I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata saat ini sudah menjadi salah satu primadona dunia dan menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, United Nations World Tourism Organizaton (UNWTO) melaporkan pertumbuhan industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka 980 juta kunjungan. Jumlah kunjungan wisatawan ini menunjukkan peningkatan sebesar 4-5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan industri pariwisata dunia yang positif berdampak juga terhadap sektor pariwisata Indonesia. Pertumbuhan pariwisata Indonesia menunjukkan kinerja yang sangat baik dengan tingkat pertumbuhan mencapai 9,5 persen di tahun 2010. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang datang pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebanyak 4.871.351 wisatawan. Jumlah tersebut meningkat hampir dua kali lipat hingga mencapai 7.002.944 wisatawan pada tahun 2010 (Badan Pusat Statistik, 2010). Hal ini memperlihatkan bahwa Indonesia, khususnya sektor pariwisata, semakin dikenal masyarakat internasional. Dari tahun 2000 hingga 2008, pertumbuhan kontribusi industri pariwisata terhadap beberapa indikator makro menunjukkan tren menurun. Meskipun demikian apabila dilihat dari segi nilai, hampir semua indikator menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2000, output sektor pariwisata memberikan kontribusi sebesar Rp.238,60 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp.499,67 triliun pada
2 tahun 2008. Kontribusi GDP meningkat dari Rp.128,31 triliun menjadi Rp.232,93 triliun. Berbeda dengan indikator lainnya, kesempatan kerja mengalami pertumbuhan negatif dimana kontribusi kesempatan kerja sektor pariwisata yang sebelumnya sebanyak 7,36 juta orang di tahun 2000 turun menjadi 7,02 juta orang di tahun 2008. Tabel 1.1. Share Indikator-indikator Pariwisata Terpilih Terhadap Indikator-indikator Makro Ekonomi Indonesia (%) Indikator 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Output 9,27 7,88 6,15 6,01 5,43 5,15 4,62 4,62 5,06 GDP 9,38 7,72 6,14 5,55 5,01 5,27 4,30 4,29 4,70 Pajak Tidak 8,29 8,84 7,77 5,87 7,81 0,18 4,12 4,09 4,32 Langsung Gaji & Upah 9,87 8,42 6,41 5,49 4,66 4,56 4,44 4,43 4,49 Kesempatan Kerja 8,11 8,57 8,48 8,28 9,06 6,97 4,65 5,22 6,84 Sumber: BPS dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2009 Selain pertumbuhan nilai GDP, peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap devisa negara. Dalam Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa dari tahun 2005 sampai dengan 2006 nilai devisa dari sektor pariwisata cenderung stagnan dan mengalami penurunan peringkat. Pada tahun 2007 sampai 2008 peringkat devisa dari sektor pariwisata naik kembali dan nilainya meningkat. Pada tahun 2009, peringkat devisa pariwisata mengalami perbaikan posisi tetapi nilainya turun dari tahun sebelumnya. Meskipun nilainya cenderung berfluktuatif, tetapi sumbangan devisa dari sektor pariwisata selalu berada di peringkat 10 besar penyumbang devisa terbanyak dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri pariwisata merupakan sektor yang penting bagi perekonomian Indonesia.
3 Tabel 1.2. Pertumbuhan Devisa Komoditas Unggulan Nasional periode 2005-2009 Nilai (Juta USD) Jenis Komoditas 2005 2006 2007 2008 2009 Minyak dan gas bumi 19.231,59 21.209,50 22.088,60 29.126,30 19.018,30 Pariwisata 4.521,90 4.447,97 5.345,98 7.377,00 6.298,02 Pakaian Jadi 4.966,91 5.608,16 5.712,87 6.092,06 5.735,60 Alat listrik 4.364,11 4.448,74 4.835,87 5.253,74 4.580,18 Tekstil 3.703,95 3.908,76 4.177,97 4.127,97 3.602,78 Minyak kelapa sawit 3.756,28 4.817,64 7.868,64 12.375,57 10.367,62 Kayu olahan 3.086,16 3.324,97 2.264,00 2.821,34 2.272,32 Karet olahan 3.545,68 5.465,14 6.179,88 7.579,66 4.870,68 Kertas dan barang dari kertas 2.324,66 2.859,22 3.374,84 3.796,91 3.405,01 Bahan kimia 2.079,91 2.697,38 3.402,58 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010 Pada saat terjadi krisis global di tahun 2008, industri pariwisata dapat secara konsisten tetap memperlihatkan kinerja yang positif. Total nilai ekspor nasional turun sampai dengan 14 persen, tetapi industri pariwisata tetap mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,36 persen. Lebih lanjut, dampak dari krisis global juga dirasakan oleh penerimanaan devisa dimana nilai devisa dari industri pariwisata turun menjadi $6.298,02 juta di tahun 2009. Meskipun demikian, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung meningkat menjadi 6,4 juta wisatawan. Pertumbuhan industri pariwisata yang positif di masa krisis menunjukkan bahwa sektor pariwisata dapat bertahan di masa krisis sekali pun. Oleh karena itu, pemerintah harus lebih memerhatikan sektor ini dengan mengoptimalkan potensi pariwisata yang ada di daerah-daerah. Salah satu daerah yang menjadikan pariwisata sebagai program unggulan daerah adalah Kabupaten Cianjur. Industri/sektor pariwisata menjadi salah satu fokus pembangunan Kabupaten Cianjur. Penetapan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan tersebut
4 dilakukan dengan melihat adanya potensi alam yang masih dapat dikembangkan sebagai objek dan dayatarik wisata serta kontribusi terhadap pendapatan asli daerah yang cukup besar saat ini. Kabupaten Cianjur memiliki kekayaan alam yang lengkap yang berpotensi menjadi objek wisata yang menarik. Cianjur bagian utara terdapat daerah pegunungan, perkebunan, dan persawahan. Kondisi yang sangat cocok untuk dijadikan tempat wisata alam dan agrowisata. Cianjur bagian tengah difokuskan sebagai lokasi pusat cenderamata dan oleh-oleh khas Cianjur bagi wisatawan. Terakhir, Cianjur bagian selatan terdapat bukit-bukit kecil dan juga kawasan pantai yang juga berpotensi sebagai dayatarik wisata alam. Beberapa objek wisata di Kabupaten Cianjur sudah berkembang dan menjadi primadona bagi wisatawan. Diantaranya, Taman Bunga Nusantara di Kecamatan Sukaresmi dan Kebun Raya Cibodas di Kecamatan Cipanas. Saat ini, keduanya menjadi tempat wisata favorit di akhir pekan bagi wisatawan domestik, khususnya masyarakat yang tinggal di kawasan Jabodetabek. Daerah-daerah lain pun sudah mulai mengembangkan potensi pariwisata yang dimiliki. Objek wisata danau Cirata dan Jangari di Cianjur bagian tengah sudah mulai dikembangkan oleh pemerintah daerah, tetapi pengembangan tersebut masih belum optimal sehingga belum dapat menarik wisatawan yang datang secara masiv. Sektor pariwisata merupakan bagian dari sektor tersier. Tabel 1.3 menunjukkan perkembangan kontribusi sektor-sektor pembentuk Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cianjur berdasarkan kelompok sektor. Dapat dilihat pada tabel, sektor tersier dalam lima tahun terakhir memberikan kontribusi yang paling dominan terhadap pembentukan PDRB. Selama periode
5 dari tahun 2006 hingga 2010, sektor tersier menunjukkan share yang terus meningkat terhadap PDRB Kabupaten Cianjur dengan kisaran 48,87 persen hingga 54,11 persen. Berbanding terbalik dengan perkembangan kontribusi sektor primer yang share-nya terus menurun. Hal ini memperlihatkan bahwa perekonomian Kabupaten Cianjur mulai bertransformasi dari sektor pertanian ke sektor jasa/tersier. Tabel 1.3. Distribusi PDRB Kabupaten Cianjur Menurut Kelompok Sektor (%) Kelompok 2006 2007 2008 2009 2010 Sektor Primer 44,03 42,31 39,96 39,08 37,79 Sekunder 7,10 7,41 7,72 7,92 8,11 Tersier 48,87 50,28 52,32 53,00 54,11 Sumber: BPS Kabupaten Cianjur, 2011 Peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Cianjur juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan Pendapatan Asli Daerah. Kontribusi industri pariwisata ini dapat dilihat melalui pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan. Data yang ada menunjukkan kontribusi industri pariwisata terhadap pembentukan PAD Kabupaten Cianjur cukup tinggi. Kontribusi pariwisata terhadap pembentukan PAD berkisar antara 34,03 persen hingga 36,76 persen. Tingginya kontribusi sektor pariwisata terhadap pembentukan PAD menunjukkan bahwa pariwisata merupakan sektor yang penting bagi Kabupaten Cianjur. Tabel 1.4. Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Cianjur dari Sektor Pariwisata Periode 2006-2010 (Rupiah) Sektor 2006 2007 2008 2009 2010 Hotel 2.633.117.053 2.822.859.491 3.559.646.814 3.692.571.019 3.878.915.132 Restoran 1.910.237.490 1.917.292.522 1.980.937.123 2.272.440.320 2.349.772.470 Hiburan 579.660.875 645.160.100 664.202.061 674.121.165 704.833.850 Jumlah 5.266.234.106 5.645.718.982 7.119.293.628 7.385.142.038 7.757.830.264 Sumber: Dinas Pendapatan Kabupaten Cianjur, 2011
6 Lebih lanjut, pertumbuhan share dari sektor pariwisata terhadap PAD terus mengalami pertumbuhan yang berfluktuatif. Laju pertumbuhan share yang dicapai sektor pariwisata pada periode 2006-2010 berkisar -3,25 persen hingga 5,11 persen. Meskipun laju pertumbuhan share sektor pariwisata berfluktuatif, tetapi nilainya terus menunjukkan peningkatan. Hal ini memperlihatkan bahwa kinerja sektor pariwisata cukup baik. Pariwisata sudah menjadi suatu industri yang populer terutama karena manfaat-manfaat ekonomisnya. Sehingga, setiap daerah sudah mulai bersaing untuk mengembangkan potensi daerah yang dimiliki agar menjadi tujuan wisata. Dayasaing pariwisata memiliki peran yang penting dalam meningkatkan penerimaan daerah. Daerah yang memiliki dayasaing pariwisata yang lebih unggul dari daerah lain tentunya akan lebih menarik minat wisatawan untuk datang. Keunggulan dayasaing ini dapat dilihat dari pengembangan potensi yang dimiliki, sarana dan prasarana yang memadai, serta pelayanan yang baik dan memuaskan (Sholeh, 2010). Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa penerimaan daerah dari sektor pariwisata selalu mengalami pertumbuhan yang positif. Hal ini memerlihatkan bahwa potensi pariwisata daerah yang ada sudah dapat memberikan kontribusi yang cukup baik. Namun, kontribusi sektor pariwisata masih dapat ditingkatkan melihat masih banyaknya potensi wisata yang belum berkembang. Sehingga diperlukan suatu penelitian yang dilakukan agar pengembangan potensi yang ada berjalan secara optimal.
7 1.2. Perumusan Masalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata, dengan pendekatan melalui pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan, memiliki kontribusi yang besar terhadap pembentukan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Cianjur. Pada tabel 1.4 dapat dilihat bahwa nilai dari kontribusi PAD Pariwisata selalu meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan kontribusi yang positif ini ternyata menunjukkan pertumbuhan semu dari sektor pariwisata. Pertumbuhan ini ternyata tidak diikuti oleh peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke objek wisata di Kabupaten Cianjur. Jumlah kunjungan wisatawan yang datang berkunjung ke objek-objek wisata di Kabupaten Cianjur terus mengalami penurunan. Pada tahun 2003, jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek dan dayatarik wisata mencapai 1.888.531 wisatawan; jumlah ini meningkat menjadi 2.538.574 wisatawan di tahun 2005. Pada tahun 2007, jumlah wisatawan yang berkunjung mengalami penurunan yang signifikan menjadi 1.761.730 wisatawan atau turun hingga 69,40 persen. Penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung masih terus terjadi hingga tahun 2011, dimana jumlah wisatawan yang datang hanya berjumlah 813.769 wisatawan. (Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Cianjur). Apabila dilihat lebih lanjut, proporsi jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Cianjur masih terfokus pada objek wisata yang berada di Cianjur Utara atau kawasan Puncak-Cipanas. Berdasarkan objek wisata yang dikelola oleh pemerintah daerah, Kebun Raya Cibodas menjadi objek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Dari tahun 2006 hingga 2010, share wisatawan yang datang ke Kebun Raya Cibodas terhadap total kunjungan
8 wisatawan ke objek wisata yang dikelola pemerintah daerah berada kisaran 72-79 persen. Hal ini memperlihatkan bahwa objek wisata di kawasan Cianjur Selatan dan Tengah masih kurang menarik wisatawan. Selain itu, jumlah kunjungan wisatawan juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Salah satunya adalah persaingan dalam menarik wisatawan dengan objek wisata di daerah destinasi lain. Kabupaten Bogor sebagai daerah yang berdekatan tentunya menjadi pesaing utama bagi Kabupaten Cianjur untuk menarik wisatawan. Karakteristik objek wisata yang ditawarkan di kedua destinasi wisata memiliki kesamaan yaitu dayatarik wisata alam. Karakteristik wisatawan yang datang pun memiliki kesamaan, dimana mayoritas wisatawan berasal dari Jabodetabek. Karakteristik yang sama ini memerlihatkan bahwa kedua destinasi tersebut menawarkan daya tarik wisata yang sejenis ke pasar yang sama. Dayasaing pariwisata memiliki peranan yang sangat penting terhadap kunjungan wisatawan. Dayasaing pariwisata bisa dilihat dari beberapa indikator, seperti infrastuktur, kondisi lingkungan, tingkat harga, kenyamanan dan keamanan, keterbukaan, serta teknologi. Posisi dayasaing yang semakin baik akan semakin meningkatkan dayatarik wisata sehingga jumlah wisatawan yang berkunjung pun meningkat. Implikasinya pendapatan daerah dari sektor pariwisata akan meningkat akibat kenaikan wisatawan yang datang. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan dayasaing sektor industri pariwisata Kabupaten Cianjur?
9 2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi industri pariwisata di Kabupaten Cianjur? 3. Kebijakan apa yang telah diterapkan oleh pemerintah Kabupaten Cianjur untuk meningkatkan kontribusi Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis perkembangan dayasaing sektor industri pariwisata Kabupaten Cianjur dengan daerah di sekitarnya khususnya Kabupaten Bogor. 2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kabupaten Cianjur. 3. Menganalisis kebijakan yang telah diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Cianjur untuk meningkatkan kinerja sektor pariwisata. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Sumber informasi dan referensi bagi masyarakat mengenai potensi pariwisata Kabupaten Cianjur. 2. Menjadi referensi bagi pemerintah dan dinas-dinas di Kabupaten Cianjur dalam pengambilan kebijakan dalam memajukan sektor pariwisata.
10 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Agar penulisan dan pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah pada tujuan yang hendak dicapai, maka perlu dilakukan pembatasan pada ruang lingkup penelitian, yaitu: 1. Analisis tentang dayasaing industri pariwisata difokuskan untuk melihat dayasaing industri pariwisata Kabupaten Cianjur yang kemudian dibandingkan dengan dayasaing pariwisata daerah lainnya, yaitu Kabupaten Bogor. Analisis ini difokuskan terhadap beberapa indikator yang dianggap dapat merepresentasikan dayasaing industri pariwisata, antara lain; pendapatan asli daerah, infrastruktur, lingkungan, harga, teknologi, keterbukaan, dan keamanan serta kenyamanan tempat wisata. Namun, indikator teknologi tidak dibahas dalam penelitian ini karena keterbatasan data yang tersedia. Periode waktu yang digunakan dalam analisis dayasaing adalah dari tahun 2006 hingga 2010. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana perkembangan indikator-indikator yang dianalisis. 2. Analisis tentang faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata menggunakan Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata, yang terdiri atas pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan, sebagai proksi dari industri pariwisata Kabupaten Cianjur. Faktor-faktor yang dianalisis dalam penelitian ini antara lain jumlah hotel, jumlah restoran, tingkat pendidikan tenaga kerja, tingkat hunian hotel, dan jalan beraspal kualitas baik.