dikembangkan ke depannya. Sehingga, peserta didik dan orang tua/wali akan semakin puas dengan layanan yang diberikan oleh sekolah. 9

c. Bagi pembaca Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan tambahan dalam bidang manajemen pendidikan, khususnya tentang manajemen tata ruang sekolah. Pembaca dapat mengetahui gambaran fakta pemanfaatan tata ruang sekolah dalam meningkatkan kualitas layanan peserta didik. Dan hasil penelitian ini dapat pembaca terapkan di sekolah lain. Atau pembaca dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai landasan untuk mengembangkan penelitian di bidang manajemen tata ruang sekolah. 10