BAB I PENDAHULUAN. Remaja dalam perkembangannya dihadapkan pada sejumlah tuntutan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. ingin dicapai dari proses pendidikan yaitu menghasilkan manusia yang terdidik

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Mengacu pada fase usia remaja di atas, siswa Sekolah Menengah Atas. seperti kebutuhan akan kepuasan dan kebutuhan akan pengawasan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang bermutu, efektif atau ideal adalah yang mengintegrasikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Tujuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat perkembangan diri pelajar (Abu Bakar, 2010 : 8).

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini memegang peranan penting dalam kelangsungan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN TEHNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda, antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan individu untuk berinteraksi dengan individu lainnya membuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhul sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-temannya. Jalinan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat Ahmadi (2005) yang menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing

DESKRIPSI PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sutanto, 2014 Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens

BAB I PENDAHULUAN. remaja yang berkisar antara tahun. Hurlock (1980: 206) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Melati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. peradaban dan keadaban demi kesejahteraan umat manusia dengan kecerdasan akal.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan dalam menghadapi perkembangan. menjadi kekuatan bagi perusahaan untuk bertahan hidup.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hadi Wiguna Kurniawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. ini kita semua pasti pernah merasakan tekanan-tekanan batin akibat kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya untuk meningkatkan prestasi dalam rangka pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manfaat penelitian dan struktur organisasi. Berikut paparan bab 1 di bawah ini.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

I. PENDAHULUAN. Konseling (BK) di sekolah. Menurut Prayitno dan Amti (2004), bahwa

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifatsifat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dengan penyebaran angket, serta pengujian analisis jalur (path analysis) yang dilakukan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja dalam perkembangannya dihadapkan pada sejumlah tuntutan, tatangan, dan masalah. Mereka dituntut untuk dapat menguasai informasi, pengetahuan, kemampuan berpikir, dan keterampilan untuk menyelesaikan tugastugas belajar pada kelas atau jenjang pendidikan yang sedang dijalaninya, dan pada kelas-kelas atau jenjang selanjutnya. Mereka juga dihadapkan pada tantangan perkembangan ilmu dan teknologi, perkembangan masyarakat, dan dunia kerja yang berubah dengan cepat. Sejalan dengan perkembangan tuntutan dan tantangan tersebut remaja dihadapkan kepada sejumlah masalah, masalah pribadi, sosial budaya, ekonomi, politik dan lain-lain. Tuntutan dan tantangan perkembangan serta masalah-masalah yang dihadapi oleh para remaja secara garis besar dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu perkembangan: (a) pendidikan dan pengajaran; (b) karir; dan (c) pribadi sosial (Nana syaodih, 2007: 91). Perkembangan pendidikan dan pengajaran berkenaan dengan penguasaan dan penyelesaian tugas-tugas dan kewajiban, serta pemecahan masalah-masalah yang bersifat kurikuler. Perkembangan karir berkenaan dengan perencanaan, persiapan dan pemecahan masalah-masalah yang berkenaan dengan proses mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja. Perkembangan pribadi sosial berkenaan dengan pengembangan potensi, kecakapan, keterampilan, karakteristik pribadi dan sosial serta pemecahan masalah-masalah pribadi dan sosial. 1

Masalah pribadi sosial, berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi para remaja (siswa) karena ketidaktepatan atau kesalahan dalam penyesuaian diri, baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Masalah pribadi sosial juga dapat terjadi karena ketidaktepatan atau kesalahan dalam berinteraksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Kondisi lingkungan sosial yang ikut memberikan pengaruh yang cukup besar dalam penyesuaian sosial siswa adalah lingkungan sekolah, karena siswa menghabiskan sebagian waktunya di sekolah. Sekolah sebagai lingkungan sosial tempat siswa mengembangkan hubungan sosial dengan teman sebaya dan orang dewasa, harus mampu menciptakan dan memberikan suasana psikologis yang mendorong siswa untuk melakukan penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial siswa di sekolah ditunjukkan melalui hubungan interpersonal yang harmonis dengan teman, guru-guru, staf Tata Usaha dan karyawan, dan keaktifan dalam kegiatan ekstrakurikuler serta kepatuhan siswa terhadap tata tertib dan peraturan sekolah sehingga dapat diterima di lingkungannnya. Pada kenyataannya tidak semua siswa memiliki kemampuan penyesusai sosial. Ketidakmampuan penyesuaian sosial yang ditunjukkan dengan indikator sebagai berikut. 1. Hubungan interpersonal yang harmonis dengan guru-guru, teman, staf TU dan karyawan lainnya. Kenyatannya masih banyak siswa yang kurang mampu berkomunikasi menjalin hubungan yang harmonis dengan baik dengan guru- 2

guru, staf TU dan karyawan lainnya, banyak siswa yang kurang mampu menjalin hubungan dengan baik dengan teman-temannya; melakukan pemalakan, berkelahi dengan teman. 2. Keaktifan dalam kegiatan sekolah dan ekstrakurikuler. Kenyataannya hanya 10% siswa yang ikut dalam kegiatan ekstrakurikuler dari jumlah 323 orang. 3. Kepatuhan siswa terhadap tata tertib dan peraturan sekolah. Kenyataannya setiap hari masih banyak siswa yang tidak sekolah tanpa alasan mencapai 11 orang perhari dari jumlah 323 orang, setiap hari ada saja siswa yang datang terlambat ke sekolah, adanya siswa yang tidak memakai seragam sekolah sesuai aturan/tata tertib sekolah. Akibat kekurangmampuan dalam melakukan penyesuaian sosial, siswa akan mengalami hambatan dalam belajar, jika dibiarkan akan berpengaruh terhadap prestasi belajar, bahkan pada pertumbuhan dan perkembangan diri yang berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan lain. Siswa yang kurang memiliki kemampuan penyesuaian sosial malas datang ke sekolah, karena sekolah menjadi beban yang berat. Aturan-aturan dan tugas yang diberikan di sekolah tidak dapat diterima dan dilakukan sebagaimana mestinya. Indikator-indikator di atas seringkali menimbulkan berbagai masalah bagi sekolah. Tentu saja hal ini tidak dapat dibiarkan terus, karena akan mengganggu, baik bagi siswa itu sendiri maupun bagi para petugas sekolah. Dengan kata lain apabila indikator ketidakmampuan penyesuaian sosial tidak segera diatasi, maka akan berakibat goyahnya ketahanan sekolah dan akan berpengaruh buruk pula 3

terhadap kelancaran proses belajar mengajar serta terhambatnya pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 6 Subang telah berjalan cukup baik, sekolah memberikan jam khusus untuk bimbingan dan konseling sebanyak satu jam pelajaran. Namun pengembangan program hanya sebatas klasikal di kelas dan konseling individual untuk siswa yang bermasalah. Sedangkan penanganan siswa yang tidak memiliki kemampuan penyesuaian sosial di sekolah selama ini dilakukan oleh Pembantu Kepala Sekolah (PKS) Bidang Kesiswaan yang bersifat hukuman, akan tetapi hasilnya belum dirasakan efektif hanya bersifat sementara dan siswa kembali pada perilaku semula. Diperlukan intervensi penanganan masalah siswa yang dapat melakukan perubahan perilaku dalam penyesuaian sosial di sekolah dengan pendekatan secara psikopedagogis, personil yang berkompeten dalam intervensi psikopedagogis melalui Bimbingan dan Konseling yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada siswa yang dilakukan secara berkesinambungan supaya mereka dapat memahami dirinya sehingga mereka sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan, keluarga dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya. Bantuan secara khusus untuk penyesuaian sosial melalui Bimbingan pribadi sosial. Bagaimana Program Bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian sosial siswa di SMP Negeri 6 Subang? 4

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah a. Batasan konseptual Fokus utama dalam penelitian adalah penyesuaian sosial siswa. Penyesuaian sosial sebagai salah satu aspek dari penyesuaian diri individu menuju kepada kesesuaian antara kebutuhan dirinya dengan keadaan lingkungan tempat siswa berada dan berinteraksi secara efektif dan efisien. Menurut Schneiders (Intan Rahmawati, 2007:31)) social adjustment signifies, the capacity to react adequately to social realities, situations, and relations, yaitu penyesuaian sosial diartikan sebagai kemampuan individu dalam memberikan reaksi terhadap realitas, situasi dan hubungan sosial. Hurlock (2004: 287) mendefinisikan penyesuaian sosial sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok khususnya. Penyesuaian sosial dalam penelitian ini dibatasi pada masalah penyesuaian sosial siswa SMP di sekolah yaitu kemampuan siswa dalam beradaptasi dengan lingkungan sekolah sehingga siswa mampu berinteraksi secara wajar serta interaksi yang terjalin dapat memberikan kepuasan bagi dirinya dan lingkungannya, dengan harapan keberhasilan kemampuan penyesuaian sosial di sekolah akan terbawa pada lingkungan masyarakat. Aspek dan indikator penyesuaian sosial siswa di sekolah adalah sebagai berikut. 1) Melakukan hubungan interpersonal dengan teman, guru mata pelajaran, guru pembimbing, dan staf tata usaha. 5

2) Penyesuaian terhadap tata tertib/peraturan sekolah dengan indikator sadar dan menerima tata tertib/peraturan sebagai suatu kewajiban, dan melaksanakan tata tertib/peraturan yang berlaku di sekolah. 3) Penyesuaian terhadap kelompok belajar. 4) Penyesuaian terhadap kegiatan ekstrakurikuler. Penelitian yang dilakukan akan menghasilkan desain program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial pada siswa SMP di sekolah. b. Batasan Operasional Berdasarkan paparan konsep di atas, program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial dibatasi secara operasional sebagai rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi dalam periode tertentu untuk membantu agar siswa memiliki kemampuan memberikan reaksi yang tepat terhadap tuntutan-tuntutan sosial di sekolah, seperti dapat melakukan hubungan interpersonal dengan teman, guruguru, guru pembimbing, staf TU, penyesuaian terhadap tata tertib di sekolah, penyesuaian terhadap kelompok belajar, penyesuaian terhadap kegiatan ekstrakurikuler. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, masalah pokok dalam penelitian adalah Bagaimana program bimbingan pribadi sosial yang sesuai untuk mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial siswa kelas VIII SMP Negeri 6 6

Subang?. Secara rinci masalah pokok tersebut dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut. a. Bagaimanakah profil kemampuan penyesuaian sosial siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Subang? b. Bagaimanakah profil kemampuan penyesuaian sosial siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Subang berdasarkan aspek-aspeknya? c. Bagaimanakah rumusan program bimbingan pribadi sosial yang sesuai untuk mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Subang? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian bertujuan mengetahui penyesuaian sosial siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Subang dan merumuskan program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Subang. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah. 1. Bagi sekolah, menjadi masukan kebijakan penyelenggaraan program pelayanan bimbingan pribadi sosial untuk membantu siswa memiliki kemampuan penyesuaian sosial dengan baik. 2. Bagi guru pembimbing dapat dijadikan pedoman pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling untuk pengembangan kemampuan penyesuaian sosial. 7

D. Asumsi Penelitian Penelitian ini dilakukan bertitik tolak dari asumsi sebagai berikut. 1. Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit berhubungan dengan penyesuaian sosial (Hurlock, 2004: 213). 2. Penyesuaian sosial merupakan suatu proses penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial atau penyesuaian dalam hubungan antar manusia. Melalui penyesuaian sosial, manusia memperoleh pemuasan kebutuhan (Surya, 1990: 142, dalam Indah Utami, 2008:7). 3. Pengembangan program bimbingan dan konseling untuk penyesuaian sosial yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan siswa akan memberikan dampak terhadap aktivitas penyesuaian sosial di lingkungannya (Sugianto, 2006: 16 17). E. Metode Penelitian 1. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif yaitu suatu metode untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai situasi yang sedang terjadi pada saat sekarang, tanpa memperhatikan keadaan sebelumnya, untuk kemudian dianalisis dan disimpulkan. Metode deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran empiris mengenai profil kemampuan penyesuaian sosial siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Subang. 8

2. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 6 Subang dan ditujukan kepada siswa-siswa kelas VIII Tahun Ajaran 2008/2009 dengan pertimbangan sebagai berikut. a. SMP Negeri 6 Subang merupakan tempat penulis bekerja, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 6 Subang. b. Siswa kelas VIII SMP adalah siswa dalam rentang usia remaja yang berkisar antara 13 14 tahun. Hal ini cukup relevan dengan apa yang akan diungkap dalam penelitian ini, terutama yang berkaitan dengan kemampuan penyesuaian sosial siswa di sekolah. Seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (2004: 213) bahwa Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit berhubungan dengan penyesuaian sosial. Untuk keperluan penelitian ini akan ditetapkan sampel, ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan saran Winarno Surachmad (1991: 100), yaitu apabila ukuran populasi sebanyak seratus atau kurang, maka pengambilan sampel sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Jika ukuran populasi sebanyak seribu atau lebih, ukuran sampel diharapkan sekurangkurangnya 15% dari ukuran populasi. Anggota populasi dalam penelitian ini sebanyak 323 siswa, berarti jumlah populasi berada pada rentang 15% - 50%. Anggota sampel dalam penelitian ini adalah 132 orang. 9

3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik komunikasi tidak langsung (tenik non-tes) berupa pengumpulan data secara tertulis melalui angket yang telah disusun dan dibakukan untuk mengungkap gambaran penyesuaian sosial siswa. 10