FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SEKSIO SESAREA DI RSUD SUMEDANG Wulan Nur Insani * AKBID Respati Sumedang Jawa Barat Jl.Raya Bandung Cirebon KM 75, Tomo Sumedang, Kebonkalapa, Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat e-mail : wulan@akbid-respati.ac.id ABSTRAK Angka kejadian seksio sesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22.8% dari seluruh persalinan. Di Rumah Sakit Tugu Ibu angka kejadian seksio sesarea pada tahun 2016 berjumlah 210 orang dari 604 orang persalinan atau sekitar 34,8% dari seluruh persalinan (Data Kesakitan RSUD Sumedang Ibu tahun 2016). Meskipun diketahui bahwa persalinan dengan seksio sesarea adalah pilihan terakhir dalam melakukan persalinan tetapi angka seksio sesarea masih cukup tinggi. Oleh karena itu penulis memandang perlu mendeskripsikan indikasi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian seksio sesarea di Rumah Sakit Tugu Ibu tahun 2016. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian seksio sesarea di RSUD Sumedang Ibu tahun 2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa : Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti, ibu yang bersalin dengan tindakan seksio sesarea sebanyak 52 orang (59,8%), Berdasarkan ketuban pecah dini, ibu yang tidak mengalami ketuban pecah dini lebih banyak dibanding yang mengalami ketuban pecah dini yaitu sebanyak 67 orang (77%) dari 87 ibu bersalin, Berdasarkan kelainan panggul (CPD), ibu yang tidak memiliki kelainan panggul (CPD) lebih banyak dibanding yang memiliki kelainan panggul (CPD) yaitu sebanyak 13 orang (14,9%) dari 87 ibu bersalin, Berdasarkan riwayat seksio sesarea, ibu yang tidak memiliki riwayat seksio sesarea lebih banyak dibanding yang memiliki riwayat seksio sesarea yaitu sebanyak 22 orang (25,3%) dari 87 ibu bersalin, dan Berdasarkan kelainan letak janin, ibu yang tidak memiliki kelainan letak janin lebih banyak dibanding yang memiliki kelainan letak janin yaitu sebanyak 22 orang (25,3%) dari 87 ibu bersalin. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan yang sedang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan selama ini pada dasarnya upaya untuk mempercepat tercapainya tingkat kesejahteraan. Salah satu bentuk dari upaya tersebut adalah peningkatan kesehatan ibu dan anak dengan program yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) (Depkes RI, 2007). Angka kematian bayi di Indonesia masih tinggi, yaitu sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup, artinya bahwa setiap harinya 246 bayi meninggal atau bisa dikatakan 10 bayi meninggal setiap satu jam setelah dilahirkan, ini berbeda pada angka kematian bayi filipina sebesar 18 per 1000 kelahiran hidup, Srilangka 11 perkelahiran hidup (Roesli, 2008) data the world health report 2005. SDKI 2002-2003 diketahui bahwa angka kematian bayi di Indonesia saat ini sudah menurun Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Seksio Sesarea. 37
dibandingkan angka kematian tahun 2002-2003 yaitu mencapai 35 per kelahiran hidup (Depkes RI, 2007). Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) Indonesia masih tertinggi di Asia. Tahun 2002 kematian ibu melahirkan mencapai 307 per 100.000 kelahiran. Angka ini 65 kali kematian ibu di Singapura, 9,5 kali dari Malaysia. Bahkan 2,5 kali lipat dari indeks Filipina, kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof.Dr. dewi Fortuna Anwar, Rabu (29/4) (file:///g:/aki & AKB/Angka kematian ibu dan bayi di ASIA.htm). Angka kematian ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan indikator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000 kelahiran hidup, AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup (PWS-KIA, 2016). Angka kematian ibu dan bayi di Jawa Barat hingga saat ini masih cukup tinggi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat tahun 2008, angka kematian ibu tercatat 724 kasus dari 740 ribu 588 kelahiran hidup. Sedangkan tahun 2016 angka sementara kematian ibu mencapai 708 kasus dari 553 ribu kelahiran hidup (file:///g:/aki & AKB/aki & akb di jabar tinggi.htm). Di Depok pada tahun 2008 ada 68 ibu dan anak yang meninggal dunia dari 26.000 ibu yang melahirkan, dan menurun pada 2016 menjadi 13 orang dari 32.000 ibu yang melahirkan (file:///g:/aki & AKB/Angka.Kematian.Ibu- Anak.di.Depok.Turun.htm). Untuk mengurangi AKI dan AKB maka diperlukan suatu penatalaksanaan pelayanan kesehatan yang baik selama kehamilan dan pada saat persalinan. Kehamilan dan persalinan memang merupakan proses yang fisiologis, namun keadaan patologis atau komplikasi dapat saja muncul pada saat kehamilan sampai pada saat proses persalinan. Komplikasi obstetri yang tersering adalah perdarahan, infeksi, eklampsia, partus lama yang kesemuanya membutuhkan pelayanan kesehatan dari tenaga yang profesional dan pemanfaatan sumber daya kesehatan yang maksimal (Depkes RI, 2002: 1). Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya komplikasi, yaitu : faktor umur, paritas, pendidikan, perawatan antenatal, sarana dan fasilitas, sosial ekonomi dan tenaga penolong persalinan yang dapat memicu terjadinya peningkatan AKI dan AKB (Mochtar, 1998:192). Salah satu penatalaksanaan persalinan patologis untuk menyelamatkan ibu dan bayi secara transabdominal adalah seksio sesarea, jika partus secara transvaginal tidak memungkinkan untuk dilakukan seperti: ekstraksi forcep, ekstraksi vakum, persalinan sungsang, versi ekstraksi, kleidotomi dan simfisiotomi. Menurut Ida Bagus Gde Manuaba (1998: 52) kehamilan aterm dengan posisi belakang kepala mencakup sekitar 97% dari semua kehamilan, sekitar 3% merupakan kehamilan dengan kedudukan patologis. Sehingga diperkirakan pertolongan persalinan operasi sekitar 3% sampai 4% dan selebihnya persalinan normal. Angka kejadian seksio sesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22.8% dari seluruh persalinan (http://www.idi.com/info_seksio20%sesarea). Di Rumah Sakit Tugu Ibu angka kejadian seksio sesarea pada tahun 2016 berjumlah 210 orang dari 604 orang persalinan atau sekitar 34,8% dari seluruh persalinan (Data Kesakitan RSUD Sumedang Ibu tahun 2016). Meskipun diketahui Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Seksio Sesarea. 38
bahwa persalinan dengan seksio sesarea adalah pilihan terakhir dalam melakukan persalinan tetapi angka seksio sesarea masih cukup tinggi. Oleh karena itu penulis memandang perlu mendeskripsikan indikasi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian seksio sesarea di Rumah Sakit Tugu Ibu tahun 2016. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian seksio sesarea di RSUD Sumedang Ibu tahun 2016. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu dengan model pendekatan/pengukuran variabel pada satu saat tertentu atau pada saat yang sama dan pengumpulan serta pengambilan data dilakukan hanya sekali. Pendekatan ini memiliki keunggulan yaitu lebih mudah, sederhana dan ekonomis baik dari segi waktu ataupun biaya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari buku laporan persalinan dan status pasien di ruangan rekam medik Rumah Sakit Tugu Ibu. Adapun variabel bebas (Independent Variabel) adalah ketuban pecah dini (KPD), kelainan panggul (CPD), riwayat seksio sesarea sebelumnya, dan kelainan letak janin. Sedangkan variabel terikat adalah kejadian seksio sesarea pada ibu bersalin. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di Rumah Sakit Tugu Ibu tahun 2016 sebanyak 604 orang. Kriteria Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi ibu bersalin di Rumah Sakit Tugu Ibu tahun 2016. Besar Sampel yang menjadi objek dalam penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus Lamen Show dalam buku Dr. Soekidjo Notoadmodjo yaitu sebagai berikut : n = (Z α/2) 2 x P (1 P) d 2 Keterangan : n : Besarnya sample yang diinginkan (Z α/z): Tingkat kepercayaan = 1.96 P : Proporsi (jumlah kejadian dibagi dengan jumlah populasi) d : Presisi (derajat ketepatan yang diinginkan) Proporsi pada populasi di ketahui yaitu sebesar 35% dengan perhitungan rumus tersebut dengan presisi 0,1% maka jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : n = 1,96 2 x 0.35 (1 0,35) (0,1) 2 n = 1,96 2 x 0,35 (0,65) 0,01 n = 3,8416 x 0,2275 0,01 n = 0,873964 0,01 n = 87,4 Jadi, sampel yang di ambil sebanyak 87 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling yaitu metode pengambilan secara acak sederhana tanpa memperhatikan strata dalam Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Seksio Sesarea. 39
populasi. Serta memberikan kesempatan yang sama pada setiap unit sampling untuk terpilih. Pengolahan dan Analisa Data Pengolahan dari data dilakukan secara manual dengan tahapan Editing Data, Coding Data, dan Tabulasi Data. Setelah pengkodean, data dipisahkan kedalam tabel, kemudain dikelompokan sesuai dengan variable yang akan diteliti. Data yang sudah dikelompokkan kemudian ditabulasikan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi, sehingga frekuensi semua data dapat diketahui. a. Analisa Univariat. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dari berbagai variable yang akan diteliti. Setelah data diperoleh dari buku laporan persalinan dan status pasien kemudian data diolah, dipresentasikan dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, yang dihitung dengan menggunakan rumus : F = X 100% N Keterangan : F = Rataan hitung dalam %; X = Jumlah yang di dapat N = Jumlah sampel b. Analisa Bivariat. Analisa bivariat adalah tabel silang dua variabel (variabel dependent dan variabel independent). Analisa ini digunakan untuk melihat kemaknaan hubungan antara dua variabel (varibel dependent dan variabel independent). Uji yang di gunakan adalah Kai Kuadrat dan Fisher Exact dengan menggunakan derajat kepercayaan 95 % dengan α = 0,05. a) Rumus Kai Kuadrat ( untuk tabel 2 2 ) X 2 = N. (ad bc) 2 (a+c). (b+d). (a+b). (c+d) b) Rumus Kai Kuadrat ( untuk tabel selain 2 2 ) X 2 = (O-E ) 2 E Keterangan : X 2 = nilai chi square; O = frekuensi pengamatan E = frekuensi yang diharapkan; N = jumlah seluruh sampel = penjumlahan; Df = (k-1) (b-1) a = sel a; b = sel b; c = sel c; d = sel d; k : kolom; b : baris c) Rumus Fisher Exact P = (a+b)!(c+d)!(a+c)!(b+d)! N! a! b! c! d! d) Kaidah Keputusan. Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas kemaknaan P = α (0,05), sehingga apabila hasil penelitian statistik menunjukan P value < P α, maka tedapat hubungan bermakna. Sedangkan apabila P value > P α (0,05) maka (Ho) gagal ditolak artinya kedua variabel secara statistik tidak terdapat hubungan bermakna. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Seksio Sesarea. 40
HASIL PENELITIAN 1. Analisa Univariat Tabel-1. Ditribusi Frekuensi di RSUD Sumedang Ibu Januari - Desember 2016 No Tindakan SC Frekuensi (N) Presentase (%) 1 Ya 52 59,8 % 2 Tidak 35 40,2 % Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan dari 87 orang persalinan terdapat 52 orang (59,8%) dengan tindakan seksio sesarea dan yang tidak dengan tindakan seksio sesarea terdapat 35 orang (40,2%). Tabel-2. Distribusi Frekuensi Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUD Sumedang Ibu Januari - Desember 2016 No Ketuban Pecah Dini (KPD) Frekuensi (N) Presentase (%) 1 Ya 20 23 % 2 Tidak 67 77 % Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ibu bersalin yang tidak mengalami ketuban pecah dini (KPD) paling banyak yaitu 67 orang (77%) dan ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini (KPD) sebanyak 20 orang (23%). Tabel-3. Distribusi Frekuensi Kelainan Panggul (CPD) di RSUD Sumedang Ibu Januari - Desember 2016 No Kelainan panggul (CPD) Frekuensi (N) Presentase (%) 1 Ya 13 14,9 % 2 Tidak 74 85,1 % Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ibu bersalin yang tidak memiliki kelainan panggul (CPD) paling banyak yaitu 74 orang (85,1%) dan ibu bersalin yang memiliki kelainan panggul (CPD) sebanyak 13 orang (14,9%). Tabel-4. Distribusi Frekuensi Riwayat Seksio Sesarea di RSUD Sumedang Ibu Januari - Desember 2016 No Riwayat Seksio Sesarea Frekuensi (N) Presentase (%) 1 Ya 22 25,3 % 2 Tidak 65 74,7 % Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ibu bersalin yang tidak memiliki riwayat seksio sesarea paling banyak yaitu 65 orang (74,7%) dan ibu bersalin yang memiliki riwayat seksio sesarea sebanyak 22 orang (25,3%). Tabel-5. Distribusi Frekuensi Kelainan Letak Janin di RSUD Sumedang Ibu Januari - Desember 2016 No Kelainan Letak Janin Frekuensi (N) Presentase (%) 1 Ada 22 25,3 % 2 Tidak ada 65 74,7 % Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ibu bersalin yang tidak ada kelainan letak janin paling banyak yaitu 65 orang (74,7%) dan ibu bersalin yang ada kelainan letak janin yaitu sebanyak 22 orang (25,3%). b. Analisa Bivariat Tabel-6. Hubungan antara Ketuban Pecah Dini (KPD) dengan di RSUD Sumedang Ibu Januari - Desember 2016 No Ketuban Pecah Dini (KPD) Ya % Tidak % Jumlah 1 Ya 15 75 % 5 25 % 20 2 Tidak 37 55,2 % 30 44,8 % 67 Jumlah 52 59,8 % 35 40,2 % 87 Dari 20 orang ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini terdapat 15 orang (75%) dengan tindakan seksio sesarea, dan dari 67 orang ibu bersalin yang Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Seksio Sesarea. 41
tidak mengalami ketuban pecah dini terbanyak adalah dengan tindakan seksio sesarea sebanyak 37 orang (55,2%). Dari tabel kontingensi 2x2 dimana Df = 1, α = 0,05 didapatkan X 2 tabel = 3,84 dari hasil perhitungan dengan chi-square didapatkan X 2 hitung = 2,50 maka X 2 hitung < X 2 tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak dan Ho gagal ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara kejadian ketuban pecah dini dengan tindakan seksio sesarea. Tabel-7. Hubungan antara Kelainan Panggul (CPD) dengan di RSUD Sumedang Ibu Januari - Desember 2016 No Kelainan Panggul (CPD) Jumlah Ya % Tidak % 1 Ya 13 100 % 0 0 % 13 2 Tidak 39 52,7 % 35 47,3 % 74 Jumlah 52 59,8 % 35 40,2 % 87 Dari 13 orang ibu bersalin yang memiliki kelainan panggul (CPD) terdapat 13 orang (100%) dengan tindakan seksio sesarea, dan dari 74 orang ibu bersalin yang tidak memiliki kelainan panggul (CPD) terbanyak adalah dengan tindakan seksio sesarea sebanyak 39 orang (52,7%). Dari tabel kontingensi 2x2 dimana Df = 1, α = 0,05 didapatkan X 2 tabel = 3,84 dari hasil perhitungan dengan chi-square didapatkan X 2 hitung = 10,29 maka X 2 hitung > X 2 tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha gagal ditolak dan ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara kelainan panggul (CPD) dengan tindakan seksio sesarea. Tabel-8. Hubungan antara Riwayat Seksio Sesarea dengan di RSUD Sumedang Ibu Januari - Desember 2016 No Riwayat Seksio Sesarea Jumlah Ya % Tidak % 1 Ya 21 95,5 % 1 4,5 % 22 2 Tidak 31 47,7 % 34 52,3 % 65 Jumlah 52 59,8 % 35 40,2 % 87 Dari 22 orang ibu bersalin yang memiliki riwayat seksio sesarea terdapat 21 orang (95,5%) dengan tindakan seksio sesarea, dan dari 65 orang ibu bersalin yang tidak memiliki riwayat seksio sesarea adalah yang tidak dilakukan seksio sesarea sebanyak 34 orang (52,3%). Dari tabel kontingensi 2x2 dimana Df = 1, α = 0,05 didapatkan X 2 tabel = 3,84 dari hasil perhitungan dengan chi-square didapatkan X 2 hitung = 15,59 maka X 2 hitung > X 2 tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha gagal ditolak dan ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara riwayat seksio sesarea dengan tindakan seksio sesarea. Tabel-9. Hubungan Kelainan Letak Janin dengan di RSUD Sumedang Ibu Januari - Desember 2016 No Kelainan Letak Janin Jumlah Ya % Tidak % 1 Ada 18 81,8 % 4 18,2 % 22 2 Tidak ada 34 52,3 % 31 47,7 % 65 Jumlah 52 59,8 % 35 40,2 % 87 Dari 22 orang ibu bersalin yang ada kelainan letak janin terdapat 18 orang (81,8%) dengan tindakan seksio sesarea, dan dari 65 orang ibu bersalin yang tidak ada kelainan letak janin terbanyak adalah dengan tindakan seksio sesarea sebanyak 34 orang (52,3%). Dari tabel kontingensi 2x2 dimana Df = 1, α = 0,05 didapatkan X 2 tabel = 3,84 dari hasil perhitungan dengan chi-square didapatkan X 2 hitung = 5,95 Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Seksio Sesarea. 42
maka X 2 hitung > X 2 tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha gagal ditolak dan ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara kelainan letak janin dengan tindakan seksio sesarea. PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini dari 604 ibu bersalin dapat diketahui bahwa yang bersalin dengan tindakan seksio sesarea sebanyak 210 ibu (34,8%) dan yang tidak dengan tindakan seksio sesarea sebanyak 394 ibu (65,2%). Pada penellitian yang dilakukan oleh Asnita Simatupang tahun 2008 di RSUD Cibinong diketahui bahwa dari 1518 jumlah persalinan yang dengan tindakan seksio sesarea sebesar 592 ibu (38,9%), sedangkan ibu bersalin yang tidak dengan tindakan seksio sesarea sebanyak 926 ibu (61%). Dari hasil tersebut terlihat bahwa persalinan dengan seksio sesarea masih tinggi. Berdasarkan Ketuban Pecah Dini Berdasarkan tabel d.6 dapat diketahui bahwa dari 20 orang ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini terdapat 15 orang (75%) dengan tindakan seksio sesarea, dan dari 67 orang ibu bersalin yang tidak mengalami ketuban pecah dini terbanyak adalah dengan tindakan seksio sesarea sebanyak 37 orang (55,2%). Dari tabel kontingensi 2x2 dimana Df = 1, α = 0,05 didapatkan X 2 tabel = 3,84 dari hasil perhitungan dengan chi-square didapatkan X 2 hitung = 2,50 maka X 2 hitung < X 2 tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak dan Ho gagal ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara kejadian ketuban pecah dini dengan tindakan seksio sesarea. Berdasarkan Kelainan Panggul (CPD) Berdasarkan tabel d.7 dapat diketahui bahwa dari 13 orang ibu bersalin yang memiliki kelainan panggul (CPD) terdapat 13 orang (100%) dengan tindakan seksio sesarea, dan dari 74 orang ibu bersalin yang tidak memiliki kelainan panggul (CPD) terbanyak adalah dengan tindakan seksio sesarea sebanyak 39 orang (52,7%). Dari tabel kontingensi 2x2 dimana Df = 1, α = 0,05 didapatkan X 2 tabel = 3,84 dari hasil perhitungan dengan chi-square didapatkan X 2 hitung = 10,29 maka X 2 hitung > X 2 tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha gagal ditolak dan ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara kelainan panggul (CPD) dengan tindakan seksio sesarea. Tindakan seksio sesarea berdasarkan riwayat seksio sesarea Berdasarkan tabel d.8 dapat diketahui bahwa dari 22 orang ibu bersalin yang memiliki riwayat seksio sesarea terdapat 21 orang (95,5%) dengan tindakan seksio sesarea, dan dari 65 orang ibu bersalin yang tidak memiliki riwayat seksio sesarea adalah yang tidak dilakukan seksio sesarea sebanyak 34 orang (52,3%). Dari tabel kontingensi 2x2 dimana Df = 1, α = 0,05 didapatkan X 2 tabel = 3,84 dari hasil perhitungan dengan chi-square didapatkan X 2 hitung = 15,59 maka X 2 hitung > X 2 tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha gagal ditolak dan ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara riwayat seksio sesarea dengan tindakan seksio sesarea. Berdasarkan Kelainan Letak Janin Berdasarkan tabel d.9 dapat diketahui bahwa dari 22 orang ibu bersalin yang ada kelainan letak janin terdapat 18 orang (81,8%) dengan tindakan seksio sesarea, dan dari 65 orang ibu bersalin yang tidak ada kelainan letak janin terbanyak adalah dengan tindakan seksio sesarea sebanyak 34 orang (52,3%). Dari tabel kontingensi 2x2 dimana Df = 1, α = 0,05 didapatkan X 2 tabel = 3,84 dari hasil perhitungan dengan chi-square didapatkan X 2 hitung = 5,95 maka X 2 hitung > X 2 tabel, sehingga dapat Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Seksio Sesarea. 43
disimpulkan bahwa Ha gagal ditolak dan ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara kelainan letak janin dengan tindakan seksio sesarea. KESIMPULAN 1. Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti, ibu yang bersalin dengan tindakan seksio sesarea sebanyak 52 orang (59,8%). 2. Berdasarkan ketuban pecah dini, ibu yang tidak mengalami ketuban pecah dini lebih banyak dibanding yang mengalami ketuban pecah dini yaitu sebanyak 67 orang (77%) dari 87 ibu bersalin. Dan tidak terdapat hubungan antara kejadian ketuban pecah dini dengan tindakan seksio sesarea di Rumah Sakit Tugu Ibu tahun 2016. 3. Berdasarkan kelainan panggul (CPD), ibu yang tidak memiliki kelainan panggul (CPD) lebih banyak dibanding yang memiliki kelainan panggul (CPD) yaitu sebanyak 13 orang (14,9%) dari 87 ibu bersalin. Dan terdapat hubungan antara kelainan panggul (CPD) dengan tindakan seksio sesarea di Rumah Sakit Tugu Ibu tahun 2016. 4. Berdasarkan riwayat seksio sesarea, ibu yang tidak memiliki riwayat seksio sesarea lebih banyak dibanding yang memiliki riwayat seksio sesarea yaitu sebanyak 22 orang (25,3%) dari 87 ibu bersalin. Dan terdapat hubungan antara riwayat seksio sesarea dengan tindakan seksio sesarea di Rumah Sakit Tugu Ibu tahun 2016. 5. Berdasarkan kelainan letak janin, ibu yang tidak memiliki kelainan letak janin lebih banyak dibanding yang memiliki kelainan letak janin yaitu sebanyak 22 orang (25,3%) dari 87 ibu bersalin. Dan terdapat hubungan antara kelainan letak janin dengan tindakan seksio sesarea di Rumah Sakit Tugu Ibu tahun 2016. DAFTAR PUSTAKA Cunningham, F. Gary, Dkk. 2005, Obstetry Williamsedisi 21, Jakarta EGC Choiryyah, Nurma. 2016,Hubungan Tingkat Kepatuhan Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi Dengan Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III Di Puskesmas Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat Bulan Juni 2016.KTI Poli Teknik Kesehatan Depkes RI Jakarta III Program Studi Kebidanan Harapan Kita Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2016, Pedomanpemantauan Wilayah Setempatkesehatanibu Dan Anak (PWS-KIA). Jakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007, Program Kesehatan Reproduksi Dan Pelayanan Intergratif Di Tingkat Pelayanan Dasar. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Ibu Irianto, Kus. 2004,Gizi Dan Pola Hidup Sehat. Bandung, Yrama Widya Kasdu, Dini; Meilisari, Mila; Purwaningsih, Retno.2001.Info Lengkap Kehamilan &Persalinan. Jakarta, 3G Publisher. Kristiyanasari, Weni. 2010,Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta, Nuha Medika. Manuaba, Ida Bagus Gde, 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta, EGC. Mardiana, 2004. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe. Jakarta, FKM UI. Notoatmodjo, S.2005, Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi. Jakarta Rineka Cipta Notoatmojo Soekidjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Seksio Sesarea. 44
Prawirohardjo, Sarwono.2006, Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Prawirohardjo, Sarwono. 2008, Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Rukiyah, Dkk. 2016, Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta, Trans Info Media Sabarguna, Boy S, 2008,Karya Tulis Ilmiah (KTI) Untuk Mahasiswa D3 Kesehatan. Jakarta, Sagung Seto Saryono,Setiawan Ari, 2010, Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 Dan S2.Yogyakarta, Nuha Medika Saifuddin, Abdul Bari, 2002, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Saifuddin, Abdul Bari, 2006, Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Tarwoto (2007). Anemi Pada Ibu Hamil, Konsep Dan Penatalkasanaan, Jakarta, Trans Info Media. Varney, Helen; Jan. M. Kreb; Carolyn L Gregor. 2002. Buku saku Bidan. EGC. Jakarta Wiknjosastro, Hanifa. 2005, Ilmu Kebidanan. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Sekilas Tentang Penulis : * Wulan Nur Insani, SST, M. Kes adalah dosen pada AKBID Respati Sumedang Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Seksio Sesarea. 45