AGROFORESTRI TEMBESU (Fagraea fragrans) BERBASIS KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MUARO JAMBI

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2012 Gambar 1 Perkembangan dan produksi kelapa sawit di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. untuk ekspor maupun komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jojon Soesatrijo. Abstrak

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian pada saat ini khususnya perkebunan lebih diarahkan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. untuk mendatangkan hasil dalam bidang pertanian. tanaman yang diusahakan yaitu tanaman pangan, hortikultura dan tanaman

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUDIDAYA KEMIRI DI LERENG PEGUNUNGAN GAWALISE DESA UWEMANJE KABUPATEN SIGI SULAWESI TENGAH. Yusran 1), Erniwati 1), Sustri 1) 1

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. . Gambar 4 Kondisi tegakan akasia : (a) umur 12 bulan, dan (b) umur 6 bulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Persebaran Lahan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia Sumber : Badan Koordinasi dan Penanaman Modal

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

Pranatasari Dyah Susanti Adnan Ardhana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 74/Menhut-II/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

Oleh : Sri Wilarso Budi R

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang agraris artinya pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Silvikultur intensif jenis rotan penghasil jernang (bibit, pola tanam, pemeliharaan)

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

PENDAHULUAN. tersebar di 32 provinsi. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

AGROFORESTRI TEMBESU (Fagraea fragrans) BERBASIS KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MUARO JAMBI Nursanti, Fazriyas, Albayudi, Cory Wulan Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Jambi email: nursanti@yahoo.com ABSTRAK Kelapa sawit ( Elaeis guineensis) di Provinsi Jambi menjadi salah satu komoditas perkebunan yang memiliki trend pertumbuhan positif. Pada tahun 2015 luas areal kelapa sawit di Jambi sudah mencapai 559.697 ha dengan jumlah produksi 1.963.197 ton. Hal ini didukung oleh peningkatan konversi hutan menjadi kebun kelapa sawit di Jambi sehingga diperlukan upaya untuk mengurangi laju konversi dengan mengembangkan sistem agroforestri kompleks. Sistem agroforestri ini mampu menjadi alternatif yang prospektif untuk menyeimbangkan tujuan ekonomi sekaligus ekologi. Lahan kebun kelapa sawit sangat potensial untuk pengembangan tanaman sela ( intercropping) sebagai tanaman campuran dalam pola agroforestrymisalnya dicampur dengan pohon tembesu (Fagraea fragrans).tembesu merupakan salah satu jenis kayu andalan yang populer disumatera Bagian Selatan (Sumatera Selatan, Jambi dan Lampung), memiliki nilai ekonomi dan nilai budaya yangtinggi bagi masyarakat lokal.jenis tanaman hutan yang dipilih untuk kegiatan pengabdian ini adalah tembesu (Fagraea fragrans) dan kelapa sawit (Elaeis guinensis). Tembesu merupakan pohon penghasil kayu untuk tujuan kayu pertukangan dengan karakteristik kayu yang memiliki kelas kuat I-II dan kelas awet I sehingga bernilai ekonomi tinggi. Sedangkan kelapa sawit sebagai primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas. Kelompok Tani Sumber Rejeki dan Kelompok Tani Bintang Muda di Desa Mudung Darat, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi memiliki tanggapan positif terhadap kegiatan pengabdian ini. Hal ini terlihat dari sikap kebersamaan dalam mengambil keputusan dan mengkoordinasikan anggota untuk mempersiapkan kelancaran dalam kegiatan pengabdian yang akan dilaksanakan. Kata kunci: Agroforestri, Tembesu, Kelapa Sawit. PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyaiperan penting bagi subsektor perkebunan. Pengembangan kelapa sawit memberikan manfaat dalam peningkatan pendapatan petani dan masyarakat, produksi yang menjadi bahan baku industri pengolahan yang menciptakan nilai tambah di dalam negeri, ekspor yang menghasilkan devisa dan menyediakan kesempatan kerja. Di Indonesia, kelapa sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Produksi minyak sawit di Indonesia sebagian besar berada di pulau Sumatera diikuti oleh Kalimantan (Kiswanto, 2008). Di Pulau Sumatera, kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan komoditi perkebunan andalan salah satunya di Provinsi Jambi.Perkembangan kelapa sawit di Jambi menunjukkan tren pertumbuhan yang selalu positif. Sampai dengan tahun 2015 luas areal kelapa sawit di Jambi LPPM Universitas Jambi Halaman 18

sudah mencapai 559.697 ha dengan jumlah produksi 1.963.197 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014). Adanya peningkatan permintaan dunia akan minyak kelapa sawit menyebabkanmaraknya pembukaan perkebunan kelapa sawit baru di hutan Indonesia. Indonesia adalah produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, juga adalah salah satu negara dengan laju deforestasi tertinggi di dunia.konversi hutan menjadi kebun kelapa sawit juga semakin meningkat di Jambi (Alfaizin, 2013). Hal ini mengakibatkan keberadaan hutan di Jambi semakin berkurang.salah satu upaya mengurangi laju konversi hutan tersebut yaitu mengembangkansistem agroforestrycampur. Sistem agroforestri campur ini mampu menjadi alternatif yang prosfektif untuk menyeimbangkan tujuan ekonomi sekaligus ekologi(alfaizin, 2013). Lahan kebun kelapa sawit sangat potensial untuk pengembangan tanaman sela (intercropping) sebagai tanaman campuran dalam pola agroforestry(suhartati dan Wahyudi, 2011) misalnya dicampur dengan pohon tembesu (Fagraea fragrans). Pola agroforestriantara tanaman penghasil kayu tembesu dengan pohon kelapa sawit memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Nilai ekonomi, yaitu dengan mengoptimalkan daya dukung lahan dapat memberikan produk ganda yaitu kelapa sawit dan produk kayu tembesu dan diharapkan di masa datang produk kayu tembesu nilainya dapat menyamai bahkan lebih lebih besar, sehingga masyarakat lebih memilih usaha budidaya sawit yang bercampur dengan produk kayu dalam bentuk pola agroforestri. 2. Nilai ekologis, yaitu dapat mempertahankan karakteristik tanah di sekitar areal perkebunan kelapa sawit. Pada lahan pohon kelapa sawit kesuburan tanahnya cenderung rendah dan menyerap banyak air sehingga adanya vegetasi pohon di antara pohon kelapa sawit dapat menyeimbangkan siklus unsur hara di dalam tanah. Keberadaan pohon juga akan menambah simpanan karbon dari biomasa pohon tersebut. Bunga dan buah pohon tembesu akan menarik hadirnya satwa seperti serangga dan burung sehingga keanekaragaman hayati meningkat. 3. Nilai konservasi, yaitu spesies tembesu merupakan golongan kayu perdagangan native hutan dataran rendah Jambi dengan permintaan yang sangat tinggi karena kualitas dan corak kayu yang cocok untuk kayu pertukangan dan furniture, sehingga tekanan terhadap jenis in sangat tinggi yang dapat mengancam kelestariannya. Konversi lahan berhutan menjadi kebun sawit dapat mengancam kelestarian jenis tersebut, sehingga penanaman tembesu sebagai tanaman campuran pada kebun sawit termasuk upaya konservasi jenis tersebut. Tembesu merupakan salah satu jenis kayu andalan yang populer disumatera bagian selatan (Sumatera Selatan, Jambi dan Lampung), memiliki nilai ekonomi dan nilai budaya yangtinggi bagi masyarakat lokal. Berdasarkan sifat kayunya, tembesu memiliki kelas kuat I-II dan kelas awet I sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan secara luas untuk dipakai, baik di dalam ruangan maupun terbuka.nilai jual kayu tembesu adalah 4-5 juta/m 3 (Mindawati,2014). LPPM Universitas Jambi Halaman 19

Tembesu secara alami tumbuh sebagai tanaman pionirpada areal terbuka bekas terbakar, lahan alang-alang atau pada hutan sekunder yang lembab. Menurut Lemmens et al. (1995) tembesu merupakan jenis yang sangat adaptif dan dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dan kondisi lingkungan, seperti pada tanah datar dan sarang, tanah pasir atau tanah liat berpasir, serta tanah miskin. Tembesu tumbuh baik pada ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan iklim basah sampai agak kering (Martawijaya.,2005). Pengabdian ini akan dilakukan disalah satu daerah perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Muaro Jambi. Dari seluruh perkebunan sawit yang terdapat di Provinsi Jambi (532.293 ha) sebagian besar terdapat di Kabupaten Muaro Jambi (130.260 ha) dan 90.305 ha diantaranya adalah perkebunan rakyat, dengan jumlah petani sebanyak 40.844 kk.adanya pengembangan areal perkebunan kelapa sawit dari tahun ke tahun telah menyebabkan keberadaan hutan di Muaro Jambi semakin terancam(dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2012). Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka pengabdianmengenai agroforestri tembesu berbasis sawit di Muaro Jambi sangat penting untuk dilakukan. Hal tersebut dilakukan mengingat semakin berkurangnya keberadaan hutan khususnya hutan tembesuakibat perluasan lahan kelapa sawit. Dan juga belum banyaknya data mengenai agroforestri tembesu berbasis sawit, khususnya di Pulau Sumatera. Tujuan Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini antara lain : 1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat khususnya kelompok tani yang terdapat di Desa Mudung Darat, Kabupaten Muaro Jambi tentang keuntungan mengembangkan agroforestri berbasis kelapa sawit di wilayah mereka masing-masing. 2. Memberikan pengetahuan cara pembuatan bibit tanaman tembesu kepada masyarakat dan kelompok tani di Desa Mudung Darat, Kabupaten Muaro Jambi sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan bibit yang berkualitas untuk kegiatan agroforestri tembesu berbasis kelapa sawit di Desa Mudung Darat dan kedepannya bisa sebagai penyedia bibit tembesu dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan di Kabupaten Muaro Jambi khususnya dan Provinsi Jambi umumnya. Manfaat Adapun manfaat dari kegiatan pengabdian ini, yaitu antara lain: 1. Pemahaman mitra tentang pentingnya agroforestri tembesu di lahan kelapa sawit Kabupaten Muaro Jambi meningkat. 2. Mitra mampu membudidayakan tembesu di lahan kelapa sawit masing-masing sebagai penambahan incomepetani. 3. Mitra terampil dalam menentukan lokasi penanaman yang baik berdasarkan kondisi tata ruang, naungan, dan jarak tanam agar tembesu dapat tumbuh dengan baik. 4. Mitra terampil memilih anakan tembesu baik dari penangkaran maupun hutan untuk dipindahkan ke lahan kelapa sawit. LPPM Universitas Jambi Halaman 20

5. Mitra terlatih dalam proses penanaman dan pemeliharaan tembesu di lahan kelapa sawit. 6. Bertambahnya populasi tembesu di hutan Kabupaten Muaro Jambi khususnya di lahan hutan yang sudah di konversi menjadi kebun kelapa sawit. 7. Terbentuknya kelembagaan pada mitra yang berfungsi memelihara secara kesinambungan dan dapat menyebarkan pemahaman akan pentingnya penanaman tembesu. METODE PELAKSANAAN Waktu dan Tempat Pengabdian Desa Mudung Darat, Kabupaten Muaro Jambidalam penyuluhan tentang agroforestri tembesu berbasis kelapa sawit dilaksanakan dari awal bulan Juni 2016 sampai dengan akhir bulan November 2016. Kelompok Sasaran Adapaun kelompok sasaran dilaksanakannya kegiatan pengabdian Desa Mudung Darat dalam penyuluhan dan pembuatan demplot agroforestri tembesu berbasis kelapa sawit adalah kelompok tani yang peduli akan kelestarian dan konservasi tembesu yaitu Kelompok Tani Sumber Rezeki dan kelompok Tani Bintang Muda. Metode yang Digunakan Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian ini, kegiatannya terdiri dari beberapa tahap, antara lain : a. Pembentukan Tim Pengabdian b. Pengurusan izin kegiatan ke Kepala Desa Mudung Darat, Kecamatan Muaro Jambi c. Diskusi teknis pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan kelompok tani Desa Mudung Darat, Kecamatan Muaro Jambi. d. Penyuluhan tentang teknik agroforestri tembesu berbasis kelapa sawit kelompok tani di Desa Mudung Darat, Kecamatan Muaro Jambi. e. Penanaman bibit tembesu pada lahan demonstrasi plot agroforestri tembesu berbasis kelapa sawit di Desa Mudung Darat, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi. f. Peresmian Kegiatan Pengabdian kepada masyarakat HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Mudung Darat merupakan salah satu desa di dalam wilayah administrasi Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi yang telah mulai membudidayakan kelapa sawit sebagai sentra perkebunan. Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai peran penting bagi subsektor perkebunan. Pengembangan kelapa sawit antara lain memberikan manfaat dalam peningkatan pendapatan petani dan masyarakat, produksi yang menjadi bahan LPPM Universitas Jambi Halaman 21

baku industri pengolahan yang menciptakan nilai tambah di dalam negeri, ekspor yang menghasilkan devisa dan menyediakan kesempatan kerja. Kelapa sawit adalah komoditi perkebunan utama di Provinsi Jambi, dengan luas lahan terbesar kedua setelah lahan perkebunan karet. Data dari situs pemerintah Provinsi Jambi, jumlah luas lahan kelapa sawit di Provinsi Jambi sekitar setengah juta hektare dan terus bertambah karena adanya pembukaan lahan baru. Komoditi ini menjadi primadona karena besarnya kebutuhan luar negeri akan kelapa sawit. Hal ini mengakibatkan keberadaan hutan di Jambi semakin berkurang karena dikonversi menjadi lahan sawit. Oleh karena itu, salah satu upaya mengurangi laju konversi hutan tersebut adalah dengan mengembangkan sistem agroforestry campur. Sistem agroforestri campur ini mampu menjadi alternatif yang prosfektif untuk menyeimbangkan tujuan ekonomi sekaligus ekologi. Salah satu contohnya adalah agroforestry tembesu berbasis kelapa sawit. Gambar 1. Tanaman Kelapa Sawit dan Tembesu Lahan kebun kelapa sawit sangat potensial untuk pengembangan tanaman campuran dengan pola agroforestry misalnya dicampur dengan pohon tembesu ( Fagraea fragrans). Tembesu merupakan salah satu jenis kayu andalan yang populer di Sumatera bagian selatan (Sumatera Selatan, Jambi dan Lampung), memiliki nilai ekonomi dan nilai budaya yang tinggi bagi masyarakat lokal. Gambar 2. Contoh Lahan Agroforestry Tembesu Berbasis Kelapa Sawit di Desa Mudung Darat LPPM Universitas Jambi Halaman 22

Kegiatan Penyuluhan dan Pembuatan Demplot Agroforestry Tembesu Berbasis Kelapa Sawit Kegiatan pengabdian yang pertama yang dilakukan yaitu melakukan survey lokasi kegiatan penyuluhan dan pembuatan demplot agroforestry tembesu berbasis sawit. Kegiatan survei dilakukan disalah satu lahan anggota kelompok tani Sumber Rezeki yang pada lahannnya ditanam kelapa sawit dan tembesu. Gambar 3. Tim Pengabdian sedang Berdiskusi dengan Salah Satu Anggota Kelompok Tani Kemudian kunjungan ke pemerintahan setempat (Kepala Desa Mudung Darat) untuk mengurus ijin pengabdian dan bertemu kelompok tani yang akan bermitra yaitu kelompok tani Sumber Rezeki dan kelompok tani Bintang Muda. Kedua kelompok tani ini aktif dalam mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Desa Mudung Darat. Gambar 4. Tim Pengabdian Bersama dengan Kepala Desa dan Ketua Kelompok Tani Selanjutnya, penyuluhan materi mengenai agroforestry tembesu berbasis kelapa sawit. Kegiatan penyuluhan ini memberikan pengetahuan kepada anggota kelompok tani mulai dari pengenalan tembesu, silvikultur pembibitan, silvikultur penanaman tembesu dalam pola agroforestry, serta kelayakan usaha tani agroforestry tembesu berbasis kelapa sawit. LPPM Universitas Jambi Halaman 23

Gambar 5. Tim Pengabdian Bersama Anggota Kelompok Tani dalam Penyuluhan dan Pembuatan Demplot Agroforestry Tembesu Berbasis Kelapa Sawit Pada saat kegiatan penyuluhan pembuatan demplot agroforestry tembesu berbasis sawit, anggota kelompok tani nampak begitu sangat antusias mendengar materi penyuluhan. Mereka mendukung kegiatan tim pengabdian Fakultas Kehutanan Universitas Jambi dalam membuat demplot agroforestry tembesu berbasis kelapa sawit. Gambar 6. Anggota Kelompok Tani Sedang Mendengarkan Materi Penyuluhan Pembuatan Demplot Agroforestry Tembesu Berbasis Kelapa sawit Setelah kegiatan pemberian penyuluhan materi mengenai pembuatan demplot agroforestry tembesu berbasis kelapa sawit, kegiatan selanjutnya adalah tim pengabdian bersama anggota kelompok tani melakukan survey lokasi untuk menentukan letak demplot agroforestry tembesu berbasis kelapa sawit yang akan dibuat di Desa Mudung darat. LPPM Universitas Jambi Halaman 24

Gambar 7. Anggota Pengabdian dan Anggota Kelompok Tani Sedang Melakukan Survey Lokasi Pembuatan Demplot Agroforestry Tembesu Berbasis Kelapa Sawit Selanjutnya setelah kegiatan penyuluhan selesai dan areal lokasi pembuatan demplot telah ditentukan, kegiatan berikutnya adalah membat demplot pembibitan tanaman tembesu tersebut di lahan kelapa sawit. Pembuatan demplot dilakukan bersama-sama dengan anggota kelompok tani. Gambar 8. Anggota Pengabdian Membuat Demplot dan Penanaman Tembesu LPPM Universitas Jambi Halaman 25

Gambar 9. Demplot Agroforestry Tembesu Berbasis Kelapa sawit Perawatan demplot pembibitan tembesu dilakukan secara rutin oleh anggota kelompok tani meliputi kegiatan: peyiraman (jika musim kemarau) karena saat ini m asih musim hujan maka tidak ada kegiatan penyiraman. Pada musim hujan areal demplot biasanya akan terendam air. Selanjutnya penyiangan gulma, perlindungan dari hama dan penyakit dan pemangkasan tajuk. Pemeliharaan ini dilakukan sampai bibit tembesu menjadi pohon siap panen untuk dijual kayunya. Gambar 10. Anggota Pengabdian Bersama Ketua Kelompok Tani di depan Demplot Agroforestry Tembesu Berbasis Kelapa sawit LPPM Universitas Jambi Halaman 26

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kelompok tani Sumber Rezeki dan kelompok tani Bintang Muda telah memiliki pengetahuan dasar tentang agroforestry dan keuntungan mengembangkan agroforestri berbasis kelapa sawit. 2. Kelompok tani Sumber Rezeki dan kelompok tani Bintang Muda telah memiliki demplot agroforestry tembesu berbasis kelapa sawit yang dapat dijadikan lahan percontohan. Saran 1. Demplot pembibitan harus dipelihara secara terus menerus untuk melihat dan mengamati pertumbuhan tembesu dan kelapa sawit. 2. Perlu dilakukan pengawasan dan bimbingan kepada kedua kelompok tani dengan intensif agar kegiatan agroforestry tembesu berbasis kelapa sawit dapat berjalan lancar dan terus berlangsung. DAFTAR PUSTAKA Alfaizin, D. 2013.Studi Komposisi, Struktur, Biomassa, dan Cadangan Karbon pada berbagai Umur Agroforestry berbasis Karet di Kecamatan Tebo Tengah, Kabupaten Tebo, Jambi. Tesis. Ilmu Kehutanan. Universitas Gajah Mada. Departemen Perindustrian. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. Sekretariat Jenderal. Jakarta. Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2012. Statistik Perkebunan Provinsi Jambi Tahun 2011. Dinas Perkebunan. Pemerintah Provinsi Jambi. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia: 2013-2015 Kelapa Sawit. Kementerian Pertanian. Jakarta. Fauzi, Y. 2008. Kelapa sawit Budi Daya Pemanfaatan Hasil & Limbah Analisis Usaha & Pemasaran. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. Hairiah K., Kurniawan S., Sari RR., Lestari ND., 2011. Agroforestri. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya.Malang. Kiswanto, J. Hadipurwanta dan B. Wijayanto. 2008. Teknologi budidaya Kelapa Sawit. Balai Besar pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Mindawati, N., H.S. Nurohmah dan C. Akhmad. 2014. Tembesu: Kayu raja Andalan Sumatera. Forda Press. Bogor. Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. Suhartati dan A. Wahyudi. 2011. Pola Agroforestry Tanaman Penghasil Gaharu dan Kelapa Sawit. Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan. Bangkinan LPPM Universitas Jambi Halaman 27