2.1. Kondisi Umum Daerah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN...I.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN MUSI RAWAS

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

-2-4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 104,Tambahan Lembaran Neg

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

BUKU SAKU KINERJA PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

Selayang Pandang Kabupaten Musi Rawas Utara 1

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

Katalog BPS :

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB V RENCANA PEMBANGUNAN BERDIMENSI KEWILAYAHAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BUPATI MUSI RAWAS 2 TAHUN 2001 TENTANG

PENDAHULUAN. Latar Belakang

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR.. TAHUN TENTANG Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Musi Rawas Tahun

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

BERITA RESMI STATISTIK

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

MEMBANGUN KEMANDIRIAN PANGAN DARI BOJONEGORO UNTUK INDONESIA OLEH : S U Y O T O BUPATI BOJONEGORO (JAWA TIMUR)

BPS KABUPATEN BATU BARA

Transkripsi:

.. Kondisi Umum Daerah Sejarah terbentuknya Kabupaten Musi Rawas tidak lepas dari Karesidenan Palembang (Tahun 85-866). Hal ini diawali oleh jatuhnya kesultanan Palembang dan perlawanan Benteng Jati serta 6 pesirah dari Pesema Lebar ketangan Pemerintah Belanda. Sejak itu Belanda mengadakan ekspansi dan menyusun pemerintahan didaerah ulu Palembang yang berhasil dikuasai. Sistem yang dipakai adalah sistem dekonsentrasi dengan beberapa wilayah binaan (Afdeling). Setiap afdeling dipimpin oleh asisten Residen yang membawahi Onder Afdeling yang dipimpin oleh Controluer. Setiap Onder Afdeling juga membawahi Onder Distrik dengan Demang sebagai pimpinannya. Musi Rawas berada pada wilayah Afdeling Palembang Cheboven Landen. Pada Tahun 907, Onder District Muara Beliti dan Muara Kelingi diintegrasikan dalam satu Onder Afdeling yaitu : Onder Afdeling Musi Ulu. Tahun 9 jaringan kereta api Palembang- Lahat-Lubuklinggau (dibuat sekitar tahun 98-9) dibuka oleh pemerintahan Belanda. Hal ini menyebabkan dipindahnya ibu kota Onder Afdeling Musi Ulu dari Muara Beliti Ke Lubuklinggau, yang menjadi cikal bakal Ibu kota Kabupaten Musi Rawas. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 7 Agustus 945 peralihan kekuasaan terjadi dari pemerintahan Belanda kepada pemerintah Indonesia. Dalam masa peralihan ini, Raden Ahmad Abu Samah diangkat sebagai Bupati kepala daerah Musi Rawas. Setelah dibentuknya Komite Nasional Daerah yang diketuai oleh Dr. Scepa at pada bulan vember 945, pada tanggal II.

Juli 947 Residenan Palembang, Abdul Rozak, memindahkan pusat pemerintahan dari Lahat Ibu Kota Afdeling Palembangsche Boven Landen Lahat ke Lubuklinggau sebagai Ibukota Musi Rawas. Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan, disebelah barat dihulu Sungai Musi dan Sepanjang Sungai Rawas. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas Utara dibagian Utara, dibagian Selatan berbatasan dengan Empat Lawang, dibagian Barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan di bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Muara Enim. Berdasarkan keputusan DPRD Kabupaten Musi Rawas 7./SK/999 tentang usul pemindahan lokasi ibukota Kabupaten Musi Rawas kewilayah Kecamatan Muara Beliti dan Keputusan DPRD Kabupaten Musi Rawas. 08/KPTS/DPRD/004 tentang persetujuan usulan nama ibukota dan lokasi pusat pemerintahan, maka pusat pemerintahan Kabupaten Musi Rawas yang baru adalah di Desa Mura Beliti Baru, Kecamatan Muara Beliti. Dengan Dikeluarkannya undang-undang 7 Tahun 00 tentang pembentukan Kota Lubuklinggau yang selama ini berkedudukan sebagai ibu kota Kabupaten Musi Rawas, telah berdiri sendiri sebagai pemerintahan Kota Lubuklinggau yang otonom. Pada tanggal 0 Juli 0 terjadi pemekaran kabupaten dengan berlakunya Undang-Undang mor 6 Tahun 0 Tentang Pembentukan Kabupaten Musi Rawas Utara di Provinsi Sumatera Selatan, setelah pemekaran Kabupaten Musi Rawas memiliki 4 Kecamatan, 4 Kelurahan dan 86 Desa. Kabupaten Musi Rawas mempunyai jumlah penduduk pada tahun 05berjumlah 84.00 jiwa dan luasnya adalah 6.50,0 Km dengan kepadatan penduduknya adalah 58,84 jiwa/km². Kabupaten Musi Rawas dapat ditempuh melalui transportasi darat dan udara. Melalui darat menggunakan angkutan umum (Kereta Api, Bus, Travel) dan Udara dengan Pesawat langsung dari bandara Soekarno Hatta ke Bandara Silampari. Pada tanggal 9 Desember 05 Kabupaten Musi Rawas melakukan pilkada serentak dengan memilih pasangan calon. H. Hendra Gunawan dan Hj Suwarti terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati Musi Rawas periode tahun II.

06-0 yang dilantik pada tanggal 7 februari 06 menggantikan H. Riki Junaidi sebagai Plt. Bupati Kabupaten Musi Rawas. Era Bupati dan wakil bupati Musi Rawas yang baru dengan visi dan misi yang baru dimulai... Aspek Geografi dan Demografi A. Karakteristik Lokasi dan Wilayah. Luas dan Batas Wilayah Adminitrasi Kabupaten Musi Rawas berada di bagian barat Provinsi Sumatera Selatan dan tempat pertemuan hulu Sungai Musi dengan aliran Sungai Rawas. Sejak berlakunya Undang-Undang mor 6 Tahun 0 Tentang Pembentukan Kabupaten Musi Rawas Utara di Provinsi Sumatera Selatan, Pada tanggal 0 Juli 0 terjadi pemekaran kabupaten dengan berlakunya Undang-Undang mor 6 Tahun 0 Tentang Pembentukan Kabupaten Musi Rawas Utara di Provinsi Sumatera Selatan dengan jumlah kecamatan dan desa serta luas mengalami perubahan, untuk Kabupaten Musi Rawas yang baru sebagaimana tercantum pada tabel. di bawah ini : Tabel. Jumlah Kecamatan, Kelurahan, Desa Kabupaten Musi Rawas Tahun 05 Kecamatan Kelurahan Desa Luas Wilayah (Ha) STL Ulu Terawas 59.69,40 Selangit 7.7,9 Sumber Harta 9 0.78,0 4 Tugumulyo 7 6.770,9 5 Purwodadi 9 6.5,77 6 Muara Beliti 7.56,87 7 Tiang Pumpung Kepungut 0 0.64,4 8 Jayaloka 6.045,8 9 Sukakarya 0 8.5, 0 Muara Kelingi 0 64.58,90 BTS. Ulu 8 75.5,6 Tuah Negeri 0 6.45,09 Muara Lakitan 9 96.5,6 4 Megang Sakti 9 9.977,66 J U M L A H 86 65.77,5 Sumber : BPMPD Kabupaten Musi Rawas II.

Luas wilayah Kabupaten Musi Rawas adalah ± 65.77,5 Ha dengan batas batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas Utara. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Empat Lawang dan Kabupaten Lahat. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kota Lubuklinggau dan Provinsi Bengkulu. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) dan Kabupaten Musi Banyuasin. Gambar. Peta Kabupaten Musi Rawas Sumber: RTRW Kabupaten Musi Rawas Tahun 0-0 II.4

. Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Musi Rawas secara geografis terletak pada posisi 00 0 00 00 40 0 Bujur Timur dan. 00 05 00 00 8 40 Lintang Selatan Topografi Kondisi fisik Kabupaten Musi Rawas mempunyai topografi yang bergelombang, dengan ketinggian berkisar 5-000 m dari permukaan laut, dengan kemiringan bervariasi dari 0-, sampai lebih dari 40. Luas wilayah yang dominan adalah wilayah dengan kemiringan 0-5 yang merupakan daerah potensial untuk pertanian, selebihnya berupa tanah perbukitan yang mempunyai kemiringan sangat curam yang sebagian besarnya berupa Bukit Barisan yang memanjang dari utara sampai selatan, khususnya di bagian barat daerah ini yang termasuk kedalam kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) yang membentang luas dalam 4 (empat) provinsi. Keadaan alamkabupaten Musi Rawas terdiri dari hutan potensial, sawah, ladang, kebun karet dan kebun lainnya. Di Kabupaten Musi Rawas tidak terdapat gunung berapi, sedangkan disebelah barat terdapat dataran rendah yang sempit dan berbatasan dengan bukit barisan. 4. Keadaan Tanah Keadaan tanah di Kabupaten Musi Rawas secara umum cocok untuk perkebunan, khususnya perkebunan karet dan sawit. Hal ini sangat mendukung perekonomian masyarakatnya yang banyak menggantungkan penghidupan pada perkebunan. Keadaan tanah di Kabupaten Musi Rawas terbagi atas beberapa jenis, antara lain jenis aluvial, litosol, asosiasi latisol, regosol, podsolik, dan asosiasi podsolik. Penyebaran jenis tanah di Kabupaten Musi Rawas terdiri dari :. Aluvial dengan ciri warna coklat kekuning-kuningan terbentuk oleh endapan liat dan pasir dijumpai di Kecamatan Tugumulyo dan Muara Kelingi. Tanah jenis ini seluas ± 8,05 dari luas kabupaten dan sangat cocok untuk tanaman padi dan palawija. II.5

. Litosol seluas ± 7,7 dari luas kabupaten baik dimanfaatkan untuk tanaman keras, rumput-rumputan dan usaha ternak.. Asosiasi Latisol hanya terdapat di kecamatan STL Ulu Terawas. 4. Regosol luasnya sama seperti asosiasi latisol, di mana ±55,89 berada di Kecamatan Muara Beliti, yang diidentifikasi sangat cocok untuk budidaya tanaman padi sawah, palawija dan tanaman keras lainnya. 5. Podsolik merupakan jenis tanah terluas di Kabupaten Musi Rawas. Sebagian besar terdapat di Kecamatan Muara Lakitan dan Kecamatan Jayaloka, baik untuk tanaman padi sawah, padi ladang dan tanaman karet. 6. Asosiasi Podsolik hanya terdapat di Kecamatan Muara Lakitan. 5. Hidrologi Kabupaten Musi Rawas banyak terdapat sungai-sungai besar yang dapat dilayari sampai kehulunya. Adapun sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Musi Rawas yaitu Sungai Lakitan, Sungai Kelingi, Sungai Semangus dan Sungai Musi. Selain memiliki sungai-sungai besar, di Kabupaten Musi Rawas terdapat danau, yakni Danau Aur, di Kecamatan Sumber Harta. Selain fungsinya sebagai penampung air, danau ini juga merupakan potensi wisata bagi Kabupaten Musi Rawas. Selain itu terdapat sungai-sungai lainnya yang merupakan anak sungaisungai utama tersebut. Selain memiliki sungai-sungai besar, di Kabupaten ini juga terdapat danau, yakni Danau Aur di Kecamatan Sumber Harta. Selain fungsinya sebagai penampung air, danau ini juga merupakan potensi wisata bagi Kabupaten Musi Rawas. 6. Penggunaan Lahan Kabupaten Musi Rawas yang sebagian besar merupakan kawasan hutan dengan beberapa jenis tumbuhan seperti jenis tanaman kelompok kayu rimba campuran (KKRC), kayu pulai, kayu jabon, kayu karet jenis tumbuhan kayu lainnya. Sedangkan jenis satwa seperti harimau, monyet, rusa dan kijang, ayam hutan, buaya dan jenis satwa liar lainnya, merupakan jenis satwa yang sebagian besar masih berada pada kawasan hutan di wilayah Kabupaten Musi II.6

Rawas. Penggunaan lahan di Kabupaten Musi Rawas paling banyak dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan, yakni seluas 4.48 Ha atau,74 persen dari total luas kabupaten. Lahan yang dimanfaatkan sebagai lahan bukan pertanian yakni seluas 8.697,5 Ha atau 8,74 persen.sementara itu, 0.66 Ha atau 4,78 persen lahan di Kabupaten ini berupa lahan pertanian berupa sawah. Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu Kabupaten yang dikaruniai potensi sumber daya yang melimpah. Luas area perkebunan mendominasi adalah sebesar,84 atau 0.40,56 Ha, Hutan Darat sebesar 8, atau dengan luas 5., Ha, Sawah Irigasi sebesar 5.6,57 Ha atau,40, dan Luas Pemukiman sebesar.54,00 Ha atau,8. Tata guna lahan di Kabupaten Musi Rawas berdasarkan jenis penggunaannya dapat dilihat pada Tabel. berikut: Tabel. Tata Guna Lahan Kabupaten Musi Rawas Tahun 05 ().. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 0... Jenis Penggunaan Tanah () Pemukiman Kebun / Perkebunan Ladang Tegalan Sawa Irigasi Sawa Tadah Hujan Badan Air (Danau/Irigasi) Hutan Darat Hutan Rawa Rawa Semak Belukar Rumput/Tnah Kosong Pemanfaatan Lain-Lain Jumlah Luas (Ha) ().54,00 0.40,56 4.9,7 5.6,57.6, 7.576,09 5., 5.497,58 4.88,67 99.58,5.78,7.8,4 65.77,5 (4),8,84,5,40 0,0,9 8,,44 0,76,8,00 4,9 00,00 Sumber : RTRW Kabupaten Musi Rawas Tahun 0-0(data diolah) Kabupaten Musi Rawas yang sebagian besar merupakan kawasan hutan dengan beberapa jenis tumbuhan seperti jenis tanaman kayu merawan, sungkai, merbau, kolim, rotan dan jenis tumbuhan kayu lainnya. II.7

7. Keadaan Iklim Kabupaten Musi Rawas memiliki iklim tropis dan basah dengan curah hujan rata-rata per bulan pada tahun 05 sebesar 5 mm dengan rata-rata hari hujan hari per bulannya. Curah hujan rata-rata tertinggi dan hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember yakni 44 mm dengan 8 hari hujan pada bulan tersebut. Grafik.. Banyaknya Curah Hujan dan Hari Hujan menurut Bulan di Kabupaten Musi Rawas, 05 44 57 5 67 48 46 90 7 4 9 B. 0 0 4 JAN FEB MAR APR 9 9 curah hujan MEI JUN JUL 80 64 hari hujan AGUST SEPT 7 OKT 6 8 NOV DES Potensi Pengembangan Wilayah Beragam potensi alam yang dimiliki Kabupaten Musi Rawas yang dimiliki Kabupaten Musi Rawas menjadikan kabupaten ini termasuk kedalam Wilayah Pengembangan Provinsi Sumatera Selatan Bagian Barat yang berfungsi sebagai lumbung pangan, pengembangan sektor perkebunan, perkembangan sektor energi dan sebagai daerah penyangga Provinsi Sumatera Selatan. Potensi pengembangan wilayah diatur dalam arahan pemanfaatan ruang sebagai berikut : Arahan pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang sesuai dengan melalui penyusunan dan pelaksanaan program pembangunan beserta pembiayaannya. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Musi Rawas merupakan pedoman pembangunan terutama Musi Rawas yang telah disusun dan perlu didukung oleh arahan-arahan yang menyangkut aspek pelaksanaannya. II.8

Dalam Konstelasi RTRW, Muara Beliti sebagai ibu kota Kabupaten Musi Rawas berperan sebagai Pusat kegiatan Lokal (PKL). Mengacu pada kebijakan pembangunan Kabupaten Musi Rawas yang tertuang dalam RPJMD, Muara Beliti berperan sebagai Pusat Kegiatan Lokal. Mengacu pada kebijakan pembangunan Kabupaten Musi Rawas yang tertuang dalam RPJMD, Muara Beliti berperan sebagai Pusat Agropolitan. Berdasarkan rencana struktur ruang, sistem pusat permukiman Kabupaten Musi Rawas terdiri dari Muara Beliti sebagai PKL dan pada jenjang berikutnya terdapat pusat pelayanan yang sekaligus menjadi sub Pusat Agropolitan yaitu: Simpang Terawas, Megang Sakti, Simpang Semambang dan Muara Lakitan. Sedangkan Ibu Kota Kecamatan lainnya diarahkan sebagai sub pusat pelayanan bagi wilayah kecamatan masing-masing. Secara garis besar rencana pola ruang Kabupaten Musi Rawas terbagi menjadi kawasan utama yaitu kawasan lindung, pertanian (perkebunan, kehutanan dan pertanian padi-sawah), serta kawasan permukiman perkotaan. Sementara itu dalam kebijakan pengelolaan kawasan pertanian akan dilakukan dengan pendekatan agropolitan dan kawasan permukiman perkotaan, khususnya pada pusat pemerintahan dan pusat agropolitan di Kota Muara Belti serta akan dikembangkannya 5 sub agropolitan (pusat distrik). Dengan demikian terdapat 5 kawasan yang sebaiknya mendapat prioritas penanganan yaitu :. Kawasan Lindung. Kawasan Hutan Produksi. Kawasan Pertanian (Agropolitan) a. Kawasan Lahan Basah b. Kawasan Lahan Kering 4. Kawasan Pertambangan Adapun rencana perwujudan ruang untuk masing-masing kawasan sebagaimana yang dimaksud diatas adalah sebagai berikut :. Rencana Pewujudan Kawasan Lindung a. Kawasan lindung setempat, seperti sempadan sungai, danau, waduk dan lain-lain segera ditetapkan luasnya (lebar) secara definitif dan II.9

selanjutnya tidak diperkenankan mengeluarkan izin atau membangun tanpa izin pada jalur/sempadan tersebut, terutama pada sempadan sungai Musi, Sungai Rawas, Sungai Semangus, Sungai Kelingi dan Sungai Lakitan serta sumber-sumber mata air. b. Untuk kawasan/areal sumber mata air diperlukan penetapan batas radius kawasan lindungnya, sehingga fungsinya menjadi optimal, mengingat semakin menurunnya debit air sungai Musi, Sungai Lakitan, Sungai Semangus, Sungai Kelingi dan Sungai Rawas.. Rencana Pewujudan Kawasan Hutan Produksi, adalah : a. Fungsi hutan di Musi Rawas disesuaikan dengan status kawasan yang telah ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti hutan produksi. b. Pengelolaan hutan dilakukan secara optimal sesuai peraturan yang berlaku dengan berorientasi pada peningkatan kesejahteraan setempat serta mengikuti syarat-syarat keselamatan lingkungan. c. Untuk menjaga kualitas dan kuantitas hutan, disekeliling kawasan hutan dibangun sabuk hijau pengaman (green buffer zone) minimal selebar 50 meter dengan tanaman keras yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan oleh penduduk setempat dengan pendampingan dari pihak penanggung jawab pengelelola hutan. d. Untuk melakukan revitalisasi fungsi hutan dan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, dapat dikembangkan pola pengelolaan hutan berbasis masyarakat (PHBM). e. Bagi pihak yang mendapat izin mengolah hutan seyogyanya melaksanakan kegiatannya sesuai peraturan yang berlaku. f. Pihak manapun tidak berhak melakukan alih fungsi hutan menjadi fungsi lain, kecuali mendapat izin dari instansi terkait dan persetujuan Pemerintah Musi Rawas.. Rencana Pewujudan Kawasan Agropolitan berbasis Perkebunan Rakyat a. Hampir seluruh wilayah Kabupaten Musi Rawas akan dikembangkan dengan pendekatan agropolitan dan oleh karena itu perlu dilakukan II.0

penyusunan masterplan agropolitan dan selanjutnya ditetapkan kawasan-kawasan yang termasuk dalam agropolitan tersebut. b. Perumusan skenario atau pentahapan pembangunan infrastruktur untuk mendukung kegiatan agropolitan berikut dengan skenario investasinya. c. Agar terdapat penguatan ekonomi kerakyatan serta keberlanjutan usaha perkebunan rakyat maka perkebunan atas milik rakyat tidak dapat diubah menjadi milik perusahaan, kecuali menjadi milik negara sesuai ketentuan yang berlaku. d. Areal agropolitan yang berada pada kawasan potensial terkena bahaya alam, baik banjir, longsor dan lain-lain seyogyanya ditangani dengan pendekatan mitigasi termasuk mengalokasikan areal untuk lindung setempat. 4. Rencana Pewujudan Kawasan Agropolitan berbasis Perkebunan Swasta a. Berdasarkan kajian kesesuaian lahan dan fakta lapangan perlu segera ditetapkan areal-areal yang diizinkan untuk dikembangkan perkebunan swasta dengan komoditas tanaman sawit. b. Pihak pengelola/pemilik izin, setelah RTRW ini disahkan seyogyanya melakukan penyusunan ulang masterplan perkebunan dengan memenuhi kaidah-kaidah perencanaan yang bersesuaian dengan UU Penataan Ruang 6 tahun 007, khususnya terkait dengan kawasan lindung, seperti sempadan sungai, kawasan potensial terancam banjir, lahan dengan kemiringan diatas 40, dan lain-lain. c. Dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas lahan pihak swasta bersama pemerintah dan masyarakat setempat seyogyanya menyediakan infrastruktur pendukung kegiatan agropolitan perkebunan secara efektif dan optimal. d. Perkebunan swasta dalam penataan kawasan perkebunan harus memperhitungkan dan mengalokasikan lahan untuk infrastruktur, permukiman pekerja/karyawan, pabrik (bila ada) dan fasilitas penunjang lainnya sebagai syarat minimal suatu agropolitan berbasis perkebunan swasta. II.

5. Rencana Pewujudan Kawasan Agropolitan Pertanian Pangan (Padi Sawah) a. Setelah ditetapkan secara definitif batasan areal/kawasan pertanian pangan, maka pada areal/lahan tersebut tidak diperkenankan menerbitkan IMB dan melaksanakan pembangunan bangunan. b. Sawah irigasi teknis, sesuai dengan SE Menteri Negara Agraria/Kepala BPN. 40-850/994 dan. 40-85/994 tentang Pencegahan Penggunaan Tanah Sawah Beririgasi Teknis Untuk Penggunaan n Pertanian, dan SE/KBAPPENAS. 54/MK/9/994 tentang Pelarangan Konversi Lahan Sawah Irigasi Teknis Untuk n Pertanian, tidak diperkenan untuk dialih fungsikan, apalagi untuk bangunan. c. Bagi petani yang telah menggarap/mengolah sawah lebih dari 5 tahun sejak ditetapkannya Perda RTRW ini akan mendapat berbagai insentif seperti IMB untuk pembangunan rumah/toko diluar kawasan pertanian, beasiswa sekolah anak petani, keringanan pajak tanah dan bangunan, dan lain-lain. d. Pengembangan kawasan agropolitan pertanian pangan harus mendapat dukungan pengadaan infrastruktur yang memadai dan penunjang lainnya seperti jalan produksi, mesin penggiling padi (milling rice), irigasi teknis, transportasi yang terjangkau, tempat pemasaran (terminal agribisnis), dan lain-lain, dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan dan lumbung pangan di Kabupaten Musi Rawas. e. Sistem Kawasan Agropolitan meliputi : ) Kawasan Lahan Pertanian (hinterland); Berupa kawasan pengolahan dan kegiatan pertanian yang mencakup kegiatan pembenihan, budidaya dan pengelolaan pertanian. Penentuan hinterland berupa kecamatan/desa didasarkan atas jarak capai/radius keterikatan dan ketergantungan kecamatan/desa tersebut pada kawasan agropolitan di bidang ekonomi dan pelayanan lainnya. ) Kawasan Pemukiman; Merupakan kawasan tempat bermukimnya para petani dan penduduk kawasan agropolitan. II.

) Kawasan Pengolahan dan Industri; Merupakan kawasan tempat penyeleksian dan pengolahan hasil pertanian sebelum dipasarkan dan dikirim ke terminal agribisnis atau pasar, atau diperdagangkan. Dikawasan ini bisa berdiri pergudangan dan industri yang mengolah langsung hasil pertanian menjadi produk jadi. 4) Kawasan Pusat Prasarana dan Pelayanan Umum; Terdiri dari pasar, kawasan perdagangan, lembaga keuangan, terminal agribisnis dan pusat pelayanan umum lainnya. C. Demografi Kabupaten Musi Rawas adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jumlah penduduk Tahun 05 setelah pemekaran Kabupaten Musi Rawas Utara berjumlah 84.00 jiwa. Luasnya adalah 6.57,09 Km dan kepadatan penduduknya adalah 60,5 jiwa/km². Karakteristik penduduk Kabupaten Musi Rawas yang akan ditinjau berkaitan dengan besaran dan pertumbuhannya, serta kepadatan dan persebarannya. Kecamatan dengan kepadatan terendah adalah Kecamatan Muara Lakitan sedangkan tingkat kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Tugumulyo. Gambaran umum dapat dilihat pada diagram. dan tabel. dibawah ini. Grafik. PERSENTASE JUMLAH PENDUDUK MUSI RAWAS STL Ulu Selangit Sumber Harta 4 8 Tugumulyo 5 7 7 0 5 Muara Beliti TP. Kepungut 4 Jayaloka 6 4 4 Purwodadi Sukakarya Muara Kelingi BTS Ulu Tuah Negeri Muara Lakitan Megang Sakti II.

Tabel. Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Musi Rawas Tahun 05 Kecamatan Luas (Km) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km) STL Ulu 596,9 4 0 07 5 50,67 Selangit 77, 8 58 6,4 Sumber Harta 0,78 7 06 70,8 4 Tugumulyo 67,70 45 654 668,6 5 Purwodadi 6,5 498 40, 6 Muara Beliti 75,6 458,64 7 TP. Kepungut 6,4 85 7,64 8 Jayaloka 60,45 5 95 94,40 9 Sukakarya,5 486 0,98 0 Muara Kelingi 645,8 9 5 57,50 BTS Ulu 75,5 7 70 6,5 Tuah Negeri 6,45 8 99,76 Muara Lakitan.96,5 4500 0,8 4 Megang Sakti 99,77 5047 6,5 6.57,09 84.00 60,5 Jumlah Sumber : Mura Dalam Angka 05, BPS D. Wilayah Rawan Bencana Di Kabupaten Musi Rawas adalah daerah rawan bencana banjir,longsor dan kebakaran hutan. Potensi banjir sangat besar diakibatkan Kabupaten Musi Rawas dikelilingi sungai yaitu Sungai Lakitan, Sungai Kelingi, Sungai Semangus dan Sungai Musi. Ancaman bencana banjir, akibat keberadaan sungai-sungai perennial (sungai dengan aliran sepanjang tahun yang memiliki simpangan debit maksimal di musim hujan dengan debit minimal di musim kemarau sangat besar) selain bisa dimanfaatkan sepanjang tahun untuk irigasi pertanian dan kebutuhan air bersih juga merupakan ancaman karena simpangan debitnya yang sangat besar. Di musim hujan debit aliran sungai-sungai tersebut sangat besar mengakibatkan elevasi permukaan air sungai sangat tinggi bahkan melampaui elevasi tanggulnya sehingga meluap II.4

dan menimbulkan banjir terutama di daerah hilir. Selain curah hujan yang merupakan faktor uncontrollable terjadinya banjir, kegiatan masyarakat yang mengganggu aliran sungai dalam bentuk penyempitan sungai, perusakan tanggul, pendangkalan, pembuangan sampah ke sungai, polusi yang memacu pemanasan global dan timbulnya lahan oloran yang menambah panjang aliran sungai adalah faktor manusiawi yang mempengaruhi intensitas banjir; Kecamatan yang berpotensi banjir yaitu: Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut terdapat Desa Rantau Serik, Desa Kebur, Desa Lubuk Besar, Desa Batu Bandung). Kecamatan Muara Kelingi terdapat Desa Binjai, Pulau Panggung, Desa Mandi Aur, Desa Tanjung Lama, Desa Bingin Jungut. Kecamatan BTS Ulu terdapat Desa Mulyo Harjo, Desa Pangkalan Tarum, Desa Sembatu Jaya SP I. Kecamatan Muara Lakitan terdapat Kelurahan Muara Lakitan, Desa Semangus, Desa Pendingan, Desa Anyar, Desa Sungai Pinang, Desa Semeteh, Desa Lubuk Pandan, Desa Prabumulih I dan II Desa Semangus Baru) Kecamatan Megang Sakti terdapat Kelurahan Megang Sakti I dan Kelurahan Talang Ubi, Desa Muara Megang. Daerah rawan longsor terutama di daerah perbukitan. Ancaman bencana banjir, akibat keberadaan sungai-sungai perennial (sungai dengan aliran sepanjang tahun yang memiliki simpangan debit maksimal di musim hujan dengan debit minimal di musim kemarau sangat besar) selain bisa dimanfaatkan sepanjang tahun untuk irigasi pertanian dan kebutuhan air bersih juga merupakan ancaman karena simpangan debitnya yang sangat besar. Di musim hujan debit aliran sungai-sungai tersebut sangat besar mengakibatkan elevasi permukaan air sungai sangat tinggi bahkan melampaui elevasi tanggulnya sehingga meluap dan menimbulkan banjir terutama di daerah hilir. Selain curah hujan yang merupakan faktor uncontrollable terjadinya banjir, kegiatan masyarakat yang mengganggu aliran sungai dalam bentuk penyempitan sungai, perusakan tanggul, pendangkalan, pembuangan sampah ke sungai, polusi yang memacu pemanasan global dan timbulnya lahan oloran yang menambah panjang aliran sungai adalah faktor manusiawi yang mempengaruhi intensitas banjir. II.5

Gambar. Peta Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Musi Rawas Sumber: RTRW Kabupaten Musi Rawas Tahun 0-0 E. Potensi Wilayah Beragam potensi alam yang dimiliki Kabupaten Musi Rawas menjadikan kabupaten ini termasuk ke dalam wilayah pengembangan Provinsi Sumatera Selatan Bagian Barat yang berfungsi sebagai lumbung pangan, pengembangan sektor perkebunan, pengembangan sektor energi dan sebagai daerah penyangga (buffer) Provinsi Sumatera Selatan.. Produksi Karet Jika dilihat dari sentra budidaya perkebunan karet rakyat dapat disajikan data potensi pengembangan tanaman karet. Berikut disajikan dalam tabel.5 Data statistik perkebunan karet selama (tiga) tahun terakhir. II.6

Tabel.4 Data Luas Areal dan Produksi Perkebunan Karet Tahun 0-05 Luas Area (Ha) Tahun TBM 0 04 05 TM 68.4 6.6 6.5 Keterangan: TBM :Tanaman.046 95.048 95.09 Belum Produksi TT/TR JUMLAH 5.995 6.4 4.8 Menghasilkan, TM 4.77 47.45 46.76 : Tanaman (Ton) 64.78.068.8 Menghasilkan, TT/TR:Tanaman Tua /Tanaman Rusak Sumber : Musi Rawas Dalam Angka 05, BPS Berdasarkan tabel di atas produksi karet di Kabupaten Musi Rawas terjadi penurunan dari 64.78 ton pada tahun 0 menjadi.8 ton pada tahun 05. Hal ini teriadi karena adanya pemekaran wilayah dengan terbentuknya Kabupaten Musi Rawas Utara. Dimana beberapa sentra produksi karet sebanyak 7 Kecamatan tergabung di Kabupaten Musi Rawas Utara. Sedangkan sentra produksi karet di Kabupaten Musi Rawas adalah Kecamatan Jayaloka, Muara Kelingi, Sukakarya dan Muara Lakitan. Total produksi keempat daerah tersebut menyumbang 60 persen lebih produksi karet rakyat Kabupaten Musi Rawas. Dukungan yang diperlukan bagi sentra-sentra produksi karet tersebut adalah penyuluhan teknik budidaya, perlindungan dari gejolak harga, dan akses pendanaan khususnya untuk mendukung peremajaan tanaman yang telah melewati periode optimum tingkat produktivitasnya. Di samping itu untuk petani karet skala kecil perlu dipikirkan pengembangan sumber penghasilan tambahan berupa aktivitas non-farm di perdesaan.. Kelapa Sawit Tabel.5 Data Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Tahun 0-05 Tahun 0 04 TBM 7.448 6.0 Luas Area (Ha) TM TT/TR 5.50 85 8.05 JUMLAH.80 4.78 Produksi (Ton) 96.906 5.0 II.7

05 6.07 8.44.85 Keterangan: TBM :Tanaman Belum Menghasilkan, TT/TR:Tanaman Tua /Tanaman Rusak Sumber : Musi Rawas Dalam Angka 05, BPS TM 4.8 : Tanaman 5.479 Menghasilkan, Produksi kelapa sawit rakyat Kabupaten Musi Rawas Tahun 05 adalah 5.479 ton. Sentra produksi kelapa sawit rakyat yang utama terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Muara kelingi dengan produksi 0.64 ton, Kecamatan Muara Lakitan.66 ton dan Kecamatan BTS Ulu 7.500 ton. Disamping ketiga sentra utama tersebut menyusul dua daerah wilayah kecamatan dengan total produksi cukup signifikan yakni Kecamatan STL Ulu Terawas 5.65 ton dan Kecamatan Megang Sakti,75 ton. Dukungan yang diperlukan bagi sentra sentra produksi dan kenaikan produksi di setiap wilayah adalah penyuluhan, pembinaan, pemanfaatan saprodi dan teknologi tepat guna serta akses pendanaan. Untuk mendukung pengembangan /perluasan kelapa sawit rakyat serta peremajaan tanaman tua khusunya kepada petani perkebunan rakyat. Hal ini penting mengingat indikasi penurunan tingkat produktivitas kelapa sawit dibandingkan periode 90-an sampai awal 000-an. Disamping itu mediasi dan penyelesaian permasalahan pertanahan juga sangat penting untuk menjamin keberlangsungan industri sawit dan pemberdayaan masyarakat sekitar perkebunan.. Produksi Padi / Jagung / Kedelai dan Hortikultura Sentra produksi Padi di Kabupaten Musi Rawas berada di Kecamatan STL Ulu Terawas dengan luas lahan sawah 7.056 Ha baik sawah irigasi maupun sawah non irigasi. Produksi padi di Kecamatan STL Ulu Terawas 46.890 ton dengan produksi per hektar 5.645 ton. Selain di kecamatan STLU Ulu Terawas produksi padi di Kecamatan Tugumulyo dan Kecamatan Megang Sakti juga tinggi, produksi padi di Tugumulyo 45.85 ton dan di Megang Sakti 45.045 ton. Dukungan yang perlu dilakukakan untuk mengembangkan produksi padi yaitu dengan membentuk kelompok tani, pengadaan alat mesin pertanian II.8

(alsintan) seperti traktor, mesin gilingan padi (RMU), hand sprayed, alat pemanen padi (combine harvester, power thereser), membuat saluran irigasi (JITUT). 4. Peternakan dan Perikanan Sentra peternakan sapi dan kerbau tersebar di wilayah Kabupaten Musi Rawas yakni Kecamatan Megang Sakti dengan populasi sapi mencapai 4.76 ekor pada tahun 05. Di samping daerah utama tersebut menyusul empat kabupaten dengan populasi sapi pada kisaran - ribu ekor yakni Sumber Harta, Tugumulyo. Muara Kelingi dan Purwodadi. Total populasi sapi di empat kecamatan tersebut menyumbang 70 persen lebih populasi ternak sapi di Kabupaten Musi Rawas. Dukungan yang diperlukan bagi sentra-sentra peternakan sapi adalah penyuluhan dan pembinaan khususnya terkait dengan kesehatan dan reproduksi sapi, akses pemasaran, pengawasan infrastruktur rumah potong hewan dan pendingin untuk sapi potong, dan pengembangan/pembinaan koperasi susu untuk sapi perah. 5. Pariwisata Objek wisata di wilayah Kabupaten Musi Rawas yang telah dikenal masyarakat antara lain Objek Wisata Bukit Cogong dan Objek WIsata Danau Aur, yang pada tahun 0 telah dikunjungi sebanyak masing-masing 0.00 dan 8.66 wisatawan. ) Danau Aur Objek wisata Danau Aur terletak dikecamatan Sumber Harta, Objek wisata ini terletak lebih kurang 49 Km dari ibu kota Kabupaten Musi Rawas Muara Beliti dan dapat dijangkau dengan kendaraan roda empat dan roda dua, Danau Aur dikelillingi persawahan dan perkebunan karet masyarakat. Di danau ini terdapat perpustakaan apung, permainan air dan kantin yang khas ( Rumah makan seperti kapal tongkeng yang mana didalamnya menjual berbagai makanan dan terdapat hiburan) ) Bukit Cogong II.9

Bukit Cogong merupakan objek wisata alam yang dimiliki Kabupaten Musi Rawas yang terletak di Kecamatan STL Ulu Rawas dengan jarak 0 Menit dari pusat kota. Bukit Cogong merupakan hutan alam termasuk kedalam TNKS. Wahana didalamnya terdapat outbond, wahana flying fox, taman hewan, kolam renang, dan permainan anak-anak. ) Air Terjun Satan Air terjun satan merupakan objek wisata alam yang terletak di kecamatan Muara Beliti, air terjun ini mempunyai tinggi 8 Meter, tempat ini sangat cocok untuk rekreasi keluarga 4) Air terjun Curug Tinggi Objek wisata ini terletak di Desa Taba Remanik, Kecamatan Selangit. Objek Wisata ini terletak 0 Km dari Ibu Kota Kecamatan, Air terjun Curug Tinggi panoramanya sangat menarik. Selain air terjun Curug di kecamatan Selangit juga ada Air Terjun Bunyi yang terletak di Desa Taba Gindo, wisata Bendungan selangit dan wisata keramat kai Jugil. 5) Danau Gegas Danau Gegas terletak di Desa Sugiwaras Kecamatan Sukakarya, Pemandangan disekellling Danau Gegas masih sangat natural dan asri. Danau Gegas merupakan danau atau bendungan yang ditujukan untuk pengairan sawah bagi masyarakat. Danau ini mempunyai luas lebih kurang 00 Ha. Lokasinya berdekatan dengan perkebunan karet dan permukiman penduduk. Fasilitas yang dimiliki jalan, jembatan, dan pondok-pondok 6. Pertambangan Kabupaten Musi Rawas mempunyai potensi kekayaan alam yang beragam, selain potensi perkebunan dan pertanian juga memiliki potensi bahan tambang dan galian. Di bumi Kabupaten Musi Rawas terkandung potensi sumber daya alam pertambangan yang beragam dan melimpah, baik migas maupun non-migas. II.0

Selain komoditas minyak dan gas bumi yang telah lama diusahakan, bahkan sejak jaman penjajahan, di Kabupaten Musi Rawas juga ditemukan potensi bahan tambang batubara yang masih dalam tahap eksplorasi. Produksi minyak bumi Kabupaten Musi Rawas berdasarkan hasil lifting di tahun 04 mengalami peningkatan dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya. Produksi minyak bumi di tahun 0.55,6 ribu barel naik menjadi.7,47 ribu barel di tahun 04, sedangkan produksi gas bumi naik dari 7.75,86 ribu MMBTU menjadi.0,6 ribu MMBTU... Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Sampai Dengan Tahun Berjalan dan RPJMD... Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek Kesejahteraan Masyarakat terkait dengan RPJMD Kabupaten Musi Rawas 00 05 selaras dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri RepublikIndonesia mor 54 Tahun 00 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah mor 8 tahun 008 tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah terdapat (tiga) Fokus : a) Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi, b) Fokus Kesejahteraan Masyarakat; dan c) Fokus Seni budaya dan Olahraga;... Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi a. Pendapatan Domestik Bruto (PDRB) PDRB salah satu indikator ekonomi yang menggambarkan kondisi rill ekonomi suatu daerah, indikator pertumbuhan PDRB ini menunjukan peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam lingkup daerah dan mengenai geliat keberhasilan program pembangunan ekonomi makro daerah yang telah dicapai dalam meningkatkan kemakmuran masyarakat di suatu daerah. Salah satu tujuan pembangunan diantaranya adalah peningkatan Pendapatan Domestik Bruto penduduk Kabupaten Musi Rawas yang terus meningkat dari II.

tahun ke tahun. Dengan memperhatikan realisasi PDRB dan distribusi PDRB atas dasar harga berlaku selama Tahun 0-05 dan capaian di Tahun 05, seperti dalam tabel.7 berikut ini : Tabel.6 PDRB Kabupaten Musi Rawas Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 0-05 (Rp. Juta) Lapangan Usaha 0 () () Pertanian, Kehutanan,.74.9, dan Perikanan Pertambangan dan 4.045.70,4 Penggalian Industri Pengolahan.09.57, Pengadaan Listrik dan.858, Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 656,5 Limbah dan Daur Ulang Konstruksi 58.879,7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 67.9, dan Sepeda Motor Transportasi dan 8.4,5 Pergudangan Penyediaan Akomodasi 4.406,8 dan Makan Minum Informasi dan 9.79,5 Komunikasi Jasa Keuangan dan 68.9,8 Asuransi Real Estat 9.979,6 Jasa Perusahaan.509, Administrasi Pemerintahan, 60.74, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan 6.099,7 Jasa Kesehatan dan 64.46,8 Kegiatan Sosial Jasa lainnya 00.85, PDRB Dengan Migas 0.989.477, PDRB Tanpa Migas 7.80.0,5 0* (4) 04** (5) 05*** (6) 4..587,7 4.8.484,5 4.56.599, 4.08.788, 4.844.70, 4.64.608,.46.47,7.447.96,8.696.090,7.890,9.6,6.905,4 68,7 85,5 954,6 60.44,0 76.49, 87.0,6 67.8,5 75.659,9 965.555,0 45.87,0 54.99,6 65.055,4 8.46,.864,5 8.940,4.609, 5.90,0 40.58,4 75.0,7 8.8, 89.86,.586,7.760, 56.84,.09,6 84.04,.68,7 98.074,9.994,8 69.65,9 0.69,8 89.770, 40.947,6 7.48,9 8.06,9 9.0,4.496,8.97.54,7 8.75.478,.05,5.76.0,4 9.670.54,7 4.09, 4.0.9,7 0.86.607,0 Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 06 *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara ***) Angka Sangat- sangat Sementara Berdasarkan data pada tabel.7, nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan migas Kabupaten Musi Rawas meningkat dari Rp.0,milyar pada II.

tahun 0 menjadi Rp.4, milyar pada tahun 05 untuk PDRB dengan migas atau naik 9,95. Pada tahun 0 PDRB tanpa migas sebesar Rp. 6,9 milyar dan pada tahun 05 menjadi Rp. 0,86 milyar atau naik sebesar 57,6. Data struktur ekonomi Kabupaten Musi Rawas dapat dilihat pada tabel.8. di bawah ini: Tabel.7 Struktur PDRB Kabupaten Musi Rawas Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 0-05 (Rp. Juta) Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estat Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya 0 0 0* 04** 05***,6,80 4,4,6, 40,05 9,5 0,0 6,8 0,0 0,0 5,5 0,4 0,0 6, 0,8 0,0,88,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 4,0 4,8 5,8 5,50 5,86 5,4 5,6 5,6 5,50 6,84 0,4 0,5 0,8 0,4 0,46 0,0 0, 0,4 0,4 0,8 0,7 0,58,05 0,0 0,7 0,6,09 0,0 0,6 0,6, 0,0 0,7 0,6,7 0,0 0,9 0,64,0 0,0,9,7,49,4,6,7,9,5,9,05 0,56 0,59 0,60 0,6 0,66 0,97 0,9 0,9 0,90 0,95 Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 06 *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara ***) Angka Sangat- sangat Sementara Tahun 0-05 merupakan tahun berbasis pada pemanfaatan sumber daya alam dengan leading sector yang menjadi unggulan selama ini sebagai penyumbang PDRB yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dan juga sektor pertambangan dan penggalian. Di tahun 0, sektor II.

pertanian, kehutanan, dan perikanan memberikan sumbangan,6 persen, dan terus mengalami kenaikan hingga tahun 0, yaitu sebesar 4,4 persen, dan mengalami penurunan di tahun 05 menjadi, persen. Sektor pertambangan dan penggalian memberikan sumbangan sebesar,88 persen. Sektor Industri Pengolahan pada tahun 05 memberikan peningkatan kontribusi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar,0 persen. PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Musi Rawas tahun 0-05 dapat dlihat pada tabel di bawah ini : Tabel..8 PDRB Kabupaten Musi Rawas Atas Dasar Harga Konstan Tahun 0-05 (Rp. Juta) Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah & Daur lang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya 0 0* 04** 05***.88.9,7.58.0,0.746.798,5 4.005.,0.044.5,8.5.56,7.406.480,9.46.594,9.00.05,.076.009,5.55.8,0.49.8,.07,9.95,0.,7.49,7 65,8 690,6 740,0 79,6 45.,6 475.040,8 509.488,8 5.,8 576.59,5 68.4,7 647.677,9 678.479,6 7.786,0 4.044,6 44.6,6 48.77, 0.854,.9,7.55,7 5.87, 0.079,9.44,9 5.054,8 8.06,9 6.7, 66.,4 68.694,9 7.48,5 4.58,., 4.68,.447,4 4.659,8.55,5 44.74,5.69,5 4.864,6 4.844,6 55.609,6 77.94, 44.94,4 65.908,8 00.768,9.8,7 6.54,7 65.009,4 70.969,5 76.4,8 98.76, 0.4, 05.88,0 0.7,9 II.4

PDRB Dengan Migas PDRB Tanpa Migas 9.45.87, 6.9.4,9 9.788.565,6 7.48.44, 0.50.076, 7.95.8,.049.704, 8.475.5,0 Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 06 b. Pendapatan Regional Perkapita Pertumbuhan ekonomi suatu daerah selain memberikan gambaran peningkatan produksi barang dan jasa, juga memberikan gambaran tentang pendapatan perkapita daerah. Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan penduduk..angka pendapatan perkapita menunjukkan besarnya pendapatan yang diperoleh setiap penduduk secararata-rata. Data Pendapatan Regional Perkapita (Dengan migas) Tahun 005 Kabupaten Musi Rawas adalah ditunjukkan dalam tabel.9 berikut : Tabel.9 Pendapatan Perkapita Kabupaten Musi Rawas Tahun 0-05 Tahun 0 0 0* 04** 05*** Harga berlaku Harga konstan Dengan Migas Tanpa Migas Dengan Migas Tanpa Migas 8.44.67 9.05.955 5.8.67 7.78.049 9.854.56.98.07 5.6.69 8.8.448.07.757.75.58 6.9.576 9.904.66 5.9.748 5.55.944 7.7.07 0.97.56 6.744.558 8.6.54 8.75.808.05.99 Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas, 06 *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Sementara ***) Angka Sangat- sangat Berdasarkan data di atas, Pendapatan perkapita Kabupaten Musi Rawas secara tren lima tahun terakhir mengalami kenaikan, dapat terlihat bahwa pendapatan per kapita Kabupaten Musi Rawas Tahun 05 atas dasar harga berlaku dengan migas sebesar Rp. 6.744.558,- dan tanpa migas sebesar Rp. 8.6.54,- sedangkan berdasarkan atas dasar harga konstan tanpa migas sebesar Rp..05.99,- dan dengan migas sebesar Rp. 8.75.808,-. c. Pertumbuhan Ekonomi Kondisi ekonomi suatu daerah dilihat dari pertumbuhan ekonomi di harapkan mengalami kenaikan setiap tahunnya, Peningkatan pertumbuhan ekonomi ini menggambarkan aktivitas ekonomi di suatu daerah. Pertumbuhan II.5

Ekonomi masih dijadikan sebagai tolak ukur penilaian kondisi ekonomi di daerah. Tabel.0 Pertumbuhan Ekonomi Tahun 0-05 Kabupaten Musi Rawas Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estat Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya PDRB Dengan Migas 0 0 0* 04** 05*** 7,55 6,70 7,9 6,0 6,89-7,9 7,7 7,6-0,46 8,74 7,55,66 7,49 5,84 8,99 7,6 6,,68 8,5 0,77-0,58 0,69 5,6 7,6 6,97 7,50,95,7 7,5 4,68 8,49 9,0 7,4 4,76 4,76 7,54 9, 8,6 8,69 9, 9,4 9,0 6,07 6,6 9,97 7,45 6,7 8,5 9,94 8,46 9,5 9,77 8,0 7,0 5,59 8,8 8,65 8,7,7 8,04 7,6 8,45 4,06 7,4 4,96 4,8,6,97 5,69 8,7 8, 7,7 8,80, 7, 6,74 8,60 5,66 9,7 7,67,88,6,7 0,85,4 5,88,66 7,7 4,0 5, Sumber : BPS Kabupaten Musi Rawas 05 ( Data Diolah ) * ) Angka Sangat Sementara ***) Angka sangat sangat sementara **) Angka sangat sementara Dari tabel diatas pada tahun 0 pertumbuhan sektor pertanian sebesar 7,55 di tahun 0 mengalami perlambatan ekonomi yang menyebabkan pertumbuhan sektor pertanian turun sektor pertambangan mengalami sebesar 6,89 tahun 05. Pada kenaikan yang awalnya tahun 0 sebesar -7,9persen menjadi,68 ditahun 05. Sektor Pendidikan tumbuh paling tinggi diantara pertumbuhan sektor lain pada tahun 04 II.6

sektor ini mampu tumbuh sebesar, dan di tahun 05 melambat menjadi tumbuh sebesar 7, persen Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Musi Rawas di tahun 05 mengalami penurunan diakibatkan ada beberapa sektor-sektor yang mengalami perlambatan kenaikan, seperti sektor pertambangan,pengadaan Listrik dan Gas, sektor jasa pendidikan dan jasa kesehatan, dan sektor jasa konstruksi sehingga perekonomian Kabupaten Musi Rawas hanya mampu tumbuh sebesar 5, persen di tahun 05. d. Laju Inflasi Indikator yang digunakan untk melihat besaran kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi adalah inflasi. Inflasi sektoral yang dilihat dalam publikasi ini digunakan untuk melihat besaran kenaikan harga barang dan jasa di tingkat produsen. Tabel. Laju Inflasi Sektoral Di Kabupaten Musi Rawas Tahun 00-04 4 5 6 7 8 9 Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB dengan Migas PDRB Tanpa Migas 00 8,6,5 6,57 4,8,0 8,4,0,87 7,67 Tahun 0 0* 4,06 5,75 6,5 4,95 8,4 5,95 5,8 6,48 8,98 6,5 8,4 8,7 6,7 7,49 6,55 7,95,77 0,8 8,7 7,7 6,64 6,59 6,50 6,77 04** 5,9,65 8,60 8,04 9,5 9,5 7,6 9,0 9,7 6, 7,74 Sumber: Evaluasi RPJMD Kabupaten Musi Rawas Tahun 05 *)Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Dari tabel diatas pada tahun 04 sektor yang mengalami tingkat inflasi tiga besar paling tinggi adalah sektor Perusahaan dan Jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan air bersih, lalu sektor bangunan. Ketiga sektor ini masing-masing mengalami inflasi sebesar 9,7 persen, 9,5 persen, dan 9,5 II.7

persen. Sedangkan rendahnya inflasi di sektor pertambangan dan penggalian lebih disebabkan karena pada tahun 00 harga minyak mentah melambung dan sebaliknya pada tahun 04 harga minyak mentah dunia anjlok menurun. Pada Tahun 00 Inlasi pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar,5 persen dan pada tahun 04 sektor pertambangan dan penggalian mengalami inflasi sebesar,65 persen. e. Kebutuhan Investasi Kab. Musi Rawas Salah satu sumber dari pertumbuhan ekonomi daerah adalah penambahan dan pemupukan modal melalu investasi. Dengan menganggap bahwa nilai ICOR (incremental capital to output ratio atau rasio penambahan modal terhadap produksi) sebesar 4,6, pertumbuhan ekonomi rata-rata 00-05, dan nilai PDRB, maka kebutuhan investasi selama lima tahun diperkirakan sebesar Rp.,775 triliun per tahun. Kebutuhan investasi tersebut hanya akan dapat dipenuhi oleh Kabupaten Musi Rawas dengan mempertimbangkan potensi dan kemajuan yang telah dicapai selama ini, kondisi sosial yang kondusif, dan kondisi ketertiban dan keamanan yang terjaga dengan baik sehingga menarik investor untuk menanamkan modal di Kabupaten Musi Rawas. Tabel. Kebutuhan Investasi Ekonomi Tahun Indikator 0 DENGAN MIGAS Pertumbuhan ekonomi PDRB ADHB kebutuhan investasi (ICOR 4,6) TANPA MIGAS Pertumbuhan ekonomi PDRB ADHB Kebutuhan investasi (ICOR,6 0 0 04* 0,85 5,88 7,44 0084,0 0989477, 904,7 5969,4,45,9,887,997,406,87 7,5 7,0 6,67 8.75.478, 9.67.904,7,64,886,0,454 7,46 6.908.944,9 7.80.0,5,,6 II.8

4,6) Sumber: Indikator Ekonomi Kabupaten Musi Rawas Tahun 05 ( data diolah) *) Angka Sementara f. Persentase Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan Kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks yang bersifat dinamis, mengingat faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kemampuan belanja masyarakat juga bergerak dinamis disamping berbagai faktor internal yang mempengaruhi daya tahan masyarakat terhadap gejolak ekonomi yang terjadi. Capaian pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi belum mampu mengatasi kondisi sebagian penduduk yang hidup dalam himpitan kemiskinan. Untuk menangani kemiskinan, pemerintah bersama instansi terkait mengambil langkah yang strategis melalui berbagai intervensi baik melalui program multi sasaran maupun melalui operasi pasar dan pengendalian harga. Untuk mengetahui proporsi dan jumlah penduduk miskin, tersedia dua sumber data, yaitu persen penduduk miskin dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilaksanakan setiap tiga tahun, dan jumlah rumah tangga miskin yang pendataannya dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) bekerjasama dengan BPS pada setiap tahun dalam rangka penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) oleh pemerintah pusat. Kedua jenis data tersebut berbeda dalam beberapa hal. Data SUSENAS digunakan untuk mengetahui persentase penduduk miskin saja, karena tidak mencantumkan nama dan alamat (by name, by address), ukuran kemiskinan diukur dalam satuan kilo kalori, bila dibawah 00 kilokalori per hari dikategorikan sebagai penduduk miskin. II.9

Grafik. Penurunan Penduduk Miskin Di Kabupaten Musi Rawas Tahun 00-04 9,8 0 Angka Kemiskinan 8,5 7,85 7,67 5,5 5 0 5 0 00 0 Angka Kemiskinan 0 00 9,8 0 8,5 0 0 7,67 04 0 7,85 04 5,5 Sumber : BPS Kab. Musi Rawas 05 Berdasarkan data di atas Tahun 00 tingkat kemiskinan sebesar 9,8 dan pada tahun 04 turun menjadi 5,5.Upaya yang terus dilakukan terdapat beberapa program seperti Raskin, Jamkesmas, PNPM mandiri, PKH dan berbagai program sektoral. Upaya ini telah membuahkan hasil dan secara berangsur dapat menurunkan jumlah penduduk miskin. Grafik.4 Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten Musi Rawas, 004-04 7,6 6, 6, 5,75 6,,4,4,75,8,,45 004 005 006 007 008 009 00 0 0 0 04 Sumber : MDG S 05 II.0

g. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Grafik.5 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Musi Rawas, 0-04 64 6,9 6 6 6 60 6, 60,6 6,7 59 0 0 0 04 IPM Sumber : BPS Kab. Musi Rawas,05 Dari data diatas dapat dari tahun 0 sampai dengan 04 tren IPM Kabupaten Musi Rawas mengalami kenaikan. Hal demikian positif baik untuk pembangunan kabupaten Musi Rawas. Tahun 0 IPM Kabupaten Musi Rawas sebesar 6. menduduki posisi peringkat ke-5 se-sumatera Selatan dan tahun 04 Kabupaten Musi Rawas mengalami peningkatan IPM hingga menduduki peringkat ke- se-sumatera Selatan. Tren kenaikan IPM Kabupaten Musi Rawas ini menggambarkan pembangunan di Kabupaten Musi Rawas mulai mengalami kemajuan.... Fokus Kesejahteraan Sosial Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap indikator berkaitan dengan meningkatnya kualitas kehidupan beragama, percontohan dan peneladaan karakter darussalam, menurunnya angka kemiskinan, meningkatnya kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, meningkatnya pembangunan perdesaan dan pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT), meningkatnya perlindungan sosial, meningkatnya kapasitas II.

ketenagakerjaan dan kependudukan, meningkatnya pemberdayaan perempuan, meningkatnya peran pemuda dan olah raga. Indikator Kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran target yang dicapai terlihat pada masing-masing matrik dibawah ini :. Pendidikan Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap 4 (empat) jenis rasio yang terbagi atas:rasio Pendidikan (indikator angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni). Capaian Kinerja Pendidikan diukur dengan Indikator Kinerja Kunci (IKK): Angka Melek Huruf, Angka Rata-rata Lama Sekolah, Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Pendidikan yang Ditamatkan, Angka Partisipasi Murni (APM) SD/ MI/ Paket A, Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B dan Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/ SMK/ MA/ Paket C. Tabel. Capaian Kinerja Pendidikan Kab. Musi Rawas Th 0 05. 4 5 6 7 8 9 Indikator 0 Angka Melek Huruf () 98,0 Angka Rata-rata lama sekolah 7,0 (Th) APK SD/MI/Paket A () 4,8 APK SMP/MTs/Paket B () 96,60 APK SMA/SMK/MA/Paket C 66,0 () APM SD/MI/Paket A () 98,0 APM SMP/MTs/Paket B () 88,0 APM SMA/SMK/MA/Paket C 57,5 () Angka Rata-rata lama sekolah 7,0 0 98, 7,0 Tahun 0 98,0 7, 04 98,47 7,9 05 98,6 6.6 4,95 4,80 97,0 98,00 68,77 74,60 4,96 0, 98,70 08,99 75,00 77,87 98,04 89,04 59,5 98,5 9,48 6,00 98,45 9,75 6,5 98,58 95,0 65, 7,0 7,4 7,9 6,67*) Sumber: BPS, 06 *) Angka telah dipisahkan dengan Kab. Muratara II.

. Kesehatan Sasaran fokus kesejahteraan sosial masyarakat Kabupaten Musi Rawas tidak terlepas dari aspek Kesehatan. Upaya pemerintah Kabupaten Musi Rawas terus diupayakan secara maksimal dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat dengan berbagai kebijakan dan program kegiatan. Beberapa upaya diantaranya membangun sarana dan prasarana penunjang seperti menyediakan dokter sampai dengan puskesmas dan lain-lain. Berikut Capaian Kinerja kesehatan diukur dengan IKK: Angka Kelangsungan Hidup Bayi, Angka Usia Harapan Hidup dan Persentase Musi Rawas Gizi Buruk. Capaian kinerja kesehatan dapat dilihat dalam tabel.5 berikut : Tabel.4 Capaian Indikator Kinerja Pembangunan Kesehatan Kabupaten Musi Rawas Tahun 0-05... 4. 5. Indikator 0 48,79 64,95,70 0 9,65 6,0,00 Angka kematian bayi/000 KH Angka Umur Harapan Hidup (Th) Persentase Musi Rawas gizi Buruk Angka Kesakitan Kasar () Angka Kematian Ibu /00.000 KH 7,99 5,0 Tahun 0 0,69 65,09 0,89 00 04 05 6,9 0,60 66,0 68,00 0,76 0,5 9, 0 Sumber : BPS, 06 Pada tabel diatas terlihat bahwa perkembangan Angka Usia Harapan Hidup selama periode 0-05 cenderung meningkat pada empat tahun terakhir yaitu dari 64,95 tahun di tahun 0 menjadi 68,00 pada tahun 05 UHH. Untuk Angka Kematian Bayi selama periode 0-05 cenderung menurun, yakni dari 48,79 per 000 kelahiran hidup pada tahun 0 menjadi 0,60. Segi Angka Kematian Ibu pertumbuhannya cenderung menurun yakni dari 7,99 per 00.000 menjadi 0 pada tahun 05.. Ketenagakerjaan Tujuan Pembangunan Milenium (TPM) mengamanatkan meningkatnya kesempatan kerja yang layak bagi penduduk agar penduduk yang terkungkung dalam kemiskinan dan atau kelaparan dapat melepaskan dirinya II.

dari kondisi tersebut. Ketenagakerjaan sangat penting untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dalam memenuhi perekonomian rumah tangga. Indikator (disesuaikan) yang digunakan sehubungan dengan target (dua) adalah sebagai berikut: Tabel.5 Angka Pengangguran Kabupaten Musi Rawas Tahun 0-05 ANGKA PENGANGGURAN 4,5,87 4,5,5,4,5,04,78,67 0,9 0,5 0 00 0 0 0 04 05 Sumber: Badan Pusat Statistik, 06 TPAK Musi Rawas pada tahun 0 berdasarkan hasil Sakernas, diketahui bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja Kabupaten Musi Raawas sebesar 78,46 persen. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 70 orang yang masuk dalam angkatan kerja dari 00 penduduk usia kerja (5 tahun keatas) atau bisa diartikan terdapat sekitar 80 persen penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi. Selama lima tahun terakhir TPT Kabupaten Musi Rawas menunjukkan kecenderungan fluktuatif. Penurunan yang cukup signifikan terjadi dari tahun 0 ke 0, TPT Kabupaten Musi Rawas turun dari,78 persen ke 0,9 persen. Angka pengangguran pada tahun 0 adalah sebesar 0,9 persen yang merupakan angka pengangguran terendah di Sumatera Selatan. Tahun 04 terjadi kenaikan angka pengangguran sebesar,67 persen dan kembali terjadi kenaikan ditahun 05 diakibatkan angkatan kerja terus bertambah yaitu sebesar,04 persen. II.4

.. Fokus Seni Budaya dan Olahraga Analisis kinerja atas seni budaya dan olahraga dilakukan terhadap indikator-indikator: jumlah grup kesenian, jumlah klub olahraga dan jumlah gedung olahraga. ) Kebudayaan Capaian Kinerja Kebudayaan diukur dengan IKKJumlah Grup Kesenian. Tabel.6 Capaian Kinerja Kebudayaan Kab. Musi Rawas Th 0-05 Indikator. Jumlah Group Kesenian 0 8 0 4 Tahun 0 48 04 49 05 49 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Musi Rawas Tahun 05 ) Pemuda dan Olahraga Capaian Kinerja Pemuda dan Olahraga diukur dengan IKK: Jumlah Klub Olahraga dan Jumlah Gedung Olahraga. Tabel.7 Capaian Kinerja Pemuda dan Olahraga Kab. Musi Rawas Th 0-05 Indikator. Jumlah Klub Olahraga per 0.000 Jumlah Gedung Olahraga per 0.000 0 6 0 6 Tahun 0 04 6 6 05 6 Sumber: Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Musi Rawas Tahun 05.. Aspek Pelayanan Umum Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri mor 54 Tahun 00, Aspek Pelayanan Publik terdiri atas buah fokus yaitu: a) Fokus Layanan Urusan Wajib dan b) Fokus Layanan Urusan Pilihan.Analisis kinerja atas layanan urusan wajib dilakukan terhadap indikator-indikator kinerja penyelenggaraan urusan wajib pemerintahan daerah, yaitu bidang urusan pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang, perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan, kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga II.5

berencana dan keluarga sejahtera, sosial, ketenagakerjaan, koperasi dan usaha kecil menengah, penanaman modal, kebudayaan, kepemudaan dan olahraga, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian, ketahanan pangan, pemberdayaan masyarakat dan desa, statistik, kearsipan, komunikasi dan informatika, dan perpustakaan. Indikator Kinerja terhadap fokus layanan Urusan Wajib sebagai berikut :. Fokus Layanan Urusan Wajib Keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah tersedianya Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu bersaing. Untuk itu pembangunan atau investasi dibidang pendidikan dan kesehatan menempati posisi urgen dalam skala prioritas pembangunan daerah harus terus ditingkatkan, Dalam bidang pendidikan, peningkatan sumber daya manusia lebih diutamakan dengan memberi kesempatan kepada penduduk usia sekolah, dimana luasnya wilayah yang harus dijangkau merupakan faktor yang cukup berpengaruh disamping faktor-faktor lainnya dalam menjalankan program-program pendidikan yang berimplikasi terciptanya SDM yang handal dan siap bersaing di era globalisasi. a) Pendidikan Capaian kinerja urusan pendidikan diukur dengan indikator: Angka Partisipasi Sekolah SD/MI, Rasio ketersediaan sekolah perpenduduk usia sekolah SD/MI, Rasio ketersediaan sekolah perpenduduk usia sekolah SMP/MTs, Rasio guru: murid SD/MI, Rasio guru: murid SMA/MA, Rasio guru: murid per kelas rata-rata SD/MI, Rasio guru: per kelas rata-rata murid SMP/MTs, Rasio guru: per kelas rata-rata murid SMA/MA, dan Rasio ketersediaan sekolah SLTP. II.6

Tabel.8 Capaian Indikator Kinerja Pembangunan Pendidikan Kabupaten Musi Rawas Tahun 0-05 0 98,0 Tahun 0 0 98,04 98,5 04 98,45 05 98,78 66,96 66,99 68,44 8,68 9,4 4, 4,60 48,70 47,9 49,4 4,94 8,85 8,95,6 4,4 : 7 : 7 : 7 : 7 : 5 Rasio guru: murid SMP/MTs Rasio guru: murid SMA/MA : 5 : 5 : 6 : 4 : 6 : 0 : : 7 : 7 : 7 Rasio guru: murid per kelas rata-rata SD/MI Rasio guru: per kelas ratarata murid SMP/MTs Rasio guru: per kelas ratarata murid SMA/MA/SMK,50,50,58,75,87,4,6,8,9,,7,4,84,5, Indikator Angka Partisipasi Sekolah SD/MI () Rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah SD/MI Rasio ketersediaan sekolah perpenduduk usia sekolah SMP/MTs Rasio ketersediaan sekolah SMA Rasio guru: murid SD/MI 4 5 6 7 8 9 0 Sumber: BPS, Tahun 05 (Data diolah kembali). Dalam bidang pendidikan, sasaran pembangunan ditujukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pendidikan dan meningkatnya mutu pendidikan. Keberhasilan pembangunan ini antara lain ditandai dengan menurunnya jumlah penduduk buta huruf, meningkat secara nyatanya persentase penduduk yang menyelesaikan Wajib Belajar 9 tahun. b) Kesehatan Capaian kinerja layanan umum dalam urusan kesehatan diukur dengan indikator kinerja: Rasio Posyandu per Satuan 0.000 Penduduk Musi Rawas, Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu per satuan Penduduk, Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk, Rasio Dokter per Satuan Penduduk, Rasio Tenaga Medis per Satuan Penduduk, Meningkatnya cakupan kunjungan ibu hamil K4, Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, Cakupan desa kelurahan UCI, Cakupan Musi Rawas Gizi buruk mendapat perawatan, Cakupan penemuan dan penanganan II.7

penderita penyakit TBC/ BTA, Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD, Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin, Cakupan kunjungan bayi, Meningkatnya cakupan rawat jalan Puskesmas, dan Meningkatnya cakupan rawat inap Puskesmas. Tabel.9 Capaian Indikator Kinerja Pembangunan Kesehatan Kabupaten Musi Rawas Tahun 0-05 Indikator 0 0 Rasio Posyandu per Satuan 0.000 penduduk Musi 6,85 6,98 Rawas Rasio Puskesmas, Poliklinik, 0,40 0,46 Pustu per 0.000 penduduk Rasio Rumah Sakit per 0,05 0,05 00.000 Penduduk 4 Rasio Dokter per 00.000 0, 0,6 Penduduk 5 Rasio Tenaga Medis per,,4 00.000 Penduduk 6 Cakupan pertolongan persalianan oleh tenaga 9,70 9,90 kesehatan yang memiliki kopetensi kebinanan 7 Cakupan desa kelurahan UCI 94,95 94,0 8 Cakupan Musi Rawas Gizi 00 00 buruk mendapat perawatan 9 Cakupan penemuan dan penanganan penderita 48,90 55,70 penyakit TBC BTA 0 Cakupan penemuan dan penanganan penderita 00 00 penyakit DBD Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien,4,0 masyarakat miskin Cakupan kunjungan bayi 99,0,70 Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Musi Rawas Th 06 Tahun 0 04 05 7, 7,44 7,6 0,49 0,50 0,5 0,5 0,5 0,54,,5,40,56,6,74 9,50 85,50 88,90 94,0 97,00 98,50 00 00 00 5,40 56,5 46,5 00 00 00 0,87 0,96,70 98,0 77,0 8,0 c) Pekerjaan Umum Infrastruktur wilayah terdiri dari beberapa aspek yaitu tata ruang wilayah, infrastruktur, transportasi, perbankan, hotel, restoran, listrik dan air bersih. II.8

Pada saat ini proses pembangunan didalam kehidupan masyarakat sangat digencarkan guna menunjang dan meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Capaian kinerja layanan umum pada urusan Pekerjaan Umum diukur dengan indikator kinerja antara lain: proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik, rasio jaringan irigasi, rasio tempat ibadah per satuan penduduk, persentase rumah tinggal bersanitasi, rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk, rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk, rasio rumah layak huni, rasio pemukiman layak huni, panjang jalan dilalui roda empat, jalan penghubung kabupaten dari ibu kota kecamatan ke kawasan pemukiman penduduk (minimal dilalui roda 4, panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik, dan panjang jalan yang memiliki trotoar dan drainase/saluran pembuangan air minimal,5 m). Tabel.0 Capaian Kinerja Urusan Pekerjaan Umum Kab. Musi Rawas Th 0-05 Indikator Proporsi Panjang Jalan dalam kondisi baik () Rasio Jaringan Irigasi (m/ha) Persentase rumah tinggal bersanitasi () Tahun 0 04 05 59,8 59, 5,4 6,70 7,07 5,40 5,69 5,80 5,9 6,5 8,9,70 4,0 65,45 74,00 0 0 Sumber: Dinas PU Kab. Musi Rawas Th 06 Pada capaian kondisi Jalan di Kabupaten Musi Rawas terus mengalami peningkatan pada tahun 05. Proporsi panjang jalan dalam kondisi baik sebesar 7,07 pada tahun 05 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 0. Rasio Jaringan irigasi juga mengalami kenaikan tiap tahunnya pada tahun 0 sebesar 5,40 menjadi 6,5 ditahun 05. Terakhir rumah bersanitasi mengalami kenaikan yang awalnya 8,9 di tahun 0 dan di tahun 05 mengalami kenaikan sebesar 74,00 persen. II.9

d) Penataan Ruang Amanat undang-undang no 6 tahun 007 tentang Penataan Ruang seperti tertuang pada pasal di sebutkan bahwa penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Tujuan penyelenggaraan penataan ruang di Kabupaten Musi Rawas akan di capai dengan melaksanakan program perencanaan tata ruang, Program pengendalian Ruang, Program Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Tabel. Capaian Kondisi Penataan Ruang Kabupaten Musi Rawas Tabel. Capaian Kinerja Urusan Tata Ruang Kab. Musi Rawas Th 0-05.. Indikator Pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Rasio bangunan ber-imb per satuan bangunan (unit) 0,85 0,55 0,0 0, Tahun 0 04 4,00 5,45 0, 0,7 05 5,675 0,6 Sumber: BLHD dan BPMPTP Kabupaten Musi Rawas Tahun 06 a) Perumahan Pemenuhan Kebutuhan rumah masih menjadi permasalahan serius bagi daerah, Karena setiap tahun diperkirakan terjadi penambahan kebutuhan rumah akibat penambahan keluarga baru. II.40

Tabel. Capaian Indikator Kinerja Pembangunan Perumahan Kabupaten Musi Rawas Tahun 0-05 Indikator Kinerja. Pembangunan Daerah Bidang Perumahan Rumah tangga pengguna air bersih () Rumah Tangga pengguna Listrik Rumah Tangga bersanitasi Bh/Penduduk 4 Rumah layak huni () Capaian Setiap Tahun 0 0 0 04 05 0,04 4,4 9,96 5,5, 6,5 6,88 6,7 8,9,70 4,0 65,45 74,00 5,4 56,5 60,70 64,70 80,00 6,9 67,6 Sumber: BPS, Tahun 05 (Data diolah kembali). b) Perencanaan Pembangunan Perencanaan pembangunan daerah merupakan pekerjaan yang sangat penting, berdasarkan UU mor 5 Tahun 004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah upaya untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat. Capaian indikator kinerja dapat dilihat sebagai berikut: Tabel.4 Capaian Indikator Kinerja Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Musi RawasTahun 0-05. 4 Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Bidang Perencanaan Tersedianya Dokumen Perencanaan RPJPD yang telah ditetapkan dengan Perda Tersedianya Dokumen Perencanaan RPJMD yang telah ditetapkan dengan Perda/Perkada Tersedianya Dokumen Perencanaan RKPD yang telah ditetapkan dengan PERKADA Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD Capaian Setiap Tahun 0 0 0 04 05 Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada 75 80 8 85 85 Sumber : Bappeda Musi Rawas II.4

c) Lingkungan Hidup Di Indonesia, Badan Pusat Statistik sejak tahun 007 telah mengembangkan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup, Selama ini untuk mengukur kualitas lingkungan umumnya dilakukan secara parsial berdasarkan media, yaitu air udara, dan kualitas lahan. Capaian kinerja layanan umum pada urusan Lingkungan Hidup diukur dengan indikator sebagai berikut: Tabel.5 Capaian Indikator Kinerja Pembangunan Lingkungan Hidup Kabupaten Musi Rawas Tahun 0-05. 4 Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Persentase Penanganan Sampah Penegakan hukum lingkungan () Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk () Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL () 0 Capaian Setiap Tahun 04 0 0 05 57 59 6 60 5 00 00 00 00 00 0,0 0,0 0,0 0,04 0,04 00 00 00 00 00 Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kab. Musi Rawas Th 05 d) Transportasi dan Perhubungan Sektor perhubungan merupakan sektor yang sangat menunjang perekonomian daerah. Di Kabupaten Musi Rawas sarana transportasi sangat beragam, di antaranya sepeda motor, mobil penumpang, mobil bus, mobil barang, kereta gandeng, kereta tempel, kendaraan khusus. Jumlah arus penumpang angkutan umum tiap tahunnya mengalami penurunan yang awalnya di tahun 0 berjumlah.496 menjadi 508 buah di tahun 04. Selain moda transportasi darat, Kabupaten Musi Rawas juga memiliki moda transportasi alternatif bagi masyarakatnya. Bandar Udara Silampari dan lima dermaga sungai menjadi sarana pendukung moda transportasi udara dan sungai di kabupaten ini. Kini Kabupaten Musi Rawas II.4

mempunyai sarana transportasi udara yaitu Bandara Silampari. Maskapai yang melayani penerbangan langsung ke jakarta yaitu NAM Air, anak perusahaan Sriwijaya Air, secara resmi telah membuka rute penerbangan yang menghubungkan antara Jakarta dan Lubuklinggau pulang pergi. Penerbangan ini Jakarta - Lubuklinggau dioperasikan setiap hari, pesawat Boeing 77-500 berkapasitas 0 kursi yang terdiri dari delapan kursi kelas bisnis dan kursi kelas ekonomi. Gambar.. Pesawat yang beroperasi di Bandara Silampari Capaian kinerja layanan umum pada urusan Perhubungan diukur dengan indikator: Jumlah arus penumpang angkutan umum, rasio Ijin trayek, Jumlah uji kir angkutan umum, Jumlah Pelabuhan Laut /udara/terminal Bis, Angkutan Darat, Kepemilikan KIR Angkutan umum, Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) dan Biaya Pengujian kelayakan angkutan umum. Tabel.6 Capaian Kinerja Urusan Perhubungan Kab. Musi Rawas Th 0-05... 4. Indikator Arus penumpang angkutan umum(bh) Rasio Ijin trayek(bh) Jumlah uji kir angkutan umum (kali) Jumlah Pelabuhan Laut /udara/terminal bis 0 Tahun 0 0 04.496.954 50 508 4 4 54 68 7 5 5 5 4 4 05 - Sumber: Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Musi Rawas Th 06 II.4