BAB II. dengan menggunakan media. Karena media adalah salah satu sumber belajar. dalam menyampaikan pesan kepada siswa.

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar

PENILAIAN LEMBAR KERJA SISWA *) Oleh: Regina Tutik Padmaningrum, MSi**)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembentukkan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar

BAB IV. pengembangan ADDIE dengan langkah-langkah, (1) Analysis, (2) Design, (3) Development, (4) Implementation, dan (5) Evaluation.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas belajar melalui praktik atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ajar Diknas 2004 (Prastowo, 2012 : 203), lembar kegiatan siswa (student

PENYUSUNAN DAN KEGUNAAN LKS DALAM PROSES PEMBELAJARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

BAB III METODE PENGEMBANGAN. ADDIE (Analysis-Design-Development-Implementation-Evaluation). Model

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. oleh siswa. Lembar kerja biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah. untuk menyelesaikan tugas.

UKBM 3.4/4.4/1/4 BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan yang dimilikinya untuk diketahui oleh orang lain. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Kriteria untuk mengetahui apakah kegiatan belajar mengajar itu berhasil atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I. dengan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pendidikan harus melalui proses. pembelajaran. Syam, dkk (1988:2) mengemukakan:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

3. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/SMK/MA/MAK

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/SEKOLAH MENENGAN KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/SMK/MA/MAK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan aturan lama dan

BAB I PENDAHULUAN. didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang. warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan perbaikan di sana sini, mulai dari kurikulum, sarana dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBAR VALIDASI LEMBAR KEGIATAN SISWA BANGUN RUANG SISI DATAR BERBASIS MASALAH UNTUK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VIII UNTUK AHLI MEDIA

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengalaman/pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut erat kaitannya satu sama lain. Keterampilan berbahasa diperoleh dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tentang pemahaman siswa. Biasanya siswa memahami sesuatu hanya melalui

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

UKBM 3.3/4.3/1/3 BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. mengajar menjadi terarah dan mencapai sasaran pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pengenalan tentang teknologi komputer dan aplikasinya sebaiknya dimulai

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB I PENDAHULUAN. cenderung monoton sehingga kurang menarik perhatian siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENGEMBANGKAN PENDAPAT DALAM EKSPOSISI

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan kemampuan berbahasa produktif yang penting

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendekatan pengajaran, yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah

PENERAPAN MODEL CORE (CONNECTING, ORGANIZING, REFLECTING, EXTENDING) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah simbol verbal yang sangat penting dalam. menyampaikan suatu pesan. Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya siswa menghadapi masalah dalam menggunakan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam belajar matematika. Kesulitan siswa tersebut antara lain: kesulitan

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan

TEKNIK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DWI BAHASA UNTUK KELAS INTERNASIONAL VINTA A. TIARANI

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI. pengalaman. Pendapat tersebut diperkuat oleh Muhibbin Syah (2002:92)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian pengembangan ini berupa (1) sebuah LKS berbasis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis argumentasi merupakan salah satu keterampilan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Gagne (Sadiman, 2009:6) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu Briggs (Sadiman, 2009:6) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Sering terjadi di saat proses belajar mengajar berlangsung, guru merasa kesal karena banyak waktu yang digunakan, tenaga sudah habis dan suara mulai hilang, tetapi siswa tidak mengerti materi yang sedang diajarkan. Ini terjadi bukan karena guru yang salah dalam mengajar juga bukan karena siswanya kurang pandai. Ini hanya terjadi karena adanya hambatan yang terjadi di saat komunikasi guru dengan siswa. Terkadang siswa hanya salah dalam memahami pesan yang guru sampaikan. Hambatan ini dapat diatasi dengan menggunakan media. Karena media adalah salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan. Guru dengan media pendidikan bekerja sama dalam menyampaikan pesan kepada siswa. Media pendidikan bukanlah sebuah sumber belajar siswa yang dapat menghilangkan peranan guru di dalam kelas. Ada beberapa guru berpikir bahwa jika ia menggunakan media, maka siswanya hanya akan terfokus pada media dan keberadaan guru akan hilang. Pikiran ini salah, karena sebuah 12

13 media tidak bisa membimbing dan memberikan perhatian secara individual kepada siswa seperti yang dilakukan guru. Sebuah media hanya bisa membantu guru dalam menyampaikan pesan secara jelas dan menarik. Disamping sebagai seorang pembimbing dalam hal belajar mengajar, guru juga harus memiliki keterampilan dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran. Ini dikarenakan sebuah media pendidikan itu sangat penting untuk menunjang pembelajaran. Selain itu, Encyclopedia of Educatoinal Research (Hamalik, 1994:15-16) menyatakan bahwa manfaat dari media pendidikan itu adalah sebagai berikut. 1. Meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir, oleh karena itu mengurang verbalisme. 2. Memperbesar perhatian siswa. 3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk pengembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap. 4. Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa. 5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, hal ini terutama terdapat dalam gambar hidup. 6. Membantu tumbuhnya pengertian, dengan demikian membantu perkembangan kemampuan berbahasa. 7. Memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi yang lebih mendalam serta keragaman yang lebih banyak dalam belajar. Dalam memilih dan menggunakan media pendidikan, guru harus menyesuaikan media pendidikan dengan kriteria, seperti: tujuan mengajar, bahan pelajaran, metode mengajar, tersedianya alat yang dibutuhkan, jalan pelajaran, penilaian hasil belajar, pribadi, minat dan kemampuan siswa, serta situasi pengajaran yang sedang berlangsung.

14 Hamalik (1994:7-8), mengemukakan: keterampilan membuat media pendidikan, berarti terampil dan menguasai teknik serta proses pembuatan suatu media pendidikan yang berguna untuk pelajaran tertentu. Alat-alat yang dibuat harus memenuhi syarat sebagai berikut. 1. Rasional, sesuai dengan akal dan mampu dipikirkan oleh kita. 2. Ilmiah, sesuai dengan perkembangan akal dan mampu dipikirkan oleh kita. 3. Ekonomis, sesuai dengan kemampuan pembiayaan yang ada, hemat. 4. Praktis, dapat digunakan dalam kondisi praktek di sekolah dan bersifat sederhana. 2.2 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 2.2.1 Pengertian LKS Sebagaimana yang diungkapkan oleh Diknas (Prastowo, 2015:203-204) lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas dan tugas tersebut haruslah jelas kompetensi dasar yang dicapai. Menurut Prastowo (2015:204) LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. 2.2.2 Jenis-jenis Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Menurut Sadiq (Yenita: 2015), LKS dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu sebagai berikut.

15 a. Lembar kegiatan siswa tak berstruktur Lembar kegiatan siswa ini adalah lembaran yang berisi sarana untuk materi pelajaran sebagai alat bantu kegiatan siswa yang dipakai untuk menyampaikan pelajaran. LKS merupakan alat bantu mengajar yang dapat dipakai untuk mempercepat pembelajaran, memberi dorongan belajar, berisi sedikit petunjuk, tertulis atau lisan untuk mengarahkan kerja pada siswa. b. Lembar kegiatan siswa berstruktur Lembar kegiatan ini memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS dirancang untuk membimbing siswa dalam satu program kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali bantuan pembimbing untuk mencapai sarana pembelajaran. Pada LKS telah disusun petunjuk dan pengarahannya. LKS ini tidak dapat menggantikan peran guru dalam kelas. Guru tetap mengawasi kelas, memberi semangat dan dorongan belajar serta memberikan bimbingan kepada siswa. Contoh LKS berstruktur. 1) LKS konvensional, yang sekarang digunakan di sekolah-sekolah pada umumnya berupa print-out dalam bentuk buku. 2) LKS interaktif. LKS ini dibuat dan dijalankan dengan bantuan perangkat keras komputer atau CD player. LKS ini dapat memberikan respon umpan balik bagi siswa

16 2.2.3 Fungsi LKS Menurut Widjajanti (2008:2) selain berfungsi sebagai media pendidikan, LKS juga memilik beberapa fungsi yang lain, yaitu sebagai berikut. 1. Merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai kegiatan belajar mengajar. 2. Dapat digunakan untuk mempercepat proses pengajaran dan menghemat waktu penyajian suatu topik. 3. Dapat untuk mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai siswa. 4. Dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas. 5. Membantu siswa dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar. 6. Dapat membangkitkan minat siswa jika LKS disusun secara rapi, sistematis, mudah dipahami oleh siswa sehingga mudah menarik perhatian siswa. 7. Dapat menumbuhkan kepercayaan pada diri siswa dan meningkatkan motivasi belajar serta rasa ingin tahu. 8. Dapat mempermudah penyelesaian tugas perorangan, kelompok atau klasikal karena siswa dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan kecepatan belajarnya. 9. Dapat digunakan untuk melatih siswa menggunakan waktu seefektif mungkin. 10. Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. 2.2.4 Kriteria Kualitas LKS Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (Widjajanti, 2008:2-5) penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. 1) Syarat- syarat didaktik. Mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan

17 kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa. Syarat Syarat Didaktik Penyusunan LKS LKS yang berkualitas harus memenuhi syarat- syarat didaktik yang dapat dijabarkan sebagai berikut. (1) Mengajak siswa aktif dalam proses pembelajaran. (2) Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep. (3) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sesuai dengan ciri kurikulum 2013. (4) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa. (5) Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi. 2) Syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS. Syarat-syarat konstruksi tersebut yaitu sebagai berikut. (1) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak. (2) Menggunakan struktur kalimat yang jelas. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar kalimat menjadi jelas maksudnya, yaitu sebagai berikut. a. Hindarkan kalimat kompleks. b. Hindarkan kata-kata tak jelas misalnya mungkin, kira-kira. c. Hindarkan kalimat negatif, apalagi kalimat negatif ganda.

18 d. Menggunakan kalimat positif lebih jelas daripada kalimat negatif. (3) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Apalagi konsep yang hendak dituju merupakan sesuatu yang kompleks, dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana dulu. (4) Hindarkan pertanyaan yang terlalu terbuka. Pertanyaan dianjurkan merupakan isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas. (5) Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa. (6) Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS. Memberikan bingkai di mana anak harus menuliskan jawaban atau menggambar sesuai dengan yang diperintahkan. Hal ini dapat juga memudahkan guru untuk memeriksa hasil kerja siswa. (7) Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. Kalimat yang panjang tidak menjamin kejelasan instruksi atau isi. Namun kalimat yang terlalu pendek juga dapat mengundang pertanyaan. (8) Gunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Gambar lebih dekat pada sifat konkrit sedangkan kata-kata lebih dekat pada sifat formal atau abstrak sehingga lebih sukar ditangkap oleh anak. (9) Dapat digunakan oleh anak-anak, baik yang lamban maupun yang cepat.

19 (10) Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi. (11) Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. Misalnya, kelas, mata pelajaran, topik, nama atau nama, tanggal, dan sebagainya. 3) Syarat teknis menekankan penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar dan penampilannya dalam LKS. Syarat Teknis Penyusunan LKS. (1) Tulisan a. Gunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi. b. Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah. c. Gunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris. d. Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa. e. Usahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi (2) Gambar Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS. (3) Penampilan

20 Penampilan sangat penting dalam LKS. Anak pertama-tama akan tertarik pada penampilan bukan pada isinya. 2.2.5 Langkah-langkah Aplikatif Membuat LKS Menurut Diknas (Prastowo, 2015:212) langkah-langkah penyusunan LKS adalah sebagai berikut. Gambar 2.1 Diagram Alir Langkah-langkah Penyusunan LKS Analisis Kurikulum Menyusun Peta Kebutuhan LKS Menentukan Judul-judul LKS Menulis LKS Merumuskan KD Menentukan Alat Penilaian Menyusun Materi Memperhatikan Struktur Bahan Ajar 2.2.6 Menentukan Desain Pengembangan LKS. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa Indonesia saat ini sedang mencoba menggunakan kurikulum 2013 yang lebih memfokuskan kemandirian pada siswa. Keadaan kurikulum seperti ini sangat cocok dengan penggunaan media LKS, karena kita sudah tahu bahwa LKS didesain untuk digunakan siswa secara mandiri. Artinya, seorang guru hanya berperan sebagai fasilitator.

21 Siswa diharapkan berperan secara aktif untuk mempelajari materi yang ada di dalam LKS. Adapun menurut Prastowo (2015:217) batasan umum yang dapat kita jadikan dalam menentukan desain LKS adalah sebagai berikut: 2.2.6.1 Ukuran Untuk ukuran kertas yang digunakan dalam LKS sesuaikan dengan materi dan tujuan yang akan dicapai oleh siswa. Apabila di dalam LKS, kita menginstruksikan untuk membuat sebuah bagan, maka kertas yang cocok adalah A4. Jika kita menggunakan A5 untuk membuat bagan ini, maka siswa akan kesulitan membuatnya, karena ruang yang tersedia sangat terbatas. 2.2.6.2 Kepadatan Halaman Untuk hal ini, diusahakan halaman LKS jangan dipadati dengan tulisan. Sebab, halaman yang dipadati dengan tulisan dapat mengganggu konsentrasi siswa dan membuat siswa cepat bosan. Berikut adalah contoh desain LKS. Gambar 2.2 Desain LKS dengan Kepadatan Halaman Tinggi Penyusunan Instrumen Pembelajaran AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAA. BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBCCCCCC CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCC CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCC.

22 Gambar 2.3 Desain LKS dengan Kepadatan Halaman Rendah Penyusunan Instrumen Pembelajaran A. Pengertian Penilaian AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA AAAAAAAAAAAAAAAA. B. Tujuan Penilaian BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB C. Prinsip-prinsip Penilaian 2.2.6.3 Penomoran CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCC Penomoran berguna untuk membantu siswa dalam menentukan yang mana judul, subjudul dan anak subjudul. Jadi, siswa tidak akan mendapatkan kesulitan dalam memahami materi secara keseluruhan. Penomoran dapat dengan menggunakan huruf kapital ataupun angka. Perhatikan gambar berikut. Gambar 2.4 Contoh Penomoran dan Penggunaan Huruf Kapital pada Judul PENYUSUNAN INSTRUMEN PEMBELAJARAN A. Pengertian Penilaian 1. Evaluasi AAAAAAAAAAAAAAAA Judul Subjudul AAAAAAAAAAAA. 2. Pengukuran Anak Subjudul BBBBBBBBBBBBBBBBBB BBBBBBBBBBBBB.

23 2.2.6.4 Kejelasan Pastikan bahwa materi dan instruksi yang digunakan dalam LKS dapat dengan jelas di baca oleh siswa. Tidak ada kata-kata yang ambigu ataupun salah ketik. Pastikan juga dalam proses pencetakannya tidak ada kesalahan. Sesempurna apapun LKS itu, jika tidak bisa dibaca dengan jelas oleh siswa maka LKS tersebut tidak memberikan hasil yang maksimal. 2.2.7 Langkah-langkah Pengembangan LKS Ada empat langkah dalam mengembangkan LKS agar menarik dan dapat digunakan secara maksimal oleh siswa. Langkah itu adalah sebagai berikut. 2.2.7.1 Menentukan Tujuan Pembelajaran Pada langkah awal ini, kita menentukan desain LKS menurut dengan tujuan yang akan kita acu. Perhatikan pula dalam hal ukuran, kepadatan halaman, penomoran dan kejelasan. 2.2.7.2 Pengumpulan Materi Tentukanlah materi dan tugas yang akan kita masukan ke dalam LKS dan pastikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Buatlah rincian dari tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa. Bahan yang akan dimuat di dalam LKS dapat dikembangkan sendiri dan tambahkan pula ilustrasi atau bagan untuk menambah penjelasan pada narasi kita.

24 2.2.7.3 Penyusunan Elemen atau Unsur-unsur Pada langkah ini kita mengintegrasikan desain (hasil dari langkah awal) dengan tugas (hasil dari langkah kedua). Misalnya, pada halaman kesatu kita isi dengan instruksi apa yang harus dilakukan siswa. Halaman selanjutnya kita isi dengan materi yang akan kita muat dalam LKS. Setelah itu, kita masukan halaman yang berisi tugas dan halaman kosong untuk menjawab tugas tersebut. Jadi susunlah elemen sebaik mungkin dan semenarik mungkin. 2.2.7.4 Pemeriksaan dan Penyempurnaan Ada empat variabel yang harus kita cermati sebelum memberikan LKS kepada siswa. Empat variabel tersebut, yaitu berikut ini. 1) Kesesuaian desain dengan tujuan pembelajaran yang berangkat dari kompetensi dasar. Pastikan bahwa desain yang kita tentukan dapat mengakomodasi pencapaian tujuan pembelajaran. 2) Kesesuaian materi dan tujuan pembelajaran. Pastikan bahwa materi yang dimasukan ke dalam LKS sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditentukan. 3) Kesesuaian elemen atau unsur dengan tujuan pembelajaran. Pastikan bahwa tugas dan latihan yang kita berikan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. 4) Kejelasan penyampaian. Pastikan apakah LKS mudah dibaca dan tersedia cukup ruang untuk mengerjakan tugas yang diminta.

25 2.3 Struktur dan Kaidah Kebahasaan Teks Eksposisi SMK Negeri 1 Merlng adalah salah satu SMK yang sedang melaksanakan masa percobaan kurikulum 2013. Maka daripada itu, hanya kelas X (sepuluh) saja yang menggunakan kurikulum 2013. Untuk kelas XI dan XII masih menggunakan KTSP. Salah satu perbedaan kurikulum 2013 dengan KTSP adalah jika KTSP menggunakan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan kurikulum 2013 menggunakan empat kompetensi inti dan kompetensi dasar. Menurut Permendikbud nomor 24 tahun 2016 struktur dan kaidah kebahasaan teks eksposisi adalah salah satu kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum 2013. Di bawah ini adalah kompetensi dasar yang ada di kelas X. Tabel 2.1 Kompetensi Dasar Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar 3.1 Mengidentifikasi laporan hasil observasi yang dipresentasikan dengan lisan dan tulis 3.2 Menganalisis isi dan aspek kebahasaan dari minimal dua teks laporan hasil observasi 3.3 Mengidentifikasi (permasalahan, argumentasi, pengetahuan, dan rekomendasi) teks eksposisi yang didengar dan atau dibaca 3.4 Menganalisis struktur dan kebahasaan teks eksposisi 3.5 Mengevaluasi teks anekdot dari aspek makna tersirat 3.6 Menganalisis struktur dan kebahasaan teks anekdot Kompetensi Dasar 4.1 Menginterpretasikan isi teks laporan hasil observasi berdasarkan intrepretasi baik secara lisan maupun tulis 4.2 Mengonstruksikan teks laporan dengan memerhatikan isi dan aspek kebahasaan baik lisan maupun lisan 4.3 Mengembangkan isi (permasalahan, argumentasi, pengetahuan, dan rekomendasi) teks eksposisi yang didengar dan atau dibaca 4.4 Mengonstruksikan teks eksposisi dengan memerhatikan isi (permasalahan, argumen, pengetahuan, dan rekomendasi) struktur dan kebahasaan 4.5 Mengonstruksi makna tersirat dalam sebuah teks anekdot baik lisan maupun tulis 4.6 Menciptakan kembali teks anekdot dengan memerhatikan struktur, dan

26 3.7 Mengidentifikasi nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam cerita rakyat (hikayat) baik lisan maupun tulis 3.8 Membandingkan nilai-nilai kebahasaan cerita rakyat dan cerpen kebahasaan baik lisan maupun tulis 4.7 Menceritakan kembali isi cerita rakyat (hikayat) yang didengar dan dibaca 4.8 Mengembangkan cerita rakyat (hikayat) ke dalam bentuk cerpen dengan memerhatikan isi dan nilainilai Eksposisi biasanya digunakan seseorang untuk menyajikan gagasan dari sudut pandang tertentu dan disertai degan alasan-alasan logis. Teks ini bisanya digunakan dalam kegiatan ceramah, perkuliahan, pidato, editorial, opini dan sejenisnya. 2.3.1 Struktur Teks Eksposisi Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2006), struktur memiliki arti susunan; cara sesuatu yang disusun atau dibangun; bangunan yang disusun dengan pola tertentu; pengaturan unsur-unsur atau bagian-bagian dari suatu benda atau sudut. Jadi, struktur teks eksposisi dapat diartikan sebagai susunan yang ada di dalam teks eksposisi yang dibangun dengan pola tertentu. Teks eksposisi merupakan teks yang dibangun oleh pendapat atau opini. Sejalan dengan isi teks eksposisi, struktur teks eksposisi meliputi (a) tesis atau pernyataan pendapat, (b) argumentasi, dan (c) penegasan ulang. Tesis atau pernyataan pendapat adalah bagian pembuka dalam teks eksposisi. Bagian tersebut berisi pendapat umum yang disampaikan penulis terhadap permasalahan yang diangkat dalam teks ekposisi.

27 Argumentasi merupakan unsur penjelas untuk mendukung tesis yang disampaikan. Argumentasi dapat berupa alasan logis, data hasil temuan, fakta-fakta, bahkan pernyataan para ahli. Argumen yang baik harus mampu mendukung pendapat yang disampaikan penulis atau pembicara. Bagian terakhir adalah penegasan ulang, yaitu bagian yang bertujuan menegaskan pendapat awal serta menambah rekomendasi atau saran terhadap permasalahan yang diangkat. 2.3.2 Kaidah Kebahasaan Teks Eksposisi Dalam teks ekposisi banyak digunakan istilah yang sesuai dengan bidang permasalahan yang dibahas. Penggunaan istilah tersebut membantu penulis atau pembicara memperkuat gagasan yang disampaikan. Contoh istilah di dalam teks eksposisi, seperti polusi, habitat, rekonsilisasi, efek, konsep dan lain-lain. Selain menggunakan istilah dalam bidang yang dibahas, teks eksposisi juga banyak menggunakan kata sifat (adjektiva) dan kalimat verbal, yaitu kalimat yang berpredikat kata kerja (verba). Di dalam teks eksposisi dan teks lainnya, kita akan menemukan perubahan jenis kata karena afiksasi (pengimbuhan). Berikut contoh proses afiksasi.

28 Tabel 2.2 Contoh Proses Afiksasi (Pengimbuhan) Kata Bentukan Jenis Imbuhan Kata Dasar Jenis Penipisan Nomina pe(n)-an tipis adjektiva Kerusakan Nomina ke-an rusak adjektiva Kemiskinan Nomina ke-an miskin adjektiva 2.4 Kevalidan Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, valid dapat diartikan berlaku, sah, sahih; menurut cara yang semestinya. Menurut Nieveen (Fajrian, 2016:24) aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu apakah produk pengembangan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat, dan apakah didapat konsistensi secara internal. Kevalidan LKS ini akan dinilai oleh 1 ahli media dan 1 ahli materi. 2.5 Kepraktisan Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia didapatkan bahwa praktis memiliki arti berdasarkan praktek; mudah dan senang memakainya; tidak sulit dilakukan (dikerjakan). Menurut Nieveen (Fajrian, 2016:24) aspek kepraktisan juga dikaitkan dengan dua hal, yaitu apakah para ahli dan praktisi menyatakan produk pengembangan dapat diterapkan, dan secara nyata di lapangan, produk pengembangan dapat diterapkan dengan kriteria baik. Kepraktisan LKS ini akan dilihat dari hasil persentase dan tanggapan dari 5 siswa serta 1 guru Bahasa Indonesia.