Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN: e-issn: Vol. 2, No 8 Agustus 2017

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPA1 SMA PGRI 1

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA3 SMA Perintis I Bandar Lampung

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA-2 SMA N 6 MALANG

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. semester genap Tahun Pelajaran Kelas yang dijadikan subjek

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Lokasi Penelitian kelas ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

PENERAPAN METODE DEMONSTRATIF EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SENI RUPA TERAPAN

III. METODE PENELITIAN. Lampung Tahun Ajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa 29 orang yang terdiri

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP:

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

III. METODE PENELITIAN. Setting penelitian ini adalah di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung dengan jumlah

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai pretest dan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL INQUIRY-DISCOVERY LEARNING (IDL) TERBIMBING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini digunakan metode penelitian tindakan kelas ( Classroom

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Diskusi Pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Bagi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 2 Galang

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI.

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

Jurnal Pendidikan MIPA Pancasakti

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

III. METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X 1 semester ganjil SMA N 10

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi di Kelas IV SDN 14 Ampana

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

PENYESUAIAN MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGAN. Ani Yuliastuti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KIMIA DI KELAS X MIPA

BAB III. METODE PENELITIAN. A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

1. PENDAHULUAN. didapatkan nilai rata-rata tes formatif materi pokok larutan elektrolit dan redoks kelas

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DILENGKAPI MACROMEDIA FLASH

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran kimia di sekolah, umumnya masih berorientasi kepada materi yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan mix methode dengan desain

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICTION, OBSERVATION AND EXPLANATION

PENERAPAN PEMBELAJARAN POE DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI Ksp

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

BAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( classroom. bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY MENGGUNAKAN HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PEMASARAN ONLINE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN HASIL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN 14 BONEGUNU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TGT

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

Tutik Daryati 22. Kata kunci : Diskusi, TTS, Hasil Belajar, Ikatan Kimia. Guru SMA Negeri 4 Jember

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KERJASAMA PADA MATERI PERUBAHAN BENDA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN. Ida Wati

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan ilmu yang sangat dekat dengan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN TEKNIK KUPANG LIGITARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 4 B SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMAN 1 SUNGAI AMBAWANG MELALUI PEMBELAJARAN MODEL ADVANCE ORGANIZER

MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING. Eko Wahyuningtyas 1, Aminuddin PP 2

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Action Research Literate ISSN : Vol. 1, No 1 Desember 2017

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Inquiri di Kelas IV SD Inpres 4 Kasimbar

III. METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X 5 SMA Perintis 2 Bandar

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 KUWARASAN TAHUN AJARAN 2013/2014

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda

57126, Indonesia. *Keperluan Korespondensi, telp: , ABSTRAK

Dosen Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia ABSTRAK

Transkripsi:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN: 2541-0849 e-issn: 2548-1398 Vol. 2, No 8 Agustus 2017 PENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERPRETASI DATA DAN KOMUNIKASI DENGAN MENGGUNAKAN LKS EKSPERIMEN DAN NON EKSPERIMEN PADA KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI Totong Muslihat SMA Negeri 2 Cirebon Totongmuslihat@gmail.com Abstrak Penelitian tindakan kelas ini menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan media yaitu lembar kerja peserta didik (LKS) eksperimen dan non eksperimen, sehingga diharapkan peserta didik mampu menginterpretasi data dan kemudian mengkomunikasikannya dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama dua kali pertemuan dan setiap kali pertemuan (tindakan) terdiri dari empat fase, yaitu berhadapan dengan masalah, pengumpulan data (dari hasil eksperimen), perumusan penjelasan, dan menganalisis hasil temuan. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Cirebon, subyek penelitian peserta didik kelas X-7 MIPA yang berjumlah 44 orang terdiri dari 26 perempuan dan 18 laki-laki dan terlibat 1 orang guru kimia yang bertugas sebagai pengamat. Hasil refleksi siklus ke 1 yang digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus ke 2 adalah penekanan pada pengurangan dominasi guru atau teacher center agar interaksi dapat berlangsung dengan lebih terarah. Hasil penelitian menunjukkan telah adanya peningkatan kemampuan interpretasi data dan komunikasi selama dua siklus dengan hasil pada siklus ke 1 40 %, dan pada siklus ke 2 meningkat menjadi 63 %. Kendala utama yang dihadapi guru adalah peserta didik masih kesulitan menemukan sendiri konsep yang dipelajari sehingga peran guru yang seharusnya hanya sebagai fasilitator belum maksimal. Kata kunci: Model Pembelajaran Inkuiri, LKS Eksperimen, LKS Non Eksperiman Pendahuluan Tujuan mata pelajaran Kimia dicapai oleh peserta didik melalui berbagai model atau metode, antara lain model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri menciptakan kemampuan berfikir peserta didik dan mampu bersikap ilmiah dan komunikasi Oleh sebab itu pembelajaran kimia mempunyai ciri khas dalam pelaksanaan pembelajaranya yaitu pemberian pengalaman secara langsung di laboratorium melalui pengembangan proses dan sikap ilmiah. 124

Peningkatkan Kemampuan Interpretasi Data Dan Komunikasi Inkuiri sendiri adalah metode pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran modern. Pembelajaran bermodel inkuiri umumnya mengarahkan peserta didik untuk meneliti masalah dan pertanyaan dengan merujuk pada fakta yang tersedia (Kardi dan Nur, 2003: 3). Sedangkan Cleaf dalam Putrayasa (2009: 2) berpendapat bahwa model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Model pembelajaran ini mengarahkan peserta didik untuk cermat dan terampil dalam menyelidiki masalah dan mengumpulkan informasi. Lebih lanjut, dalam bukunya Sanjaya (2006: 201) mengungkapkan bahwa terdapat langkah yang dapat dilakukan untuk menggunakan model pembelajaran inkuiri. Langkah-langkah yang dimaksud adalah melakukan orientasi masalah, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri, peserta didik akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai ilmiah sehingga tindakan dalam proses pembelajaran akan menciptakan kondisi yang melibatkan peserta didik secara aktif. Gagne dalam Dahar (1986: 18) menjelaskan bahwa melalui mengembangkan keterampilan IPA peserta didik akan dibuat kreatif, mereka akan mampu dan bisa mempelajari IPA di level yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat. Dalam National Science Education Standard (1996: 20), dikatakan bahwa belajar sains adalah sesuatu yang harus dilakukan peserta didik, bukan sesuatu yang dilakukan pada mereka. Dengan demikian pembelajaran sains adalah salah satu proses aktif, yang melibatkan peserta didik berinteraksi bersama guru dan sesama peserta didik. Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan IPA, para guru seharusnya membuat rencana pembelajaran atau model yang sesuai dan dibantu dengan media pembelajaran sehingga keterampilan proses yang akan dikembangkan dapat berjalan. Pada pengelolaan kegiatan pembelajaran di kelas X, penulis menemukan rendahnya penguasaan keterampilan proses peserta didik baik itu melalui metode diskusi, demonstrasi, ataupun metoda eksperimen, sehingga perlu perbaikan dalam kegiatan pembelajaran. Keterampilan proses yang masih perlu ditingkatkan yaitu, interpretasi data dan komunikasi. Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017 125

Wawat Hermawati Usaha meningkatkan keterampilan interpretasi data dan komunikasi pada kelas ini, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan interpretasi dan komunikasi. Dari sekian model pembelajaran yang ada salah satu alternatif yang dipilih penulis adalah model pembelajaran yang termasuk dalam kategori model pembelajaran pemrosesan informasi yaitu model inkuiri yang dikembangkan oleh Richard Suchman. Model ini dibentuk untuk membuat peserta didik terlatih dalam melaksanakan penelitian ilmiah yang membutuhkan rasa ingin tahu dan ingin berkembang, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bereksplorasi sehingga pengetahuan baru dapat tereksplorasi dengan lebih baik. Model pembelajaran ini diharapkan dapat merangsang peserta didik dalam mengembangkan keterampilan proses, seperti keterampilan pengamatan, klasifikasi, prediksi, komunikasi dan interpretasi data. Metodologi Penelitian Populasi dan sampel penelitian ini adalah peserta didik kelas X-7 MIPA SMA Negeri 2 Cirebon Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 44 orang, yang terdiri dari 26 perempuan dan 18 laki-laki. Prosedur atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam kegiatan yang berbentuk siklus dengan mengacu pada model yang diadopsi dari Hopkins (1993: 48). Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu, perencanaan, tindakan pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Selanjutnya empat kegiatan itu berlangsung terus, namun ada modifikasi pada tahap perencanaan yaitu perbaikan perencanaan. Prosedur penelitian tindakan kelas mengikuti tahapan kegiatan sebagai berikut (model Lewin yang ditafsirkan oleh Kemmis, Rochiati Wiraatmadja): (1) Refleksi awal Penelitian diawali dengan adanya masalah rendahnya kemampuan peserta didik menginterpretasi data dan komunikasi untuk memahami konsep larutan elektrolit dan non elektrolit, (2) Perencanaan tindakan 1 dilakukan untuk mengatasi masalah diatas, maka disusun beberapa instrumen untuk melakukan penelitian antara lain, penyusunan rencana pembelajaran (RP), menyusun Lembar Kerja Peserta didik (LKS), soal tes, lembar observasi dan angket respon peserta didik, (3) Pelaksanaan tindakan 1 dilalui 126 Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017

Peningkatkan Kemampuan Interpretasi Data Dan Komunikasi dengan praktikum eksperimen dengan menggunakan media alat-alat praktikum dan LKS eksperimen, larutan elektrolit dan non elektrolit untuk mengumpulkan data hasil eksperimen dan menginterpretasi data (4) Observasi dan refleksi tindakan 1. Dari hasil observasi, kemudian dianalisa untuk merencanakan tindakan ke 2, agar indikator yang diharapkan peneliti tercapai, peserta didik melaksanakan tes siklus ke 1, (5) Pelaksanaan tindakan 2 dilakukan melalui kegiatan dengan media LKS non eksperimen, larutan elektrolit dan non elektrolit dan peserta didik melakukan interpretasi data dari data-data yang terdapat pada LKS dan mengkomunikasikannya, (6) Observasi dan refleksi tindakan 2 dilakukan dengan kegiatan guru yang mengobservasi masing-masing tindak tanduk peserta didik lalu hasil observasi tersebut dianalisa untuk mengukur ketercapaian indikator yang diharapkan. Setelah proses KBM berakhir, peserta didik melaksanakan tes siklus ke 2 dan mengisi angket tentang sikap/respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran, sedangkan untuk memperoleh data prestasi hasil belajar, dapat diketahui dari pos tes. Untuk mengumpulkan data penelitian dilakukan dengan cara menentukan sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan. Seperti yang telah disebutkan, melalui teknik pengumpulan data observasi, instrumen penelitian yang digunakan disini adalah lembar observasi. Sedang data yang terkumpul adalah data primer yang didapat langsung dari subjek penelitian. Hasil dan Pembahasan 1. Kemampuan Interpretasi Data dan Komunikasi selama Pembelajaran Kemampuan Interpretasi Data dan Komunikasi selama Pembelajaran Berdasarkan analisis lembar observasi kemampuan interpretasi data dan komunikasi pada setiap siklus didapat hasil yang dinyatakan pada tabel 1. Siklus ke Tabel 1 Prosentase Kemampuan Interpretasi Data dan Komunikasi Peserta didik perempuan % Peserta didik laki-laki % Jumlah % 1 12 27 8 18 20 45 2 15 34 12 27 27 61 Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017 127

Wawat Hermawati Berdasarkan tabel 1 di atas, maka dapat dilihat bahwa pada siklus ke-1 jumlah peserta didik yang mampu dalam menginterpretasi data dan komunikasi berjumlah 20 orang atau 45 % (terdiri dari 12 peserta didik perempuan atau 27 % dan 8 peserta didik laki-laki atau 18 %), dan pada siklus ke-2 terjadi peningkatan menjadi 27 orang atau 61 % (terdiri dari 15 peserta didik perempuan atau 34 % dan 12 peserta didik laki-laki atau 27 %). Pada siklus ke-1 jumlah peserta didik yang mampu menginterpretasi data dan komunikasi baru 20 orang peserta didik (45 %) dari jumlah peserta didik 44 orang. Hal ini menggambarkan bahwa pada siklus ke-1 penggunaan lembar kerja peserta didik dengan model inkuiri belum menunjukkan hasil yang optimal. Pada siklus ke-2 jumlah peserta didik yang mampu menginterpretasi data dan komunikasi menjadi 27 orang peserta didik (61 %) dari jumlah peserta didik yang hadir 44 orang berarti terjadi peningkatan 16 %. Hal ini terjadi dikarenakan guru telah mengubah tindakan dengan melakukan penegasan-penegasan kembali pada data pengamatan, dan guru tidak lagi mendominasi kegiatan pembelajaran, serta guru sudah memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada kelompok peserta didik yang kurang. Secara keseluruhan dari siklus ke-1 sampai siklus ke-2 penelitian tindakan kelas pada pembelajaran konsep larutan elektrolit dan non elektrolit telah berhasil meningkatkan kemampuan interpretasi data dan komunikasi yaitu terjadi peningkatan dari 45 % menjadi 61 %, berarti lebih dari separuh peserta didik kelas X-7 MIPA telah mampu menginterpretasi data dan komunikasi. 2. Aktivitas Belajar Peserta didik Berdasarkan hasil observasi kegiatan peserta didik pada saat siklus 1 sampai 2 pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit dengan menggunakan alat bantu LKS dengan model pembelajaran inkuiri mempunyai perubahan yang signifikan yaitu adanya peningkatan aktivitas peserta didik. Peningkatan aktivitas peserta didik pada siklus 1 sampai siklus 2 dapat dilihat pada tabel 2. 128 Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017

Peningkatkan Kemampuan Interpretasi Data Dan Komunikasi Tabel 2 Prosentase Keaktifan PESERTA DIDIK Prosentase Siklus ke keaktifan peserta didik 1 64% 2 77% Rata-rata 71% Dari tabel 2 di atas terlihat bahwa pada siklus ke-1 aktivitas peserta didik 64 % (28 orang peserta didik), dan meningkat pada siklus ke-2 menjadi 77 % (34 orang peserta didik) dan rata-rata keaktifan 71 %. Hal ini terjadi karena guru telah mengubah tindakan dengan memberikan latihan-latihan dan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik yang kurang aktif. Aktivitas peserta didik meningkat pada pembelajaran konsep larutan elektrolit dan non elektrolit melalui kegiatan yang sudah dirancang oleh guru pada setiap fase dalam model pembelajaran inkuiri. 3. Ketuntasan Hasil Belajar Peserta didik Siklus 1 Berdasarkan analisis hasil tes peserta didik pada siklus 1, maka didapat hasil yang dinyatakan pada tabel 3. Tabel 3 Ketercapaian Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit No Soal Ketercapaian Keterangan 1 47% Tidak 2 77% Tercapai 3 70% Tercapai 4 70% Tercapai 5 70% Tercapai 6 70% Tercapai 7 67% Tercapai 8 47% Tidak 9 50% Tidak 10 77% Tercapai Rerata 64,5% Berdasarkan analisis dari lembar ketuntasan pada siklus 1 dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar konsep larutan elektrolit dan non elektrolit, dengan KKM 76, jumlah peserta didik yang sudah tuntas 28 orang peserta didik (63,6 %) dan yang belum tuntas 16 orang peserta didik. Dari tabel 3 terlihat bahwa untuk konsep larutan elektrolit dan non elektrolit ketercapaian penguasaan konsep hanya mencapai 64,5 %. Konsep yang belum Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017 129

Wawat Hermawati dikuasai peserta didik berdasarkan hasil tes terdapat pada soal nomor 1, 8, dan 9 yaitu tentang merumuskan penjelasan atau menginterpretasi data dan menganalisis hasil temuan dari data-data percobaan. Berarti keterampilan interpretasi data dan komunikasi belum dikuasai peserta didik. 4. Ketuntasan Hasil Belajar Siklus 2 Berdasarkan analisis hasil tes peserta didik pada siklus 2 maka didapat hasil yang dinyatakan pada tabel 4. Tabel 4 Ketercapaian Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit dan non elektrolit No Soal Ketercapaian Keterangan 1 83% Tercapai 2 93% Tercapai 3 90% Tercapai 4 73% Tercapai 5 47% Tidak 6 77% Tercapai 7 97% Tercapai 8 97% Tercapai 9 67% Tercapai 10 37% Tidak Rerata 76,1% Berdasarkan analisis dari lembar ketuntasan pada siklus 2 dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar konsep larutan elektrolit dan non elektrolit, dengan KKM 76. Jumlah peserta didik yang sudah tuntas 34 orang peserta didik (77,3%) dan yang belum tuntas 10 orang peserta didik. Dari tabel 4 terlihat bahwa untuk konsep larutan elektrolit dan non elektrolit ketercapaian penguasaan konsep hanya mencapai 76,1 %. Konsep yang belum dikuasai peserta didik berdasarkan hasil tes terdapat pada soal nomor 5 dan 10 yaitu tentang menuliskan reaksi ionisasi larutan elektrolit. 5. Kendala yang Dihadapi Oleh Guru Kendala atau hambatan yang dihadapi oleh guru pada saat melaksanakan pembelajaran konsep larutan elektrolit dan non elektrolit adalah: a. Peserta didik kurang terampil merangkai alat untuk praktikum larutan elektrolit dan non elektrolit. Guru harus memberikan contoh atau penjelasan pada pra 130 Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017

Peningkatkan Kemampuan Interpretasi Data Dan Komunikasi eksperimen secara detail, hal ini berpengaruh pada alokasi waktu yang telah ditentukan. b. Pengetahuan prasyarat peserta didik masih kurang terutama pada senyawa ion dan senyawa kovalen polar. Sehingga perlu waktu tambahan untuk mengetahui prasyarat pengetahuan, akibatnya berpengaruh pada alokasi waktu yang telah disediakan untuk fase-fase yang lain. c. Keaktifan peserta didik masih rendah yaitu pada siklus ke-1 53 %. Untuk itu komunikasi guru harus lebih ditingkatkan yaitu pada saat peserta didik melakukan percobaan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan terutama kepada peserta didik yang kurang aktif. d. Kemampuan interpretasi data masih rendah, peserta didik sulit untuk menemukan sendiri konsep yang sedang dipelajari, karena peserta didik belum memahami materi yang sedang dipelajari. e. Kemampuan komunikasi peserta didik masih kurang pada saat diskusi kelas, peserta didik masih malu-malu untuk mengemukakan pendapatnya atau bertanya. Untuk itu guru harus membimbing teknik bertanya dan cara mengemukakan pendapat dalam diskusi kelas. 6. Respon Peserta didik Berdasarkan angket respon peserta didik yang disebarkan kepada peserta didik setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada siklus ke 2, dapat dinyatakan bahwa pada umumnya peserta didik kelas X-7 MIPA bersikap positif terhadap penggunaan media lembar kerja peserta didik dengan model pembelajaran inkuiri sebab penemuan konsep menjadi lebih mudah karena dalam LKS tersebut disusun pertanyaan-pertanyaan yang menuntun peserta didik. Respon peserta didik dapat dilihat seperti yang tertera pada tabel 5. Tabel 5 Respon Peserta didik No. Pernyataan SS S KS TS 1 Kesan saya selama mengikuti pembelajaran kimia konsep larutan elektrolit dan non elektrolit dengan menggunakan media LKS eksperimen dan non eksperimen dengan model pembelajaran inkuiri 20% 70% 10% 0% Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017 131

Wawat Hermawati No. Pernyataan SS S KS TS merasa lebih mudah. 2 Saya senang dan antusias mengikuti tahapan-tahapan penemuan konsep yang disajikan dalam LKS. 23% 60% 17% 0% 3 Bimbingan guru pada saat pembelajaran konsep larutan elektrolit dan non elektrolit dapat 33% 63% 4% 0% mengarahkan saya memahami materi pembelajaran. 4 Adanya media LKS eksperimen dan non eksperimen memudahkan saya dalam pemahaman konsep larutan elektrolit dan non elektrolit. 33% 53% 14% 0% 5 Pemahaman saya terhadap pembelajaran larutan elektrolit dan non elektrolit lebih baik setelah kegiatan pembelajaran. 27% 67% 6% 0% Prosentase rata-rata 27,2% 62,6% 10,2% 0% Keterangan: SS = sangat setuju S = setuju KS = kurang setuju TS = tidak setuju Dari tabel respon peserta didik dapat dinyatakan bahwa peserta didik yang sangat setuju dan setuju dengan menggunakan media LKS dengan model pembelajaran inkuiri prosentase rata-rata yang memilih sangat setuju 27,2 % yang memilih setuju 62,6 %, yang memilih kurang setuju 10,2 % dan yang memilih tidak setuju 0 %, berarti peserta didik dapat menerima penerapan media lembar kerja peserta didik eksperimen dan non eksperimen dengan model pembelajaran inkuiri. Kesimpulan Penelitian tentang meningkatkan kemampuan interpretasi data dan komunikasi dengan menggunakan alat bantu LKS eksperimen dan non eksperimen pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit dengan model pembelajaran inkuiri selama 2 siklus menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: (1) Guru telah mampu mengupayakan peningkatan kemampuan interpretasi data dan komunikasi. Hal ini dapat dilihat dari 132 Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017

Peningkatkan Kemampuan Interpretasi Data Dan Komunikasi analisis data yang menunjukkan kemampuan interpretasi data dan komunikasi pada siklus ke 1 sebesar 45 % (20 orang), meningkat menjadi 61 % (27 orang) pada siklus ke 2, berarti ada peningkatan 16 %. (2) Keaktifan peserta didik dalam mengikuti tahaptahap pembelajaran meningkat, yaitu pada siklus ke 1 aktivitas peserta didik 64 % (28 orang peserta didik), dan meningkat pada siklus ke 2 menjadi 77 % (34 orang peserta didik) dan rata-rata keaktifan 71 %. Hal ini terjadi karena guru telah mengubah tindakan dengan memberikan latihan-latihan dan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik yang kurang aktif. Aktivitas peserta didik meningkat pada pembelajaran konsep larutan elektrolit dan non elektrolit melalui kegiatan yang sudah dirancang oleh guru pada setiap fase dalam model pembelajaran inkuiri; (3) Kendala yang utama dihadapi oleh guru pada saat melaksanakan pembelajaran adalah sulit memotivasi peserta didik agar dapat membangun dan menemukan sendiri konsep larutan elektrolit dan non elektrolit yang sedang dipelajari dari fakta-fakta percobaan; (4) Ketuntasan hasil belajar peserta didik dari aspek kognitif pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit dengan menggunakan media LKS eksperimen dan non eksperimen dalam model pembelajaran inkuiri meningkat, yaitu ketuntasan belajar peserta didik meningkat 16,6 %, yaitu 56,7 % pada silus 1 menjadi 73,3 % pada siklus 2. Dan Adanya peningkatan penguasaan konsep sebesar 11,6 %, yaitu 64,5 % pada siklus 1, menjadi 76,1 pada siklus 2; (5) Sikap/respon peserta didik terhadap pembelajaran konsep larutan elektrolit dan non elektrolit dengan menggunakan media LKS eksperimen dan non eksperimen dengan model pembelajaran inkuiri cukup positif, yaitu prosentase rata-rata yang memilih sangat setuju 27,2 % yang memilih setuju 62,6 %, yang memilih kurang setuju 10,2 % dan yang memilih tidak setuju 0 %, artinya model pembelajaran ini mendapat tanggapan yang baik oleh peserta didik. Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017 133

Wawat Hermawati BIBLIOGRAFI Dahar, R. W. 1986. Pengelolaan Pengajaran Kimia. Bandung: Universitas Terbuka. David Hopkins. 1993. A Teacher s Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press. Kardi, S., dan M. Nur. 2003. Pengajaran Langsung. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. National Research Council. 1996. National Science Education Standards. United Stante of Amerika: National Academy of Science Putrayasa. 2009. Model Pembelajaran Inkuiri. Disudur dari http://ipotes.wordpress.com tanggal 27 Juli 2017 Pukul 15.57 WIB. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 134 Syntax Literate, Vol. 2, No. 8 Agustus 2017