BAB II. Tinjauan Pustaka. pendapatan atas tenaga kerja dan lahan.di tingkat rumah tangga,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan propinsi paling barat di Indonesia yang beribukota di Banda Aceh terbagi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat senantiasa mengalami perubahan dari masyarakat tradisional ke

STRATEGI MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA MELALUI DIVERSIFIKASI PEKERJAAN D I S U S U N OLEH DIKI HANDIKA

3. Ciri-ciri Mental Manusia Indonesia Asli Pertanyaan Diskusi

PENGERTIAN MOBILITAS SOSIAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Karta Sapoetra adaptasi mempunyai dua arti. Adaptasi yang pertama disebut

5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Muhammad Ali), kata pegawai

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

MATERI 2 JENIS-JENIS MOBILITAS SOSIAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Terciptanya budaya feodalisme dapat terjadi apabila masyarakat selalu

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan perkotaan saat ini telah menjadi kawasan sangat luas dengan

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mempercepat peningkatan perkembangan desa (swadaya dan desa

BAB II PENDEKATAN TEORETIS

4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VISI DAN MISI CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI PEMALANG PERIODE

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mobilitas sosial adalah bentuk perpindahan status dan peranan seseorang atau

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

MOBILITAS SOSIAL. 1. Pengertian Mobilitas Sosial

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB.I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

pada sistem mata pencaharian pokok yang mereka miliki. Berbagai hal mengenai tipologi komunitas desa dan kekhususan sosial-kulturalnya dapat

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Visi Program Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas 2015

I. PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

PENGARUH MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT BERWIRASWASTA SISWA SMK MUHAMMADIYAH 2 KARANGANYAR SKRIPSI

Unsur - unsur potensi Fisik desa. Keterkaitan Perkembangan Desa & Kota

LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS)

MOBILITAS SOSIAL. Pertemuan Kesembilan

BAB I PENDAHULUAN. tanah juga mengandung nilai ekonomi bagi manusia, bisa digunakan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Perubahan sosial merupakan bagian dari gejala kehidupan sosial, sehingga

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

NDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA LANGSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

Kelopok Sosial. Fitri dwi lestari

BAB I PENDAHULUAN. menjadi modal dasar pembangunan nasional disektor pertanian sebagai prioritas

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumawinata, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dan salah satu pemikir besar ekonomi kerakyatan Indonesia.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi Letak Geografis

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. istiadat dari suatu masyarakat etnik, seperti dalam istiadat masyarakat etnik Melayu. Dalam hal

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

SISTEM SOSIAL PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

BAB IV PENUTUP. Desa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Kesimpulan yang. dihasilkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

TEKNOLOGI DALAM AGRIBISNIS

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB IV VISI DAN MISI

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat sebagaimana yang dikutip oleh Adon Nasrulloh 2 memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah harapan bagi setiap orang tua untuk dapat meneruskan cita-cita

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

ARAHAN PENGEMBANGAN USAHATANI TANAMAN PANGAN BERBASIS AGRIBISNIS DI KECAMATAN TOROH, KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 2 Tahun 2007 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun luas serta

ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DESA UJUNG TEBU KECAMATAN CIOMAS KABUPATEN SERANG PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BIRO HUKUM DAN HUMAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*9740 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 15 TAHUN 1997 (15/1997) TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang berjiwa religius,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BPMD

Transkripsi:

BAB II Tinjauan Pustaka 2.1.Diversifikasi Pekerjaan Pembahasan mengenai Diversifikasi pekerjaan sering dikaitkan dengan uapaya penanggulangan risiko, kesempatan atau ketidakpastian pendapatan atas tenaga kerja dan lahan.di tingkat rumah tangga, Diversifikasi melalui penganekaragaman usaha dan pemanfaatan aset, selain dimaksudkan untuk mencari nilai tambah juga untuk mengurangi instabilitas pendapatan rumah tangga (Dercon, 2002).Diversifikasi dapat 11

dilakukan disektor pertanian saja, nonpertanian atau keduanya.keragaman lingkungan strategis sebagai faktor pendorong dan penarik ditingkat rumah tangga membuat diversifikasi berbeda-beda. Diversifikasi juga dianggap sebagai suatu norma (Barret dan Reardon, 2000). Pandangan tersebut mucul dikarenakan pemikiran bahwa relatife sedikit orang yang menggantungkan hidupnya hanya pada satu sumber pendapatan ataupun pekerjaan, maka mereka harus menemukan alternatife bagaimana dapat meningkatkan kesejahteraan hidup dengan melakukan berbagai pekerjaan.kondisi perekonomian yang semakin sulit dapat menjadikan diversifikasi pekerjaan sebagai suatu pilihan hidup bagi masyarakat.http://www.google.co.id/url Mono27-5.Pdf(seccured)-adobe reader (diakses 29 Juli 2012, Pukul 16.30 WIB). 2.2.Mobilitas Sosial Menurut Horton dan Hunt (J. Dwi Narwoko&Bangong Suyanto, 2004), mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Mobilitas sosial bisa berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan (biasanya) termasuk segi penghasilan yang dapat dialami oleh beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok. Dalam mobilitas sosial secara prinsip dikenal dua macam, yaitu mobilitas sosial vertikal, dan mobilitas sosial horizontal. 1.Mobilitas Sosial Vertikal 12

Yang dimaksud mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek sosial dari kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat (Soekanto, 1982:244).Jadi bisa disimpulkan bahwa mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan dalam jenjang status yang berbeda. Sesuai arahnya, karena itu dikenal dua jenis mobilitas vertikal, yakni: Gerak sosial yang meningkat (social climbing), yakni gerak perpindahan anggota masyarakat dari kelas sosial rendah ke kelas sosial yang lebih tinggi. Gerak sosial yang menurun (social sinking), yakni gerak perpindahan anggota masyarakat dari kelas tertentu ke kelas sosial lain lebih rendah posisinya. 2.Mobilitas Sosial Horizontal Yang dimaksud mobilitas horizontal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial yang satu ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.dalam mobilitas sosial yang horizontal tidak terjadi perubahan dalam derajat status seseorang ataupun objek sosial lainnya.(j. Dwi Narwoko&Bangong Suyanto, 2004). Horton dan Hunt (1987) mencatat ada dua (2) faktor yang mempengaruhi tingkat mobilitas social pada masyarakat modern, yakni : 1. Faktor struktural, yakni jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. 13

Ketidakseimbangan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia dibandingkan dengan jumlah pelamar atau pencari kerja adalah termasuk faktor struktural. 2. Faktor individu, yang dimaksud faktor individu adalah kualitas orang per orang, baik di tinjau dari segi pendidikannya, penampilannya, ketrampilan pribadi termasuk faktor kemujuran siapa yang akan berhasil mencapai kedudukan itu. 2.3. Jiwa Kewirausahaan Di Pedesaan Yang menjadi masalah ternyata kehidupan ekonomi masyarakat desa yang subur dan dilengkapi dengan infrastruktur memadai itu masih belum menggembirakan.memang untuk sekedar makan mereka tidak kesulitan. Akan tetapi mereka akan kesulitan jika akan menyekolahkan anak-anaknya ke luar. Penyebabnya sederhana saja. Aliran uang yang berputar di dalam desa sangat kecil, karena aliran uang dari kota ke desa hampir nihil. Kecilnya aliran di internal desa pun sekarang makin diperkecil karena disedot oleh adanya kredit barang-barang sekunder oleh masyarakat pedesaan: motor, televisi, lemari es, dll. Kecilnya aliranuang dari kota ke desa diakibatkan karena pertanian mereka diorientasikan untuk kebutuhan sendiri. Maka dari pada itu masyarakat desa haruslah berfikir lebih maju, mereka harus mampu berfikir bagaimana mewujudkan kemandirian masyarakat pedesaan agar mampu mendayagunakan dan mengoptimalkan potensi sumber daya 14

ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup untuk kesejahteraan masyarakat desa itu sendiri. 2.4. Peluang Kerja Di Pedesaan Masalah ketenagakerjaan dan kesempatan kerja merupakan suatu masalah mendesak dalam membangun pedesaan.umumnya, struktur perekonomian daerah pedesaan masih berat sebelah pada sektor pertanian. Disadari bahwa pembangunan pedesaaan telah dilakukan secara luas, tetapi hasilnya dianggap belum memuaskan dilihat dari peran serta masyarakat dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Rencana pembangunan desa harus disusun berdasarkan pada potensi yang dimiliki dan kondisi yang ada sekarang, kondisi yang ada itu meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumberdaya modal, prasarana dan sarana pembangunan, teknologi, kelembagaan, dan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Perlu diketahui bahwa di pedesaan cenderung pekerjaan yang masih banyak dilakukan adalah petani, peternak, kemudian menjadi pedagang di pasar tradisional mereka.namun itu dapat di ubah pandangan tersebut, jika masyarakat desa berfikir lebih maju bagaimana melakukan suatu pekerjaan yang mampu menambah pendapatan keluarga. 2.5. Mentalitas Masyarakat Petani Karena sebagian besar masyarakat Indonesia adalah masyarakat petani sejak berabad-abad lamanya, maka tidak mengherankan bahwa cara 15

berfikir masyarakat adalah seperti cara berfikir masyarakat petani. Serupa beberapa ahli antropologi, terutama R. Redfield menganggap bahwa petani atau peasant itu rakyat pedesaan yang hidup dari pertanian dengan teknologi lama. Sistem ekonomi dalam masyarakat petani itu berdasarkan pertanian (bercocok tanam, peternakan, atau perikanan) yang menghasilkan pangan dengan teknologi yang sederhana. Pada masa sekarang, para ahli sosiologi telah meninggalkan konsepsi bahwa masyarakat petani didaerah pedesaanitu merupakan suatu tipe masyarakat dengan ciri-ciri pokok yang tertentu. Karena para ahli telah lebih banyak mempelajari dan memahami masyarakat pedesaan dari dalam, bahwa struktur masyarakat dan system ekonomi desa itu tidak seragam menurut suatu tipe ideal tertentu dan bahwa bayangan orang kota mengenai masyarakat desa yang tenang, tenteram, rukun, rela dan berjiwa gotong-royong, sering tidak cocok dengan kenyataan. Mungkin satu abad yang lalu, kontras antara masyarakat pedesaaan dan masyarakat kota itu masih amat menonjol, tetapi dalam jangka waktu itu masyarakat desa tidak tinggal statis, sehhingga banyak unsur-unsur masyarakat kota masuk kedaerah pedesaan, dan banyak orang desa yang berubanisasi membawa cirri-ciri dan terutama mentalitet pedesaan ke kota. Maka dari pada itu, pada masa sekarang menjadi amat sukar untuk membedakan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat kota, kecuali hanya dalam hal-hal seperti jumlah penduduk, heterogenitas penduduk, dan tingkat teknologi modern. 16

Walaupun memang kita tidak bisa menentukan dengan tepat cirri-ciri masyarakat petani dari sudut susunan dan sisitem perekonomiannya yang biasanya telah berada pada berbagai macam taraf perubahan dan taraf pengaruh unsure-unsur masyarakat kota serta sistem ekonomi modern. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan Studi Kasus. Jenis penelitian kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik.pendekatan deskriptif adalah pendekatan dalam bentuk katakata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah ( Maleong, 2006;1 ). Berkenaan dengan penelitian ini maka penelitian ini akan menjelaskan dan menggambarkan berbagai situasi dan kondisi yang ada. 3.2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Seunebok Punti Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang.Adapun alasan peneliti memilih lokasi 17