BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
PUBLIKASI ILMIAH. Skripsi Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Biologi. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

I. PENDAHULUAN. mudah dihadirkan di ruang kelas. Dalam konteks pendidikan di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. studi, menemukan dan mengembangkan produk produk sains, dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Annisa Setya Rini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat beberapa komponen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembelajaran tentu diperlukan media sebagai alat untuk

SIMULASI IPAL MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMA NEGERI II SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil. biologi berbasis STS disertai MM. Bahan Kajian yang dikembangkan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

I. PENDAHULUAN. Biologi sebagai salah satu mata pelajaran dalam rumpun IPA memerlukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan. dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi pada semua guru yang memiliki tanggung jawab untuk. atas diantaranya adalah siswa harus memiliki kemampuan dalam

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan di SMP Negeri

XI mengenai minatnya terhadap pelajaran kimia. Diantara sebagian siswa berpendapat bahwa kimia merupakan pelajaran yang kurang diminati serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KUALITASDESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL)MATERI PENCEMARAN LINGKUNGANJENJANG SMP DAN SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery

I. PENDAHULUAN. sekolah seharusnya tidak melalui pemberian informasi pengetahuan. melainkan melalui proses pemahaman tentang bagaimana pengetahuan itu

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

APLIKASI PEMBELAJARAN BERBASIS LEARNSCAPE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Siti Alhajjah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MIND MAP

BAB I PENDAHULUAN. optimum hendaknya tetap memperhatikan tiga ranah kemampuan siswa yaitu

IMPLIKASI PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA MTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Fisika memegang peranan penting. Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. fisika. Aspek kognitif merupakan aspek utama dalam pembelajaran, aspek ini

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI)

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari hari. Pencapaian tujuan pendidikan ini bisa ditempuh

III. METODE PENELITIAN. Prosedur pengembangan ini mengacu pada model pengembangan media

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Seorang guru dituntut untuk memiliki dan menguasai keterampilan dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa kini telah melahirkan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa Indonesia mampu hidup menapak di buminya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan peserta didik melalui suatu pengajaran maupun suatu latihan, guna menyiapkan mereka di masa depan. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam keberlangsungan pembangunan nasional, karena dengan adanya pendidikan akan mampu mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia sehingga akan membantu proses pembangunan nasional dengan baik. Dalam hal ini pendidikan menjadi hal yang penting karena pendidikan akan menjadi salah satu penentu terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas sehingga akan membantu terlaksananya pembangunan dengan baik. Pendidikan juga memiliki peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa karena pendidikan merupakan suatu proses dalam usaha membentuk manusia yang cerdas dan terampil, sehingga pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa diharapkan mampu memberikan peranan dan andilnya dalam meningkatkan pembangunan. Salah satunya adalah dengan penilaian terhadap kompetensi siswa. Menurut Bermawi Munthe (2009:27), Kompetensi merupakan hasil belajar yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan siswa atau mahasiswa melalui proses pembelajaran. Dalam konteks pengembangan kurikulum, Wina Sanjaya (2006:70) menyatakan, Kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Perumusan aspek-aspek kompetensi secara rinci dapat dilakukan dengan menganalisis kompetensi. Peningkatan mutu masih merupakan prioritas pembangunan pendidikan di Indonesia. Sasarannya adalah perbaikan mutu proses belajar mengajar di kelas dengan berorientasi pada setiap aspek perkembangan siswa. 1

2 Belajar menjadi salah satu komponen penting untuk mendapat hasil belajar yang baik. Efektif atau tidaknya siswa dalam belajar serta kemampuannya dalam mengikuti pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajarnya. Pengukuran hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran mencakup tiga ranah yaitu, ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), serta ranah psikomotorik (ketrampilan). Menurut Aunurrahman (2010:23), hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku, perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang dapat diamati (observable) kebanyakan berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik. Perubahan-perubahan tersebut berkenaan dengan perubahan dimensi psikomotorik yang lebih mudah diamati. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern sendiri merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa, misalnya: minat, motivasi, aktivitas, intelegensi, dan kemandirian belajar. Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, misalnya: lingkungan, sarana, guru, serta kurikulum yang diterapkan. Baik guru maupun siswa perlu memahami kompetensi yang harus dicapai dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Pemahaman ini diperlukan untuk memudahkan dalam merancang strategi dan indikator keberhasilannya. Indikator pencapaian kompentensi merupakan perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompentensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran harus ada interaksi antara guru dan siswa sebagai peserta didik. Oleh karena itu, guru harus memahami materi yang akan disampaikan kepada siswa serta dapat memilih pendekatan, model, metode, dan media pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan suatu materi. Perlunya pengembangan media pembelajaran adalah sebuah kebutuhan yang mendasar dalam menunjang keberhasilan proses

3 pembelajaran. Inovasi-inovasi sangat dituntut terus menerus sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi yang semakin memancing kreatifitas pelaku pendidik agar dapat bersaing dan menyesuaikan kapasitas serta kemampuan dalam mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi. Pada kenyataannya proses pembelajaran yang dialami oleh siswa tidak selalu berjalan lancar sesuai harapan para guru yakni siswa dapat memahami sepenuhnya materi pembelajaran yang telah disampaikan. Disinilah para guru atau pelaku pendidikan sangat perlu untuk melakukan pengamatan, penelitian serta percobaan-percobaan yang berfokus pada pengembangan yang dapat mendukung tercapainya indikator-indikator pembelajaran. Pembelajaran IPA di SMA siswa tidak sekedar memahami teori, konsep, dan fakta melainkan juga melakukan proses penemuan. Kegiatan menemukan konsep pada umum dilakukan melalui kegiatan praktikum atau pengamatan. Ketika siswa melakukan kegiatan praktikum berarti sedang menerapkan metode ilmiah. Secara naluriah, siswa menginginkan pengalaman belajar yang konkret, menyenangkan, dan mencakup semua aspek perkembangan dirinya. Sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA di sekolah yang mengutamakan kerja ilmiah sehingga siswa dapat bersikap ilmiah dan selanjutnya konsep yang telah dikuasai akan diterapkan dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidup. Tuntutan pembelajaran IPA dapat terpenuhi apabila didukung oleh kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan praktikum di laboratorium sebagai kunci keberhasilan pembelajaran IPA. Guru di sekolah secara umum tidak didampingi oleh seorang laboran atau teknisi ketika memfasilitasi kegiatan praktikum, sehingga guru harus mengambil peran sebagai guru dan sekaligus laboran. Praktikum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran sains yang bertujuan untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengujian hipotesis atau observasi objek nyata berkaitan dengan konsep atau teori. Praktikum juga diartikan sebagai kerja laboratorium atau kerja praktik yang dilakukan di laboratorium berkaitan

4 dengan bidang ilmu. Adapun praktik dapat didefinisikan sebagai cara melakukan sesuatu atau cara melakukan apa yang tersebut dalam teori (Rustaman, dkk, 2003:1). Kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA di sekolah, saat ini bertumpu sepenuhnya pada guru sehingga dalam pelaksanaan praktikum yang bermutu, tentu guru harus terlebih dahulu memiliki kompetensi menyelenggarakan kegiatan praktikum dari mulai persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dari setiap kegiatan praktikum yang dilaksanakan. Guru juga harus memiliki kemampuan mengelola laboratorium IPA sehingga dapat melatih siswa untuk menerapkan kerja ilmiah sesuai prosedur. Dalam hal ini, pembelajaran IPA di SMA dapat meliputi fisika, kimia dan biologi. Mata pelajaran Biologi pada SMA tidak lepas dari praktikum karena siswa dituntut untuk mendapatkan pengalaman belajar dan menguasai peralatan laboratorium. Pembelajaran melalui praktikum membutuhkan media untuk membantu siswa memahami langkah kerja didalam laboratorium. Sehingga didalam praktikum diharuskan memiliki buku penuntun praktikum yang diperoleh dari guru. Menurut Brooks & Brooks (1993:18), kegiatan pengemasan pembelajaran harus didasarkan pada hakikat belajar, hakikat mengajar, hakikat orang yang belajar, dan hakikat orang yang mengajar serta bukan semata-mata berorientasi pada hasil belajar berupa hafalan (rotememorization). Menurut Margunayasa (2014:351), pembelajaran praktikum Biologi yang dikembangkan hanya bersifat melatih dan memberikan pengalaman, padahal sesungguhnya pembelajaran praktikum Biologi dapat dikembangkan kearah praktikum bentuk investigasi serta pengembangan keterampilan berpikir yang bermuara pada berkurangnya miskonsepsi yang dialami. Selain peralatan dalam laboratorium, media dan bahan ajar saat melaksanakan praktikum dapat berupa buku penuntun praktikum yang berisikan tujuan percobaan, pengenalan alat dan bahan, langkah-langkah percobaan, serta ada yang disertai dengan Lembar Kerja Siswa (LKS). Buku penuntun praktikum

5 yang sering dijumpai dalam sekolahan yaitu buku penuntun praktikum yang full content atau berisikan penuh dengan teks dan jarang dijumpai gambar. Media dan bahan ajar yang umum dan sering digunakan berupa buku teks atau modul dengan ciri khas banyak berisi tulisan atau penjelasan dengan kalimat dan sedikit disertai gambar yang cenderung membuat peserta didik bosan dan kurang termotivasi, sebagaimana diungkapkan oleh Daryanto (2013:128) bahwa peserta didik cenderung tidak menyukai buku teks apalagi yang tidak disertai gambar dan ilustrasi yang menarik, dan secara empirik siswa cenderung menyukai buku bergambar, penuh dengan warna, dan divisualisasikan dalam bentuk realistis atau kartun. Sehingga buku praktikum yang telah ada saat ini buku full content, jarang sekali berisikan visual berupa gambar yang menarik bagi siswa untuk dipahami. Terutama pada bagian langkah-langkah percobaan jika hanya berisikan teks, siswa cenderung memiliki presepsi yang berbeda karena untuk siswa SMA kelas XI masih belum menguasai alat-alat laboratorium sepenuhnya. Selain itu, minat baca siswa terhadap buku yang penuh berisikan teks masih sedikit dan kurang termotivasi untuk memahaminya. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya penguasaan penggunaan alat-alat laboratorium dan menghambat langkah kerja dalam praktikum. Penguasaan alat-alat laboratorium dan penguasaan langkah-langkah percobaan praktikum termasuk dalam penskoran psikomotorik siswa. Penilaian pembelajaran dapat meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah psikomotorik yaitu perkembangan tubuh atau jasmani setiap individu akan aktifitas dirinya terhadap suatu atau menghasilkan suatu benda (Chatib dan Alamsyah, 2012:9). Sehingga, jika siswa tidak dapat menguasai alat-alat laboratorium dan langkah-langkah percobaan praktikum maka akan mengakibatkan rendahnya skor psikomotorik siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, buku penuntun praktikum dapat diubah menjadi buku penuntun praktikum yang lebih menarik dan menambah motivasi siswa untuk membacanya. Salah satunya dengan mengganti langkah-langkah percobaan yang penuh teks dengan dibuat komik. Komik dapat menjadi salah satu

6 alternatif sarana pembelajaran yang penuh gambar dengan jalan cerita tertentu, sehingga siswa dapat tertarik untuk membaca dan diharapkan memiliki presepsi yang sama. Berdasarkan hasil penelitian Puspitorini dkk (2014:419) bahwa media komik mampu meningkatkan motivasi, hasil belajar kognitif, dan hasil belajar afektif. Peningkatan motivasi dan hasil belajar afektif dengan media komik memberikan dampak yang positif jika aktivitas pembelajaran dilakukuan dengan menggunakan metode eksperimen dengan aktivitas laboratorium. Penggunaan buku penuntun dengan media komik untuk menarik perhatian siswa diharapkan mampu memotivasi dan memberikan minat baca siswa untuk belajar dan menambah penguasaan psikomotorik dalam penggunaan alat dan langkah kerja di laboratorium pada praktikum Biologi. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Komik Penuntun Praktikum Biologi Kelas XI IPA Terhadap Kemampuan Psikomotorik Siswa SMA Negeri 2 Sukoharjo Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016 B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah bertujuan untuk membatasi permasalahan yang ada agar tidak terlalu meluas atau menyimpang dari permasalahan yang ada. Berikut adalah pembatasan masalah dari pelaksanaan penelitian antara lain : 1. Objek dalam penelitian ini yaitu psikomotorik siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sukoharjo semester genap tahun ajaran 2015/2016 2. Subjek dalam penelitian ini yaitu media komik, buku penuntun praktikum biologi kelas XI IPA semester genap 3. Parameter dalam penelitian ini yaitu kemampuan psikomotorik berupa kemampuan merangkai alat dan mengumpulkan data saat melaksanakan praktikum siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sukoharjo semester genap tahun ajaran 2015/2016

7 C. Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh komik penuntun praktikum biologi kelas XI IPA terhadap kemampuan psikomotorik siswa SMA Negeri 2 Sukoharjo semester genap tahun ajaran 2015/2016? D. Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh komik penuntun praktikum biologi kelas XI IPA terhadap kemampuan psikomotorik siswa SMA Negeri 2 Sukoharjo semester genap tahun ajaran 2015/2016. E. Manfaat 1. Teoritis Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian penelitian yang relevan oleh para peneliti yang lain, baik yang berkaitan dengan penelitian lanjutan yang bersifat mengambangakan maupun penelitian sejenis yang bersifat memperluas sebagai pelengkap kajian pustaka. 2. Praktis 1. Peneliti : Dapat memberikan inovasi media pembelajaran yeng lebih menarik siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar yang berupa praktikum pada mata pelajaran Biologi. 2. Guru : Menjadi saran dan masukan untuk memperbaiki media pembelajaran yang lebih menarik bagi siswa agar mudah dipahami 3. Peneliti selanjutnya : Untuk meneliti selanjutnya, mengembangkan dan memperbaiki kekurangan dari media komik dalam buku penuntun.