PERJANJIAN SEWA BELI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN (Studi Komparatif Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor di Beberapa Perusahaan Finance Surakarta)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. orang bisa memiliki mobil sebagai barang milik pribadi. Rental mobil (persewaan mobil) yang dapat membantu seseorang yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. terkumpulnya uang yang cukup untuk membeli barang tersebut secara tunai.

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan. Bank sebagai lembaga keuangan ternyata tidak cukup mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk

TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. berproduksi. Tapi dalam kenyataannya daya beli masyarakat belum bisa sesuai

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI

SKRIPSI PELAKSANAAN JUAL BELI DAN STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH APARTEMEN DI SOLO PARAGON

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

Oleh: IRDANURAPRIDA IDRIS Dosen Fakultas Hukum UIEU

PEMBIAYAAN DAN JAMINAN (Aspek Jaminan pada Perjanjian Pembiayaan Konsumen di PT. WOM Finance Tbk, Surakarta)

GADAI DAN HAK KEBENDAAN TINJAUAN YURIDIS GADAI SEBAGAI HAK KEBENDAAN UNTUK JAMINAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang mengelola kekuatan potensi ekonomi menjadi kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat dari

SKRIPSI PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR ( STUDI KASUS DI DEALER ASLI MOTOR KLATEN )

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance).

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi ijin. untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut

KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA. Oleh:

TINJAUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT BANK DI BPR BKK Capem BATURETNO Kab. WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016


BAB I PENDAHULUAN. kita dapat melakukan segala macam kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, tangga, sekolah, rumah sakit, dan industri-industri.

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan,

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA

ANALISA YURIDIS PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR MENURUT KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA DI DEALER MAMAK MOTOR SAMPANG SKRIPSI.

PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari bermacam-macam kebutuhan

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015

ASPEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) PERSERO

Skripsi TANGGUNGJAWAB HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL BEKAS

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Bank adalah salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dasar berlakunya perjanjian sewa beli adalah Pasal 1338 ayat (1) KUH

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika. Multi Finance Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat telah memberikan kemajuan yang luar biasa kepada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis di atas penulis akan memberikan kesimpulan dari

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak krisis melanda Indonesia, perekonomian Indonesia mengalami

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

TINJAUAN YURIDIS WANPRESTASI PADA PERJANJIAN LEASING

BAB I PENDAHULUAN. adalah Perjanjian Sewa Beli. Perjanjian ini timbul dalam praktek karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa. maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dengan banyaknya industri rokok tersebut, membuat para produsen

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

PERAN KOPERASI UNIT DESA DALAM MEMBERIKAN KREDIT DI KALANGAN MASYARAKAT KLATEN (Studi Di KUD JUJUR Karangnongko)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menyelerasikan dan menyeimbangkan unsur-unsur itu adalah dengan dana (biaya) kegiatan untuk menunjang kehidupan manusia.

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali

BAB I PENDAHULUAN. pesat, sehingga produk yang dihasilkan semakin berlimpah dan bervariasi.

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

PELAKSANAAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) KC SOLO KARTASURA

Penerapan Klausula Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan. Perbankan, dalam pasal 1 angka 2 dinyatakan bahwa:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk

PERJANJIAN KREDIT DENGAN SISTEM REKENING KORAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang. menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari,

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

ABSTRAK. Keywords: Tanggung Jawab, Pengangkutan Barang LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

PELAKSANAAN PERJANJIAN FIDUSIA PADA FIF ASTRA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH HAK MILIK SEBAGAI JAMINAN KREDIT DI KABUPATEN BOYOLALI

ASPEK HUKUM SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR Oleh : Firman Floranta Adonara S.H.,M.H.

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi,

Transkripsi:

PERJANJIAN SEWA BELI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN (Studi Komparatif Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor di Beberapa Perusahaan Finance Surakarta) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun oleh : LAYLI NUR FAUZIAH NIM : C. 100. 050. 044 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia yang selanjutnya diikuti pula dengan perkembangan berbagai bentuk macam transaksi, salah satu contohnya adalah sewa beli. Hal paling pokok yang menyebabkannya adalah karena para konsumen/pembeli memiliki dana yang terbatas. Pembelian barang bergerak misalnya kendaraan bermotor dengan sewa beli dipandang sangat membantu pembeli dan sesuai dengan kemampuan mereka untuk dapat memiliki barang yang diinginkannya tersebut. Sewa beli ini menawarkan cara-cara pembayaran dengan angsuran dalam beberapa kali dan dalam jangka waktu yang relatif lama, yang tidak dijumpai dalam sistem pembayaran tunai. Hal inilah yang menyebabkan sistem sewa beli tersebut semakin populer di masyarakat, tanpa terpikirkan persoalan-persoalan hukum yang mungkin timbul di kemudian hari, praktik sewa beli yang banyak dilakukan di masyarakat adalah sewa beli kendaraan bermotor, hal itu dibuktikan dengan adanya lembaga pembiayaan seperti PT. Bussan Auto Finance (BAF), PT. ADIRA Finance, PT. Mandala Multi Finance dan PT. Artha Asia Finance, PT.Suzuki Finance, dan lain-lain. Sewa beli adalah jual beli barang di mana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah 1

2 disepakati bersama dan telah diikat dalam suatu perjanjian serta hak milik atas barang tersebut baru beralih dari penjual pada pembeli setelah jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli. 1 Sewa beli tersebut merupakan suatu perjanjian yang didasarkan pada asas kebebasan berkontrak. Hal tersebut sebagai asas pokok dari hukum perjanjian yang diatur dalam pasal 1338 KUH Perdata, yang berbunyi: Suatu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undangundang bagi mereka yang membuatnya. Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali, kecuali dengan sepakat bersama kedua pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undangundang dinyatakan cukup untuk itu. Suatu perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik Sewa beli merupakan suatu perjanjian yang dikelompokkan dalam perjanjian tidak bernama (Onbenoemde Contracten). Menurut Wirjono Prodjodikoro, bahwa sistem dalam KUH Perdata memungkinkan para pihak mengadakan persetujuan-persetujuan yang sama sekali belum diatur dalam KUH Perdata maupun peraturan perundang-undangan. J. Satrio memberikan pengertian yang dimaksud dengan perjanjian tak bernama adalah perjanjian-perjanjian yang belum ada pengaturannya secara khusus di dalam undang-undang, baik dalam KUH Perdata maupun undangundang lainnya. Karena belum diatur tersebut maka dalam praktiknya didasarkan pada kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan putusan pengadilan atau yurisprudensi. 2 1 Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi No. 34/KP/II/80 tentang Perizinan Kegiatan Sewa Beli, Jual Beli dengan Angsuran dan Sewa, Pasal 1 Huruf a. 2 J. Satrio. Hukum Perjanjian. Bandung : Alumni. 1992.

3 Dalam hal ini maksud dari suatu perjanjian adalah suatu hubungan hukum harta benda/kekayaan antara dua orang atau lebih yang memberikan kekuatan hak pada salah satu pihak untuk memperoleh prestasi dan mewajibkan pihak lain untuk melaksanakan prestasi. 3 Sistem dalam KUH Perdata merupakan sistem terbuka. Artinya, diakui adanya asas kebebasan berkontrak, seperti dalam Pasal 1338 KUH Perdata. Berdasarkan asas tersebut, para pihak dapat mengadakan persetujuanpersetujuan yang sama sekali belum diatur dalam KUH Perdata maupun undang-undang lain. Berdasarkan asas kebebasan berkontrak tersebut maka lahirlah sewa beli sebagai terobosan dari jual beli tunai dan merupakan varian jual beli angsuran. Dalam hal sewa beli dikelompokkan pada jual beli ataukah sewamenyewa. Menurut Mariam Darus Badrulzaman, perjanjian tersebut merupakan perjanjian campuran di mana dalam ketentuan-ketentuan mengenai perjanjian khusus diterapkan secara analogis, sehingga setiap unsur dari perjanjian khusus tetap ada. 4 Apabila unsur-unsur dari perjanjian jual beli lebih kuat maka dikelompokkan dalam perjanjian jual beli. Demikian pula apabila unsurunsur perjanjian sewa-menyewa lebih kuat maka sewa beli dikelompokkan dalam perjanjian sewa-menyewa. Sewa beli ini dalam masa pembayarannya, hak milik barang masih berada di tangan penjual, sehingga selama pembayaran angsuran dianggap 3 Yahya Harahap. Segi-segi Hukum Perjanjian. Bandung : Alumni. 1986. hal. 6. 4 Mariam Darus Badrulzaman. KUH Perdata buku III tentang Hukum Perikatan dengan Penjelasan. Bandung; Alumni. 1983. hal. 90-91.

4 sebagai sewa, sampai seluruh harga barang dipenuhi baru kepemilikan secara otomatis akan beralih. Meskipun antara jual beli tunai dan sewa-menyewa sama-sama diatur dalam KUH Perdata, tetapi keduanya mempunyai perbedaan yaitu: a. Pada perjanjian jual beli tunai, hak kepemilikan terhadap suatu barang langsung beralih dari penjual ke pembeli. b. Pada perjanjian sewa-menyewa, pihak penjual hanya memberikan kenikmatan atas suatu barang, tentu saja hal tersebut didasarkan pada imbalan/kontraprestasi berupa pembayaran sejumlah uang yang telah ditetapkan sebelumnya. Umumnya sewa beli menggunakan bentuk perjanjian baku (standard form contact) yang mengikat penjual dan pembeli. Klausul-klausul dalam perjanjian tersebut telah dibuat sebelumnya oleh pihak penjual tanpa melibatkan pihak pembeli dan pembeli hanya tinggal menandatanganinya. Pembeli yang membutuhkan kendaraan bermotor harus menerima klausulklausul yang telah disiapkan oleh penjual. Dalam perjanjian di mana bentuk, syarat, atau isi yang dituangkan dalam klausul-klausul telah dibuat secara baku (standard contract) maka kedudukan hukum (recht positie) pembeli tidak leluasa atau tidak bebas dalam mengutarakan kehendaknya. Hal ini bisa terjadi karena pembeli tidak mempunyai kekuatan menawar (bargaining power). Dalam standard form contract, pembeli disodori perjanjian dengan syarat-syarat yang ditetapkan sendiri oleh penjual, sedangkan pembeli hanya

5 dapat mengajukan perubahan pada hal-hal tertentu saja, seperti tempat penyerahan barang dan cara pembayaran, di mana hal ini pun bila dimungkinkan oleh penjual. Pada umumnya, dalam perjanjian baku, hak-hak penjual lebih menonjol daripada hak-hak pembeli, karena pada umumnya syarat-syarat atau klausul-klausul bagi pembeli adalah kewajiban-kewajiban saja, sehingga dengan demikian hak dan kewajiban antara penjual dan pembeli tidak seimbang. Penjual mempunyai lebih banyak hak dibanding pembeli sedangkan kewajiban pembeli lebih besar daripada kewajiban penjual. Perjanjian baku yang ditetapkan satu pihak tersebut, menunjukkan bahwa sewa beli dalam praktiknya memiliki ciri tersendiri, yaitu upaya untuk memperkuat hak penjual dari segala kemungkinan terburuk, selama masa kontrak atau sebelum waktu pelunasan angsuran, untuk kepentingan penjual sendiri. Hal ini yang membuat perjanjian baku yang dipergunakan dalam sewa beli sering menjadi penyebab utama timbulnya masalah di pihak pembeli. Salah satu contoh persoalan yang timbul adalah klausul hari jatuh tempo pembayaran, yaitu persyaratan mengenai hak penjual menarik obyek perjanjian, apabila pembeli mengalami kemacetan dalam pembayaran. Umumnya, persoalan dalam perjanjian sewa beli timbul apabila terjadi penarikan obyek perjanjian. Apabila penarikan tersebut sesuai undangundang maka membutuhkan waktu yang relatif lama, karena harus melalui putusan Pengadilan/Hakim. Untuk menghindari risiko tersebut, pihak

6 penjual sering menempuh jalan pintas dengan penarikan kendaraan bermotor secara langsung, sesuai dengan klausul dalam perjanjian (parate eksekusi), bahkan sering menggunakan aparat keamanan untuk menarik kendaraan bermotor tersebut dari pembeli di mana pun berada. Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil judul PERJANJIAN SEWA BELI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN (Studi Komparatif Perjanjian Sewa beli Kendaraan Bermotor Baik Roda Dua atau Roda Empat di Beberapa Perusahaan Finance Surakarta). B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah materi-materi (klausul-klausul) yang biasanya terdapat dalam perjanjian sewa beli? 2. Bagaimanakah perbedaan pelaksanaan antara sewa beli kendaraan bermotor (roda dua) di PT. Suzuki Finance dengan sewa beli kendaraan bermotor (roda empat) di PT. Artha Asia Finance? 3. Bagaimanakah problematika dan penyelesaian yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian sewa beli kendaraan bermotor (roda dua) di PT. Suzuki Finance dengan sewa beli kendaraan (roda empat) di PT. Artha Asia Finance?

7 C. Tujuan Penelitian Dari permasalahan-permasalahan tersebut, tujuan penelitian yang hendak dicapai penulis adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui materi-materi (klausul-klausul) yang biasanya terdapat dalam perjanjian sewa beli? 2. Untuk mengetahui perbedaan pelaksanaan sewa beli kendaraan bermotor (roda dua) di PT. Suzuki Finance dengan sewa beli kendaraan bermotor (roda empat) di PT. Artha Asia Finance. 3. Untuk mengetahui problematika dan penyelesaian yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian sewa beli kendaraan bermotor (roda dua) di PT.Suzuki Finance dengan sewa beli kendaraan (roda empat) di PT. Artha Asia Finance. D. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilaksanakan harus dapat memberikan manfaat jelas. Adapun manfaat yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Segi Teoretis 1. Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai penelitian awal yang berguna bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam. 2. Memberikan sumbangan terhadap ilmu hukum pada khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.

8 b. Segi Praktis 1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai perjanjian sewa beli. 2. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran terhadap pengetahuan dan wawasan keilmuan khususnya bagi praktisi hukum, terutama pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. E. Metode Penelitian Metode dalam hal ini diartikan sebagai suatu cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu. Sedangkan penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji suatu pengetahuan; suatu usaha di mana dilakukan dengan menggunakan metode tertentu. 5 Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin tentang suatu manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya, 5 Sutrisno Hadi. Metodologi penelitian. Yogyakarta: UGM Press. 1997. hal. 3.

9 mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori lama dalam menyusun teori baru. 6 Alasan menggunakan penelitian deskriptif adalah untuk memberikan gambaran, lukisan dan memaparkan segala sesuatu yang nyata yang berhubungan dengan perjanjian sewa beli. 2. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di PT. Suzuki Finance dan PT. Artha Asia Finance yang berkedudukan di Surakarta. 3. Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua sumber data yang meliputi: a) Data primer Yaitu data yang berasal dari sumber data utama, berupa tindakantindakan sosial dan kata-kata dari pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti. 7 Sehingga penulis dapat memperoleh hasil sebenarnya dari obyek yang diteliti melalui informan dari pihak-pihak terkait. b) Data sekunder Yaitu data-data yang berasal dari bahan kepustakaan berupa peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen yang ada hubungannya dengan obyek penelitian. 6 Soerjono Soekamto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. 1993. hal. 10. 7 Lexy J. Moeloeng. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. 1994.

10 4. Metode Pengumpulan Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui dua metode, yaitu studi lapangan dan studi pustaka. a) Studi lapangan Metode ini digunakan untuk memperoleh data primer. Caranya, peneliti terjun langsung ke lapangan guna memperoleh data yang diperlukan. b) Wawancara Berupa tanya jawab antara penulis dengan sumber informasi yang berlangsung secara lisan. Wawancara ini dilakukan dengan cara terarah, guna mencapai data yang jelas sehingga penulis lebih mudah untuk menganalisis dan mengembangkan data yang dihasilkan dari wawancara tersebut. c) Observasi (pengamatan) Dengan cara mengamati secara langsung pola-pola perilaku yang nyata sebagaimana adanya, untuk memperoleh gambaran yang lebih mendalam mengenai perilaku manusia yang mungkin tidak diketemukan dalam teori. d) Studi pustaka Tahap ini digunakan untuk memperoleh data sekunder yang dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku, pendapat-

11 pendapat para sarjana, dokumen-dokumen perundang-undangan yang berkaitan dengan obyek penelitian. 5. Metode Analisis Data Setelah data yang diperlukan terkumpul, selanjutnya adalah analisis. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh dan disusun secara sistematis, kemudian disimpulkan sehingga dapat diperoleh gambaran yang baik, jelas, dan dapat memberikan data seteliti mungkin mengenai obyek penelitian. F. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh pembahasan dan pemahaman penelitian ini, penulis membuat sistematika penulisan skripsi sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode penelitian F. Sistematika Penulisan

12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Perjanjian Sewa beli 1. Pengertian Perjanjian Sewa beli 2. Ketentuan Hukum mengenai Perjanjian Sewa beli 3. Kewajiban dan Tanggung Jawab Para Pihak-pihak dalam Perjanjian Sewa beli 4. Berakhirnya Perjanjian Sewa beli B. Tinjauan Umum tentang Lembaga Pembiayaan 1. Pengertian Lembaga Pembiayaan 2. Sewa Guna Usaha 3. Anjak Piutang 4. Usaha Kartu Kredit C. Klausul-klausul dalam Perjanjian Sewa beli 1. Klausul Hari Jatuh Tempo atau Menggugurkan 2. Klausul Larangan Memindah Tangankan Obyek Perjanjian 3. Klausul Dapat Dituntut Pembayaran Sekaligus atau Seketika 4. Klausul Percepatan Pembayaran 5. Klausul Denda 6. Klausul Asuransi 7. Klausul Kuasa dengan Hak Substitusi atau Kuasa Mutlak yang Tidak Dapat Dicabut Kembali

13 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Materi atau Klausul-klausul yang Terdapat dalam Perjanjian Sewa beli B. Perbandingan atau Komparatif Perjanjian Sewa beli 1. Perjanjian Sewa beli Kendaraan (Roda Empat) di PT. Artha Asia Finance 2. Perjanjian Sewa beli Kendaraan Bermotor (Roda Dua) di PT. Suzuki Finance C. Permasalahan yang Timbul dalam Pelaksanaan Perjanjian Sewa beli BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN