ANALISIS KONDISI SARANA DAN PRASARANA PASAR TRADISIONAL KAMPUNG LALANG DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KOTA MEDAN.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi masyarakat

TINGKAT PELAYANAN PASAR REMU DAN PASAR BOSWESEN DI KOTA SORONG

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

RETRIBUSI PASAR DAN PENYEDIAAN FASILITAS UNTUK PEDAGANG PASAR DI PASAR TANJUNG JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 78 Tahun : 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PASAR RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional dan keramaian pembeli serta pedagang didalamnya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KABUPATEN CILACAP

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 76 TAHUN : 2007 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR

BAB I PENDAHULUAN. pembeli berinteraksi. Pasar juga menjadi salah satu tempat dimana. menjadi pasar tradisional dan pasar modern.

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

BAB I PENDAHULUAN. merambah, tidak saja di Kota Jakarta, tetapi kota-kota lain di luar. apakah pasar tradisional akan tetap eksis di era munculnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 28 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2002 T E N T A N G PENGELOLAAN PASAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI TIMUR,

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Demikian pula dengan pembangunan pasar dalam arti

7. URUSAN PERDAGANGAN

TENTANG WALIKOTA CIMAHI, selain. Kota. Cimahi;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BELITUNG TIMUR,

Identifikasi Tingkat Pelayanan Pasar Tradisional Agrobis Babat Kabupaten Lamongan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

Pemberdayaan Pasar Tradisional Bantul Yogyakarta

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL KABUPATEN PURBALINGGA

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional, terutama dalam aspek-aspek seperti: peningkatan

Faktor yang Mempengaruhi Kriteria Lokasi Berdagang Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Preferensi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Baru Gresik

BAB I PENDAHULUAN. Pasar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang

PROPOSAL PENGAJUAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) KHUSUS BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR MILIK PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

KUESIONER Pertanyaan Untuk Pebelanja. Kelurahan :.. Kecamatan :.. Kota :.. DKI Jakarta

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pasar adalah tempat yang mempunyai unsur-unsur sosial, ekonomi, kebudayaan,

TENTANG PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI,

BAB I PENDAHULUAN. yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

I Z I N P E N G G U N A A N K I O S D A N L O S P A S A R D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2016

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Lampiran 1. Daftar Pedagang Sampel di Pasar Sei Sikambing

BAB 1 PENDAHULUAN. Beringharjo Yogyakarta. Sejak 2 tahun terakhir, terjadi perubahan bentuk los di

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Retribusi

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PADA MUSEUM MULAWARMAN TENGGARONG

BAB I PENDAHULUAN. Redesain Pasar Umum Sukawati. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PASAR BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar;

BAB II TINJAUAN OBJEK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

ANALISIS KONDISI SARANA DAN PRASARANA PASAR TRADISIONAL KAMPUNG LALANG DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KOTA MEDAN Rosni 1, Muhammad Arif 1, Herdi 2 1 Dosen Jurusan Pendidikan Geografi FIS Universitas Negeri Medan 2 Dosen Institut Negeri Medan Email : rosnihamzah75@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan(1) untuk mengetahui kondisi sarana pasar tradisional Kampung Lalang dan (2) untuk mengetahui kondisi prasarana pasar tradisional Kampung Lalang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, studi dokumenter, dan wawancara terhadap responden dan informan kunci. Data dianalisis dan diinterpretasi secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitan menunjukkan bahwa (1) kondisi sarana pasar tradisional Kampung Lalang yakni: tempat sampah, area bongkar muat tersedia memadai masing-masing memperoleh skor 70 sehingga tergolong pada kategori baik, sarana transfortasi tersedia dengan skor 100 kategorinya baik. Sedangkan kantor pengelola, toilet umum, drainase, tempat ibadah, kios, dan los tersedia namun belum memadai dan memperoleh skor masing-masing 55 tergolong pada kategori sedang. Sarana areal parkir ada tersedia tetapi pada kategori buruk, kemudian hidrant/air pemadam kebakaran dan pos keamanan tidak tersedia maka tergolong pada kategori buruk; (2) kondisi prasarana pasar Kampung Lalang yakni akses jalan dan air bersih tersedia memadai masingmasing memperoleh skor 80 tergolong pada kategori baik, dan jaringan listrik tersedia memadai memperoleh skor 90 tergolong pada kategori baik. Sedangkan prasarana pelayanan kesehatan tidak tersedia sehingga tergolong kedalam kategori buruk. Kondisi sarana dan sarana pasar ini belum sesuai dengan ketetapan dan peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 20 tahun 2012, tentang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar tradisional, karena beberapa indikator sarana dan prasarana pasar yang ada belum berfungsi sebagaimana peruntukannya. Pasar ini tergolong pada pasar Kelas II, pasar yang bangunannya terdiri dari semi permanen dan mempunyai fasilitas yang belum memadai (Peraturan Kota Madya Tingkat II Medan No.31 Tahun 1993), namun dalam aktifitas pasarnya sudah membuat berlansungnya aktifitas ekonomi dan sosial masyarakat. Kata kunci: Sarana dan prasarana, pasar tradisional PENDAHULUAN Aktifitas manusia di pasar selain sebagai muara dari produk-produk rakyat, pasar juga berfungsi sebagai tempat bekerja bagi masyarakat. Kegiatan di pasar beserta para pedagangnya, pada umumnya berkembang secara alamiah. Para penjual dan pembeli mengadakan komunikasi dan interaksi dengan tujuan mengadakan transaksi pertukaran benda dan jasa ekonomi serta uang berdasarkan sistem harga yang disepakati (Kalli, 1990). Bagi produsen pasar berperan sebagai tempat untuk mem-promosikan barang, tempat untuk menjual hasil produksi, dan tempat untuk memperoleh bahan produksi. Bagi konsumen, pasar berperan penting karena memudahkan mereka untuk mendapatkan barangbarang yang dibutuhkan. Pasar juga mampu menyerap tenaga kerja, apabila ramai dikunjungi konsumen dan akan dapat berkembang, sehingga akan menekan angka pengangguran. Berdasarkan aktivitas dan keberadaannya dikenal adanya pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional merupakan tempat pertemuan Analisis Kondisi.. 113

penjual dan pembeli yang ditandai dengan adanya transaksi antara penjual dan pembeli secara langsung, dan biasanya ada proses tawar menawar. Pasar seperti ini banyak ditemukan di Indonesia dan pada umumnya letaknya dekat dengan wilayah perumahan, dengan tujuan untuk mempermudah pembeli untuk mencapai pasar. Sisi negatif dari pasar tradisional adalah keadaannya yang cenderung kotor dan kumuh sehingga banyak orang yang enggan berbelanja ke pasar tradisional. Pasar modern pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan yang tradisional, tetapi pada pasar ini antara penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli hanya melihat label harga yang tercantum pada barang (barcode), berada didalam bangunan, dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Kalau pasar tradisional identik dengan kondisi lingkungannya yang kotor, sedangkan pada pasar modern tempatnya bersih dan rapi. Peranan pasar disuatu wilayah dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang menggerakkan aktivitas pasar. Keberadaan pasar tradisional yang seharusnya dapat menjadi pilar pembangunan ekonomi kerakyatan, justru terabaikan dan ada yang manajemennya salah urus. Pengelolaan pasar tradisional banyak mengalami permasalahan sehingga memberikan persepsi negatif kepada masyarakat, permasalahan utamanya adalah pengelolaan yang bermasalah sehingga pasar tradisional tidak dapat berjalan secara optimal, contohnya pasar yang seharusnya memiliki dana untuk pemeliharaan pasar tetapi dananya minim, sarana dan prasarana yang kurang, ruang pasar yang sempit, sehingga masyarakat banyak yang memilih berbelanja ke pasar modern. Sarana dan prasarana pasar adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam pelaksanaan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja di pasar. Untuk meningkatkan perkembangan kegiatan pasar, maka sarana dan prasarana merupakan hal penting, karena tersedianya sarana dan prasarana pasar dapat mendukung aktivitas perekonomian masyarakat, aktivitas ekonomi akan terhambat apabila sarana dan prasarana pasar tidak memadai. Sarana dan prasarana harus disediakan oleh pemerintah yakni Dinas Pasar, untuk menunjang kelancaran kegiatan pasar pada suatu pasar. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri RI (Mendagri RI) No 20/2012 bahwa sarana pendukung pasar antara lain: kantor pengelola, areal parkir, toilet, tempat pembuangan sampah, drainase, hidrant (sumber air pemadam kebakaran), pos keamanan, tempat ibadah, kios, los, area bongkar muat, dan transportasi. Sedangkan prasarana pasar antara lain: akses jalan, instalasi listrik, pelayanan kesehatan, dan air bersih. Sesuai dengan peraturan Mendagri RI tersebut, sarana dan prasarana pasar merupakan unsur penting dalam pelayanan pasar kepada masyarakat. Kondisi akses jalan pada pasar yang baik merupakan modal yang sangat penting dalam melayani mobilitas penduduk dan pendistribusian barang. Dalam mewujudkan prasarana pasar, jalan harus diwujudkan dengan wujud jalan yang baik sehingga masyarakat yang datang ke pasar untuk berbelanja merasakan kenyamanan dan keamanan. Perhatian sejak dini dalam pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pasar merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi pembangunannya, baik dari segi pembangunan kuantitas sarana dan prasarana yang harus ada, maupun kualitas kenyamanannya. Eksistensi pasar tradisional Kampung Lalang Medan Sunggal merupakan salah satu dari 52 (lima puluh dua) pasar tradisional yang ada di Kota 114 Vol 8 No. 2-2016

Medan. Beberapa sarana pasar yang ada seperti: kondisi drainase, areal parkir, toilet, hidrant dan lain-lain masih cukup memprihatinkan, demikian juga halnya dengan prasarana pasar seperti: akses jalan, komunikasi, dan pelayanan kesehatan juga masih memprihatinkan. Pasar ini dikelola oleh pemerintah dengan sistem operasionalnya oleh Dinas Pasar Kota Medan. Kios yang ada penggunaannya dengan sistem sewa, dimana para pedagang membayar sewa pada setiap bulan kepada dinas pasar. Pasar tradisional Kampung Lalang Medan Sunggal dibangun pada tahun 1975 dan langsung digunakan pada tahun yang sama. Luas bangunannya 850,00 m² dan luas wilayah pasar seluruhnya 1.050,00 m², dengan jumlah pedagang sebanyak 244 pedagang. Jumlah kiosnya 104 unit, dan stand/meja 128 unit (Dinas Pasar Kota Medan, 2016). Oleh karena keadaan sarana dan prasarananya banyak yang kurang memadai sehingga menarik untuk dianalisis kondisinya pada saat ini. Hal ini mengingat bahwa penyediaan dan pembangunan sarana dan prasarana di pasar adalah untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat khususnya masyarakat Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan. Penelitian akan menganalisis kondisi sarana dan prasarana yang ada di pasar tradisional Kampung Lalang dengan didasari oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri RI (Mendagri RI) No 20/2012. Banyak faktor yang turut mempengaruhi berkembang dan tidak berkembangnya pasar tradisional Kampung Lalang Medan Sunggal yang pada gilirannya akan mempengaruhi jumlah kosumen yang akan berkunjung (berbelanja) ke pasar. Faktor sarana dan prasarana yang kondisinya masih memprihatinkan diduga merupakan faktor yang menyebabkan menurunnya jumlah pengunjung di pasar tradisional. Kondisi dan keadaan sarana dan prasarana yang tersedia relatif mempengaruhi keinginan masyarakat untuk berbelanja di pasar Kampung Lalang. Bagaimana sebenarnya kondisi sarana dan prasarana pasar tradisional Kampung Lalang. Sesuai dengan identifikasi masalah tersebut penelitian ini dibatasi untuk menganalisis kondisi sarana dan prasarana pasar tradisional Kampung Lalang. Kondisi sarana antara lain: kantor pengelola, areal parkir, toilet, tempat pembuangan sampah, drainase, hidrant (sumber air pemadam kebakaran), pos keamanan, tempat ibadah, kios, los, area bongkar muat, dan transportasi. Kondisi prasarana pasar antara lain: akses jalan, instalasi listrik, komunikasi, pelayanan kesehatan, dan air bersih. Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Bagaimana kondisi sarana pasar tradisional Kampung Lalang yaitu: kantor pengelola, areal parkir, toilet umum, tempat pembuangan sampah, drainase, hidrant (sumber air pemadam kebakaran), pos keamanan, tempat ibadah, kios, los, area bongkar muat, dan transportasi.; (2) Bagaimana kondisi prasarana pasar tradisional Kampung Lalang yaitu: akses jalan, instalasi listrik, pelayanan kesehatan, dan air bersih. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui kondisi sarana pasar tradisional Kampung Lalang yaitu: kantor pengelola, areal parkir, toilet, tempat pembuangan sampah, drainase, hidrant (sumber air pemadam kebakaran), pos keamanan, tempat ibadah, kios, los, area bongkar muat, dan transportasi.; (2) Untuk mengetahui kondisi prasarana pasar tradisional Kampung Lalang yaitu: akses jalan, instalasi listrik, pelayanan kesehatan, dan air bersih. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan Medan Sunggal Kota Analisis Kondisi.. 115

Medan di pasar tradisional Kampung Lalang. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan waktu yang efisien, serta dibantu oleh satu orang anggota dan beberapa orang yang berfungsi sebagai petugas lapangan. Penelitian berlangsung selama 1 (satu) bulan, yakni pada bulan Maret 2016. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian expose facto karena hasil-nya akan menggambarkan kondisi yang sesungguhnya di lapangan. Metode penelitian yang digunakan adalah teknik survei yang menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini dipakai untuk menganalisis keadaan dan kondisi variabel penelitian. Penelitian ini juga tergolong penelitian eksplanatori dengan melibatkan peneliti secara langsung didalam pengumpulan data-data yang diperlukan dalam analisis. Menurut Singarimbun (1989: 75) penelitian eksplanatori merupakan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan yaitu pasar tradisional Kampung Lalang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wilayah pasar Kampung Lalang, dengan luas 1.050,00 m², dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Variabel Penelitian Kondisi pasar tradisional Kampung Lalang, dengan sub variabel yang akan diteliti, meliputi sarana pasar antara lain: kantor pengelola, areal parkir, toilet, tempat pembuangan sampah, drainase, hidrant (sumber air pemadam kebakaran), pos keamanan, tempat ibadah, kios, los, area bongkar muat, dan transportasi; dan prasarana pasar antara lain: akses jalan, instalasi listrik, pelayanan kesehatan, dan air bersih. Definisi Operasional Variabel (1) Pasar adalah pusat kegiatan ekonomi masyarakat, sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli ataupun produsen dan konsumen di pasar Kampung Lalang. (2) Sarana pasar adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan, atau sering dikatakan sebagai fasilitas yang dapat dipakai secara langsung atau yang utama. Sarana pasar antara lain: kantor pengelola, areal parkir, toilet, tempat pembuangan sampah, drainase, hidrant (sumber air pemadam kebakaran), pos keamanan, tempat ibadah, kios, los, area bongkar muat, dan transportasi. (3) Prasarana pasar adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses aktivitas berjalan dengan lancar sehingga memudahkan pengunjung atau konsumen memenuhi kebutuhannya. Prasarana pasar dimaksud antara lain: akses jalan, instalasi listrik, pelayanan kesehatan, dan air bersih. Teknik Pengumpulan Data (1) Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung; (2) Studi dokumenter yaitu melakukan pengumpulan data melalui dokumen dan data-data sekunder dari instansiinstansi terkait; (3) Wawancara kepada orang atau pihak yang berkompeten dengan aktivitas di pasar. Teknik Analisa Data Teknik analisis data penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif ini akan menggambarkan kondisi sarana dan prasarana pasar Kampung Lalang yang sesungguhnya. Penilaian untuk kondisi sarana dan prasarana menggunakan perhitungan dengan pedoman Sturges (1995) dengan formulasi (rumus) sebagai berikut: 116 Vol 8 No. 2-2016

Range Ci =...(i) K Keterangan: Ci = Interval kelas Range = Selisih skor/data terbesar dan terkecil K = Banyaknya kelas. Kriteria untuk masing-masing indikator diberi pengharkatan sebagai berikut: baik = 66,8 100,0 ; sedang = 33,4 66,7 ; dan buruk = 0 33,3. Hasil perhitungan terhadap total skor kemudian dikelompokkan kedalam 3 (tiga) kelas yaitu baik, sedang, dan buruk. Hal ini digunakan untuk memudahkan pemahaman dalam mengkategorikan kondisi dan fungsi fasilitas yang ada di pasar tradisional Kampung Lalang Medan Sunggal. Aspek Sejarah Kecamatan Medan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal berasal dari nama Kerajaan Sunggal Serba Nyaman yang sebelumnya bernama Sunggal yaitu sebuah kampung yang didirikan oleh Datuk Adir Surbakti di daerah Sembuaikan yang terletak di kaki Gunung Sibayak, kemudian oleh keturunan beliau yaitu Datuk Abdullah Ahmad Surbakti pada tahun 1945 dilakukan pemindahan Pusat Pemerintahan ke Sunggal yang sekarang ini ada di Jln. PAM Tirtanadi Kecamatan Medan Sunggal. Kemudian pada tahun 1866-1895 Datuk Baiduzzaman memerin-tah Kerajaan Sunggal dengan gelar Datuk Sri Diraja Indra Pahlawan dan karena beliau melawan penjajahan Belanda, maka pemerintah Belanda mengasingkannya ke Cianjur Jawa Barat hingga akhir hayatnya. Kondisi Fisik Kecamatan Medan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal merupakan salah satu dari 21 (dua puluh satu) kecamatan yang ada di Kota Medan. Jarak antara kantor Camat Kecamatan Medan Sunggal dengan kantor Walikota Medan lebih kurang 9,5 Km. Wilayah Kecamatan Medan Sunggal terdiri dari 6 (enam) kelurahan, dengan luas lebih kurang 13,90 Km². Nama kelurahan, kepala lurah, luas lahan, dan jumlah lingkungan disetiap kelurahan sebagaimana tabel 1. Tabel 1. Nama Kelurahan, Lurah, Luas Lahan, dan Jumlah Kepala Lingkungan No Kelurahan Nama Lurah Luas (Km²) Lingkungan 1. Lalang Subhan Fajri Harahap, S.STP 1,25 13 2. Sei Sikambing B Derliana 2,84 22 3. Sunggal Jalaluddin Nasir Pohan, SE 4,93 14 4. Babura Kasrin 1,06 11 5. Tanjung Rejo Abu Kosim, S.Sos 3,50 24 6. Simpang Tanjung Hobbiner 0,32 4 J u m l a h 13,90 88 Sumber: Monografi Kecamatan Sunggal, 2016. Secara geografis wilayah Kecamatan Medan Sunggal dengan batas- batas sebagai berikut : o sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Helvetia, o sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Selayang, o sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sunggal (Deli Serdang) dan o sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Baru/Petisah. Analisis Kondisi.. 117

Pasar tradisional di Kecamatan Medan Sunggal ada 2 (dua) yaitu Pasar Sunggal dan Pasar Kampung Lalang atau sering juga disebut dengan Pasar Desa Lalang (lokasi penelitian). Gambar 1. Peta Kecamatan Medan Sunggal HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Sarana Pasar Kampung Lalang Kantor pengelola merupakan unsur penunjang teknis pemerintah Kota Medan pada bidang pengelolaan, ketertiban, dan kebersihan suatu pasar. Di Pasar Kampung Lalang terdapat kantor pengelola pasar, yang bagi para petugas pasar digunakan untuk melaksanakan teknis pengelolaan. Ada sebanyak 5 (lima) orang staf yang bekerja di kantor pengelola pasar. Bangunan kantor pengelola pasar belum permanen dalam bentuk rumah panggung, masih tradisionil, dimana masih menggunakan pondasi kayu, lantai kayu, dinding papan, dan atap seng sehingga membuat para petugas pasar merasa kurang nyaman dalam melaksanakan tugasnya didalam kantor pengelola pasar ini. Gambar 2. Kantor Pengelola dan Identitas Pasar Kampung Lalang 118 Vol 8 No. 2-2016

Gambar 3. Kantor Pengelola Pasar Kampung Lalang Untuk melihat hasil perolehan skor terhadap kondisi sarana pasar tradisional Kampung Lalang, dengan sub variabel dan indikator yang ditetapkan oleh peraturan Menteri Dalam Negeri RI (Mendagri RI) No 20/2012, sarana pasar terdiri dari: (1) kantor pengelola, (2) areal parkir, (3) toilet, (4) tempat pembuangan sampah, (5) drainase, (6) hydrant (sumber air pemadam kebakaran), (7) pos keamanan, (8) tempat ibadah, (9) kios, (10) los, (11) area bongkar muat, dan (12) transportasi. Sedangkan prasarana pasar tradisional antara lain: (1) akses jalan, (2) instalasi listrik, (3) pelayanan kesehatan, dan (4) air bersih. Perolehan skor dan skor total kondisi sarana pasar tradisional Kampung Lalang sebagai mana data pada Tabel 2. Bila dilihat dari penilaian sarana pasar yang dinilai dari 12 sub variabel di atas, dimana untuk masing-masing sub variabel diberi pembobotan sebagai berikut: 66,8-100 = baik; 33,4-66,7 = sedang; 0-33,4 = buruk. Hasil perhitungan untuk skor dikelompokan dalam tiga interval kelas yaitu baik, sedang dan buruk. Pengelompokan variabel ke dalam 3 interval kelas tersebut mengikuti metode dari Sturges. Tabel 2. Total Skor Sarana Pasar Tradisional Kampung Lalang No Sub Variabel Skor Perolehan Maksimal Skor Kriteria 1. Kantor Pengelola 100 55 Sedang 2. Areal Parkir 100 10 Buruk 3. Toilet 100 50 Sedang 4. Tempat Sampah 100 70 Baik 5. Drainase 100 40 Sedang 6. Hidrant 100 0 Buruk 7. Pos Keamanan 100 0 Buruk 8. Tempat Ibadah 100 50 Sedang 9. Kios 100 55 Sedang 10. Los 100 55 Sedang 11. Area Bongkar Muat 100 75 Baik 12. Transportasi 100 100 Baik Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, 2016 Analisis Kondisi.. 119

Hasil penilaian keadaan terhadap masing-masing sub variabel tersebut dimasukan kedalam total skor guna mendapatkan total skor untuk variabel sarana pasar. Perolehan skor untuk sarana pasar secara total adalah 560. Dengan demikian, nilai perolehan skor dari semua sub variabel sarana pasar berjumlah 560:12 (banyaknya sarana) = 46,67, hal ini menunjukkan bahwa sarana pasar tradisional Kampung Lalang berada pada kategori sedang (range-nya 33,4-66,7). Perolehan skor terhadap kondisi sarana pasar sebagai mana data pada Tabel 1 diatas, dimana areal parkir parkir di pasar Kampung Lalang tergolong kategori buruk, demikian halnya dengan kondisi sarana hidrant/air pemadam kebakaran, dan pos keamanan. Kemudian kondisi sarana pasar yang lainnya perolehan skornya hanya pada kriteria sedang. Kondisi ini belum sesuai dengan ketetapan dari peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 20 tahun 2012, tentang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar tradisional, yang menyatakan bahwa sarana pendukung pasar antara lain: pasar kantor pengelola, areal parkir, toilet, tempat pembuangan sampah, drainase, hidrant/pemadam kebakaran, pos keamanan, tempat ibadah, kios, los, area bongkar muat, dan transportasi harus ada dan berfungsi sebagaimana peruntukannya. Di pasar, seseorang yang membeli suatu barang akan terlibat dalam suatu transaksi pembelian, dan kejadian ini berlangsung pada saat tertentu dan ditempat tertentu (Thompson, 1980) (dalam Damsar, 2002) fungsi dan peruntukkan sarana seharusnya dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat yang melakukan interaksi ekonomi dan sosial di pasar. Dalam bidang konsumsi pasar menyediakan kebutuhan primer dan sekunder, dan dalam bidang distribusi pasar berperan besar terhadap penyebarluasan barang-barang kebutuhan masyarakat (Syarifuddin, 1990). Oleh karenanya, keberadaan dan fungsi sarana pasar sebagaimana peruntukannya, harus memenuhi dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kondisi Prasarana Pasar Kampung Lalang Hasil analisis yang telah dilakukan pada penentuan skor kondisi prasarana pasar tradisional Kampung Lalang, perolehan skor dan total skornya dapat dilihat pada tabel 3 berikut. Tabel 3. Total Hasil Skor Keseluruhan Prasarana Pasar Kampung Lalang No. Variabel Skor Perolehan Maksimal Skor Kriteria 1. Akses Jalan 100 80 Baik 2. Jaringan Listrik 100 90 Baik 3. Pelayanan Kesehatan 100 0 Buruk 4. Air Bersih 100 80 Baik Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, 2016 Seperti pembobotan yang dilakukan pada variabel sarana pasar, maka penilaian prasarana pasar yang dinilai dari 4 sub variabel yakni: akses jalan, instalasi listrik, pelayanan kesehatan, telekomunikasi dan air bersih, dimana untuk sub variabel masingmasing diberi pembobotan sebagai berikut : 66,8-100 = baik; 33,4-66,7 = sedang; dan 0-33,4 = buruk. Perhitungan skor pada variabel prasarana pasar juga menggunakan metode Sturges. Hasil penilaian terhadap kondiai masing-masing sub variabel tersebut dimasukan ke dalam total skor guna mendapatkan total skor untuk variabel 120 Vol 8 No. 2-2016

prasarana pasar. Untuk mengetahui nilai perolehan skor prasarana pasar, dimana skor semua sub variabel berjumlah 250:4 (banyaknya prasarana) = 62,50 hal ini menunjukkan bahwa sarana pasar Kampung Lalang berada pada kategori sedang (range-nya 33,4 66,7). Tidak tersedianya prasarana pelayanan kesehatan di pasar ini maka kategorinya buruk, walaupun prasarana akses jalan, prasarana penerangan (jaringan listrik), dan prasarana air bersih pada kriteria baik, namun kelengkapan prasarana ini belum sesuai dengan ketetapan dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No.20 tahun 2012, tentang pengelola dan pemberdayaan pasar tradisional, yang menyatakan bahwa prasarana pendukung pasar antara lain: akses jalan, instalasi listrik, pelayanan kesehatan dan air bersih harus ada dan berfungsi di setiap pasar. Menurut Jayadinata (1999) dalam suatu organisasi kerja biasanya ada kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi, dalam meningkatkan perkembangan kegiatan sosial dan ekonomi, sarana dan prasarana merupakan hal yang penting, sebagai penunjang tercapainya tujuan organisasi. Berdasarkan Peraturan Kota Madya Tingkat II Medan No.31 Tahun 1993 tersebut bahwa Kampung Lalang tergolong pada Kelas II, pasar yang bangunannya terdiri dari semi permanen dan mempunyai fasilitas yang belum memadai, namun dalam aktifitas pasarnya sudah membuat berlansungnya aktifitas ekonomi dan sosial masyarakat. Uji Hipotesis Hipotesa penelitian ini dapat diterima, karena kondisi sarana dan prasarana pasar yang belum memadai dengan kategori sedang menyebabkan keberlangsungan aktivitas di pasar tradisional Kampung Lalang Medan Sunggal juga secara sedang. Dalam perkataan lain, kondisi ini akan menyebabkan kurangnya kenyamanan dan keamanan bagi penjual dan pembeli dalam memenuhi kebutuhannya. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian pembaha-san, maka kesimpulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Kondisi sarana pasar Kampung Lalang menunjukkan bahwa sarana pasarnya berada pada kategori sedang (rangenya 33,4 66,7) dengan rata-rata skor 46,67. Kantor pengelola, toilet umum, drainase, tempat ibadah, kios, dan los tersedia namun belum memadai dengan memperoleh skor masing-masing 55. Sarana areal parkir ada tersedia tetapi pada kategori buruk, sedang hidrant/air pemadam kebakaran dan pos keamanan tidak tersedia maka tergolong pada kategori buruk. Hanya sarana tempat sampah dan sarana area bongkar muat tersedia memadai, yang masing-masing memperoleh skor 70 (kategori baik) dan sarana transfortasi dengan skor 100 (kategori baik). 2. Sedangkan kondisi prasarana pasar Kampung Lalang juga menunjukkan bahwa prasarana pasarnya berada pada kategori sedang (rangenya 33,4 66,7) dengan rata-rata skor 62,50. Prasarana pelayanan kesehatan tidak tersedia sehingga tergolong kedalam kategori buruk. Prasarana akses jalan dan air bersih tersedia memadai masing-masing memperoleh skor 80 (kategori baik), dan ketersediaan jaringan listrik memperoleh skor 90 (kategori baik). Sesuai dengan uraian kesimpulan maka dikemukakan beberapa saran antara lain : 1. Sarana pasar tradisional Kampung Lalang di Kecamatan Medan Sunggal masih harus diperhatikan dan ditingkatkan seperti kantor pengelola, drainase, area parkir, tempat ibadah, kios dan los yang masih terbatas sehingga perlu pembenahan. Analisis Kondisi.. 121

2. Menyiapkan sarana yang belum tersedia di Pasar Kampung Lalang seperti hidrant/air pemadam kebakaran dan pos keamanan maka diharapkan peran pemerintah Kota Medan melalui Dinas Pasar Kota Medan dapat melengkapinya. Sarana hidrant/air pemadam dan pos keamanan merupakan sarana penting di pasar, karena apabila terjadi kebakaran di pasar maka dapat cepat teratasi sehingga tidak banyak merugikan para pedagang, dan petugas keamanan/pos keamanan sangat diperlukan agar keamanan pedagang dan pembeli dalam melakukan kegiatan jual beli bisa terjaga. 3. Diperlukan penyediaan prasarana pelayanan kesehatan di pasar Kampung Lalang. Agar apabila terjadi kecelakaan pada seseorang didalam pasar, bisa langsung di bawa ke pelayanan kesehatan tersebut tanpa memerlukan waktu yang lama sehingga bisa lebih cepat diobati. Untuk prasarana akses jalan, jaringan listrik dan air dan air bersih yang sudah tersedia memadai di pasar agar diperhatikan keadaan dan peruntukkannya sehingga bisa terjaga terus kelengkapannya. DAFTAR PUSTAKA Ansir, Febby. 2014. Analisis Ketersediaan Sarana Sosial Ekonomi dan Prasarana Permukiman di Kecamatan Poasia Kota Kendari. Jurnal Aplikasi. (online) No. 1 Vol 1. Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi (Edisi Revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Dinas Pasar Kota Medan. 2014. Daftar Keadaan Kios/Los, Pedagang Pasar Lalang Kecamatan Medan Sunggal: Dinas Pasar Kota Medan. Direktorat Jenderal Bima Marga, 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Kementrian Pekerjaan Umum RI, Jakarta. Jayadinata, Johara T. 1999. Pembangunan Desa dalam Perencanaan. Bandung: ITB. Kalli, Batu. 1990. Peranan Pasar Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Nusa Tenggara Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Menteri Perdagangan Republik Indonesia (2004). Tentang Pasar Tradisional yang Modern (Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Pasar Tradisional), Republik Indonesia: Pemerintah Menteri Perdagangan Republik Indonesia. Pemerintah Menteri Dalam Negeri. 2012. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar Tradisional. Jakarta: Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. Pemerintah Presiden Indonesia. 2007. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Indonesia. Jakarta: Presiden Indonesia. Peraturan Kotamadya Daerah Tingkat II Medan. 1993. Peraturan Kotamadya Daerah Tingkat II Medan Nomor 31 Tentang Pemakaian Tempat Berjualan. Medan: Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Medan. Peraturan Daerah Kota Medan 2014. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tentang Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan. Medan: Daerah Kota Medan. Syarifuddin. 1990. Peranan Pasar pada Masyarakat Pedesaan Daerah Kalimantan 122 Vol 8 No. 2-2016

Selatan, 1990, Jakarta; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES Salim, Agus. 2013, Studi Tentang Pasar Pancur Batu Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Medan; Fakultas Ilmu Sosial. Unimed Analisis Kondisi.. 123