BAB I PENDAHULUAN. secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
Bahan cetak alginat sebagai media perpindahan Mycobacterium tuberculosis pada stone cast

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

PERENDAMAN BAHAN CETAK ALGINAT ( HYDROCOLLOID IRREVERSIBLE

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. sehat, baik itu pasien, pengunjung, maupun tenaga medis. Hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tuberkulosis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, dan hepatitis C

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya infeksi silang atau infeksi nosokomial. penting di seluruh dunia dan angka kejadiannya terus

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON

BAB I PENDAHULUAN. ke pasien, operator ke lingkungan dan lingkungan ke pasien (Infection Control

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

PERENDAMAN BAHAN CETAK ALGINAT ( HYDROCOLLOID IRREVERSIBLE

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi, yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jaringan keras dan jaringan lunak mulut. Bahan cetak dibedakan atas bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut dipergunakan, personil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru,

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Infeksi nosokomial atau disebut juga hospital acquired infection dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling. umum di dunia dengan perkiraan sepertiga populasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perawatan kelainan oklusal yang akan berpengaruh pada fungsi oklusi yang stabil,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. bahwa dengan berakhirnya kehidupan seseorang, mikro-organisme. tidak diwaspadai dapat ditularkan kepada orang orang yang menangani

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. sebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis yang sampai saat ini menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau tubercel bacillus dan dapat

Tabel 3. Jumlah angka kuman dan. jumlah kunjungan pasien. Tabel 4. Jumlah angka kuman dan. jumlah kunjungan pasien

BAB I PENDAHULUAN. 100 genus Actinomycetes hidup di dalam tanah. tempat-tempat ekstrim seperti daerah bekas letusan gunung berapi.

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama saya lailani Zahra, sedang menjalani pendidikan di Program D-IV Bidan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akar selama atau sesudah perawatan endodontik. Infeksi sekunder biasanya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijalankan pada praktek sehari-hari dan salah satu caranya adalah dengan kontrol

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberculosis banyak terjadi pada negara berkembang atau yang memiliki tingkat sosial menengah ke bawah. Insiden penyakit ini meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga Indonesia. Tuberculosis merupakan salah satu penyakit infeksi penyebab kematian, hingga saat ini Tuberculosis masih tetap merupakan masalah kesehatan dan justru semakin berbahaya sehingga disebut sebagai The Re-emerging disease. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1999 memperkirakan bahwa sepertiga penduduk dunia (2 miliar orang) telah terinfeksi Mycobacterium tuberkulosis, Indonesia merupakan negara peringkat ketiga penderita Tuberculosis terbanyak setelah Tiongkok dan India. Ketiga negara ini juga menyumbang 50 % penderita Tuberculosis terbesar di dunia. Jumlah kasus Tuberculosis baru di Indonesia adalah 583.000 orang pertahun. Tuberculosis merupakan penyakit infeksi paling banyak penyebab kematian pada anak dan dewasa (Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Bali, 2009). Penyakit Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, pada umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Pusat Informasi Penyakit Infeksi, 2009). Mycobacterium tuberculosis ditularkan dari

orang ke orang melalui inhalasi percik renik (droplet nuclei) yang di dalamnya mengandung Mycobacterium tuberculosis. Oleh karena ukurannya yang sangat kecil (<5μm), Mycobacterium tuberculosis dalam percik renik yang terhirup dapat mencapai alveolus, menuju alveolus yang berada di lobus bawah paru (Purniti, 2009). Tuberculosis merupakan salah satu penyakit yang berbahaya bahkan dapat mematikan karena dapat menular melalui prosedur / pekerjaan klinik gigi melalui perantara inhalation of aerosol / droplets from orpharyngeal secretions dan saliva (Runnells, 1988; Georgescu, 2002; Kumar, 2010). Mycobacterium tuberculosis memiliki sifat hidrofobik pada permukaan selnya dan pertumbuhannya yang berkelompok sehingga memiliki sifat cendrung lebih resisten terhadap bahan kimia dibandingkan dengan bakteri lainnya. Basil tuberkel dapat hidup pada suhu 30ºC 40ºC dan tahan pengeringan dan dapat hidup untuk waktu yang lama (8 10) hari pada sputum kering yang melekat pada debu (Jawetz et al., 2004; Martin, 2008). Dokter gigi memiliki resiko yang sangat tinggi tertular penyakit dan dapat juga menularkan penyakit antara pasien, dokter gigi, perawat / asisten dan bahkan tenaga laboratorium gigi. Penularan umumnya melalui saliva dan darah yang berkontak baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui obyek atau media). Umumnya tindakan pencegahan penularan penyakit secara langsung selama ini sudah mendapat perhatian, seperti pemakaian masker, sarung tangan dan tindakan sterilisasi pada alat-alat yang digunakan (Georgescu et al., 2002). Di Indonesia pencegahan penularan penyakit dari pasien ke tenaga laboratorium gigi

kurang mendapat perhatian. Penularan ini dapat melalui bahan cetak yang kerap digunakan pada praktek dokter gigi. (Georgescu et al., 2002). Pada praktek dokter gigi prosedur cor atau model adalah hal yang sangat penting. Berbagai jenis cor atau model dapat dibuat dari produk gypsum dengan menggunakan cetakan atau reproduksi negatif sebagai tempat untuk gypsum. Pada cetakan gypsum (stone cast) inilah dokter gigi membuat konstruksi baik untuk protesa lepasan maupun cekat. Salah satu bahan cetak yang sering digunakan adalah bahan cetak alginat. Bahan cetak alginat merupakan bahan cetak hidrocoloid irreversible yang artinya bahan koloid yang digunakan dengan cara dilarutkan dalam air dan tranformasinya tidak dapat kembali ke bentuk semula. Bahan cetak yang telah dimanipulasi akan dicetakkan ke dalam mulut penderita dan terkontaminasi oleh saliva penderita. Penggunaan bahan cetak alginat jauh melampaui bahan cetak yang lainnya (Reueggeberg, 1992; Phillis, 1996). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Stapilococcus aureus, Esceria coli dan Candida albicans dapat hidup pada bahan cetak alginat (Bergman,1889). Oral microorganism dapat tumbuh dan berkembang pada bahan cetak alginat (Agung et al., 2010). Penelitian lain menunjukkan bahwa mikroorganisme dapat berpindah dari bahan cetak alginat ke stone cast (Leung et al., 1983). Bahan cetak alginat dapat terkontaminasi Escherichia coli, Stapilococcus aureus, Enterobabacter claocea, Pseudomonasnseruginosa, Klebsiella pneumonise, Actinobacter calcoaceticus, Bacillus sublilia, Mycobacterium phlei dan Candida albicans (Ivanovski et al., 1995). Ray dan Fuller 1963, menemukan 12% bahan cetak alginat terkontaminasi

Mycobacterium tuberculosis pada pasien yang diketahui menderita Tuberculosis. Stone cast dapat terkontaminasi oleh Streptococcus sanguis, Streptococcus salivarius, Pseudomonas aeruginosa (Yukinori et al., 1999; Samaranayake, 2000). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahan cetak alginat merupakan media cross infection. Ketika bahan cetak diproses selanjutnya di laboratorium juga berpotensi untuk memindahkan bakteri atau virus ke permukaan model yang dibentuk, sehingga model yang terbuat dari gypsum juga potensial sebagai media cross infection (Leung, 1983; Kugel et al., 2000 ; Georgescu et al., 2002). Stone cast berasal dari bahan cetak alginat yang sudah terkontaminasi mikroorganisme yang infeksius dapat menular ke tenaga laboratorium gigi ketika melakukan triming pada casts atau dies melalui inhalasi (Kugel et al., 2000). Pencegahan cross infection dapat dilakukan dengan melakukan sterilisasi bahan cetak alginat. Dengan cara ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan mengurangi resiko penularan penyakit baik pada dokter gigi, perawat gigi dan terutama pada tenaga laboratorium gigi (Kugel et al., 2000; Georgescu et al., 2002; Agung et al., 2010). Sterilisasi bahan cetak alginat dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia yang biasa disebut desinfektan. Penelitian Shofou et al, 2002, di Swedia menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pertumbuhan bakteri pada bahan cetak alginat antara penggunaan dari 50% desinfektan dan 50% pencucian dengan air mengalir. Berbagai macam bahan desinfektan telah dicoba untuk mensterilkan bahan cetak alginat dengan berbagai pertimbangan seperti waktu atau lamanya

perendaman dan macam desinfektan yang digunakan. Perendaman selama 30 menit dengan jenis desinfektan yang tepat efektif untuk mencegah penularan penyakit dari bahan cetak alginat (Laksman, 1991). Glutaraldehyde merupakan desinfektan golongan aldehyde, termasuk desinfektan yang kuat, spektrum aplikasi luas, dapat membunuh mikroorganisme dan virus. Bekerja dengan cara denaturasi protein dan umum digunakan dalam campuran air konsentrasi 0,5% 5%. Beberapa penelitian telah menunjukkan efektivitas glutaraldehyde terhadap virus HIV (Rusmah, 1993). Keunggulan golongan aldehyde adalah sifatnya yang stabil, persisten, efek samping minimal, dapat dibiodegradasi dan tidak menyebabkan kerusakan pada material peralatan (Rismana, 2010). Larutan glutaraldehyde 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti Mycobacterium tuberculosis, fungi dan virus akan mati dalam waktu 10 20 menit. Glutaraldehyde 2% direkomendasikan untuk sterilisasi peralatan bedah, daerah operasi, perawatan endodontik intrakanal dan sterilisasi bahan cetak alginat pada bidang kedokteran gigi (Rusmah, 1993; Sukhija et al., 2010). Atas dasar uraian di atas, maka diadakan penelitian untuk mengetahui glutaraldehyde 2% dapat mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast dan lamanya waktu perendaman mempengaruhi kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast, sehingga dapat mencegah penularan penyakit Tuberculosis secara tidak langsung dari pasien ke tenaga laboratorium gigi.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah perendaman bahan cetak alginat dengan glutaraldehyde 2% selama 10 menit, 15 menit dan 25 menit dapat mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast? 2. Apakah perendaman bahan cetak alginat dengan glutaraldehyde 2% selama 10 menit, 15 menit dan 25 menit memberikan efek yang berbeda dalam mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui efektivitas lama perendaman bahan cetak alginat dengan glutaraldehyde 2% untuk mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui waktu perendaman bahan cetak alginat dengan glutaraldehyde 2% selama 10 menit, 15 menit dan 25 menit dapat mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast.

2. Mengetahui waktu perendaman bahan cetak alginat dengan glutaraldehyde 2% yang efektif untuk mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu manfaat akademik dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat akademik Dari sisi akademik penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan manfaat berupa : 1. Menambah informasi bahwa glutaraldehyde 2% merupakan desinfektan pada bahan cetak alginat, serta data kemampuan mencegah cross infection Mycobacterium tuberculosis. 2. Sumber data dan informasi mengenai desinfektan glutaraldehyde 2%, dapat dipakai sebagai penelitian lebih lanjut. 3. Sumber informasi cara pencegahan penularan penyakit Tuberculosis khususnya pada praktek dokter gigi. 1.4.2 Manfaat praktis Bila penelitian ini terbukti, maka glutaraldehyde 2% dapat digunakan sebagai desinfektan yang efektif untuk mencegah kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast, sehingga dapat mencegah

penularan dan penyebaran penyakit Tuberculosis pada masyarakat khususnya pada praktek dokter gigi.