BEBERAPA CATATAN TENTANG NASKAH AKADEMIK RUU HAK ATAS TANAH DAN RUU PENGADILAN AGRARIA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG MASYARAKAT ADAT

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 155)

RechtsVinding Online

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU TENTANG PERTANAHAN KOMISI II DPR RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

R U J U K A N UNDANG UNDANG DASAR 1945 DALAM PUTUSAN-PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEMAHAMI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. OLEH : SRI HARININGSIH, SH.,MH

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5074)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 99/PUU-XV/2017 Tafsir konstitusional frasa rakyat pencari keadilan

NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu pula

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III KEDUDUKAN SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 34/PUU- XII/2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018

2017, No Uqubat dalam perkara jinayah, memiliki substansi yang sama dengan Pasal 197 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum A

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCABUTAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

Pengadilan Umum. Perangkat atau Alat Kelengkapan Lembaga Peradilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 30/PUU-XIV/2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PENYUSUNAN STRATEGI PERCEPATAN PENGAKUAN HUTAN ADAT PASCA PUTUSAN MK NO. 35/PUU-X/2012

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 104/PUU-XIV/2016 Keterwakilan Anggota DPD Pada Provinsi Baru Yang Dibentuk Setelah Pemilu 2014

BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 9/PUU-XIV/2016 Upaya Hukum Kasasi dalam Perkara Tindak Pidana Pemilu

1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final.

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEBIDANAN

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

I. PEMOHON Serikat Pekerja PT. PLN, selanjutnya disebut Pemohon

Kepada Yang Mulia Majelis Hakim Konstitusi Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

KEKELIRUAN PEMBERIAN NAMA RUU TENTANG KUHP Oleh: Agus Suharsono * Naskah diterima: 10 Agustus 2016; disetujui: 13 Oktober 2016

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 125/PUU-XIII/2015 Penyidikan terhadap Anggota Komisi Yudisial

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 15/PUU-XIII/2015

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 101/PUU-XV/2017 Peralihan Hak Milik atas Tanah

Pengujian Ketentuan Penghapusan Norma Dalam Undang-Undang Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIV/2016 Penambahan Kewenangan Mahkamah Kontitusi untuk Mengadili Perkara Constitutional Complaint

BAB I PENDAHULUAN. ayat (2) UU No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (judicial power) untuk melakukan kontrol terhadap kekuasaan eksekutif(executive

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

Pengujian Peraturan Daerah

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

RechtsVinding Online

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. lain adalah memajukan kesejahteraan umum. Dalam rangka memajukan

Komentar Atas Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 17/PUU-XIV/2016 Kewenangan Daerah dan Penyediaan Tenaga Listrik

PENYELESAIAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA PEMILU. Oleh; YOSRAN,S.H,M.Hum

Ruang Lingkup Hukum Agraria

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold

Transkripsi:

2014 BEBERAPA CATATAN TENTANG NASKAH AKADEMIK RUU HAK ATAS TANAH DAN RUU PENGADILAN AGRARIA MARHAENDRA WIJA ATMAJA FGD PENYUSUNAN RUU DARI DPD RI TENTANG HAK ATAS TANAH DAN PENGADILAN AGRARIA DISELENGGARAKAN OLEH DEWAN PERWAKILAN DAERAH RI DAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 11 DESEMBER 2014 04-Dec-14

FOKUS BAHASAN Pendahuluan [] Anotasi Naskah Akademik RUU DPD-RI Tentang Hak Atas Tanah [] Anotasi Naskah Akademik RUU DPD-RI Tentang Pengadilan Agraria [] Penutup []

1. PENDAHULUAN Dua Naskah Akademik saya terima dari Panitia, yakni (1) Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Hak atas Tanah dan (2) Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Pengadilan Agraria. Keduanya tidak memuat lampiran RUU-nya. Mengingat keterbatasan ruang dan waktu, beberapa catatan berikut diberikan terhadap Bab Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Ruang Lingkup Materi Muatan, Khususnya catatan diberkan terhadap Ruang Lingkup Materi Muatan, yang dalam praktik perancangan peraturan perundang-undangan lazimnya ditransformasikan ke dalam RUU. Beberapa catatan diberikan dari sudut pandang konstitusionalitasnya (kesesuaiannya dengan UUD 1945) dan perancangan peraturan perundang-undangan. 2. ANOTASI NASKAH AKADEMIK RUU DPD-RI TENTANG HAK ATAS TANAH NO. KATEGORI/SUBSTANSI ANOTASI 1 Hak Menguasai dari Negara, yang dinyatakan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 bukan hak penguasaan atas tanah yang tertinggi, melainkan merupakan pelimpahan Hak Bangsa yang termasuk bidang publik. Penugasan kepada Negara untuk menguasai tanah itu baru diberikan kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945, yaitu pada hari dibentuknya Negara Republik Indonesia (hlm. 62). 1. Konstruksi baru tentang, sikap DPR sebelumnya yang dituangkan dalam Pasal 2 ayat (1) UUPA: Atas dasar ketentuan pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar dan halhal sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat 2. Konstruksi baru itu ahistoris, mengingat yang sebelumnya yang ada ialah hak ulayat dan domienverklaring. 3. RUU yang dirancang ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 50 UUPA, maka seyogyanya tidak mengadakan perubahan landasan pemikiran atau ketentuan dalam UUPA, kecuali memang bermaksud membentuk UU dan mencabut UUPA, atau membentuk UU perubahan atas UUPA. hlm. 1 Marhaendra Wija Atmaja 2014

2 Asas Desentralisasi. Asas ini berarti penegasan kewenangan daerah dalam urusan hak atas tanah. Dengan adanya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyerahan kewenangan pemerintahan dalam otonomi kepada kabupaten dan kota meliputi pertanahan. Kebijakan pemberian otonomi di bidang pertanahan tersebut merupakan suatu perubahan kebijakan yang hakiki. Dalam Penjelasan Pasal 2 ayat (4) UUPA menyatakan bahwa Ketentuan dalam ayat 4 adalah bersangkutan dengan asas otonomi dan medebewind. Soal agraria menurut sifatnya dan pada asasnya merupakan tugas Pemerintah Pusat (Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar). Dengan demikian maka pelimpahan wewenang untuk melaksanakan hak penguasaan dari Negara atas tanah merupakan medebewind (hlm. 68) 1. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menyerahkan kewenangan pertanahan tidak hanya kepada kabupaten dan kota saja, tapi juga kepada provinsi. Ini diatur dalam Pasal 13 ayat (1) huruf k (untuk provinsi): pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupate/kota, dan Pasal 14 ayat (1) huruf k (untuk kabupate/kota): pelayanan pertanahan. 2. Tidak tepat Soal agraria menurut sifatnya dan pada asasnya merupakan tugas Pemerintah Pusat (Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar). Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menentukan: Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat. Kata negara dalam pasal ini bukan berarti pemerintah pusat. Merujuk PUMK No. 007/PUU-III/2005 prihal Pengujian UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN, bahwa terminologi Negara dalam Pasal 34 ayat (2) UUD 1945, dalam hubungannya dengan paham Negara Kesejahteraan, lebih menunjuk pada pelaksanaan fungsi pelayanan sosial negara bagi rakyat atau warga negaranya, yang merupakan bagian dari fungsi-fungsi pemegang kekuasaan pemerintahan negara menurut UUD 1945. Kekuasaan pemerintahan negara ini dilaksanakan oleh {Pemerintah (Pusat) dan Pemerintahan Daerah. Jadi, terminologi Negara dalam UUD 1945 mencakup Pemerintah (Pusat) dan Pemerintahan Daerah. Hal ini merupakan konsekuensi logis pula dari ketentuan Pasal 18 UUD 1945. Dengan demikian, soal agraria pada asasnya merupakan tugas Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. 3. Pelimpahan wewenang untuk melaksanakan hak penguasaan dari Negara atas tanah merupakan medebewind, tidak begitu tepat, mengingat etentuan dalam Pasal 2 ayat (4) ditentukan dengan asas otonomi dan medebewind, atau otonomi dan tugas hlm. 2 Marhaendra Wija Atmaja 2014

3 Sebagaimana diusulkan oleh Hutagalung (2005:75), kewenangan pemerintahan daerah dalam urusan terkait dengan hak atas tanah meliputi:... (hlm. 68). 4 Jenis-jenis hak atas tanah untuk perorangan dan badan hukum terdiri atas: hak milik; hak guna usaha; hak guna bangunan; hak pakai; hak sewa untuk bangunan; (hlm. 76 dan 77). 5 Tanah ulayat kesatuan masyarakat hukum adat dinyatakan dalam peta dasar pendaftaran tanah dengan membubuhkan suatu tanda kartografi dan, apabila memungkinkan, menggambarkan batasbatasnya serta mencatatnya dalam daftar tanah (hlm. 77). 6 Ketentuan Pidana. Ketentuan pidana yang diatur dalam undangundang ini adalah pelanggaran. Secara khusus perlu diatur pula ketentuan pidana terhadap pejabat berwenang yang dengan sengaja menerbitkan sertifikat hak atas tanah yang tidak sesuai dengan prosedur (hlm. 78). 7 Ketentuan lain-lain. Pemberian hak guna pembantuan, merujuk Pasal 18 ayat (2) UUD 1945. Sebaiknya merujuk pada UU 23/2014, Bab IV Urusan Pemerintahan, dan Lampiran Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, anka I, huruf J. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pertanahan. Semestinya jelas posisi perorangan asing dan badan hukum asing berkenaan dengan hak milik. Dilanjutkan dengan ketentuan, memberikan Sertifikat Pengakuan Tanah Ulayat Kesatuan Masyarakat Hukum Adat. Penormaan ini diturunkan dari Pasal 18B ayat (2) UUD 1945. Sebaiknya diperjelas ancaman pidananya dan rancangan norma primer yang dilanggarnya. Semestinya diatur dalam (r)uu ini, mengingat materi bersangkutan menyangkut wilayah hlm. 3 Marhaendra Wija Atmaja 2014

usaha, hak guna bangunan atau hak pakai atas sebidang tanah yang seluruhnya merupakan pulau atau yang berbatasan dengan pantai diatur tersendiri dengan peraturan pemerintah (hlm. 78). 8 Ketentuan Peralihan. Selama ketentuan mengenai pelaksanaan Rancangan Undang- Undang tentang Hak Atas Tanah belum diterbitkan, maka peraturan perundang-undangan mengenai hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa untuk bangunan, dan hak pengelolaan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam undangundang ini (hlm. 78). negara. Pejabat atau lembaga manakah yang berwenang menentukan atau menilai ketentuan bersangkutan tidak bertentangan dengan ketentuan dalam undang-undang ini? Selama ketentuan mengenai pelaksanaan undang-undang ini belum diterbitkan, maka peraturan perundangundangan mengenai hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa, Hak Pakai Pemerintah, dan hak pengelolaan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam undangundang ini. 3. ANOTASI NASKAH AKADEMIK RUU DPD-RI TENTANG PENGADILAN AGRARIA hlm. 4 Marhaendra Wija Atmaja 2014

NO. KATEGORI/SUBSTANSI ANOTASI 1 Sengketa Sumber Daya Agraria adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antarsubyek hukum... (hlm. 77). 2 Lingkup Kewenangan. Pengadilan Agraria bertugas dan berwenang memeriksa, mengadili dan memutus di tingkat pertama, tingkat anding dan tingkat kasasi mengenai sengketa hak yang menyangkut penguasaan, kepemilikan, dan pemanfaatan sumber daya agraria; di tingkat pertama dan kasasi mengenai sengketa kepentingan yang terkait dengan penguasaan, kepemilikan, dan pemanfaatan sumber daya agraria (hlm. 80). Tidak jelas yang dimaksud dengan antarsubyek hukum. Tidak sesuai dengan pengertian Pengadilan Agraria pada hlm. 77. Pengadilan Agraria adalah pengadilan khusus yang dibentuk di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi di lingkungan peradilan umum yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara/sengketa sumber daya agraria. 3 Pengadilan Agraria Tingkat Pertama dibentuk dengan Keputusan Presiden. Pengadilan Agraria Tingkat Banding dibentuk dengan Undang-Undang (hlm. 80). Pasal 24A ayat (5) UUD 1945 menentukan: Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung serta badan peradilan di bawahnya diatur dengan undang-undang. Pasal Pasal 25 UUD 1945 menentukan: Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diperhentikan sebagai hakim ditetapkan dengan undang-undang. Soal pembentukan pengadilan tidak termasuk dalam kedua ketentuan tersebut, oleh karena itu dalam pengaturan ini (RUU Pengadilan Agraria) lebih tepat, penormaan pembentukan pengadilan ditentukan Pengadilan Agraria Tingkat Pertama dan Pengadilan Agraria Tingkat Banding dibentuk dengan Keputusan Presiden. 4 Berpendidikan sarjana hukum atau sarjana lain dan berpengalaman di bidang Untuk syarat pendidikan hakim ad hoc ini sebaiknya diberikan kekhususan, yakni berpendidikan sarjana hukum dan hlm. 5 Marhaendra Wija Atmaja 2014

hukum agraria paling sedikit 5 (lima) tahun untuk hakim ad hoc pada Pengadilan Tingkat Pertama dan Tingkat Banding,... magister, atau sarjana lain dan magister hukum. 4. PENUTUP Beberapa catatan yang disampaikan tersebut di atas menunjukkan perlunya pencermatan kembali, terutama menyangkut landasan pemikiran yang tidak koheren dengan UUD 1945. hlm. 6 Marhaendra Wija Atmaja 2014