PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT

Pengertian Metode AHP

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

BAB II LANDASAN TEORI

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

BAB 3 METODE PENELITIAN

Bab II Analytic Hierarchy Process

AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN SUPPLIER DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (Studi Kasus: PT. PURA BARUTAMA KUDUS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Pendidikan Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB II LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process)

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Supplier Botol Galon Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

Jurnal Pilar Nusa Mandiri Vol. 13, No. 2. September ISSN Sistem Pendukung Keputusan

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

P11 AHP. A. Sidiq P.

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENEJMEN KARIR PEGAWAI. (Studi Kasus STMIK Pringsewu) Mailasari. Jurusan sistem informasi, STMIK PRINGSEWU

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

SPK Evaluasi Peserta LBD (Local Business Development) Dengan Metode AHP (Studi Kasus Chevron Indonesia Company)

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

Laporan Rancangan DRONE SUGGESTION SYSTEM

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Paket Umroh (Studi Kasus: PT. Amanah Iman)

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp ISSN X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN NILAI EKONOMI LAHAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analytic Hierarchy Process

Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

ABSTRAK. Kata kunci : SPK, metode AHP, penentuan lokasi.

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

Transkripsi:

PEDEKT LITYCL HIERRCHY PROCESS (HP) DLM PEETU URUT PEGERJ PES PELGG (STUDI KSUS: PT TEMBG MULI SEM) urlailah Badariah, Iveline nne Marie, Linda Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa, Grogol Jakarta Barat nurlailah_ms@yahoo.co.id BSTRK PT Tembaga Mulia Semanan adalah perusahaan yang memproduksi batangan kawat. Divisi SCR ( Southwire Continuous Rod) adalah salah satu divisi pada PT Tembaga Mulia Semanan yang hanya memproduksi satu jenis produk, yaitu batangan kawat tembaga (copper rod) diameter 8 mm. Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi terdiri dari dua jenis bahan baku, yaitu copper cathode dan copper scrap. Sebelum menentukan urutan pengerjaan pesanan pelanggan, perusahaan memiliki data jumlah pembelian (dalam Ton) masing -masing pelanggan tetap PT Tembaga Mulia Semanan yang membeli copper rod diameter 8 mm secara rutin per bulannya. Dengan data historis jumlah pembelian, dapat dihitung rata-rata persentase pembelian produk jadi masing-masing pelanggan. Berdasarkan rata-rata persentase pembelian masingmasing pelanggan tersebut, dapat diketahui urutan pelanggan yang membeli produk jadi dari yang jumlahnya terbesar ke terkecil. Jumlah pesanan pelanggan akan menjadi salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan prioritas pelanggan yang akan dipenuhi pesanannya. Untuk mendukung tujuan penelitian (yaitu mengirim produk jadi ke pelanggan secara tepat waktu), dicari urutan pelanggan yang akan dikerjakan pesanannya dengan menggunakan metode HP (nalytical Hierarchy Process), yang berdasarkan beberapa kriteria, yaitu jumlah pesanan, cara pembayaran, jangka waktu pembayaran, ketepatan waktu pembayaran, jangka waktu pengiriman, kemudahan pengiriman barang, kemudahan komunikasi dan lama menjalin kerjasama. Hasil akhir perhitungan nilai eigen memberikan urutan pengerjaan pesanan pelanggan, yaitu PT Jembo, PT Supreme (SUCCO), PT KEL Indonesia, PT Pirelli Indonesia dan PT Voksel Electric. Kata kunci : Jumlah pesanan, Prioritas pelanggan, nalytical Hierarchy Process PEDHULU nalytical Hierarchy Process Method (HP) nalytical Hierarchy Process dikembangkan tahun 1970 oleh Thomas L. Saaty, ahli matematika dari University of Pittsburg, merika. Peralatan utama nalytical HierarchyProcess (HP) adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki (Permadi, 1992). dapun kelebihan-kelebihan Metode HP dibandingkan dengan yang lainnya adalah (Suryadi dan Ramdhani, hal 131) :

1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada sub-subkriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. Pada dasarnya langkah-langkah dalam Metode HP meliputi : Membuat Matriks Pairwise Comparison (Matriks Perbandingan) Matriks Perbandingan ini merupakan matriks awal yang dibuat dengan menjabarkan hasil rataan geometris penilaian dari kuesioner. Gambar 1 berikut ini menunjukkan skema matriks perbandingan berpasangan. ₁ ₂ n ₁ a 11 a 12 a₁n ₂ a 21 a 22 a₂n n an₁ an₂ nn Gambar 1. Matriks Perbandingan Berpasangan Unsur-unsur matriks tersebut diperoleh dengan membandingkan satu elemen operasi terhadap elemen operasi lainnya untuk tingkat hierarki yang sama. Misalnya unsur a₁₁ adalah perbandingan kepentingan elemen operasi ₁ dengan elemen operasi ₁ sendiri, sehingga dengan sendirinya nilai unsur a₁₁ adalah sama dengan 1. Sedangkan nilai unsur a₁₂ adalah perbandingan kepentingan elemen operasi ₁ terhadap elemen operasi ₂. Besarnya nilai a₂₁ adalah 1/a₁₂, yang menyatakan tingkat intensitas kepentingan elemen operasi ₂ terhadap elemen operasi ₁. ilai numerik yang dikenakan pada perbandingan di atas diperoleh dari skala perbandingan berpasangan 1 sampai 9 yang dibuat oleh Saaty, yaitu : Skala 1 berarti kedua elemen sama pentingnya. Skala 3 berarti elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya. Skala 5 berarti elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya. Skala 7 berarti satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya. Skala 9 berarti satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya. Skala 2, 4, 6, 8, berarti nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan. Kebalikan, berarti jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i. Jika terdapat multi partisipan maka jawaban nilai perbandingan dari masing-masing partisipan harus dirata-ratakan terlebih dahulu. Untuk itu Saaty menyarankan untuk 1/ n menggunakan Metode Rataan Geometris, yaitu ij = (Z₁ x Z₂ x Z₃ x x Zn) Dimana : ij = nilai rata-rata perbandingan antara kriteria a i dengan a j untuk partisipan Z i = nilai perbandingan antara kriteria a i dengan a j untuk partisipan ke-i dimana i = 1, 2, 3,, n n = jumlah partisipan -22-2

Membuat Matriks Pairwise Comparison Hasil ormalisasi Caranya adalah masing-masing sel dari matriks perbandingan dibagi dengan jumlah kolom dimana sel tersebut berada. Kemudian jumlahkan elemen-elemen dalam tiap baris, sehingga diperoleh vektor kolom. ₁ ₂ n ₁ a 11 / ₁ a 12 / ₂ a₁n/ n ₂ a 21 / ₁ a 22 / ₂ a₂n/ n n an₁/ ₁ an₂/ ₂ ann/ n Gambar 2. Matriks Perbandingan Hasil ormalisasi Menentukan Bobot Bobot setiap kriteria ditentukan dengan cara membagi setiap jumlah baris komponen matriks perbandingan hasil normalisasi dengan total dari vektor kolom tersebut. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. ilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini unutk mensintesis judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan. Menghitung Konsistensi Logis Perhitungan ini dilakukan untuk menguji apakah perbandingan yang dilakukan terhadap kriteria yang dilakukan sebelumnya sudah konsisten, dalam arti tidak membutuhkan revisi lebih lanjut, atau membutuhkan revisi. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : Mencari Eigen Value (λ) Maksimum Langkah pertama adalah mengalikan matriks awal dengan matriks bobot, sehingga diperoleh vektor hasil kali. Kemudian bagi vektor hasil kali dengan nilai bobot, sehingga diperoleh vektor hasil bagi (λ). Untuk mendapatkan λ maksimum, digunakan rumus : wi bi total max atau max n n dimana n adalah ukuran matriks. Menentukan ilai Consistency Index (CI) Consistency Index adalah tingkat kekonsistensian seseorang di dalam memberikan penilaian terhadap suatu elemen di dalam masalah. Rumus yang digunakan adalah : max n CI = n 1 Menentukan ilai Consistency Ratio (CR) Consistency Ratio adalah angka yang menunjukkan penerimaan tingkat kekonsistensian (CI) seseorang terhadap penilaian-penilaian yang diberikan terhadap suatu masalah berdasarkan angka random consistency / Indeks Random (RI) yang sudah ditabelkan. Rumus yang digunakan adalah : -22-3

CI CR = RI Dari penelitian yang dilakukan oleh Saaty, dinyatakan bahwa suatu matriks perbandingan adalah konsisten apabila nilai dari CR tidak lebih dari 10% atau CR 0.1. HSIL D DISKUSI Permasalahan yang dihadapi adalah sebelum menentukan urutan pengerjaan pesanan pelanggan, perusahaan memiliki data jumlah pembelian (dalam Ton) masingmasing pelanggan tetap PT Tembaga Mulia Semanan yang membeli copper rod diameter 8 mm secara rutin per bulannya. Berdasarkan data ini, dapat dihitung rata-rata persentase pembelian produk jadi masing-masing pelanggan. Jumlah pesanan pelanggan akan menjadi salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan prioritas pelanggan yang akan dipenuhi pesanannya. Dari persentase ratarata yang diambil dari data historis penjualan PT Tembaga Mulia Semanan dari bulan September 2004 sampai gustus 2008, dapat diketahui urutan pelanggan yang membeli produk jadi dari yang membeli dengan jumlah terbesar sampai yang terkecil, yaitu: 1. PT. Supreme (SUCCO) 2. PT Jembo 3. PT Voksel Electric 4. PT KEL Indonesia 5. PT Pirelli Indonesia Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatasi keterlambatan dalam pengiriman produk jadi ke pelanggan, perusahaan perlu mengetahui urutan pelanggan yang akan dikerjakan pesanannya. Dalam mengurutkan pelanggan, seharusnya perusahaan tidak hanya mempertimbangkan satu kriteria, melainkan banyak kriteria. Pengambilan keputusan untuk menentuan urutan pelanggan dapat digunakan metode HP (nalytical Hierarchy Process). amun sebelum menggunakan metode, dilakukan perumusan tujuan, kriteria dan alternatif. Tujuan : Menentukan urutan pengerjaan pesanan pelanggan. Kriteria-kriteria:. Jumlah pesanan Perusahaan akan lebih memprioritaskan pelanggan yang membeli dalam jumlah yang lebih banyak. B. Cara pembayaran Cara pembayaran ada 2 cara, yaitu dengan cek atau cash and carry. Perusahaan akan lebih memprioritaskan pembayaran dengan cara cash and carry karena akan membuat perusahaan lebih cepat mendapatkan uang tunai dan lancarnya perputaran uang untuk kelangsungan ekonomi perusahaan. C. Jangka waktu pembayaran Jangka waktu pembayaran dihitung pada hari setelah pelanggan melakukan pemesanan/ pembelian. Dari jangka waktu yang diberikan perusahaan, masingmasing pelanggan membayar dalam waktu yang berbeda-beda. Misalnya jangka waktu pembayaran ialah 2 minggu. da pelanggan yang membayar pada hari ke 10 setelah pemesanan, namun ada juga yang membayar pada hari terakhir dari batas waktu (hari ke -14). Perusahaan akan lebih memprioritaskan pelanggan -22-4

yang membayar sebelum jangka waktu pembayaran yang ditetapkan. D. Ketepatan waktu pembayaran Waktu pembayaran dianggap tepat waktu apabila pelanggan membayar dalam waktu kurang dari atau sama dengan waktu pembayaran yang ditetapkan. pabila pembayaran melebihi batas waktu yang ditetapkan, maka dapat merugikan perusahaan karena dapat menghambat perputaran uang dalam perusahaan. Tentunya perusahaan akan lebih memprioritaskan pelanggan yang membayar tepat waktu (tidak melebihi jangka waktu pembayaran). E. Tenggang waktu pengiriman Pihak pelanggan menentukan jangka waktu pengiriman barang (dalam hari). da pelanggan yang menginginkan tenggang waktu pengiriman hanya 1 hari, namun ada yang memperbolehkan tenggang waktu pengiriman selama 3 hari. Dari pihak perusahaan lebih menginginkan pelanggan yang memberikan tenggang waktu pengiriman yang lebih lama, karena bila terjadi ketidaklancaran produksi, perusahaan masih dapat mengirim tanpa komplain keterlambatan oleh pelanggan. F. Kemudahan pengiriman barang Pengiriman barang dilakukan oleh perusahaan. Masing-masing pelanggan memiliki tingkat kemudahan dan kesulitan dalam proses pengiriman barang. Pelanggan yang berada di daerah Jakarta dengan yang berada di luar kota, tentu memiliki proses pengiriman yang berbeda. Pihak perusahaan akan lebih memprioritaskan pelanggan yang proses pengiriman barangnya lebih mudah. G. Kemudahan komunikasi Mudahnya berkomunikasi antara perusahaan dengan pihak pelanggan menjadi salah satu pertimbangan dalam bekerja sama. pabila perusahaan ingin memberikan informasi atau terjadi kendala dalam pengiriman barang, komunikasi yang baik antara kedua belah pihak dapat memperlancar kerjasama dan proses pembelian barang. Tingkat kemudahan komunikasi dapat diketahui dari riwayat perusahaan bekerjasama dengan masing-masing pelanggan. H. Lama menjalin kerjasama Masing-masing pelanggan sudah bekerja sama sejak beberapa tahun, bahkan puluhan tahun yang lalu. Lamanya pelanggan menjalin kerjasama dengan perusahaan akan menciptakan hubungan kedekatan yang lebih erat. Oleh karena itu, kriteria lama menjalin kerjasama menjadi pertimbangan dalam menentukan urutan pengerjaan pesanan pelanggan. Perusahaan akan berusaha memprioritaskan pelanggan yang telah lama menjalin kerjasama dan memiliki hubungan kedekatan yang lebih baik dengan perusahaan. lternatif: 5 perusahaan yang memesan produk dari PT Tembaga Mulia Semanan,. -22-5

Struktur Hirarki Penentuan Urutan Pengerjaan Pesanan Pelanggan U R U T P E G E R J P E S Jumlah pesanan pelanggan Jangka waktu pembayaran Cara Pembayaran Ketepatan waktu pembayaran Tenggang waktu pengiriman Kemudahan pengiriman barang Kemudahan komunikasi Lama menjalin kerjasama PT Supreme (SUCCO) PT Voksel Electric PT KEL Indonesia PT Pirelli Indonesia PT Jembo Gambar 3. Struktur Hirarki Penentuan Urutan Pengerjaan Pesanan Pelanggan Langkah selanjutnya, dibuat kuesioner perbandingan berpasangan yang diisi oleh beberapa pakar di perusahaan, yaitu bagian sales and delivery, accounting and finance dan bagian production. Setelah itu dilakukan uji konsistensi jawaban kuesioner dengan bantuan software Expert Choice 2000. Jawaban dari seluruh pakar yang sudah konsisten lalu dicari matriks gabungannya dengan menggunakan geomeans. Tabel 1. Penilaian Tingkat Kepentingan Gabungan untuk Perbandingan ntar Kriteria Pakar Geo Kriteria 1 2 3 means terhadap B 7 0.3333 7 2.5372 terhadap C 5 0.2 7 1.9129 terhadap D 5 0.14286 3 1.2892 terhadap E 3 7 0.3333 1.9129 terhadap F 3 7 5 4.7177 terhadap G 5 3 7 4.7177 terhadap H 9 3 9 6.2403 B terhadap C 0.3333 1 0.3333 0.4807-22-6

B terhadap D 0.3333 0.3333 0.2 0.2811 B terhadap E 0.2 9 0.14286 0.6359 B terhadap F 0.2 9 0.3333 0.8434 B terhadap G 0.3333 5 3 1.7100 B terhadap H 3 5 5 4.2172 C terhadap D 0.3333 0.3333 0.3333 0.3333 C terhadap E 0.2 7 0.2 0.6542 C terhadap F 0.3333 7 0.3333 0.9196 C terhadap G 3 5 3 3.5569 C terhadap H 5 5 5 5.0000 D terhadap E 0.3333 9 0.3333 1.0000 D terhadap F 0.3333 7 3 1.9129 D terhadap G 3 5 5 4.2172 D terhadap H 7 5 7 6.2573 E terhadap F 3 0.3333 5 1.7100 E terhadap G 5 0.2 7 1.9129 E terhadap H 7 0.2 9 2.3270 F terhadap G 5 0.2 3 1.4422 F terhadap H 7 0.3333 7 2.5372 G terhadap H 5 3 3 3.5569 Tabel 2. Matriks Perbandingan Berpasangan antar kriteria B C D E F G H Eigen 1 2.5372 1.9129 1.2892 1.9129 4.7177 4.7177 6.2403 0.2603 B 0.3941 1 0.4807 0.2811 0.6359 0.8434 1.7100 4.2172 0.0845 C 0.5228 2.0801 1 0.3333 0.6542 0.9196 3.5569 5.0000 0.1220 D 0.7757 3.5569 3.0000 1 1.0000 1.9129 4.2172 6.2573 0.2190 E 0.5228 1.5726 1.5286 1.0000 1 1.7100 1.9129 2.3270 0.1366 F 0.2120 1.1856 1.0874 0.5228 0.5848 1 1.4422 2.5372 0.0888 G 0.2120 0.5848 0.2811 0.2371 0.5228 0.6934 1 3.5569 0.0584 H 0.1602 0.2371 0.2000 0.1598 0.4297 0.3941 0.2811 1 0.0304 Melakukan uji konsistensi matriks gabungan perbandingan berpasangan antar kriteria, dengan mencari nilai WSV ( Weighted Sum Vector) dengan mengalikan matriks gabungan dengan nilai eigen dan membagi matriks hasil dengan nilai eigen. Menghitung Consistency Vector dengan merata-ratakan nilai weighted sum vector. Menghitung nilai Consistency Index Menghitung nilai Consistency Ratio. Diperoleh nilai CR (=0.037) < 0.1 maka penilaian tingkat kepentingan dikatakan konsisten. Dengan cara yang sama dilakukan untuk matriks gabungan perbandingan berpasangan antar alternatif. -22-7

K Tabel 3. ilai Eigen Keseluruhan Dari hasil perkalian nilai eigen seperti yang dilihat pada bagan diatas, selanjutnya dihitung perkalian antara matriks nilai eigen masing-masing alternatif dengan matriks nilai eigen kriteria sehingga didapatkan urutan berdasarkan nilai eigen terbesar ke terkecil. Hasil urutan pelanggan yang akan dipenuhi pesanannya ialah: DFTR PUSTK PT Supreme (SUCCO) PT Voksel Electric PT Pirelli Indonesia Tabel 4. Urutan Pelanggan ama Pelanggan ilai Eigen Urutan ke- PT Jembo 0.2896 1 PT Supreme (SUCCO) 0.2740 2 PT KEL Indonesia 0.1503 3 PT Pirelli Indonesia 0.1500 4 PT Voksel Electric 0.1362 5 PT Jembo Bobot PT KEL Kriteria Indonesia 0.2603 0.4781 0.1398 0.0406 0.0985 0.2429 B 0.0845 0.0809 0.0460 0.1390 0.3258 0.4084 C 0.1220 0.0769 0.0421 0.1973 0.2660 0.4176 D 0.2190 0.0913 0.1442 0.1394 0.1945 0.4306 E 0.1366 0.2328 0.2505 0.3955 0.0615 0.0597 F 0.0888 0.4690 0.1034 0.0472 0.0816 0.2987 G 0.0584 0.4608 0.1569 0.2302 0.0677 0.0844 H 0.0304 0.4272 0.2171 0.0471 0.0791 0.2297 Kadarsah Suryadi. 2006. Fleksibilitas Pengembangan nalytic Hierarchy Process (HP) Dalam Kombinasi Dengan Model Keputusan on-hp. Halaman 1-3. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Kadarsah Suryadi dan li Ramdhani. 1998. Sistem Pendukung Keputusan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Saaty, Thomas L. 1988. Decision Making for Leaders. RWS Publication. US. -22-8