Lampiran 1. Kriteria Lahan Kritis di Kawasan Hutan Lindung (HL), Budidaya Pertanian (BDP) dan Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan (LKHL)

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM DI SUB DAS AEK RAISAN DAN SUB DAS SIPANSIHAPORAS DAS BATANG TORU

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

Disiapkan oleh Yayasan Ekosistem Lestari dan Walhi Jakarta, 13 Mei 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

TINJAUAN PUSTAKA. rendah, hutan gambut pada ketinggian mdpl, hutan batu kapur, hutan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Lampiran 1. Curah Hujan DAS Citarum Hulu Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

METODOLOGI. dilakukan di DAS Asahan Kabupaen Asahan, propinsi Sumatera Utara. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN. Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4

EVALUASI ALIH FUNGSI TANAMAN BUDIDAYA TERHADAP POTENSI DAERAH RESAPAN AIRTANAH DI DAERAH CISALAK KABUPATEN SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

Klasifikasi Kemampuan Lahan

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

KAJIAN EROSI TANAH DENGAN PENDEKATAN WISCHMEIER PADA DAS KALIMEJA SUBAIM KECAMATAN WASILE TIMUR KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane)

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL

Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang

Program Studi Agro teknologi, Fakultas Pertanian UMK Kampus UMK Gondang manis, Bae, Kudus 3,4

BAB I PENDAHULUAN...1

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PENENTUAN LAHAN KRITIS DALAM UPAYA REHABILITASI KAWASAN HUTAN DI KABUPATEN ASAHAN

LAMPIRAN DATA Lampiran 1. Matriks Pendapat Gabungan Berdasarkan Kriteria Faktor Utama Penyebab Banjir

Lampiran 1. Peta Penutupan Lahan tahun 1990

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

METODOLOGI PENELITIAN

PENDUGAAN EROSI TANAH DIEMPAT KECAMATAN KABUPATEN SIMALUNGUN BERDASARKAN METODE ULSE

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

ANALISIS SPASIAL BESARAN TINGKAT EROSI PADA TIAP SATUAN LAHAN DI SUB DAS BATANG KANDIS

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

Prosiding SEMINAR NASIONAL. Banda Aceh, 19 Maret 2013

Hulu DAS Kaligarang (Gunung Ungaran)

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

(CoLUPSIA) Usulan revisi peta RTRW / Kawasan Hutan dan Perairan Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram. Yves Laumonier, Danan P.

BAB II LANDASAN TEORI

RINGKASAN DISERTASI. Oleh : Sayid Syarief Fathillah NIM 06/240605/SPN/00217

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. dahulu dihitung faktor-faktor bahaya erosi yang terjadi di Sub DAS Bekala.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI Keaslian Penelitian... 4

KAJIAN LAHAN KRITIS SUB DAERAH ALIRAN CI KERUH DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Evaluasi lahan. Pengertian lahan

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal

Gambar 3 Peta lokasi penelitian terhadap Sub-DAS Cisangkuy

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

8/19/2015 SENAWI SNHB-FKT-UGM

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

Pada tahun 2008 telah dilakukan penelitian mengenai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

PENGELOLAAN DAS TERPADU

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Transkripsi:

Lampiran 1. Kriteria Lahan Kritis di Kawasan Hutan Lindung (), Budidaya Pertanian (BDP) dan Kawasan Lindung di Luar Kawasan Hutan (LK) KWS VEG SKOR BB LERENG SKOR BB TBE SKOR BB MANAJ SKOR BB PROD SKOR BB BATUAN SKOR BB NILAI TKT_KRITIS 5 50% Datar 5 20% Ringan 5 20% Sedang 3 10% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 480 Tidak Kritis 5 50% Landai 4 20% Ringan 5 20% Sedang 3 10% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 460 Tidak Kritis 5 50% Curam 2 20% Ringan 5 20% Sedang 3 10% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 420 Potensial Kritis 5 50% Agak Curam 3 20% Ringan 5 20% Sedang 3 10% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 440 Potensial Kritis 5 50% Curam 2 20% Ringan 5 20% Sedang 3 10% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 420 Potensial Kritis 5 50% Landai 4 20% Ringan 5 20% Sedang 3 10% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 460 Tidak Kritis 5 50% Agak Curam 3 20% Ringan 5 20% Sedang 3 10% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 440 Potensial Kritis 5 50% Landai 4 20% Ringan 5 20% Sedang 3 10% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 460 Tidak Kritis 5 50% Datar 5 20% Ringan 5 20% Sedang 3 10% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 480 Tidak Kritis 5 50% Curam 2 20% Ringan 5 20% Sedang 3 10% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 420 Potensial Kritis 5 50% Agak Curam 3 20% Ringan 5 20% Sedang 3 10% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 440 Potensial Kritis 5 50% Datar 5 20% Ringan 5 20% Sedang 3 10% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 480 Tidak Kritis 5 50% Curam 1 20% Ringan 5 20% Sedang 3 10% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 400 Potensial Kritis 5 50% Agak Curam 3 20% Ringan 5 20% Sedang 3 10% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 440 Potensial Kritis 5 50% Datar 5 20% Ringan 5 20% Sedang 3 10% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 480 Tidak Kritis 5 50% Agak Curam 3 20% Ringan 5 20% Sedang 3 10% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 440 Potensial Kritis 5 50% Curam 2 20% Ringan 5 20% Sedang 3 10% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 420 Potensial Kritis 5 50% Agak Curam 3 20% Ringan 5 20% Sedang 3 10% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 440 Potensial Kritis

KWS VEG SKOR BB LERENG SKOR BB TBE SKOR BB MANAJ SKOR BB PROD SKOR BB BATUAN SKOR BB NILAI TKT_KRITIS LUAS BDP 4 ND Landai 4 20% Berat 3 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 320 Agak Kritis 0.000 BDP 4 ND Landai 4 20% Berat 3 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 320 Agak Kritis 0.003 BDP 4 ND Agak Curam 3 20% Berat 3 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 300 Agak Kritis 0.043 BDP 4 ND Landai 4 20% Berat 3 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 320 Agak Kritis 0.000 BDP 4 ND Agak Curam 3 20% Berat 3 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 300 Agak Kritis 0.002 BDP 4 ND Landai 4 20% Berat 3 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 320 Agak Kritis 0.003 BDP 4 ND Landai 4 20% Berat 3 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 320 Agak Kritis 0.006 BDP 4 ND Datar 5 20% Sedang 4 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 355 Potensial Kritis 0.248 BDP 4 ND Landai 4 20% Berat 3 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 320 Agak Kritis 0.006 BDP 4 ND Landai 4 20% Berat 3 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 320 Agak Kritis 0.006 BDP 4 ND Landai 4 20% Berat 3 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 320 Agak Kritis 0.006 BDP 4 ND Landai 4 20% Berat 3 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 320 Agak Kritis 0.010 BDP 4 ND Agak Curam 3 20% Berat 3 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 300 Agak Kritis 0.006 BDP 4 ND Agak Curam 3 20% Berat 3 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 300 Agak Kritis 0.036 BDP 4 ND Landai 4 20% Berat 3 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 320 Agak Kritis 0.001 BDP 4 ND Curam 2 20% Berat 2 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 265 Kritis 0.019 BDP 4 ND Datar 5 20% Sedang 4 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 355 Potensial Kritis 0.113 BDP Buruk 2 ND Landai 4 20% Berat 3 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 320 Agak Kritis 0.003 BDP Buruk 2 ND Landai 4 20% Berat 3 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 320 Agak Kritis 0.003 BDP Buruk 2 ND Agak Curam 3 20% Berat 2 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 285 Agak Kritis 0.040 BDP Buruk 2 ND Landai 4 20% Berat 3 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 320 Agak Kritis 0.006 BDP Buruk 2 ND Landai 4 20% Berat 3 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 320 Agak Kritis 0.017 BDP Buruk 2 ND Datar 5 20% Sedang 4 15% Sedang 3 30% Sedang 3 30% Sedang 3 5% 355 Potensial Kritis 0.632

KWS VEG SKOR BB LERENG SKOR BB TBE SKOR BB MANAJ SKOR BB PROD SKOR BB BATUAN SKOR BB NILAI TKT_KRITIS LUAS LK LK LK LK LK LK LK LK LK LK LK LK LK LK LK LK LK LK Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk Buruk 5 50% Datar 5 10% Ringan 5 10% Sedang 3 30% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 240 Kritis 0.037 5 50% Datar 5 10% Ringan 5 10% Sedang 3 30% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 240 Kritis 0.031 5 50% Datar 5 10% Ringan 5 10% Sedang 3 30% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 240 Kritis 1.462 5 50% Datar 5 10% Ringan 5 10% Sedang 3 30% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 240 Kritis 0.274 5 50% Datar 5 10% Ringan 5 10% Sedang 3 30% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 240 Kritis 0.074 5 50% Datar 5 10% Ringan 5 10% Sedang 3 30% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 240 Kritis 0.154 5 50% Datar 5 10% Ringan 5 10% Sedang 3 30% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 240 Kritis 0.024 5 50% Datar 5 10% Ringan 5 10% Sedang 3 30% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 240 Kritis 0.524 5 50% Datar 5 10% Ringan 5 10% Sedang 3 30% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 240 Kritis 0.338 5 50% Datar 5 10% Ringan 5 10% Sedang 3 30% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 240 Kritis 0.832 5 50% Datar 5 10% Ringan 5 10% Sedang 3 30% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 240 Kritis 0.239 1 50% Agak Curam 3 10% 1 50% Landai 4 10% 1 50% Curam 2 10% 1 50% 1 50% 1 50% 1 50% Agak Curam Agak Curam Agak Curam Agak Curam 3 10% 3 10% 3 10% 3 10% Berat Berat Berat Berat Berat Berat Berat 2 10% Sedang 3 30% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 190 Kritis 0.001 2 10% Sedang 3 30% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 200 Kritis 0.005 2 10% Sedang 3 30% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 180 Kritis 0.000 2 10% Sedang 3 30% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 190 Kritis 0.002 2 10% Sedang 3 30% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 190 Kritis 0.000 2 10% Sedang 3 30% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 190 Kritis 0.000 2 10% Sedang 3 30% Sedang 3 ND Sedang 3 ND 190 Kritis 0.002

Lampiran 2. Peta Sebaran DAS dan Sub DAS di DAS Batang Toru

Lampiran 3. Peta Lokasi Penelitian Kawasan Sub DAS Aek Raisan dan Sub DAS Sipansihaporas

Lampiran 4. Peta Pembagian Fungsi Kawasan Hutan di Kawasan Sub DAS Aek Raisan dan Sub DAS Sipansihaporas

Lampiran 5. Peta Klasifikasi Vegetasi Kawasan Sub DAS Aek Raisan dan Sub DAS Sipansihaporas

Lampiran 6. Peta Jenis Vegetasi di Kawasan Sub DAS Aek Raisan dan Sub DAS Sipansihaporas

Lampiran 7. Peta Kelas Kelerengan di Kawasan Sub DAS Aek Raisan dan Sub DAS Sipansihaporas

Lampiran 8. Peta Klasifikasi Curah Hujan di Kawasan Sub DAS Aek Raisan dan Sub DAS Sipansihaporas

Lampiran 9. Peta Klasifikasi Jenis Tanah di Kawasan Sub DAS Aek Raisan dan Sub DAS Sipansihaporas

Lampiran 10. Peta Hasil Perkalian TBE Menggunakan Rumus USLE di Kawasan Sub DAS Aek Raisan dan Sub DAS Sipansihaporas

Lampiran 11. Peta Jenis Batuan di Kawasan Sub DAS Aek Raisan dan Sub DAS Sipansihaporas

Lampiran 12. Titik Hasil Ground Cek di Lapangan Lokasi Koordinat Keterangan Yang Diamati Vegetasi Kemiringan Bahaya Kekritisan NO Kecamatan Kabupaten X Y Permanen Lereng Erosi Lahan 1 Pandan Tapanuli Tengah 480821 191177 Hutan Alam 25 40% Sedang Potensial Kritis 2 Pandan Tapanuli Tengah 479401 189149 Semak/ Belukar > 40% Sedang Kritis 3 Sitahuis Tapanuli Tengah 478881 197305 Semak/ Belukar > 40% Berat Kritis 4 Tarutung Tapanuli Utara 494698 214373 Semak/ Belukar 8 15% Ringan Potensial Kritis 5 Adian Koting Tapanuli Utara 479264 204285 Hutan Alam 25 40% Ringan Potensial Kritis 6 Pahae Jae Tapanuli Utara 501420 197534 Semak/ Belukar > 40% Berat Kritis 7 Pahae Julu Tapanuli Utara 496751 205385 Semak/ Belukar 8 15% Sedang Potensial Kritis

Lampiran 13. Titik Hasil Ground Cek Pada Peta Tingkat Kekritisan Lahan

Lampiran 14. Foto-Foto Lokasi Penelitian Gambar Lampiran 14.1 Sub DAS Aek Raisan di Kecamatan Adiankoting Tapanuli Utara Gambar Lampiran 14.2 Unit PLTM Aek Raisan II di Desa Parsingkaman Kabupaten Tapanuli Utara

Gambar Lampiran 14.3 Sub DAS Sipansihaporas di Kecamatan Pandan Tapanuli Tengah Gambar Lampiran 14.4 PLTA Sipansihaporas di Kecamatan Pandan Tapanuli Tengah

Gambar Lampiran 14.5 Kawasan Pemukiman di Kecamatan Tarutung Tapanuli Utara Gambar Lampiran 14.6 Pengambilan Titik Koordinat

Gambar Lampiran 14.7 Ladang Jagung dan Kacang Tanah di Kecamatan Purba Tua Tapanuli Utara Gambar Lampiran 14.8 Kebun Campuran di Kecamatan Pahae Jae Tapanuli Utara