BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan, baik metode pembelajaran secara personal, media pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. belajar ini dapat dikelola dalam beberapa cara, salah satunya adalah dengan

PENGEMBANGAN E-BOOK KIMIA BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI HIDROLISIS GARAM UNTUK KELAS XI MIA SMA/MA SEMESTER II

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fariz Eka Nurfu ad, 2013

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk mempelajari dan mengembangkan kompetensi diri serta memahami

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun ajaran 2013/2014. Pencapaian tujuan dari Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengakibatkan

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN PES JLH LLS. Rata. Total Rata. % Nilai KIM. Kota Medan ,98 8,32 50,90 8,48

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN E-MODUL KIMIA BERBASIS PROBLEM SOLVING DENGAN MENGGUNAKAN MOODLE PADA MATERI HIDROLISIS GARAM UNTUK KELAS XI SMA/MA SEMESTER II TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unggul dalam persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. selama ini proses pendidikan yang dilakukan hanya satu arah, dengan guru

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI IMPLEMENTASI BLENDED LEARNING PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI SMAIT NUR HIDAYAH KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam teknologi. Salah satu materi pokok yang terkait dengan kemampuan kimia

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI IPA I SMAN 5 KENDARI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM. Oleh : Rimba Hamid dan Aceng Haetami ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

INOVASI PEMBELAJARAN DENGAN PENGGUNAAN MEDIA POWER POINT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan pembelajaran yakni membentuk peserta didik sebagai pebelajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGANTAR E-LEARNING Apa yang kita bahas? Perkembangan/Trends ICT Tantangan Pendidik Bagaimana menghadapinya?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ahdawi Firmansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. ruangan kelas, dengan kondisi dimana guru atau pengajar mengajar di depan

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini. berkembang sangat pesat terutama dalam bidang pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. adanya perubahan tingkah laku pada dirinya, menyangkut perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal Millenium ketiga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sumber kemajuan bangsa yang sangat

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan

Usaha Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Pelatihan Internet dan E-Learning Sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi (TIK), dan lahirnya masyarakat berbasis ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, penggunaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, pendidikan merupakan ujung tombak pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ilmu kimia sebagai salah satu bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa kini telah melahirkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. bahan ajar dihasilkan dari upaya pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh

BAB V PEMBAHASAN. model pengembangan Research and Development (R&D) yang terdiri dari 10

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER

*Korespondensi, tel : ,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci utama dalam kehidupan suatu bangsa, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Nur Jati Zahrah Saputri 1, Agung Nugroho Catur Saputro 2*, dan Haryono 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta, Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. dan peserta didik melalui bahasa verbal sebagai media utama penyampaian materi

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Keperluan korespondensi, HP: ,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik, tidak hanya bagi diri sendiri melainkan juga bagi manusia lainnya.

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya era globalisasi, pelaksanaan pembelajaran saat ini perlu didukung dengan adanya media pembelajaran yang berbasis teknologi. Media berbasis teknologi dapat membuat siswa beradaptasi dengan arus perkembangan di bidang IT. Siswa yang terbiasa menggunakan media berbasis IT secara tidak langsung juga mengembangkan kemampuannya pada bidang tersebut dan dapat mengembangkan kualitas SDM yang dimiliki. Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 pasal 48 dan 59 juga mengisyaratkan dikembangkannya sistem informasi pendidikan yang berbasis teknologi dan informasi. Salah satu media pembelajaran berbasis teknologi yang dapat dijadikan sebagai penujang yang sudah ada adalah modul yang dikemas dalam bentuk e-learning. Terdapat berbagai jenis e-learning contohnya MOODLE, Blackboard, Sakai, dotlrn, Dokeos, dan Claroline. MOODLE adalah program aplikasi yang dapat mengubah sebuah media pembelajaran dalam bentuk web. Produk e-modul yang memanfaatkan MOODLE memungkinkan siswa untuk masuk kedalam "ruang kelas digital" untuk mengakses berbagai materi pembelajaran. Kelebihan lain dari MOODLE antara lain dapat membuat materi pembelajaran, kuis, forum diskusi secara online dalam suatu kemasan e-learning. Siswa diharapkan dapat lebih memahami materi hidrolisis garam dengan media pembelajaran ini, hal ini dapat mengakses lebih banyak informasi yang ada pada MOODLE. Selain itu, inovasi media pembelajaran yang ditawarkan diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajarannya. Kurikulum yang tengah berkembang saat ini adalah kurikulum 2013 yang menuntut kreativitas guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Kreativitas tersebut diantaranya meliputi kreatif dalam memilih pendekatan dan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang disajikan serta media yang akan digunakan sebagai penunjang proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang diinginkan oleh kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning). Siswa dituntut untuk aktif dan senantiasa ambil bagian dalam aktivitas belajar. Guru dapat berfungsi sebagai fasilitator serta dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa selama belajar. Guru harus mampu memunculkan kegembiraan dan keinginan siswa untuk bereksplorasi terhadap lingkungannya tanpa aktivitas pemaksaan. Untuk mencapai proses ini, guru harus 1

2 memiliki gaya dan metode belajar serta media pembelajaran yang menantang siswa dan menarik sehingga pengelolaan pembelajaran benar-benar menarik, menyenangkan, dan bermanfaat bagi siswa. Metode belajar yang bisa diaplikasikan sesuai dengan kurikulim 2013 salah satunya metode belajar yang berbasis Problem Solving. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Solving), merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Problem Solving adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah (Jonassen, 2003). Pembelajaran yang menerapkan model Problem Solving membuat masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman belajar yang beragam seperti interaksi dalam kelompok, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai pada materi hidrolisis garam. Banyak materi pada pelajaran kimia yang sulit untuk dipahami, salah satunya adalah materi hidrolisis garam. Hal ini didasarkan penguasaan materi pada hasil Ujian Nasional Tahun 2013/2014 di SMAN 2 Surakarta, di sekolahan tersebut penguasaan materi hidrolisis garam hanya sebesar 50,79 % dan juga dari hasil angket siswa kelas XI-A di SMAN 2 Surakarta yang menunjukan 76,67 % memilih materi hidrolisis garam sebagai materi yang sulit dengan alasan materi ini membutuhkan pemahaman lebih karena harus memadukan antara konsep dan perhitungan yang cukup rumit. Materi hidrolisis garam merupakan salah satu sub materi kimia di SMA yang memiliki kompetensi dasar menganalisis garam-garam yang mengalami hidrolisis serta merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis. Kompetensi tersebut dijabarkan dalam kurikulum 2013 untuk kelas XI. Berdasarkan kompetensi dasar tersebut dapat diketahui bahwa materi hidrolisis garam merupakan materi yang penting untuk dipelajari oleh siswa, sehingga untuk mempermudah siswa dalam memahami materi tersebut diperlukan metode pembelajaran yang sesuai yaitu pembelajaran berbasis Problem Solving.

3 Setelah dilakukan observasi awal di SMA N 2 Surakarta, diperoleh informasi bahwa pembelajaran berbasis online belum ada padahal sekolah tersebut telah memiliki website sekolah. SMA N 2 Surakarta belum membuat pembelajaran interaktif dengan menggunakan MOODLE yang didalamnya terdapat materi pelajaran dapat diakses secara luas oleh siswa. Guru biasanya hanya sekadar menggunakan metode ceramah pada saat melakukan kegiatan pembelajaran. Kadang guru juga hanya menggunakan slide power point saja dalam pembelajaran di sekolah. Kekurangan ini sangat disayangkan, karena teknologi dalam pendidikan bila dikembangkan dengan baik akan dapat meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Fasilitas di sekolah tersebut sebenarnya memungkinkan untuk dikembangkannya e-modul dengan menggunakan aplikasi MOODLE. Selain itu, siswa dengan karakteristik menyukai bidang teknologi akan lebih merasakan pembelajaran yang menyenangkan apabila pengembangan media menggunakan konsep MOODLE (media berbasis teknologi). Hasil observasi di sekolah lain memberikan hasil yang hampir serupa. SMA N Mojogedang juga belum memiliki e-modul khusus. Website sekolah yang dimiliki SMA N Mojogedang juga kurang dimanfaatkan guru. Content website lebih menekankan informasi berita dan kegiatan yang ada di sekolah. Guru juga tidak memiliki blog dan tidak mengunggah materi di website sekolah. Berdasarkan karakteristik materi hidrolisis garam dan hasil observasi di beberapa SMA, maka dibutuhkan e-modul yang cocok. MOODLE merupakan alternatif yang bisa dipilih sebagai penunjang e-modul dalam pembelajaran. MOODLE juga dapat dijadikan sebagai alternatif media pembelajaran agar siswa tidak menjadi bosan. MOODLE yang disusun memuat materi, kuis, dan penugasan, yang dilakukan secara online sehingga keterbatasan ruang dan waktu antara guru dan siswa dalam transfer ilmu dapat terselesaikan. Potensi dan masalah dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi pada beberapa sekolah. Observasi dilakukan di SMAN 2 Surakarta dan SMAN Mojogedang. Masalah yang dialami sekolah-sekolah tersebut secara umum adalah belum dibuatnya e-modul yang menggunakan aplikasi MOODLE sebagai media pembelajaran, padahal sekolah telah memiliki berbagai fasilitas yang memungkinkan pembelajaran berbantu media MOODLE. Sekolah-sekolah tersebut telah memiliki fasilitas seperti wifi di beberapa titik di wilayah sekolah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran. Secara umum sekolah tersebut juga telah memiliki SDM yang baik, dalam

4 hal ini guru-guru TIK yang umumnya mengelola web sekolah. SDM yang didukung fasilitas yang ada sebenarnya memiliki kemampuan membuat suatu e-modul. Hal ini dikarenakan web sekolah yang sudah dikembangkan lebih terfokus pada pemberian informasi tentang berita kegiatan di sekolah dengan sasaran masyarakat. Siswa juga masih terlalu bergantung pada materi yang diberikan guru di kelas dan kurang termotivasi mencari materi dari sumber lain. Pengembangan web yang dikhususkan sebagai e-modul disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi materi pembelajaran yang dapat dipercaya serta menambah waktu diskusi materi pembelajaran agar tidak lagi terbatas saat di kelas. B.. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengembangan produk e-modul dengan menggunakan aplikasi MOODLE yang sesuai untuk materi hidrolisis garam dengan basis Problem Solving? 2. Bagaimana kelayakan produk e-modul dengan menggunakan aplikasi MOODLE yang sesuai untuk materi hidrolisis garam dengan basis Problem Solving? 3. Bagaimana keefektivan produk e-modul dengan menggunakan aplikasi MOODLE yang sesuai untuk materi hidrolisis garam dengan basis Problem Solving? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan: 1. Pengembangan e-modul berbasis Problem Solving yang sesuai untuk materi hidrolisis garam. 2. Kelayakan e-modul berbasis Problem Solving sebagai media pembelajaran hidrolisis garam di SMA/MA. 3. Keefektifan e-modul berbasis Problem Solving sebagai media pembelajaran hidrolisis garam di SMA/MA. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis: a. Menambah wawasan pengetahun terhadap materi hidrolisis garam dengan

5 menggunakan e-modul 2. Manfaat praktis: a. Bagi siswa Memberi kemudahan pada siswa untuk memahami materi kimia khususnya materi hidrolisis garam. b. Bagi guru Menambah pengetahuan tentang variasi media pembelajaran yang berpusat pada siswa khususnya materi hidrolisis garam. c. Bagi sekolah Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah sebagai masukan terhadap proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas sekolah. E. Spesifikasi Produk E-modul yang dikembangkan berupa format Microsoft word yang berisi materi tentang hidrolisis garam dan dikemas dalam bentuk MOODLE sehingga siswa dapat mendownload materi tersebut dengan mudah dan cepat, karena berada pada akun masing-masing siswa. E-modul juga terdapat link video yang dapat menambah pemahaman siswa terhadap materi hidrolisis garam. MOODLE yang disusun sebagai pendukung e-modul merupakan pengembangan MOODLE 2.4. Desain e-modul dengan menggunakan aplikasi MOODLE yang dikembangkan memiliki berbagai fasilitas, antara lain: a. Bagian awal: ditambahkan beberapa pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya dalam melakukan percobaan di laboratorium dan juga tanda gambar yang tertera pada wadah bahan kimia b. Bagian tengah terdapat beberapa fitur yang sesuai dengan langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis Problem Solving yang di singkat dengan istilah-istilah dibawah ini: a. BCL (Bacalah!) Berisi penyajian masalah berdasarkan kejadian nyata yang sering dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari b. PKL (Pikirlah!) Siswa diberi masalah untuk bisa dipecahkan secara mandiri ataupun kelompok.

6 Dalam fitur ini, peran guru sangat penting. untuk membimbing siswa dalam menemukan berbagai sumber dan informasi. c. KJL (Kerjalah!) Siswa melakukan eksperimen untuk memperoleh data dan menghubungkan data tersebut dengan teori yang ada untuk memperkuat penyelesaian. Dalam fitur ini terdapat larutan-larutan garam yang akan dianalisis dan disajikan pula cara kerja yang harus dilakukan didalam praktikum. d. BiCL (Bicaralah!) Data yang yang telah didapat dari eksperimen selanjutnya dipresentasikan dengan kelompoknya di depan kelas. e. TLL (Tulislah!) Siswa menyimpulkan berdasarkan penjelasan rumus dan konsep materi hidrolisis garam. c. Bagian akhir: terdapat daftar pustaka, glosarium, latihan soal dan beberapa lampiran diantaranya gambar SPU, tabel nomor atom. Desain aplikasi MOODLE mempunyai fasilitas yang berisi: a. Assignments yang berisi beberapa soal penugasan yang bersifat pengayaan b. Chats yang berfungsi sebagai sarana komunikasi antar siswa dan antara siswa dengan guru c. Forums yang diperuntukkan bagi siswa guna mendiskusikan materi yang dianggap sukar bersama guru dan teman lainnya F. Asumsi dan Keterbatasan e-modul dengan Menggunakan Aplikasi MOODLE Asumsi yang diambil dalam penelitian ini adalah para validator yang meliputi ahli materi, ahli media, dan ahli pembelajaran memberikan penilaian terhadap e-modul secara objektif dan sungguh-sungguh. Sementara itu para siswa yang mengisi lembar angket respon terhadap e-modul, juga memberikan penilaian dengan jujur dan sungguh-sungguh. Dalam memusatkan penelitian yang akan dilaksanakan, maka perlu diperhatikan beberapa batasan sebagai berikut: a. Tahapan dalam model R&D yang digunakan hanya dibatasi sampai tahap ke-9, yaitu produk akhir, sedangkan untuk tahap diseminasi dan implementasi tidak dilakukan, karena penelitian ini fokus untuk penelitian pengembangan.

7 b. Uji coba awal, uji coba utama, dan uji coba operasional terhadap e-modul dalam penelitian ini dilakukan hanya pada siswa Kelas XI-A SMAN 2 Surakarta, dan SMAN Mojogedang. c. Penggunaan e-modul kimia dalam pembelajaran diukur dari analisis berupa tes kognitif dengan perhitungan ketuntasan klasikal. G. Definisi Istilah Untuk menghindari salah penafsiran yang berkaitan dengan judul penelitian ini dijelaskan beberapa istilah, yaitu: 1. E-learning (pembelajaran elektronik ) berbasis Web E-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain. Produk e-learning yang akan dikembangkan dalam penelitian ini menggunakan aplikasi MOODLE. MOODLE merupakan perangkat lunak open source yang mendukung implementasi e-learning dengan paradigma terpadu dimana terdapat berbagai fitur penunjang dalam pembelajaran yang dapat diakses dengan mudah serta dapat diakomodasi dalam suatu portal e-learning. MOODLE yang akan dikembangkan pada penelitian ini berisi materi hidrolisis garam. Selain itu, MOODLE juga dilengkapi soal-soal kuis dan penugasan yang berguna mengecek pemahaman siswa akan materi hidrolisis garam dan juga dilengkapi dengan video yang mendukung materi. 2. Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar (Santyasa 2007). Media pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah e-modul berbasis Problem Solving dengan menggunakan aplikasi MOODLE untuk materi hidrolisis garam. 3. Problem Solving Problem Solving merupakan suatu metode pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan dapat melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah dan dapat mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh siswa.

8 4. Hidrolisis Garam Hidrolisis garam merupakan salah satu materi pokok dalam pembelajaran kimia di SMA/MA kelas XI MIA semester 2. Dilihat dari komponen asam basa penyusunnya, materi ini dapat dibagi menjadi beberapa pokok bahasan, yaitu: a) Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat. b) Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah. c) Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. d) Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah. 5. Kelayakan Kelayakan media pembelajaran e-modul berbasis Problem Solving dengan menggunakan aplikasi MOODLE dinilai melalui penilaian dari validator media dan validator materi dengan kriteria minimal layak. E-modul dapat dikatakan sangat layak jika setiap aspek penilaian mempunyai persentase 80 % berdasarkan skala Likert.