BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. Wonogiri (Jawa Tengah) : Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur)

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 2013 BAB I PENDAHULUAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

PROFIL SANITASI SAAT INI

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran.

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

BAB III TINJAUAN KAWASAN / WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Berisi: 1.1 Pemerintahan 1.2 Kepegawaian 1.3 Kondisi Geografis Daerah 1.4 Gambaran Umum Demografi 1.

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a) Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

Transkripsi:

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas bagaimana letak, batas dan luas daerah penelitian, morfologi daerah penelitian, iklim daerah penelitian, dan keadaan penduduk daerah penelitian. 3.1 Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian Desa Soko berada sekitar 33 km dari ibukota Kabupaten Sragen dan memiliki potensi yang bagus di bidang pertanian dan pertambangan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan agrobisnis dan pertambangan. Desa Soko terletak antara dua desa di Kecamatan Miri dan dua desa di Kecamatan Sumberlawang. Jarak Desa Soko dengan ibukota Kecamatan Miri maupun ibukota Kecamatan Sumberlawang sekitar 1,5 km. Daerah ini dilewati jalur lalu lintas yang menghubungkan antara Kecamatan Miri dengan Kecamatan Sumberlawang. Desa Soko terletak antara 7º 15 LS dan 7º 30 LS 110º 45 BT dan 111 º 10 BT. Dapat dilihat bahwa Desa Soko merupakan daerah tropis yang banyak curah hujannya. Desa Soko merupakan salah satu bagian dari Kecamatan Miri yang meliputi sepuluh desa atau kelurahan. Sepuluh desa/kelurahan di Kecamatan Miri yaitu sebagai berikut: Tabel 3.1 Pembagian Wilayah Administratif Kecamatan Miri No Nama Desa Pusat Desa Jumlah Dukuh Jumlah RT 1. Desa Geneng Pelem 8 21 2. Desa Jeruk Dungdang 14 25 3. Desa Sunggingan Kropak 8 20 4. Desa Girimargo Girimargo 15 23 5. Desa Doyong Pungkruk 7 18 6. Desa Soko Bulaksari 15 26 34

7. Desa Brojol Purwosari 11 17 8. Desa Bagor Kaliapang 10 17 9. Desa Gilirejo Gilirejo 11 21 10. Desa Gilirejo Baru Sumberejo 5 15 Sumber: Sragen Dalam Angka Tahun 2010 Dapat dilihat dari pembagian administratif Kecamatan Miri bahwa pusat desa bernama Bulaksari dengan 25 jumlah dukuh dan 26 jumlah RT. Desa Soko mempunyai batas-batas sebagai berikut: Sebelah Utara : Desa Pendem Kecamatan Sumberlawang Sebelah Selatan : Desa Doyong Kecamatan Miri Sebelah Barat : Desa Bagor Kecamatan Miri Sebelah Timur : Desa Hadi Luwih Kecamatan Sumberlawang Desa Soko terletak di sebelah barat Kecamatan Sumberlawang dengan jarak 1,5 km. Batas wilayah Desa Soko sebelah utara adalah wilayah Desa Pendem Kecamatan Sumberlawang, sebelah timur wilayah Desa Hadi Luwih Kecamatan Sumberlawang, sebelah selatan wilayah Desa Doyong Kecamatan Miri dan sebelah barat wilayah Desa Bagor Kecamatan Miri. Desa Soko Kecamatan Miri perlu meningkatkan potensi wilayah di segala bidang sehingga dapat menunjukkan citra Kabupaten Sragen sebagai Smart Regency. 35

Sumber: Kecamatan Miri Buku PDRB Kabupaten Sragen Tahun 2012 Gambar 3.1 Peta Administrasi Kecamatan Miri Tahun 2012 36

Tabel 3.2 Luas Daerah Soko Menurut Penggunaan Tanah Tahun 2012 Luas Daerah Desa Soko Menurut Penggunaan Tanah Tahun 2012 Penggunaan Tanah Luas (Ha/M2) % 1. Tanah Sawah - Sawah Irigasi 1/2 Teknis 200 42,95 - Sawah Tadah Hujan 28,6286 6,15 2. Tanah Kering - Tegal/lading 30,1 6,46 - Pemukiman 41,8714 8,99 - Pekarangan 100,0216 21,48 3. Tanah Fasilitas Umum - Kas Desa (Tanah Bengkok) 18 3,87 - Lapangan Olahraga 5,2 1,12 - Perkantoran Pemerintah 0,6 0.13 - Tempat Pemakaman Desa/Umum 3 0,64 - Bangunan Sekolah 1,3 0,28 - Tempat Peribadatan 3 0,64 - Pertokoan 0,6 0,13 - Jalan 6,1 1,31 4. Tanah Perikanan Darat/Air Tawar - Kolam 0,25 0,05 5. Lain-Lain - Tanah Kritis 27 5,80 Total Luas 465,6716 100 Sumber: Potensi Desa dan Kelurahan (Desa Soko 2012) Dapat terlihat pada Tabel 3.2 di atas bahwa Desa Soko mempunyai luas daerah sekitar 465,6716 ha atau 4,65 km². Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 menegaskan bahwa wilayah Negara Republik Indonesia dibagi habis 37

dalam wilayah besar dan kecil yang berarti seluruh wilayah menurut penggunaannya dengan sendirinya masuk dalam wilayah salah satu desa atau kelurahan. Penggunaan tanah di Desa Soko dibagi menjadi tanah sawah, tanah kering, tanah fasilitas umum, dan tanah perikanan darat atau air tawar. Selain itu terdapat tanah kritis di daerah penelitian. Dapat diketahui untuk penggunaan tanah sawah di Desa Soko 42,95% berupa sawah irigasi ½ teknis dan 6,15% merupakan sawah tadah hujan, sehingga sulit dilakukan pengaturan air sawah tanpa menggunakan alat-alat modern. Sawah irigasi ½ teknis dibangun secara bersama oleh penduduk di Desa Soko. Apabila ditinjau dari daerah seluas ini, penduduk di Desa Soko masih sangat bergantung dari hasi pertanian. Oleh karena itu, belum ada penilaian untuk mengubah penggunaan tanah dari bidang pertanian ke bidang yang lain. Untuk penggunaan tanah kering di daerah kering 6,46% berupa tegal atau ladang, 8,99% berupa pemukiman, dan 21,48% berupa pekarangan. Untuk penggunaan tanah fasilitas umum, penduduk menggunakan tanah tersebut sebagai berbagai macam tempat, misalnya kas desa berupa tanah bengkok, lapangan olahraga, perkantoran pemeritah seperti kantor kepala desa, tempat pemakaman desa atau umum, bangunan sekolah, tempat untuk beribadah, pertokoan, dan jalan. Masing-masing dari penggunaan tanah fasilitas umum hanya mempunyai persentase wilayah yang kecil, maksudnya penduduk hanya menggunakan sedikit dari jumlah total luas tanah yang ada di Desa Soko. Untuk penggunaan tanah perikanan darat atau air tawar di Desa Soko hanya berupa kolam dengan persentase 0,05%. Terdapat tanah kritis di Desa Soko dengan persentase 5,80%. 3.2 Morfologi dan Topografi Berdasarkan morfologi daerah penelitian, Desa Soko mempunyai relief yang beraneka ragam, ada daerah pegunungan kapur dengan jenis tanah, seperti grumusol, aluvial regosol, latosol dan mediteran. Warna tanah di daerah penelitian yaitu merah kehitam-hitaman dengan tekstur tanah lempung berpasir. Keanekaragaman jenis tanah di daerah penelitian banyak menentukan kesuburan tanah atau pembentukan tanah lebih lanjut. 38

Tabel 3.3 Kedalaman Solum Tanah Desa Soko No Kedalaman (Cm) Luas (Ha) Persentase (%) 1 Lebih Dari 200 215,6716 46,31 2 Antara 100-200 43 9,23 3 Antara 50-99 80 17,18 4 Kurang Dari 50 127 27,27 Jumlah 465,6716 100,00 Sumber: Potensi Desa Dan Kelurahan (Desa Soko 2012) Berdasarkan data Potensi Desa Soko, kedalaman solum tanah di daerah penelitian dibagi menjadi 4 yaitu, lebih dari 200 cm, antara 100-200 cm, antara 50-99 cm dan kurang dari 50 cm. Sebagian besar kedalaman solum tanah di Desa Soko adalah lebih dari 200 cm dengan persentase 46,31% dari jumlah total wilayah di daerah penelitian. Kedalaman solum tanah kurang dari 50 cm persentasenya sebesar 27,27%. Sedangkan kedalaman solum tanah antara 50-99 cm persentasenya sebesar 17,18%. Selanjutnya hanya 9,23% kedalaman solum tanah yaitu antara 100-200 cm. Kedalaman solum tanah di daerah penelitian akan berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan akan berpengaruh pada pertanian di Desa Soko. Tabel 3.4 Tingkat Kesuburan Tanah Desa Soko No Tingkat Kesuburan Tanah Luas (Ha) Persentase (%) 1 Sedang 438,6716 94,20 2 Tidak Subur/Kritis 27 5,80 Jumlah 465,6716 100,00 Sumber: Potensi Desa Dan Kelurahan (Desa Soko 2012) Dapat dilihat dari Tabel 3.4 bahwa tingkat kesuburan tanah di Desa Soko sebagian besar mempunyai tingkat kesuburan yang sedang dengan persentase sebesar 94,20%. Sedangkan Desa Soko sebagian kecil mempunyai tingkat kesuburan yang kritis atau tidak subur dengan persentase sebesar 5,80%. 39

Tabel 3.5 Tingkat Erosi Tanah Desa Soko No Tingkat Erosi Tanah Luas (Ha) Persentase (%) 1 Tidak Ada Erosi 388,6716 83,46 2 Erosi Ringan 35 7,52 3 Erosi Sedang 42 9,02 Jumlah 465,6716 100,00 Sumber: Potensi Desa Dan Kelurahan (Desa Soko 2012) Tingkat erosi tanah di Desa Soko dapat dilihat pada tabel 3.5, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar di wilayah Desa Soko tidak ada erosi sebesar 83,46%. Hal tersebut dikatakan bahwa tidak ada erosi, namun daerah penelitian rentan bahaya longsor, kerana daerah yang tidak ada erosi merupakan daerah yang jarang ada pemukiman. Selanjutnya terdapat erosi sedang sebesar 9,02%, sehingga dapat dilihat bahwa wilayah yang rentan bahaya longsor adalah wilayah dengan erosi sedang tersebut. Daerah yang erosinya sedang merupakan daerah yang penambangan batu dan banyak rumah penduduk di sekitar penambangan tersebut. Kemudian di Desa Soko juga terdapat erosi kecil sebesar 7,52%. 3.3 Iklim Daerah penelitian mempunyai ketinggian 117 meter di atas permukaan air laut. Daerah penelitian mempunyai iklim tropis dengan suhu harian yang berkisar antara 19-31º C dengan dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Curah hujan rata-rata di bawah 3000 mm per tahun dengan hari hujan di bawah 150 hari per tahun. Dari data curah hujan selama enam tahun (2007-2012) untuk Desa Soko di Kabupaten Sragen dapat diketahui bahwa bulan basah rata-rata selama tujuh bulan, bulan lembab dua bulan dan bulan kering tiga bulan dalam setahun. Dengan menggunakan kriteria Schmidt & ferguson dapat diketahui bahwa daerah penelitian mempunyai iklim tipe C (basah). 40

Tabel 3.6 Curah Hujan Bulanan Desa Soko Curah Hujan Bulanan Desa Soko 2007-2012 Bulan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Januari 760 157 438 242 548 110 Februari 271 311 217 248 116 122 Maret 393 285 348 186 256 307 April 107 118 105 198 77 72 Mei 54 332 129 191 387 79 Juni - 105 41 36 45 27 Juli - 45 56 4 - - Agustus - 75 75 8 73 - September - 97 53 114-2 Oktober - 73 253 199 92 6 Nopember 72 392 149 244 117 126 Desember 171 280 238 216 133 191 Jumlah 1828 2270 2102 1886 1844 1042 Sumber: Data Sekunder Curah hujan tahun 2007-2012 diambil dari jumlah curah hujan yang diterima oleh alat pengukur hasil. Terlihat dalam tabel 3.7 bahwa hujan banyak turun pada bulan-bulan Oktober sampai April. Bulan-bulan April sampai Oktober jarang hujan. Bulan Januari dan Februari curah hujan banyak sehingga akan membuat di daerah penelitian lebih rentan terhadap bahaya longsor. Musimmusim ini sangat berpengaruh pada penduduk untuk melakukan perpindahan. 3.4 Keadaan Penduduk Untuk membicarakan masalah keadaan penduduk disini akan diuraikan secara berturut-turut mengenai jumlah dan kepadatan penduduk, serta komposisi penduduk. Mengenai jumlah penduduk di suatu daerah sangat penting karena tiap usaha pembangunan dan usaha-usaha lain tidak dapat lepas dari jumlah penduduk. 41

Penduduk sekaligus merupakan tenaga pembangunan, penyelenggara dan juga sebagai pemakai baik dalam usaha pembangunan, usaha ekonomi maupun usaha lain. Tabel 3.7 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Desa Soko Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Desa Soko Jumlah Laki-Laki 2274 orang Jumlah Perempuan 2292 orang Jumlah Total 4566 orang Jumlah Kepala Keluarga 1202 kk Kepadatan Penduduk 7 orang/km Sumber: Potensi Desa Dan Kelurahan (Desa Soko 2012) Jumlah penduduk di Desa Soko sebesar 4566 orang terdiri dari 2274 orang laki-laki dan 2292 orang perempuan. Jumlah kepala keluarga sebesar 1202 kk. Rata-rata kepadatan penduduk tiap km 2 sebanyak 7 orang. Hal tersebut dapat berarti bahwa kepadatan penduduk di daerah penelitian sangat erat kaitannya dengan kemampuan wilayah dalam mendukung kehidupan penduduk di daerah tersebut. Dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk di daerah penelitian sangat rendah karena letak daerah yang rentan oleh bahaya longsor dan tidak dilewati oleh jalan raya, sehingga dapat dikatakan daerah yang terpencil. Maka dari itu, penduduk tidak mempunyai keinginan untuk bertempat tinggal di daerah ini. Berikut ini akan diuraikan tentang komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, untuk mengetahui jumlah pria dan wanitanya menurut golongan umur tertentu. 42

Tabel 3.8 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Soko Umur (Tahun) KOMPOSISI PENDUDUK MENURUT UMUR DAN JENIS KELAMIN Laki-laki (Jiwa) % Perempuan (Jiwa) % Total (L+P) (Jiwa) % Sex Ratio 0-4 86 3,78 38 1,66 124 2,72 226,32 5-9 197 8,66 71 3,10 268 5,87 277,46 10-14 324 14,25 97 4,23 421 9,22 334,02 15-19 219 9,63 249 10,86 468 10,25 87,95 20-24 222 9,76 265 11,56 487 10,67 83,77 25-29 224 9,85 288 12,57 512 11,21 77,78 30-34 230 10,11 104 4,54 334 7,31 221,15 35-39 217 9,54 258 11,26 475 10,40 84,11 40-44 215 9,45 238 10,38 453 9,92 90,34 45-49 35 1,54 218 9,51 253 5,54 16,06 50-54 38 1,67 216 9,42 254 5,56 17,59 55-59 32 1,41 38 1,66 70 1,53 84,21 60+ 235 10,33 212 9,25 447 9,79 110,85 Jumlah 2274 100,00 2292 100,00 4566 100,00 99,21 Sumber: Potensi Desa Dan Kelurahan (Desa Soko 2012) Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat dipakai sebagai petunjuk bagaimana kemungkinan perkembangan dimasa yang akan datang. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dalam penelitian ini dapat digunakan untuk perencanaan penyediaan fasilitas sekolah, pekerjaan, dan mengetahui mobilitas penduduk. Untuk pendidikan di daerah penelitian yang ada terbatas pada tingkatan sekolah dasar saja, yakni penduduk yang sekolah sekitar umur 5-14 tahun. Disamping itu komposisi umur dan jenis kelamin digunakan untuk melengkapi rencana pembangunan yaitu tenaga kerja. Golongan umur diatas 15 tahun dianggap sebagai golongan umur yang produktif. Pada daerah penelitian, 43

72,40% penduduk merupakan penduduk usia produktif. Namun terdapat masalah di daerah penelitian yaitu bagaimana menyediakan lapangan yang cukup dan berbagai sarana di daerah penelitian, sehingga daerah yang bersangkutan dapat dibangun dan pembangunan berjalan dengan lancar. Masalah selanjutnya adalah bagimana menutupi kekurangan tenaga kerja itu sendiri dalam pembangunan. Pada Tabel 3.8 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih kecil daripada jumlah penduduk perempuan karena sebagian besar penduduk laki-laki mencari pekerjaan di luar daerah penelitian untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Jumlah tanggungan bagi penduduk usia produktif di daerah penelitian termasuk rendah yaitu 38 perseratus penduduk. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat untuk mengetahui beban tanggungan penduduk usia produktif. Batas umur penduduk yang belum aktif, produktif dan tidak lagi produktif yakni umur 0-14 tahun (belum aktif), umur 15-64 tahun (produktif), dan umur 60 tahun keatas (tidak lagi produktif). Beban tanggunga atai dependency ratio adalah besarnya penduduk usia tidak produktif atau yang belum produktif dibandingkan dengan penduduk usia produktif kali seratus orang penduduk. Menurut J.E. Ismail (1960, 206) beban tanggungan dibagi dalam tiga golongan meliputi: Kurang dari 60% beban tanggungan rendah 60-90 % beban tanggungan sedang Lebih dari 90% beban tanggungan berat Penduduk Usia (0-14) (60 ) 100 Penduduk Usia (15-59) Penduduk usia (0 14) = 813 Penduduk usia(15 59) = 3306 Penduduk usia (60+) = 447 813 447 Jadi Dependency Ratio (DR) = 100 3306 = 38 perseratus penduduk 44

Dari perhitungan diatas berarti setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung beban sebanyak 38 orang yang tergolong belum atau tidak lagi produktif. Tabel 3.8 menunjukkan adanya perbedaan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di daerah penelitian. Sedangkan perincian jumlah laki-laki per perempuan (sex ratio) dapat terlihat bahwa rata-rata dibawah 100. Sex Ratio penduduk laki-laki dan perempuan desa Desa Soko sebesar 99,21. 45