BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan dan Kepariwisataan

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan, dan Kepariwisataan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata dan Industri Pariwisata

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wisatawan itu sendiri. Sejak dahulu kegiatan pariwisata sudah banyak dilakukan oleh

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata, Ilmu Pariwisata dan Wisatawan

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kajian

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam buku-buku pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan wisata yang berarti kunjungan untuk melihat, mendengar, menikmati dan

Sarana dan prasarana pariwisata yang lancar merupakan salah satu indikator perkembangan pariwisata. Sarana/prasarana diartikan sebagai proses tanpa

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN WISATA AGRARIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

BAB II URAIAN TEORITI TENTANG PARIWISATA

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia, dewasa ini Pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh : Cica Yulia, S.Pd, M.Si

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN. petualangan, romantik dan tempat- tempat eksotik, dan juga meliputi realita

BAB II URAIAN TEORITIS. : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata

BAB II PEMBAHASAN TEORI

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu sintesa mengenai konsepsi dan pengertian pariwisata yang digunakan sebagai

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian-pengertian mengenai pariwisata yang menitikberatkan pada

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. Berdasarkan ketentuan World Association of Travel Agent (WATA)

Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun 1996 Tentang : Penyelenggaraan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR. pandapat ahli yang berhubungan dengan penelitian ini. 1. Pengertian Gaeografi Pariwisata dan Industri Pariwisata

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II URAIAN TEORITIS. Peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi diberbagai negara tidak diragukan lagi.

BAB II URAIAN TEORISTIS TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1990 T E N T A N G K E P A R I W I S A T A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GAMBARAN UMUM PARIWISATA

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan. pengembangan budaya bangsa dengan memanfaatkan seluruh potensi

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber pendapatan daerah. Program pengembangan dan pendayagunaan sumber

NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 18 Tahun 1994

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN. 2.1 Beberapa Pengertian Tentang Kepariwisataan

BAB II TINJAUAN UMUM DESA WISATA

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. potensi wisata dengan keunikan yang khas dan siap untuk memanjakan para

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

TINJAUAN PUSTAKA. kandungan gejala alam dari suatu kawasan. Menurut Undang-undang (UU)

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam dan menarik untuk di kembangkan sebagai obyek dan daya tarik

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA

BAB II URAIAN TEORITIS. bertujuan untuk bersenang-senang dan mendapatkan service selama dalam perjalanan.

BAB II LANDASAN TEORI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan dan Kepariwisataan

BAB II TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

TINJAUAN PUSTAKA. atraksi di tempat tujuan (Suyitno, 2006). Wisata memiliki karakteristik. kembali ke tempat asalnya.

Transkripsi:

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Objek Pemandian Air Panas Pemandian Air Panas atau sumber air panas adalah mata air yang dihasilkan akibat keluarnya air tanah dari kerak bumi setelah dipanaskan secara geotermal. Air yang keluar suhunya di atas 37 C (suhu tubuh manusia), namun sebagian mata air panas mengeluarkan air bersuhu hingga di atas titik didih. Di seluruh dunia terdapat mata air panas yang tidak terhitung jumlahnya, termasuk di dasar laut dan samudra. Air panas lebih dapat mengencerkan padatan mineral, sehingga air dari mata air panas mengandung kadar mineral tinggi, seperti kalsium, litium, atau radium. Mandi berendam di dalam air panas bermineral, dipercaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Berdasarkan alasan tersebut, orang membangun pemandian air panas dan spa untuk tujuan rekreasi dan pengobatan. Sumber air panas memiliki dua sumber panas, magma yang berada di dasar gunung berapi, dan panas yang bukan dari gunung berapi. Jenis mineral yang dikandung air menyebabkan perbedaan warna air, bau, dan khasiat mandi dengan air panas tersebut. Air panas bisa keluar secara alami dari dalam tanah, atau keluar setelah dibor manusia. Di kawasan gunung berapi, air dipanaskan oleh magma hingga menjadi sangat panas. Air menjadi terlalu panas hingga membentuk tekanan uap, dan menyembur ke permukaan bumi sebagai geyser. Bila air hanya mencapai permukaan bumi dalam bentuk uap, maka disebut fumarol. Bila air tercampur dengan lumpur dan tanah liat, maka disebut kubangan lumpur panas. 2.2 Pengertian Wisatawan Berdasarkan Undang-undang No.9 tahun 1990, tentang kepariwisataan, menyebutkan definisi dari wisata, wisatawan kepariwisataan dan pariwisata yaitu:

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara waktu, untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.. Usaha Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata, atau menyediakan, mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. Objek dan Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun dan disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Dari pendapat di atas dapat diambil beberapa asensi terpenting dari pengertian Pariwisata yang menjadi ciri-cirinya yaitu : a) Perjalanan dilakukan untuk sementara waktu. b) Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain. c) Perjalanan itu walau apapun bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan dan rekreasi. d) Tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjungi 2.3 Produk Pariwisata Pada umumnya yang dimaksud dengan produk dalam ilmu ekonomi adalah sesuatu yang dihasilkan melalui suatu proses produksi. Dalam pengertian ini, ditekankan bahwa tujuan akhir dari suatu proses produksi tidak lain adalah suatu barang (produk) yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan guna memenuhi kebutuhan manusia. Medlik dan Meddleton mengemukakan bahwa produk pariwisata adalah semua jasa-jasa (servis) yang dibutuhkan wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan rumah sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya sampai ia kembali dimana ia bisa tinggal.

Jadi dapat disimpulkan bahwa produk pariwisata adalah produk yang dihasilkan oleh berbagai jenis usaha yang terdiri dari produk nyata maupun tidak nyata yang diutuhkan wisatawan selama perjalanannya. Produk ataupun jasa-jasa tersebut adalah sebagai berikut : 1. Biro Perjalana Wisata Memberikan informasi tentang objek wisata yang telah ada di suatu daerah, pengurusan dokumen-dokumen (paspor,visa) membuat dan mengatur suatu rencana peralanan dan lain sebagainya 2. Perusahaan angkut, baik darat, udara maupun laut Memberikan pelayanan kepada wisatawan berupa alat trasportasi yang membawanya ke daerah-daerah yang telah dipilihnya. 3. Jasa-jasa dari perhotelan/akomodasi, bar dan restoran, fasilitas rekreasi, entertainment dan lain-lain. 4. Jasa-jasa Travel Agent atau Tour Operator yang menyelenggarakan city sight seeing tours atau excursiont pada objek wisata dan atraksi wisata setempat. 5. Jasa-jasa transport lokal (bus, taxi, tourist coach), dalam melakukan city sight seeing, tours atau excursion pada objek wisata dan atraksi wisata setempat. 6. Objek wisata atau atraksi wisata yang terdapat di daerah tujuan wisata yang menjadi daya tarik orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut. 7. Jas-jasa souvenir shop dan handicraft serta shopping center, dimana wisatawan dapat berbelanja untuk membeli oleh-oleh dan barang-barang lainnya. 8. Perusahaan pendukung seperti penjual post card, perangko, kantor pos, penjual kamera dan film, penukaran uang (money changer) dan bank. Adapun ciri-ciri dari produk wisata adalah sebagai berikut : 1. Produk terjadi pada saat konsumen mempergunakan jasa-jasa pariwisata. 2. Produk pariwisata tidak dapat dicicipi terlebih dahulu oleh calon konsumen. 3. Komponen-komponen produk pariwisata tidak dapat diukur karena tidak memiliki ragam bentuk 4. Produk pariwisata sangat tergantung pada manusia dan sedikit sekali tergantung pada alat-alat produksi.

5. Produksi wisata merupakan usaha-usaha yang memerlukan investasi yang besar, dengan resiko yang tinggi, sedangkan permintaan konsumen elastis. 6. Pemintaan (demand) tidak tetap dan sangat dipengaruhi oleh faktor non ekonomi seperti gejolak politik. 2.4 Uraian Teoritis Tentang Objek dan Daya Tarik Wisata Dalam kepariwisataan Indonesia, terdapat perbedaan objek dab atraksi wisata. Hal ini ditemukan dalam literatur luar negeri. Untuk pengertian objek wisata mereka lebih banyak menggunakan istilah tourism attractions yaitu : segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. Kita akan menyebut sesuatu ini sebagai objek wisata, bila untuk melihat objek tersebut tidak dibutuhkan persiapan yang akan dilakukan terlebih dahulu. Misalnya :pemandangan, gunung, sungai, danau, lembah, monumen, candi dan lain-lain. (Yoeti,1996:172) Lain halnya dengan atraksi wisata yaitu: segala sesuatu yaang harus dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dinikmati dan dilihat, yang termasuk dalam kelompok ini adalah: tari-tarian, kesenian rakyat tradisional, upacara adat dan lain sebagainya. Menurut Marioti (Yoeti, 1996:172), ada tiga hal yang menjadi daya tarik orang untuk mengunjungi suatu daerah. Adapun tiga hal tersebut adalah: 1. Hasil ciptaan manusia (man made supply), yang berupa benda-benda sejarah, kebudayaan dan keagamaan. 2. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta (natural amenities), yang termasuk dalam kelompok ini ialah: iklim, flora, fauna, bentuk tanah, pemandangan, hutan belukar dan lain-lain. 3. Tata cara hidup masyarakat (the way of life), Misalnya: pembakaran mayat di Bali (Ngaben), upacara sekaten di Yogyakarta. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah unsur-unsur lingkungan hidup yang terdiri dari sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai daya tarik untuk menjadi sasaran wisata.

2.4.1 Ruang Lingkup Objek dan Daya Tarik Wisata Di dalam UU No.9/1990 tentang kepariwisataan memberikan rumusan tentang ruang lingkup objek dan daya tarik wisata, yaitu: a. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan. Objek dan daya tarik wisata ciptaan tuhan ini merupakan suatu kawasan yang berisi flora dan fauna yang dikuasai atau dikelola untuk dijadikan suatu tempat untuk melaksanakan kegiatan wisata. Objek dan daya tarik wisata ini dapat dibedakan atas 3 kelompok, yaitu: 1. Objek wisata kawasan hutan, pertanian, perkebunan dan peternakan. 2. Objek wisata laut, pantai, gunung dan sebagainya. 3. Objek wisata lembah, gua dan sebagainya. Adapun unsur yang membentuk daya tarik sumber daya alam dan ekosistemnya sebagai objek wisata adalah :keindahan, keunikan dan kelangkaan, banyaknya sumber daya alam yang menonjol yang memiliki ciriciri potensial untuk daya tarik bagi pengunjung, keutuhan sumber daya alam, kebrsihan udara lingkungan. b. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia dapat berwujud peninggalan purbakala, sejarah seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, taman rekreasi dan tempat hiburan. Jenis-jenis objek dan daya tarik wisata yang berupa hasil karya manusia dengan budayanya adalah sebagai berikut: 1. Peninggalan sejarah dan kepurbakalaan 2. Aneka ragam budaya seperti: adat istiadat, upacara keagamaan, perkawinan, pemakaman dan lain-lain. 3. Hasil kerajinan tangan dan karya arsitektur. 2.4.2 Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata Objek wisata merupakan salah satu unsur yang terpenting dalam pengembangan di suatu daerah, karena merupakan tujuan wisatawan untuk

berkunjung ke suatu daerah. Oleh sebab itu, maka pengembangannya perlu diusahakan sebaik-baiknya. Perlu disadari bahwa ada berbagai alasan utama orang untuk melakukan kegiatan wisata. Adapun alasan-alasan yang menonjol mengapa mereka melakukan kegiatan wisataantara lain adalah: kesehatan, kesenangan, pendidikan, agama, kebudayaan, hobi, olahraga, konverensi, seminar dan lainnya. Namun pada umumnya mereka akan mengharapkan kenyamanan dan sesuatu yang menyenangkan pada objek yang mereka tuju tersebut. Maka dari itu perlu usaha pengembangan dan pembinaan terhadap objek-objek dan daya tarik wisata tersebut. (Yoety,1985:5). Usaha meningkatkan potensi daya tarik wisata di suatu daerah perlu ada usaha-usaha untuk mengembangkan dan membangun daya tarik wisata yang sudah ada maupun usaha untuk menciptakan objek dan daya tarik wisata baru. Misalnya dengan menggariskan kebijaksanaan pariwisata jangka panjang dan jangka pendek, menyiapkan, memberi, dan menyebarkan informasi kepariwisataan dengan ruang lingkup yang seluas-luasnya (Pendit, 1999:300) Usaha pengembangan ini bukanlah suatu pekerjaan yang mudah karena melibatkan suatu potensi sumber daya alam, flora, fauna dan faktor manusia. Faktor pelestarian oleh karena itu, perlu diperhatikan supaya potensi sumber daya yang dimiliki tidak rusak dan dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lama. Hal yang penting agar usaha pengembangan dan pengelolaan objek dan daya tarik wisata tersebut dapat memberikan sesuatu hal yang menarik dan memotivasi wisatawan untuk berkunjung adalah bila terpenuhinya tiga syarat utama yang harus ada di objek wisata yaitu : a. Something to do, yaitu kegiatan yang dapat dilakukan. b. Something to see, yaitusesuatu hal yang dapat dilihat. c. Something to buy,yaitu sesuatu yang dapat dibeli. (Yoety,1996:178) Ada beberapa hal beberapa hal yang merupakan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam usaha pengembangan objek dan daya tarik wisata sesuai dengan UU No.9/1990, antara lain : Mampu mendorong peningkatan dan perkembangan kehidupan ekonomi, sosial budaya dalam masyarakat.

Memperhatikan nilai-nilai agama, adat istiadat serta pandangan nilai-nilai yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat. Memperhatikan kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup. Memperhatikan kelestarian usaha pariwisata itu sendiri. Mengorganisir pengelolaan objek dan daya tarik wisata merupakan unsur yang sangat penting juga untuk diperhatikan. Suatu objek yang baik dan memiliki potensi yang cukup besar belum tentu dapat berkembang dengan baik dan mampu memberikan nilai ekonomi apabila tidak disertai dengan pengadaan suprastruktur dan infrstruktur yang cukup memadai. Untuk mengelola dan mengadakan sarana dan prasarana ini adalah menjadi tugas baik pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat yang ada disekitar objek wisata. Oleh sebab itu maka usaha pengembangan objek dan daya tarik wisata ini tidak dimonopoli oleh salah satu pihak saja, namun dapat dilakukan oleh semua pihak yang terlibat. Pengorganisasian ini sangat penting meminimalisasikan dampak negatif dari perkembangan periwisata terhadap masyarakat dan lingkungan. 2.4.3 Pengusahaan dan Pengelolaan Objek dan Daya Tarik Wisata Suatu objek dan daya tarik wisata tidak akan memilki nilai ekonomi apaapa, apabila tidak mendapatkan pengelolaan atau manajemen yang baik. Maka untuk meningkatkan potensi daya tarik sehingga mampu memberikan manfaat ekonomi, maka suatu objek tersebut perlu dikelola secara profesional. Pengelolaan itu tidak saja semata-mata untuk mengelola objek dan daya tarik wisata itu sendiri, namun juga perlu usaha-usaha untuk membangun dan mengembangkan serta mengelola sarana dan prasarana yang mendukung objek dan daya tarik wisata itu. Seorang wisatawan tidak akan menikmati objek dan daya tarik wisata apabila untuk mencapai objek itu sendiri sangat sulit dan memakan biaya yang sangat besar. Ataupun apabila di tempat objek daya tarik wisata itu sangat sulit ditemui sarana rumah makan, penginapan, toilet dan lain-lain. Selain untuk mengelola dan membangun faktor-faktor fisik, faktor-faktor lain juga perlu mendapatkan perhatian dalam pengelolaannya, seperti merencanakan dan mengelola sumber daya manusia agar dapat menjadi pengelola objek dan daya tarik wisata itu.

Menurut UU No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan dalam pasal, Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata dikelompokkan ke dalam : a. Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam. b. Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata Budaya. c. Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus. Untuk melaksanakan usaha-usaha pengelolaan dan pengusahaan objek dan daya tarik wisata diperlukan izin usaha yang diterbitkan oleh pemerintah. Perusahaan-perusahaan yang melaksanakan kegiatan pengelolaan ini harus memenuhi kewajiban-kewajiban yang antara lain : 1. Menjalankan usaha dengan norma-norma dan ketentuan pengelolaan objek dan daya tarik wisata. 2. Memenuhi segala peraturan dan persyaratan sebagaimana ditetapkan pada keputusan Direktur Jendral Pariwisata No. Kep.18/U/II/88 tentang pelaksanaan ketentuan objek wisata. 3. Memberikan perlindungan terhadap setiap pengunjung objek dan daya tarik wisata. 4. Menjaga martabat objek dan daya tarik wisata lain. 5. Mencegah dan melarang kegiatan yang melanggar kesusilaan, perjudian, penggunaan obat bius dan lain-lain. 6. Menerapkan unsur Sapta Pesona secara mutlak. 7. Mentaati segala perundang-undangan yang menyangkut tenaga kerja dan kegiatan usaha. 2.5 Motivasi Perjalanan Wisata. Di bawah ini diberikan beberapa motivasi, mengapa orang-orang melakukan perjalanan, sebagai berikut : a. Alasan Pendidikan dan Kebudayaan. 1. Ingin melihat bagaimana rakyat negara lain bekerja dan bagaimana cara hidupnya (the way of life). 2. Ingin melihat kemajuan-kemajuan yang telah dicapai negara lain.

3. Ingin menyaksikan tempat-tempat bersejarah, peniggalan-peninggalan kuno, monomen-monumen, kesenian rakyat, industri kerajinan, festival, events, keindahan alam dan lain-lain. 4. Untuk mendapatkan saling pengertian dan ide-ide baru ataupun penemuanpenemuan baru. 5. Untuk berpartisipasi dalam suatu festival kebudayaan, kesenian dan lain sebagainya. b. Alasan Santai, Kesenangan dan Petualangan. 1. Menghindarkan diri dari kesibukan sehari-hari dan kewajiban rutin. 2. Untuk melihat daerah-daerah baru, masyarakat asing dan untuk mendapatkan pengalaman baru. 3. Untuk mendapatkan atau menggunakan kesempatan yang ada agar memperoleh kegembiraan. 4. Untuk mendapatkan suasana yang romantis yang berkesan terutama bagi pasangan-pasangan yang sedang melakukan honeymoon. c. Alasan Kesehatan, Olahraga dan Rekreasi. 1. Untuk beristirahat dan mengembalikan kekuatan sesudah bekerja keras dan ketegangan pikiran. 2. Untuk melatih diri dan ikut pertandingan dalam olahraga tertentu, seperti olimpiade dan sebagainya. 3. Untuk menyembuhkan diri dari suatu penyakit tertentu. 4. Melakukan rekreasi dalam menghabiskan masa liburan d. Alasan Keluarga, negeri asal dan tempat bermukim. 1. Untuk mengunjungi tempat dimana kita berasal atau dilahirkan. 2. Untuk mengunjungi tempat dimana kita pernah tinggal atau berdiam pada masa lalu. 3. Untuk mengunjungi famili dan kawan-kawan. 4. Untuk pertemuan keluarga dan kawan-kawan (reuni). e. Alasan Bisnis, Sosial Politik dan Konferensi. 1. Untuk menyaksikan suatu pameran (exhibition), dagang, peninjauan suatu proyek dan lain-lain. 2. Menghadiri konferensi, seminar, simposium dan pertemuan ilmiah lainnya.

3. Mengikuti perjanjian kerjasama, pertemuan politik dan undangan negaranegara lain yang berhubungan dengan kenegaraan. 4. Untuk ikut dalam suatu kegiatan sosial. f. Alasan Persaingan dan Hadiah. 1. Untuk memperlihatkan kepada orang lain bahwa yang bersangkutan juga dapat atau mampu melakukan perjalanan jauh. 2. Untuk memenuhi keinginan agar dapat bercerita tentang negara lain pada kesempatan-kesempatan tertentu. 3. Agar tidak dikatakan orang ketinggalan zaman. 4. Merealisir hadiah yang diperoleh dalam suatu sayembara tertentu. 5. Merealisir hadiah yang diberikan oleh seseorang. 2.6 Sarana dan Prasarana Pariwisata 2.6.1 Sarana Pariwisata A. Sarana Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Superstructure) Yang dimaksud dengan sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya tergantung pada kedatangan orang yang melakukan kunjungan dan perjalanan wisata. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah : Biro Perjalanan Umum Perusahaan Angkutan Umum Hotel dan Akomodasi lainnya Restoran, Bar dan Rumah Makan lainnya Objek dan Atraksi Wisata B. Sarana Pelengkap Kepariwisataan(Supplementary Tourism Superstructure) Yang dimaksud dengan sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan yang menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok sedemikian rupa sehingga berfungsi untuk memperpanjang masa tinggal wisatawan di tempat atau di daerah yang dikunjunginya. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah : a. Sarana olah raga seperti Lapangan golf

Lapangan tenis Kolam renang Daerah perburuan Permainan bowling Selancar Berlayar b. Sarana Ketangkasan seperti : Permainan bilyard Jackpot c. Sarana Penunjang Kepariwisataan (Supporting Tourism Superstructure) Yang dimaksud dengan sarana penunjang kepariwisataan adalah fasilitasfasilitas yang diperlukan wisatawan, khususnya tourist bisnis, yang berfungsi tidak hanya melengkapi sarana pokok juga membuat para wisatawan lebih betah lama untuk tinggal di daerah itu. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah : Night club Casino Steambath Olah raga ketangkasan 2.6.2 Prasarana Pariwisata Baik sarana dan prasarana kepariwisataan sesungguhnya merupakan tourist supply yang perlu dipersiapkan atau disediakan apabila ingin mengembangkan industri pariwisata, karena dalam kepariwisataan sama seperti prasarana dalam perekonomian pada umumnya, kegiatan kepariwisataan pada hakekatnya tidak lain adalah salah satu kegiatan dari sektor perekonomian juga. Yang dimaksud dengan prasarana (infrastructure) adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa sehinga dapat memudahkan manusia memenuhi kebutuhannya. Jadi fungsinya adalah untuk melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya.

Dalam pengertian ini yang termasuk dalam prasarana kepariwisataan adalah : a. Prasarana umum (General Infrastructure) yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi perekonomian dan yang termasuk dalam kelompok ini adalah Sistem penyediaan air bersih Pembangkit tenaga listrik Jaringan jalan raya dan jembatan Airport, seaport, terminal dan stasiun Alat angkutan seperti pesawat, bus, kapal dan lain-lain Telekomunikasi b. Kebutuhan masyarakat banyak Yaitu sarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak dan yang termasuk kelompok ini adalah :Rumah sakit, Apotik, Bank, Pompa bensin, dan Administrasi Office (seperti pemerintahan umum, polisi, dan lain-lain). Tanpa adanya prasarana tersebut di atas, sukarlah bagi sarana-sarana kepariwisataan untuk dapat memenuhi fungsinya untuk memberikan pelayanan bagi wisatawan dan travellers lainnya. 2.7 Dasar dan Kriteria Pembangunan Objek Wisata 2.7.1 Dasar Pembangunan Objek Wisata Dasar pembangunan objek wisata dapat dikategorikan sesuai tujuan pembangunan sumber daya sebagai objek wisata, sebagai berikut : 1. Komersil Dalam pembangunan objek wisata maka masalah keuntungan keuangan objek wisata merupakan faktor pokok yang lebih diperhatikan dan lebih diperhitungkan dari faktor lain. 2. Pengembangan sosial ekonomi regional Pertimbangan utama adalah apakah pembangunan objek wisata itu mampu memberikan dampak sosial ekonomi regional walaupun secara ekonomi mikro objek wisata itu tidak layak. 3. Kebutuhan rekreasi masyarakat

Objek wisata pertama-tama dibangun dengan maksud memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga pemerintah berkewajiban membangun tempat-tempat rekreasi. Masyarakat ataupun wisatawan biasanya tidak dipungut bayaran untuk berkunjung ke tempat tersebut. Contoh : Taman- Taman Kota, Taman Monas dan sebagainya. 4. Optimalisasi sumber daya yang memiliki fungsi lain Sering terjadi pembangunan atau pemanfaatan sumber daya sebagai objek wisata bukan tujuan utama, karena tujuan utamanya antara lain : untuk konservasi plasma penelitian, pendidikan, perlindungan tata air dan lain sebagainya. Pemanfaatan-pemanfaatan sebagai objek wisata merupakan optimalisasi pemberdayagunaan sumber daya, Contoh :Taman Nasional, Museum dan Cagar Alam. Adapun dasar pertimbangan pembangunan sesuatu objek wisata, maka hal yang mendasar adalah objek wisata harus mampu menarik dan memuaskan pengunjung, dan berdasarkan Undang-Undang No 4 tahun 1982 tentang ketentuanketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup dan Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1986 tentang analisis mengenai dampak lingkungan dan harus memperhatikan dampak lingkungan. Dasar pertimbangan pembangunan objek wisata berpedoman pada : a. Layak Finansial Biasanya membandingkan besaran keuntungan dengan proyek lain dengan menerapkan komersil perbandingan biaya dan penerimaan serta pengembalian modal. b. Layak Sosial Ekonomi Regional Pada mulanya dinilai dari layak finansial, namun andai kata dari sudut finansial proyek rugi, proyek tetap diteruskan apabila layak ekonomi (regional). Dalam kaitan ini analisa biaya dan manfaat biasanya digunakan karena lebih memberikan gambaran dampak nyata pariwisata yang memberikan batas perbandingan (ratio) penting, seperti penerimaan devisa pada setiap unit investasi, modal biaya pada setiap penciptaan lapangan kerja dan penerimaan daerah atau negara pada setiap unit penanaman modal.

c. Layak Teknis Layak teknis berkaitan dengan apakah objek wisata yang ingin dibangun itu dipertanggungjawabkan, misalnya dari segi daya dukung. Apabila daya dukung itu sangat rendah, misalnya karena objek yang bersangkutan berbahaya bagi pengunjung, maka pembangunan objek secara teknis tidak layak, dapat juga suatu objek wisata tidak layak teknis karena tidak terdapat supply air bersih dan sebagainya. d. Layak Linkungan Berdasarkan PP Nomor 29 tahun 1986 tentang analisis mengenai dampak linkungan yang menegaskan apabila : Analisis dampak lingkungan menyimpulkan bahwa dampak negatif yang tidak dapat ditanggulangi berdasarkan ilmu dan teknologi lebih besar dibanding dengan dampak positifnya, maka instansi yang bertanggug jawab memutuskan menolak rencana kegiatan yang bersangkutan. 2.7.2 Kriteria Pembangunan Objek Wisata Kriteria pembangunan objek wisata harus berorientasi pada daya tarik dan memuaskan pengunjung, tanpa mempersoalkan dasar tujuan pembangunan objek wisata adalah : a. Potensi Sumberdaya Manusia Potensi daya tarik sumber daya merupakan pertimbangan utama untuk pembangunan objek wisata, penilaian atas kadar daya tarik sumber daya tidak mudah karena soal rasa dan daya tarik itu sendiri. b. Potensi Pasar Pengembangan sumber daya sebagai objek wisata harus memperhitungkan potensi pasar, tidak hanya dikaitkan dari segi mutu tetapi juga harus dari segi kualitas, seperti: minat, selera dan kebutuhan, termasuk kebutuhan yang disediakan. c. Kemudahan Pencapaian Kemudahan pencapaian adalah suatu keadaan dimana wisatawan dapat mencapai objek wisata dengan mudah dari tempat tinggalnya. d. Kondisi Lingkungan

Perhatian dan perhitungan terhadap kondisi lingkungan suatu objek wisata bersifat timbal balik dalam arti pengaruh atau dampak lingkungan wisatawan terhadap lingkungan objek wisata, seperti : lingkungan sosial budaya, biota dan abiota, sehingga untuk menilai hal itu diperlukan analisis dampak lingkungan. e. Prasarana Wisata Prasarana wisata adalah sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh perjalanan wisatawan pada daerah tujuan wisata, seperti : terminal, jalan, stsiun, listrik, jembatan, telekomunikasi, air. f. Daya Tarik Pendukung Pembangunan objek wisata diperlukan adanya daya tarik wisata pendukung lain, sehingga wisatawan merasa puas karena telah menyaksikan beberapa daya tarik wisata. g. Pengelolaan Dalam pengelolaan objek wisata harus diperhitungkan kemampuan perkembangannya di kemudian hari. h. Sarana Wisata Yang dimaksud sarana pariwisata adalah : hotel, biro perjalanan, trasportasi, restaurant dan sarana pendukung lainnya.