PEMANFAATAN MODUL TERMOELEKTRIK SEBAGAI PEMANAS UNTUK ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA

dokumen-dokumen yang mirip
1. Pendahuluan. 2. Kajian Pustaka RANCANG BANGUN ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN PENGGERAK RAK OTOMATIS

RANCANG BANGUN ALAT PENGONDISI TEMPERATUR AIR PADA BUDI DAYA UDANG CRYSTAL RED

Gambar 2.1 Sebuah modul termoelektrik yang dialiri arus DC. ( (2016). www. ferotec.com/technology/thermoelectric)

Sistem Kontrol Temperatur Air pada Proses Pemanasan dan Pendinginan dengan Pompa sebagai Pengoptimal

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

PENDINGIN TERMOELEKTRIK

RANCANG BANGUN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PEMANAS AIR TERKONTROL BERBASIS TERMOELEKTRIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya kebutuhan masyarakat akan daging ayam membuat proses

UJI UNJUK KERJA PENDINGIN RUANGAN BERBASIS THERMOELECTRIC COOLING

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. efektif karena satu induk ayam kampung hanya mampu mengerami maksimal

PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR (TEG) DENGAN SUMBER KALOR ELECTRIC HEATER 60 VOLT MENGGUNAKAN AIR PENDINGIN PADA TEMPERATUR LINGKUNGAN

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015 Pengaruh Variasi Luas Heat Sink

DESAIN MESIN PENETAS TELUR OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER TUGAS AKHIR

Perancangan Dan Pembuatan Kotak Pendingin Berbasis Termoelektrik Untuk Aplikasi Penyimpanan Vaksin Dan Obat-Obatan

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR

UJI UNJUK KERJA PENDINGIN RUANGAN BERBASIS THERMO ELECTRIC COOLING

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

PENGUJIAN KINERJA COUPLE THERMOELEKTRIK SEBAGAI PENDINGIN PROSESOR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. TEC dilakukan pada tanggal 20 Maret April 2017 bertempat di

Penyiapan Mesin Tetas

PENGGUNAAN MODUL TERMOLEKTRIK UNTUK OPTIMASI ALAT ARAGOSE GEL ELEKTROFORESIS TUGAS AKHIR

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA

KOLABORASI KIPAS ANGIN DENGAN ELEMEN PELTIER UNTUK MENDAPATKAN UDARA SEJUK MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER Atmega8535 SKRIPSI MUHAMMAD ABRAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN KULKAS MINI MENGGUNAKAN PELTIER SUPER COOLER BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA32 SKRIPSI SRI MAHYUNI

BAB I PENDAHULUAN. khususnya akan kebutuhan daging unggas maupun telur yang kaya akan sumber

RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI SUHU INKUBATOR TELUR AYAM BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8535. Skripsi

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

RANCANG BANGUN TEMPORARY AIR CONDITIONER BERBASIS PENYIMPANAN ENERGI TERMAL ES

RANCANG BANGUN ENERGI TERBARUKAN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI PANAS DARI KONDENSOR MESIN PENDINGIN

THE EFFECTS OF THE BRANDS OF LAMPS ON THE RADIATION HEAT AS THE HEAT SOURCE OF POULTRY HATCHERIES

ALAT PENDINGIN DAN PEMANAS PORTABLE MENGGUNAKAN MODUL TERMOELEKTRIK TEGANGAN INPUT 6 VOLT DENGAN TAMBAHAN HEAT PIPE SEBAGAI MEDIA PEMINDAH PANAS

KARAKTERISASI ELEMEN PELTIER TEC UNTUK KONVERSI ENERGI TERMAL MENJADI ENERGI LISTRIK SKRIPSI. Diajukan Oleh : BAGINDA HELBIN

BAB II LANDASAN TEORI

RANCNG BANGUN DAN REALISASI ALAT UKUR PERFORMANSI PENDINGIN TERMOELEKTRIK THERMOELECTRIC COOLER PERFORMANCE DESIGN AND REALIZATION MEASUREMENT SYSTEM

BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pendingin Termoelektrik (TEC)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

RANCANG BANGUN SISTEM INKUBATOR PENETAS TELUR AYAM MELALUI PENGATURAN SUHU DAN KELEMBABAN DENGAN KENDALI PID. Tugas Akhir

Rancang Bangun Alat Penetas Telur Ayam Otomatis Dengan Metode PID (Proportional Integral Derivative) Berbasis Energy Hybrid

BAB II DASAR TEORI Sejarah Singkat Termoelektrik. mempunyai peranan penting dalam aplikasi praktik.

Perancangan Sistem Pendingin Air Menggunakan Elemen Peltier Berbasis Mikrokontroler ATmega8535

AGUS PUTRA PRASETYA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Perancangan Dan Realisasi Alat Penatas Telur Dengan Catu Daya Pembangkit Listrik Tenaga Surya Berbasis Arduino Uno R3

RANCANG BANGUN MESIN PENGGORENG OTOMATIS KAPASITAS 20 LITER

BAB II DASAR TEORI. Elektroforesis adalah pergerakan molekul-molekul kecil yang dibawa oleh

BAB I PENDAHULUAN. unggas untuk mewujudkan beternak itik secara praktis. Dahulu saat teknologi

APLIKASI MIKROKONTROLER ATMEGA16 SEBAGAI PENGONTROL POLARITAS TERMOELEKTRIK DAN TEMPERATUR KABIN DRY BOX

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Rancang Bangun Sistem Pegontrolan Temperatur dan Waktu untuk Proses Heat Treatmet

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

ALAT PENETAS TELUR OTOMATIS DENGAN KAMERA PEMANTAU

ANALISIS PEMANFAATAN DUA ELEMEN PELTIER PADA PENGONTROLAN TEMPERATUR AIR

Momentum, Vol. 9, No. 1, April 2013, Hal ISSN ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN

SAEI (Saba Auto Eggs Incubator (With Auto Rotating Eggs Mechanism))

Rancang Bangun Sistem Penyejuk Udara Menggunakan Termoelektrik dan Humidifier

SIMULASI DISPENSER HOT AND COOL UNIT

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa kasus hingga mengalami kebangkrutan. termometer. Dalam proses tersebut, seringkali operator melakukan kesalahan

Kaji Eksperimental Pengaruh Kecepatan Udara Masuk terhadap Distribusi Temperatur pada Lorong Udara Model dengan Panjang Lorong Udara Tetap

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA

RANCANG BANGUN SISTEM PASTEURISASI SUSU MENTAH BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 TUGAS AKHIR

STUDI AWAL PEMANFAATAN THERMOELECTRIC MODULE SEBAGAI ALAT PEMANEN ENERGI

PENGARUH VARIASI ARAH PUTARAN FAN TERHADAP PENDINGINAN PADA PENDINGIN MINUMAN PORTABLE MENGGUNAKAN TERMOELEKTRIK KAPASITAS 4,7 LITER

STUDI EKSPERIMENTAL PENDINGINAN DENGAN TEC (THERMOELECTRIC COOLING SYSTEM) SEBAGAI APLIKASI PENDINGINAN VAKSIN PORTABEL

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

RANCANG BANGUN ALAT PENETAS TELUR DENGAN SISTEM PENGGERAK OTOMATIS ( PENGUJIAN )

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR MEMBUAT KULKAS KECIL PORTABLE MENGGUNAKAN PENDINGIN TERMOELEKTRIK

BAB I PENDAHULUAN. telur yang sudah ada sekarang menurut penulis masih kurang optimal, karena

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

EXHAUST SYSTEM GENERATOR: KNALPOT PENGHASIL LISTRIK DENGAN PRINSIP TERMOELEKTRIK

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan Air Conditioning dan untuk penyimpanan bahan makanan dan. minuman menggunakan Domistic Refrigerant ( lemari es ).

Penggunaan Modul Thermoelectric sebagai Elemen Pendingin Box Cooler

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

Rancang Bangun Pendingin Portable Dengan Menggunakan Konsumsi Daya Rendah

PEMANFAATAN MODUL TERMOELEKTRIK GENERATOR UNTUK MENGISI BATERAI PONSEL. oleh Daniel Adven Andriyanto NIM :

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

SSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 769 PEMANFAATAN MODUL TERMOELEKTRK SEBAGA PEMANAS UNTUK ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA THE UTLZATON OF THERMOELECTRC MODULES AS HEATER FOR A SMPLE EGGS NCUBATOR Abstrak ndah Khairunnisa 1, Drs. Suprayogi, M.T 2, Tri Ayodha Ajiwiguna, S.T., M.Eng 3 1,2,3, Prodi S1 Teknik Fisika, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom 1 indaaaaaaaahkh@gmail.com, 2 spiyogi@yahoo.co.id, 3 tri.ayodha@gmail.com Alat penetas telur merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk menetaskan telur dengan jumlah yang banyak dalam satu kali penetasan. Pemanas yang biasa digunakan pada alat penetas telur konvensional adalah pemanas dari lampu pijar. Namun, lampu pijar ini memiliki umur pakai yang relatif pendek. Berdasarkan hal tersebut, maka dibuatlah sebuah alat penetas telur dengan memanfaatkan modul termoelektrik sebagai pemanas didalamnya. Modul termoelektrik ini memiliki umur pakai yang lebih lama yaitu hingga 200.000 jam. Modul termoelektrik adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk mengkonversi energi, jika modul termoelektrik ini diberikan tegangan DC maka sisi bagian dingin akan menyerap panas dan kemudian dilepaskan pada sisi panasnya. Suhu pada alat penetas telur dengan pemanas modul termoelektrik ini akan di kontrol menggunakan termostat, sehingga suhu dapat stabil pada 38-40 o C. Berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian yang telah dilakukan, untuk mencapai suhu 40 o C, beban pemanasan yang terjadi pada alat penetas telur dengan pemanas TEC1-12706 adalah 27,72 watt dengan pemakaian energi yang lebih rendah yaitu 10,24 Wh jika dibandingkan dengan lampu pijar 15,565 Wh. Kata Kunci : Alat Penetas Telur, Modul Termoelektrik, TEC1-12706, Termostat, Pemakaian Energi Abstract Eggs incubator is a tool that can used to incubate the eggs in large numbers in one hatching. The heater that commonly used in conventional eggs incubator is incandescent bulbs. However, incandescent bulbs have a relatively short life time. Based on that case, then we made the eggs incubator by utilizing thermoelectric modules as a heater. This thermoelectric modules has a longer life time is up to 200,000 hours. Thermoelectric modules is a solid-state energy converter, if this thermoelectric modules is supplied by voltage DC power, then the cold side will absorb heat and then released on the hot side. The temperature of this eggs incubator was controlled by using a thermostat, then the temperature can be stabilized at 38-40 o C. Based on the result of calculation and experiment, to reach temperature of 40 o C, the heating load of a simple eggs incubator with TEC1-12706 as a heater is 27,72 watts with lower energy consumption is 10,24 Wh when compared to incandescent bulbs that is 15,565 Wh. Keywords : Eggs ncubator, Thermoelectric Modules, TEC1-12706, Thermostat, Energy Consumption 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Alat penetas telur merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk menetaskan telur dengan jumlah yang banyak dalam satu kali penetasan. Pada prinsipnya alat penetas telur tersebut berkerja dengan mengadopsi tingkah laku dari induk telur selama masa pengeraman, terutama untuk pengkondisian suhu di dalamnya. Suhu di dalam alat penetas telur harus diatur sesuai dengan suhu yang diberikan oleh induknya. Maka dari itu, dipasanglah sebuah pemanas didalam alat penetas telur tersebut. Pemanas akan diatur pada suhu sekitar 38 0-40 0 C untuk telur ayam [1], 32 o C-35 o C untuk telur walet [2] dan 38-40 o C untuk telur bebek [2]. Pemanas yang biasa digunakan pada alat penetas telur konvensional adalah pemanas dari lampu pijar. Panas yang dihasilkan oleh lampu pijar tersebut dapat menghangatkan kondisi suhu didalam alat penetas telur selama proses pengeraman hingga penetasan. Namun, pemanas dari lampu pijar ini masih memiliki sebuah kekurangan yaitu umur pakainya yang relatif pendek sehingga pemanas menjadi lebih sering untuk diganti dengan yang baru. Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan sebuah pemanas yang memiliki umur pakai yang jauh lebih lama jika dibandingkan dengan lampu pijar biasa. Salah satu pemanas tersebut adalah modul termoelektrik yang

SSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 770 memiliki umur pakai yang lebih lama yaitu hingga 200.000 jam [3]. Modul termoelektrik adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk mengkonversi energi [4], jika modul termoelektrik ini diberikan tegangan dan arus listrik DC maka sisi dingin modul termoelektrik akan menyerap panas yang kemudian panas tersebut akan dilepaskan pada sisi panasnya. Panas yang dilepaskan dari sisi panas modul termoelektrik itulah yang bisa dimanfaatkan menjadi pemanas alternatif di dalam alat penetas telur untuk menggantikan lampu pijar. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini, antara lain : 1. Mengetahui nilai beban pemanasan yang terjadi pada alat penetas telur. 2. Merancang dan membuat sebuah alat penetas telur sederhana dengan menggunakan modul termoelektrik sebagai pemanasnya. 1. Mengetahui jumlah pemakaian energi listrik dari alat penentas telur dengan pemanas modul termoelektrik jika dibandingkan dengan lampu pijar. 2. Dasar Teori 2.1 Sistem Penetasan Telur Penetasan telur dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara alami dan buatan dengan menggunakan bantuan sebuah alat atau mesin penetas telur. Penetasan telur secara alami itu terlihat lebih mudah karena dilakukan langsung oleh induknya namun kelemahannya hanya dapat menetaskan dengan jumlah yang sedikit. Berbeda dengan alat penetas telur buatan yang dapat menetaskan telur dengan jumlah yang lebih banyak dalam waktu yang bersamaan. Ada lima poin utama yang harus diperhatikan dalam alat penetas telur, yaitu : suhu (temperature), kelembaban udara (humidity), ventilasi (ventilation), pemutaran telur (egg turning) dan kebersihan (cleanliness) [5]. 2.2 Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi yang terjadi antara benda atau material sebagai akibat dari adanya perbedaan suhu [6]. Proses perpindahan panas itu terbagi menjadi tiga cara yaitu perpindahan panas secara radiasi, konduksi dan konveksi. 2.1.1 Konduksi Konduksi merupakan perpindahan panas dari tempat yang bertemperatur tinggi ke tempat yang bertemperatur rendah didalam medium yang bersinggungan langsung [5]. Laju perpindahan panas konduksi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu gradien suhu, konduktifitas termal bahan, luas bidang dan ketebalan medium yang digunakan. Secara umum, laju perpindahan panas konduksi dalam persamaan (2-1). Dengan : q = laju perpindahan kalor (W) T 1 = suhu tinggi ( o C) T 2 = suhu rendah ( o C) k = konduktifitas termal bahan (W/m. o C) A = luas bidang perpindahan kalor (m 2 ) L = ketebalan medium q = ka 1 2 L (2-1) 2.1.2 Konveksi Konveksi merupakan perpindahan panas antara permukaan solid dengan fluida yang bergerak atau mengalir disekitarnya melalui medium yaitu fluida itu sendiri [5]. Laju perpindahan konveksi dapat dinyatakan dalam persamaan (2-2). Dengan : h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m 2.K) A = luas penampang (m 2 ) T s = temperatur plat ( o C) T = temperatur fluida yang mengalir dekat permukaan ( o C) q = h. ( ) (2-2)

SSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 771 2.4 Termoelektrik Termoelektrik merupakan konversi langsung dari energi panas menjadi energi listrik. Termoelektrik pada umumnya terbuat dari bahan semikonduktor yang tersusun dari suatu susunan elemen tipe-p yaitu material yang kekurangan elektron dan terdiri juga dari susunan tipe-n yaitu material yang kelebihan elektron [9]. Struktur termoelektrik dapat dilihat pada gambar 2.1. Termoelektrik ini berkerja berdasarkan efek seeback dan efek peltier. Gambar 2.1. Struktur Termoelektrik 2.5 Sistem Kontrol On-Off Dalam sistem kontrol on-off, elemen pembangkit hanya mempunyai dua keadaan yaitu on dan off. karena kerjanya yang on-off, hasil pengendalian kendali on-off akan menyababkan process variable yang bergelombang [12], seperti yang ditunjukan pada gambar dibawah ini. Off - - -,,-------..- - - - - - -..--------. On - - _1, J J_J_ Welrtu On Deedltend,-1- w.ktu Gambar 2.2. Kerja Kontrol On-Off dengan Dead Band Sistem kontrol on-off ini mempunyai dua kedudukan, yaitu maksimum dan minimum. Keadaan maksimum terjadi jika variabel terkontrol melebihi set point sedangkan keadaan minimun terjadi ketika variabel terkontrol kurang dari set point. 3. Metodelogi Penelitian 3.1 Perancangan Sistem Alat penetas telur sederhana yang akan dirancang terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian mekanik dan elektrik. Pada bagian mekanik terdapat box (alat penetas telur) yang terbuat dari bahan triplek dengan ukuran 35 cm x 30 cm x 35 cm. Rancangan desain box alat penetas telur yang akan dibuat seperti pada gambar 3.1.

SSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 772 Gambar 3.1. Desain box penetas telur bagian mekanik Dan untuk bagian elektrik terdapat modul termoelektrik sebagai pemanas, alat pengatur dan pengontrol suhu ruangan. Rancangan desain bagian elektrik dari alat penetas telur yang akan dibuat seperti pada gambar 3.2. Gambar 3.2. Desain box penetas telur bagian elektrik Termostat 1--.i Peltier 1-...1 Alat Penetas Telur -\ Sensor Suhu lr.:t:------ - J Gambar 3.3. Diagram Blok Kontrol 3.2 Perhitungan Heating Load Menghitung perpindahan panas yang terjadi pada setiap sisi triplek merupakan langkah pertama untuk dapat mengetahui berapa heating load yang akan terjadi pada alat penetas telur. Proses perpindahan panas yang terjadi itu secara konduksi dan konveksi dapat dilihat pada gambar 3.3.

SSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 773 Bagian Luar.. Bagian Dalam 40"C Konveksi- - Konduksi - 15mm Gambar 3.4. Proses perpindahan panas konduksi dan konveksi pada salah satu sisi triplek Terdapat empat bagian yang harus diperhitungkan perpindahan panasnya yaitu bagian depan dan belakang, kanan dan kiri, atas serta bawah. Suhu udara pada bagian dalam alat penetas telur diatur hingga 40 o C dan suhu udara luar atau suhu lingkungan yaitu 23 o C. Suhu permukaan triplek bagian luar diasumsikan dari 23-40 o C. Langkah kedua yaitu dengan menghitung berapa perpindahan panas secara konduksi yang terjadi pada setiap sisi triplek. Langkah ketiga yaitu menghitung berapa perpindahan panas secara konveksi pada setiap sisi tripleknya. Dari perhitungan perpindahan panas yang telah dilakukan akan didapatkan nilai perpindahan panas secara konduksi dan konveksi yang terjadi pada setiap sisi triplek. Nilai-nilai tersebut akan dihitung kembali menggunakan persamaan titik potong untuk mendapatkan nilai perpindahan panas pada setiap sisi dan mengetahui suhu permukaan luar setiap sisi triplek. Nilai itulah yang akan menjadi nilai perpindahan panas sesungguhnya yang terjadi pada setiap sisi triplek. Sehingga untuk menghitung heating load yang diperlukan pada alat penetas telur ini dapat dari persamaan (3-1). Dengan : q 1 = perpindahan panas pada sisi depan/belakang q 2 = perpindahan panas pada sisi kanan/kiri q3 = perpindahan panas pada sisi atas q 4 = perpindahan panas pada sisi bawah o al = 1 + 2 + 3 + 4 (3-1) 4. Hasil dan Analisis 4.1 Hasil Perhitungan Heating Load Perhitungan heating load atau beban pemanasan dilakukan untuk mengetahui beban pemanasan yang dibutuhkan oleh alat penetas telur. Perhitungan tersebut dimulai dengan menghitung perpindahan panas yang terjadi pada setiap sisi alat penetas telur yaitu bagian depan dan belakang, kanan dan kiri, atas serta bawah. Perpindahan panas pada setiap sisi terjadi karena adanya perbedaan suhu antara bagian dalam alat penetas telur dengan luarnya (suhu lingkungan) yang terjadi secara konduksi dan konveksi. Perhitungan perpindahan panas dilakukan dengan kondisi suhu di dalam alat penetas telur yaitu 40 o C dan suhu di luar alat penetas telur yang dimulai dari 23 o C hingga suhu yang dituju yaitu 40 o C. Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Heating Load Sisi Triplek Bagian Q (Watt) Depan dan Belakang 10,31 Kanan dan Kiri 8,84 Atas 5,25 Bawah 3,3 4.2 Beban Pemanasan Total Setelah melakukan perhitungan perpindahan panas yang terjadi pada setiap sisi triplek dan menghitung beban pemanasannya menggunakan persamaan yang didapatkan dari titik potong antara Q konduksi dan Q konveksi pada setiap sisi, maka didapatkanlah nilai beban pemanasan total sebagai berikut. = 10,31 + 8,84 + 5,25 + 3,3 = 27,72 a

SSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 774 Jadi, total beban pemanasan atau heating load pada alat penetas telur dengan dimensi kotak 35 x 30 x 35 cm dan ketebalan 15 mm ini hanya 27,72 watt sehingga alat penetas telur ini hanya membutuhkan satu buah peltier saja sebagai pemanasnya. Hanya menggunaan satu buah peltier didapat dibuktikan dari perhitungan berikut. Dengan : e =. h. α T h c + Ө m 2. m 2 = 72,138 Watt α = ax h = 0,05 / Ө = ax =. ax x h ax h 2 h. = 1,967 Ω = 1,861 / x. ax h ax Keterangan : q e = kalor/panas yang dilepas α m = koefisien seeback modul R m = hambatan listrik modul Ө m = hambatan termal modul Dari perhitungan tersebut menunjukan bahwa satu buah peltier mampu melepaskan panas/kalor sebesar 72,138 watt, sehingga untuk memanaskan alat penetas telur dengan beban pemanasan total 27,72 watt hanya membutuhkan satu buah peltier saja. 4.3 Pemasangan Alat Peltier atau pemanas pada alat penetas telur diberikan sumber tegangan 12 V yang berasal dari power supplay DC 12V, sehingga suhu didalam alat penetas telur akan meningkat hingga mencapai suhu yang dibutuhkan untuk menetaskan telur yaitu 40 o C. Suhu awal didalam alat penetas telur akan terbaca oleh sensor suhu dan ditampilkan pada layar modul termostat yang sudah terhubung pada sumber pemanas. Termostat ini dapat mengontrol suhu yang dihasilkan agar tidak melebihi suhu yang dibutuhkan. Berikut ini adalah pemasangan termostat dengan pemanas yang digunakan pada alat penetas telur. TEC1 12700 Power Supplay DC + 12V Power Supplay DC12V 0 Gambar 4.1. Pemasangan Termostat 4.4 Pengujian Alat Ketika alat penetas telur mulai dihidupkan, suhu awal didalam alat penetas telur diatur 38 o C menggunakan termostat dan dengan kelembapan sekitar 55-65% yang terbaca oleh hygrometer. Selama tigahari pertama suhu akan stabil di 38-38,5 o C dimana 0,5 o C adalah nilai batas suhu sebelum relay aktif. Nilai 0,5 o C ini adalah standar nilai batas suhu yang digunakan untuk proses penetasan. Jika nilai batas suhu terlalu kecil dapat

SSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 775 menyebabkan kerusakan pada termostat dan jika nilai batas suhu terlalu besar dapat menyebabkan kegagalan dalam proses penetasan karena perbedaan suhu yang terlalu jauh. Lalu, hari ke empat hingga ke 18 suhu diatur stabil pada 39-39,5 o C. Dan pada tiga hari terkahir suhu diatur kembali agar stabil pada 40-40,5 o C.

SSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 776 42 Kestabilan Suhu Terhadap Waktu 37 T( o C) 32 27 15 75 135 195 255 315 375 435 495 555 615 675 735 795 855 915 975 1035 1095 1155 1215 1275 t (s) 38-38,5oC 39-39,5oC 40-40,5oC Gambar 4.2. Grafik Kestabilan Suhu Terhadap Waktu Gambar 4.6 menunjukan bahwa suhu yang dihasilkan oleh pemanas peltier didalam alat penetas telur stabil pada suhu ± 38,5 o C untuk empat hari pertama. Lalu, ketika sudah memasuki hari ke empat, termostat diatur menjadi ± 39,5 o C untuk 18 hari berikutnya. Dan ketika sudah memasuki hari ke 19, termostat diatur kembali menjadi ± 40,5 o C untuk tiga hari terakhir. 4.5 Pengaruh Penggunaan Peltier TEC1-12706 Sebagai Pemanas 4.3.1 Kemampuan Daya Tetas Dan dari hasil pengujian penetasan telur yang telah dilakukan selama 21 hari tersebut, menunjukan bahwa pemanas dengan menggunakan peltier TEC1-12706 ini mampu menetaskan telur ayam kampung sama seperti alat penetas telur pada umumnya yang menggunakan pemanas dari lampu pijar. Telur ayam kampung yang berhasil menetas sebanyak dua ekor terlihat pada gambar 4.7. { Gambar 4.3. Anak Ayam Yang Menetas Namun, kemampuan daya tetas dari alat penetas telur ini masih cukup rendah yaitu 22,2% karena hanya berhasil menetaskan dua butir telur dari jumlah telur fertil sebanyak sembilan butir. Presentase kemampuan daya tetas alat penetas telur didapat dari persamaan (4-1) a a e a = T M (4.1) Keterangan : Telur fertil = telur yang dapat menetas (embrio hidup) Telur menetas = telur yang sudah menetas

SSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 777 Rendahnya kemampuan daya tetas pada sebuah alat penetas telur ini dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yaitu pembacaan kelembapan yang masih kurang akurat serta human error seperti proses peneropongan telur yang kurang teliti, pemutaran telur yang tidak teratur dan pembersihan cangkang telur yang masih kurang maksimal saat pertama kali dimasukan ke dalam alat tetas. 4.3.2 Penghematan Energi Berikut adalah perbandingan antara alat penetas telur dengan pemanas peltier TEC1-12706 dengan pemanas lampu pijar. Tabel 4.2. Perbandingan Peltier TEC1-12706 Dengan Lampu Pijar Pemanas Daya Listrik Waktu Mencapai Set (Watt) Point 40 o C Wh Peltier TEC1-12706 51,2 12 menit 10,24 Lampu Pijar 55 17 menit 15,565 Tabel 4.2 menunjukan bahwa daya listrik aktual dari alat penetas telur dengan menggunakan pemanas peltier TEC1-12706 lebih rendah yaitu 51,2 watt jika dibandingkan dengan lampu pijar yaitu 55 watt. Begitu pula dengan pemakaian energi per satu jam dari suhu lingkungan 28 o C hingga mencapai suhu 40 o C. Alat penetas telur dengan menggunakan pemanas peltier TEC1-12706 memiliki pemakaian energi yang lebih rendah yaitu 10,24 Wh jika dibandingkan dengan menggunakan pemanas dari lampu pijar yaitu 15,565 Wh, sehingga ada penghematan energi sebesar 5,325 Wh. 5. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Beban pemanasan yang terjadi pada alat penetas telur dengan kotak menggunakan triplek berukuran 35 x 30 x 35 cm dan ketebalan 15 mm ini adalah 27,72 watt. 2. Alat penetas telur sederhana ini telah menetaskan dua butir telur ayam kampung dengan menggunakan termostat yang dapat mengatur suhu agar stabil pada 38-40 o C. 3. Alat penetas telur dengan menggunakan pemanas modul termoelektrik memiliki pemakaian energi yang lebih rendah yaitu 10,24 Wh jika dibandingkan dengan menggunakan pemanas dari lampu pijar yaitu 15,565 Wh, sehingga ada penghematan energi sebesar 5,325 Wh. Daftar Pustaka [1] Rasyraf. M, Beternak Ayam Kampong, Surabaya : Karya Anda, 1995. [2] N. MN, Penentuan Suhu Pada Ruangan Penetas Telur Berbasis Mikroprosesor, Jurnal Penelitian MPA, vol. 1, 2007. [3] Thermoelectric Cooler, Shanghai: Hebei.T.Co.,Ltd. [4] S. Lineykin and S. Ben-Yaakov, Modeling and Analysis of Thermoelectric Modules, Transaction On ndustry Application, vol. 43, no. 2, p. 505, 2007. [5] Rahayuningtyas, M. Furqon and T. Santoso, "Rancang Bangun Alat Penetas Telur Sederhana Menggunakan Sensor Suhu Dan Penggerak Rak Otomatis," Sains, Teknologi, dan Kesehatan, 2014. [6] J. Holman, Heat Transfer Sixth Edition, Singapore: McGraw-HillBook Co., 1986. [7] Y. A. Cengel, Heat Transfer Second Edition, New York : McGraw-Hill, 2002. [8] Mulyono, Model Matematis Perpindahan Panas Pada Tabung Vakum, Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT), 2013. [9] Ryanuargo, S. Anwar and P. S. Sari, Generator Mini dengan Prinsip Termoelektrik dari Uap Panas Kondensor pada Sistem Pendingin, Jurnal Rekayasa Elektrika vol. 10, no.4, p. 180, 2013. [10] Sugiyanto. Pengembangan Cool Box. 2008 [11] T. D. Atmaja, G. Pikra and K. smail, Manajemen Termal Heat Sink Pada Modul Kendali Motor Kendaraan Hibrid," Seminar Nasional Teknik Mesin X, 2011. [12] Muchlas, N. S. Widodo dan W. Wulur, Karakterisasi Sistem Kendali On-Off Suhu Cairan Berbasis Mikrokontroler AT90S8535, Telkomnika, Vol. 3, No. 2, pp. 123-133, 2006.