PENDIDIKAN PEMBUATAN FILM PADA REMAJA YANG BERUSIA TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.


BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk face to face maupun menggunakan alat (media). Media

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS

TRANSFORMASI LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT MENUJU WIRAUSAHA SOSIAL: STUDI KASUS KOMUNITAS FILM AYOFEST

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain walaupun kita berbeda dibelahan bumi. Walaupun dibelahan. banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film

BAB 1 PENDAHULUAN. bertanggung jawab saat pra-produksi, produksi dan pasca produksi. dari siapapun, termasuk penulis naskah, sutradara atau produser.

BAB I PENDAHULUAN. begitu pesat sampai sekarang. Kemajuan tersebut adalah dalam hal teknologi serta

BAB I PENDAHULUAN. para rumah produksi film berlomba-lomba dalam meningkatkan mutu film, yang

PERANCANGAN TOKOH PADA FILM 3D ANIMASI PENDEK STORIETTE D UN DIAMANT

DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM KARYA FILM DOKUMENTER RIDER BMX BANDUNG

STRUKTUR KURIKULUM SMK TARUNA BHAKTI TAHUN PELAJARAN 2017/2018

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya judul film yang muncul di bioskop bioskop di Indonesia saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yang akhirnya semakin meningkat kebutuhan-kebutuhan hidup. meningkat seiring perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Animasi berasal dari kata Animation yang dalam bahasa Inggris to animate yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai ide yang di bawa dalam istilah itu. Definisi mana yang kita pilih,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa adalah jembatan informasi bagi masyarakat, dengan

01 Meninjau Narasi 1.1. Analisa bentuk narasi untuk menghasilkan narasi yang siap untuk penulisan bagian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kamera DSLR (Digital Single Lens Reflect) telah menjadi hal

mari membuat video cara praktis membuat video dan foto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seiring berjalannya perkembangan teknologi yang begitu pesat. efektif selain dari media cetak dan media elektronik lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi, baik komunikasi antar individu yang satu dengan yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang menonton, dan juga merupakan bagian dari media massa.

Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta Telp. : ; Fax. :

LAPORAN PRODUKSI TEASER KAMPUNG SENI ISI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya masyarakat adalah penggarap informasi. kebutuhan semata tetapi sudah menjadi keharusan bagi masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas

PERFORMA FILM PENDEK MAHASISWA DIGITAL CINE- MATOGRAPHY UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA PADA ONLINE PLATFORM VIDDSEE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pertumbuhan Industri animasi 3D di Indonesia semakin hari semakin

KAMPUNG SENI ISI LAPORAN PENYUNTINGAN DIGITAL VIDEO TRAILER

RechtsVinding Online Mengembalikan Kejayaan Perfilman Indonesia Melalui Penyempurnaan Undang-Undang Perfilman

JUDUL UNIT : Melakukan Pemilihan Pemain

JUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JUDUL UNIT : Menyiapkan Dan Membuat Frame/Cel Berwarna

BAB I PENDAHULUAN. film pendek yang berisi himbuan-himbauan atau larangan-larangan yang. menggunakan konsep visual yang berbentuk film.

PELUANG DAN TANTANGAN INDUSTRI PENCETAK INSAN KREATIF DAN HANDAL DI DUNIA PERTELEVISIAN 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SINEMATEK DI JAKARTA

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia mulai marak sejak

BAB I PENDAHULUAN. pada potensi penerimaan negara khususnya pajak. Karena di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

JUDUL UNIT : Merancang Dan Membuat Animasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sekolah Desain Animasi dan Game Semarang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak bisa apa apa di bawah bayang bayang kekuasaan kaum pria di zaman

Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemunculan usaha rumah produksi atau biasa disebut dengan production house

BAB 1 PENDAHULUAN. sinematografi, memanfaatkan pencahayaan dan lensa serta sense of art yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Bab Pendahuluan ini akan dijabarkan poin-poin dasar yang melandasi

BAB 1 PENDAHULUAN. karya yang maksimal, diadakan Festival Film Indonesia (FFI) sebagai ajang

BAB I PENDAHULUAN. dunia perfilman sendiri khususnya disektor iklan layangan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. informasi, televisi juga merupakan sebuah sarana hiburan bagi masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah mulai mengantisipasi perfilman animasi. Media periklanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Tanggapan Anda tentang teguran KPI kepada stasiun televisi yang menayangkan tokoh antagonis bergelar Haji dan Ustadz?

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya, sampah merupakan produk manusia, yang artinya sampah

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi-teknologi baru yang muncul semakin pesat belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. dan sajian teknisnya kepada masyarakat umum. 3 Film adalah sebuah karya cipta

1.1. Latar belakang. Ayuningtyas Fitri A - L2B LEMBAGA PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya sebagai media hiburan saja melainkan sebagai media komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai media (channel) yang dapat digunakan sebagai sarana

DRAFT RAPERDA HASIL REVISI DAN MASUKAN PADA FGD SELASA, 31 MEI 2016

BAB I PENDAHULUAN. maupun global dan kondisi ketidakpastian memaksa perusahaan untuk mencapai

KUNJUNGAN STUDI KE ISI TV

BAB III LANDASAN TEORI

LEMBAGA PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemajuan teknologi, informasi, dan telekomunikasi. jumlahnya relatif banyak pada saat yang sama secara bersama-sama.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini, keberadaan televisi dengan fungsi dan karakteristiknya

SEKOLAH TINGGI FILM DAN TELEVISI DI SEMARANG PENEKANAN DESAIN KONSEP ARSITEKTUR PAUL RUDOLPH

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah sebuah kebutuhan manusia dan bisa dibilang yang utama,

JUDUL UNIT : Merancang dan Membuat Rencana Kerja Kamera

BAB I PENDAHULUAN. acara televisi itu merupakan hasil dari bentuk komunikasi massa.

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

SEKOLAH TINGGI FILM DAN TELEVISI DI JAKARTA Dengan Penekanan Desain Konsep Arsitektur Renzo Piano

PUSAT PELATIHAN DAN PRODUKSI FILM TELEVISI DI SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Animasi berasal dari kata Animation yang ada dalam kata bahasa inggris to

BAB I PENDAHULUAN. perkembanganmasyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyaknya stasiun-stasiun televisi swasta yang bermunculan

JUDUL UNIT : Membuat Animasi Stop Motion (Modeling)

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Di dalam desain komunikasi visual mempunyai cakupan yang sangat

Transkripsi:

PENDIDIKAN PEMBUATAN FILM PADA REMAJA YANG BERUSIA 16-18 TAHUN Abstrak: Perkembangan teknologi membuat pembuatan film menjadi lebih murah dan mudah diakses oleh semua kalangan, bukan lagi terbatas pada para profesional saja. Industri film menawarkan kesempatan kerja yang luas, dari kritikus sampai dengan produser. Pendidikan film formal bagi remaja berusia 16-18 tahun yang sedang menjalani atau Kejuruan, masih terbatas pada sekolah kejuruan broadcasting, selebihnya merupakan kegiatan ekstrakurikuler dan metode otodidak. Melalui metode kualitatif wawancara, penulis akan melakukan analisis efek dari penerapan pendidikan film pada remaja pada umumnya. Key words : Pendidikan Film, Karir, Remaja, Industri Film. Pendahuluan Industri perfilman menawarkan banyak peluang kerja, mulai dari televisi, film layar lebar, film iklan, film pendek sampai videografi event. Remaja yang memiliki kemampuan untuk membuat film dapat menjadikan kemampuan ini sebagai sebuah karir di masa mendatang. Maka keahlian ini menjadi sangat penting dalam berkompetisi mencari lapangan pekerjaan. Remaja sendiri sangat tertarik terhadap dunia entertainment, baik berada di depan kamera maupun menjadi bagian produksi dibelakang kamera, seperti terlihat pada survei Koran Kompas pada remaja. Harian Kompas pada edisi tanggal 1 Februari 2013 melakukan survei pada remaja di DKI Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Makasar mengenai minat bidang pekerjaan para remaja. Hasil survei tersebut antara lain menyatakan bahwa 43,6 persen remaja tertarik untuk memasuki dunia pekerjaan broadcast, yang menarik bahwa total yang masuk kedalam dunia pekerjaan seni dan adalah Staf Pengajar pada Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Tangerang. e-mail : kus.sudarsono@umn.ac.id VOL. V, NO.01, MARET 2014 25

Pendidikan Film Pada Remaja hiburan mencapai 60,6 persen. Secara umum, minat remaja pada dunia perfilman relatif tinggi. Melakukan pendidikan film pada remaja sering menghadapi kendala mahalnya peralatan kamera yang dipakai, walaupun harga kamera tersebut terus menurun, memerlukan investasi yang tidak kecil untuk memiliki kamera, lampu-lampu untuk pencahayaan pembuatan film serta sistem komputer khusus untuk melakukan penyuntingan video. Melalui wawancara singkat dengan beberapa tokoh perfilman, penulis melakukan analisis sederhana mengenai pengaruh apabila pendidikan film dilakukan bagi remaja usia 16-18 tahun. Metodologi Metodologi yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif melalui wawancara dengan tokoh atau profesional yang telah lama berkecimpung dalam dunia perfilman. Wawancara dilakukan sesaat sesudah pelatihan film yang diselenggarakan pada tanggal 13 Juni 2012 di Kemang, Jakarta. Wawancara dilakukan pada Ibu Mira Lesmana, Bapak Riri Riza, Ibu Lola Amaria, Bapak Joko Anwar dan Bapak Teddy Soeriaatmadja. Wawancara ini dilakukan oleh Zaqia Ramallah, S.Pd., M.Sn. Penelitian ini juga melakukan studi literatur. Dalam penulisan ini, penulis melakukan asumsi bahwa sekolah menengah mampu dan mau memasukkan pendidikan pembuatan film dalam kurikulumnya, maka efek seperti apa yang dapat diharapkan melalui pendidikan pembuatan film tersebut?. Pendidikan Film Bagi Remaja Pendidikan film bagi remaja sudah tersedia di masyarakat luas dalam berbagai bentuk. Bentuk yang formal adalah Sekolah Menengah Kejuruan yang mempelajari dunia broadcasting. Sekolah menengah sebagian me- ngadopsi pendidikan pembuatan film melalui skema Muatan Lokal (Mulok) di tingkat se- hingga pendidikan pembuatan film masuk dalam kurikulum sekolah tersebut namun skema ini berhenti diterapkan seiring dengan pergantian kurikulum. Beberapa sekolah juga membentuk organisasi ekstrakurikular pembuatan film maupun penikmat film. Di luar sistem sekolah, terdapat juga tempat-tempat kursus yang menawarkan 26 VOL. V, NO.01, MARET 2014

Pendidikan Film Pada Remaja pendidikan pembuatan film, pembuatan film animasi serta pendidikan akting, pendidikan informal ini menyasar remaja yang tertarik untuk masuk ke dunia film atau entertainment, baik di depan layar maupun di belakang layar. Kendala dalam Melakukan Pendidikan Pembuatan Film Kendala investasi pembelian peralatan tentu masih menjadi hambatan bagi sekolah-sekolah untuk memberikan pendidikan pembuatan film bagi siswanya. Terlebih usia peralatan elektronik tersebut tidak panjang, sehingga membutuhkan perawatan dan penggantian secara berkala. Secara realita hanya sebagian kecil sekolah menengah yang mampu melakukan investasi sebesar itu, sebagian besar sekolah menengah tentu tidak bisa menganggarkan investasi peralatan pembuatan film tersebut. Hal ini membuat pendidikan pembuatan film dilakukan diluar sistem pendidikan formal dimana siswa mengakses pengetahuan pembuatan film dan mempraktekkannya secara mandiri, dengan biaya sendiri dengan dukungan finansial orang tua mereka. Tentu saja hal ini membuat jumlah remaja yang mendapatkan pendidikan pembuatan film sangat kecil. Akses internet mempermudah akses pada pengetahuan tersebut, namun secara nasional, akses internet juga masih terbatas. Kendala lain adalah, pembuatan sebuah film tidak bisa dilakukan sendirian, pembuatan film memerlukan sebuah tim yang mempunyai tanggung jawab yang berbeda-beda. Maka, seorang anak yang memiliki pengetahuan pembuatan film dan memiliki perlengkapan pembuatan film, akan tetap terhambat sampai menemukan kelompok atau teman-teman lain yang memiliki keinginan yang sama. Pengaruh Pendidikan Pembuatan Film Bagi Remaja Pengaruh bagi remaja yang mendapatkan pendidikan pembuatan film adalah sebagai berikut: 1. Teamwork Menurut Riri Riza, Membuat film adalah sebuah kegiatan bersama dimana semua bekerja bersama dalam satu tim sehingga semua harus mampu mengendalikan ego dan keinginan-keinginan pribadi. VOL. V, NO.01, MARET 2014 27

Pendidikan Film Pada Remaja 2. Melek Media dan Apresiasi Film Media literacy merupakan efek samping yang dapat dipelajari oleh remaja dimana mereka mulai mampu melakukan apresiasi terhadap sebuah film, selain bisa menilai film yang baik dan tidak baik, jika remaja memiliki ketertarikan terhadap pembuatan film, maka keinginan tersebut dapat disalurkan, seperti diungkapkan oleh Mira Lesmana. Melalui pengetahuan mengenai media, maka seseorang akan memperoleh sudut pandang yang lebih jelas mengenai batas antara dunia nyata dan dunia yang dibentuk oleh media (Potter, 2013, Hlm 10). Lebih lanjut lagi, Riri Riza mengemukakan bahwa berbekal kemampuan melakukan apresiasi, maka remaja akan bisa mengambil sesuatu dari setiap film yang mereka tonton dan apabila mereka akan membuat film, maka remaja akan melakukannya dengan baik. 3. Penyaluran Minat Seperti diungkap sebelumnya, minat remaja untuk membuat film relatif tinggi. Teddy Soeriatmadja mengakui bahwa minat dirinya untuk menggeluti dunia perfilman muncul sejak beliau duduk di bangku SMA, sehingga Teddy sangat mengapresiasi jika para remaja dibekali ilmu pembuatan film dimana semangat mereka masih sangat bagus. Menurut Joko Anwar, cara terbaik untuk belajar membuat film adalah membuat sebuah film, bisa dimulai dari pembuatan film pendek sampai film panjang. 4. Karir Banyak sekali jenis-jenis pekerjaan tersedia di industri perfilman, lebih dari 300 jenis pekerjaan yang tersedia dalam industri perfilman sedangkan sumber daya manusia didalamnya masih belum terlalu baik, hal ini diungkapkan oleh Mira Lesmana, oleh karena itu masa depan insan film apabila dikerjakan dengan baik akan cerah. Teddy Soeriaatmadja mengutarakan bahwa dirinya merasa selama lebih 10 tahun berkecimpung di industri perfilman memperoleh pendapatan yang cukup besar melalui film iklan, video klip dan lain sebagainya. Siswa dapat menemukan minatnya melalui sinematografi, tidak harus semuanya menjadi sutradara, namun bisa saja tertarik menjadi penulis naskah, penyuntingan film, kamera dan lain sebagainya. Lola Amaria mengungkapkan kesan takut bahwa bekerja dibidang perfilman tidak menghasilkan secara materiil, dengan adanya lebih dari 10 TV nasional, menjamurnya Production House, film televisi, film bioskop, film iklan, video klip, semua ini membutuhkan tenaga kreatif dan segar. Mereka yang kreatif 28 VOL. V, NO.01, MARET 2014

Pendidikan Film Pada Remaja serta mampu menciptakan karya dan ide-ide bagus akan mendapatkan penghasilan yang baik dan sebanding dengan kinerja mereka. Daftar Pustaka Harian Kompas, Edisi Jakarta, 1 Februari 2013. Analisis Banyak hal positif yang dapat dihasilkan dalam pendidikan pembuatan film bagi para remaja. Apabila ken- dala teknis finansial bisa dieliminasi, maka remaja Indonesia akan mampu menjadi remaja yang melek media, memiliki kemampuan teamwork yang baik, remaja yang aktif dan bertanggung jawab, serta kemampuan untuk bertahan hidup dengan pembuatan film sebagai karir masa mendatang. Potter, J.W, Media Literacy sixth edition, Sage Publications Inc, California, 2013 Pihak-pihak terkait, baik sekolah, pemerintah maupun masyarakat luas, harus mendukung pengembangan pendidikan film bagi remaja. Remaja akan dapat mengembangkan diri mereka melalui kegiatan yang menarik bagi mereka serta akan bermanfaat dikehidupan mereka kelak. VOL. V, NO.01, MARET 2014 29