II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Naga

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

BAB I BUAH NAGA. (Hylocereus undatus) Sumber:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut,

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman sawi dalam Sharma (2007) adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. muda. Tanaman ini merupakan herba semusim dengan tinggi cm. Batang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ;

PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kangkung (Ipomoea reptans poir) termasuk ke dalam kingdom. plantae, divisi spermatophyta, kelas dicotyledonae dan famili

TINJAUAN PUSTAKA. tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah sebagai berikut;

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nenas

TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio Angiospermae, Klas Monocotyledoneae, Ordo Liliaceae Family:

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus: Hylocereus, Perakaran tanaman buah naga umumnya dangkal, berkisar cm.

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Naga Buah naga ( Hylocereus sp.) atau dragon fruit merupakan tanaman jenis kaktus yang umumnya tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Pada iklim tersebut tanaman buah naga dapat tumbuh dengan baik sehingga mudah untuk dibudi dayakan. Sebagaimana tanaman kaktus lainnya, buah naga merupakan tanaman yang mampu bertahan pada daerah kering dan harus cukup paparan sinar matahari (Emil, 2011). Tampaknya kemudahan budi daya dan adaptasi yang tinggi menyebabkan tanaman ini mudah menyebar ke berbagai penjuru dunia. Saat ini, buah naga telah dibudidayakan sekurang-kurangnya di 22 negara tropis termasuk Indonesia (Warisno dan Dahana, 2010). Negara-negara produsen besar buah naga antara lain Vietnam, Thailand, Malaysia, Israel, Australia, Indonesia, China, Taiwan, Jepang, Colombia, Costa Rica, dan beberapa negara lainnya (Emil, 2011). Hardjadinata (2012) menyatakan buah naga memiliki banyak manfaat, antara lain menurunkan kolestrol, menyeimbangkan kadar gula darah, pencegah kanker, pelindung kesehatan mulut, mencegah kanker usus, menguatkan fungsi ginjal dan lain sebagainya. Beberapa kandungan buah naga yang penting bagi kesehatan antara lain vitamin C, kalsium, posfor, serta serat (Andoko dan Nurrasyid, 2012). Selain itu, setiap 100 gram daging buah naga mengandung 90 % air, karbohidrat 11,5 g, asam 0,139 g, protein 0,53 g, serat 0,71 %, kalsium 134,5 mg, posfor 8,7 mg, magnesium 60,4 mg, dan vitamin C 9,4 mg (Yuliarti, 2012). Tanaman buah naga mempunyai klasifikasi botani sebagai berikut : Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Cactales, Famili : Cactaceae, Subfamili : Hylocereanea, Genus : Hylocereus, Spesies : Hylocereus sp. dan Selenicereus sp. (Andoko dan Nurrasyid, 2012). Secara morfologi, tanaman ini termasuk tanaman yang tidak lengkap karena tidak memiliki daun. Morfologi tanaman buah naga terdiri dari akar, batang, bunga, buah, dan biji (Emil, 2010). Perakaran buah naga bersifat epifit atau menempel dan merambat pada tanaman lain. Akar tanaman buah naga berupa akar-akar serabut yang terdapat 6

pada pangkal batang yang tumbuh pada media tanah dan batang yang menempel pada media rambatan berupa tiang atau tanaman lain selama pertumbuhannya. Sebagaimana tanaman kaktus lainnya, buah naga memiliki sistem perakaran tahan terhadap kekeringan dan tidak tahan kondisi air yang berlebihan (Emil, 2010). Batang buah naga berbentuk siku atau segitiga dan mengandung air dalam bentuk lendir serta berlapiskan lilin bila sudah dewasa. Dari batang sampai tumbuh cabang memiliki warna yang sama, yakni hijau kebiru-biruan. Cabang berfungsi sebagai daun untuk proses asimilasi. Cabang juga mengandung kambium yang berfungsi untuk pertumbuhan tanaman (Andoko dan Nurrasyid, 2012). Bunga buah naga berbentuk corong memanjang berukuran sekitar 30 cm. Bunga akan tumbuh pada bagian sisi batang dan berupa kuncup kecil kemudian berkembang dan biasanya akan mekar sempurna pada tengah malam. Warna mahkota bunga bagian dalam putih bersih dan dalamnya terdapat benang sari berwarna kuning dan akan mengeluarkan bau harum (Yuliarti, 2012). Buah naga berbentuk bulat sedikit lonjong dan biasanya terletak dekat ujung cabang atau batang. Pada permukaan kulit terdapat sirip atau jumbai. Sewaktu masih muda kulit muda berwarna hijau dan berwarna merah menyala pada saat buah matang untuk jenis buah naga putih dan merah, berwana merah gelap untuk buah naga hitam, dan berwarna kuning untuk buah naga kuning (Andoko dan Nurrasyid, 2012). Biji buah naga berbentuk bulat, berwarna hitam, berukuran kecil dan keras. Biji dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman secara generatif. Namun, cara ini cara ini jarang dilakukan karena memerlukan waktu yang lama hingga tanaman berproduksi. Bagi para peneliti biasanya memanfaatkan biji untuk memunculkan varietas baru yang lebih baik. Setiap buah mengandung lebih dari 1000 biji (Hardjadinata, 2012) 2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Buah Naga Warisno dan Dahana (2010), faktor iklim dan tanah merupakan faktor dasar yang perlu mendapat perhatian. Persyaratan untuk menanam buah naga meliputi unrsur-unsur iklim, yaitu ketingian tempat, temperatur, curah hujan, intensitas cahaya, kelembapan udara, dan kecepatan angin. Sedangkan sifat tanah 7

yang perlu diperhatikan antara lain, struktur tanah, tekstur tanah, kemasaman tanah (ph), salinitas, dan bahan organik. Tanaman buah naga tumbuh optimal di dataran rendah, yakni 0-350 meter di atas permukaan laut (m dpl) (Andoko dan Nurrasyid, 2012). Buah naga putih tumbuh baik pada ketinggian kurang dari 300 m dpl, sedangkan buah naga merah tumbuh baik pada ketinggian 0-1000 m dpl. Buah naga kuning menyukai daerah dengan ketinggian di atas 800 m dpl. Tanaman buah naga cukup tahan terhadap suhu yang ekstrem. Tanaman ini masih mampu hidup pada suhu 0 0 40 0. Namun, suhu udara yang terbaik dan perkembangan buah naga adalah antara 20 0 35 0. Suhu yang terlalu rendah dan tinggi akan menghambat pembentukan bunga dan buah (Warisno dan Dahana, 2010). Menurut Emil (2011), tanaman ini akan mengalami kerusakan pada suhu - 2 0 C dan mengalami kematian pada suhu -4 0 C, sebaliknya suhu yang terlalu tinggi di atas 45 0 C juga dapat menyebabkan tanaman rusak atau mati. Sebagai tanaman tropis, buah naga dapat beradaptasi dengan berbagai lingkungan tumbuh dan perubahan cuaca, seperti sinar matahari dan curah hujan. Curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan buah naga sekitar 60 mm/bulan atau 720 mm/tahun. Pada curah hujan di atas 720-1.300 mm/tahun buah naga masih bisa tumbuh, tetapi hasilnya kurang optimal (Andoko dan Nurrasyid, 2012). Menurut Yuliarti (2012), tanaman buah naga tidak tahan terhadap genangan air. Curah hujan atau pemberian air yang berlebihan akan menyebabkan bunga menjadi rontok, akar menjadi busuk dan dapat menyebabkan kematian. Tanaman buah naga membutuhkan penyinaran matahari penuh dengan intensitas sinar matahari sekitar 70% - 80% (Yuliarti, 2012). Kurangnya terkena sinar matahari pertumbuhan vegetatif dan generatifnya kurang baik sehingga tanaman menjadi kerdil dan tidak berbuah (Emil, 2011). Tidak seperti tanaman kaktus pada umumnya, tanaman buah naga membutuhkan kelembapan yang tinggi terutama pada saat pembungaan atau pembuahan. Kelembaban udara relatif yang diperlukan tanaman buah naga antara 70% - 95%. Kelembaban yang kurang akan menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kelembaban dapat ditingkatkan dengan melakukan penyiraman terutama di musim kemarau (Warisno dan Dahana, 2010). 8

Hardjidinata (2012), menyatakan kondisi tanah yang disukai tanaman buah naga adalah tanah yang porous, gembur, serta banyak mengandung bahan organik dan hara. Menurut Warisno dan Dahana (2010), tanah tidak bersifat mutlak, artinya meskipun tidak sesuai, tetapi masih bisa dikelola hingga sesuai untuk penanaman buah naga. Tanah yang dibutuhkan buah naga adalah tanah dengan struktur remah. Tanah-tanah seperti ini memiliki tingkat porositas tinggi. Tanahtanah dengan struktur yang terlalu liat sebaiknya dicampur dengan pasir dan pupuk organik. Tekstur tanah merupakan perpaduan unsur liat, debu, dan pasir. Kombinasi ketiga unsur ini harus seimbang sehingga diperoleh tekstur tanah yang baik. tekstur tanah yang paling cocok untuk tanaman buah naga adalah tekstur lempung berpasir. Tanah-tanah dengan tekstur lain dapat diubah ke dalam tekstur tersebut dengan menambahkan pasir, tanah liat, atau pupuk organik (Warisno dan Dahana, 2010). Untuk tanaman dapat tumbuh dengan baik dan hasil buah yang optimal pada media tanah dengan derajat keasaman ph 5,5 6,5 (Emil, 2011). Tanah terlalu asam akan menyebabkan tanaman mengalami defisiensi hara. Sedangkan tanah terlalu basa akan menghambat pertumbuhan akar karena tanah menjadi keras, sehingga pada akhirnya tanaman juga akan mengalami defisiensi hara (Warisno dan Dahana, 2010). Tanah masam (ph <3,5) mengakibatkan akar tanaman menjadi pendek dan rusak. Akibatnya, akar tidak mampu menyerap hara dengan baik sehingga tanaman kekurangan hara dan akhirnya pertumbuhan tanaman terhambat (Hardjidinata, 2012). Tanaman buah naga memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik sehingga mudah untuk dibudidayakan dan juga termasuk tanaman yang tahan banting asalkan terkecukupi kebutuhan unsur hara, air, dan sinar matahari. Kelebihan lain dari tanaman buah naga adalah mampu tumbuh dengan baik pada lahan dengan kadar garam cukup tinggi, sehingga dapat tumbuh dengan baik dilokasi dekat pantai yang memiliki kadar garam cukup tinggi dengan tingkat penyinaran hingga 80% (Emil, 2011). Tanaman buah naga membutuhkan tanah dengan kandungan bahan organik yang memadai. Setidaknya, tanah yang digunakan sebagai lahan memiliki 9

kandungan organik sebesar 5%. Untuk itu, sebaiknya pupuk organik diberikan secara rutin untuk memenuhi kebutuhan bahan organik (Warisno dan Dahana, 2010). Bahan organik yang digunakan harus benar-benar matang karena berfungsi menyangga kation dan aktivitas mikroorganisme dan penyedia hara beberapa bahan yang digunakan antara lain pupuk kandang, kompos, dan sekam (Yuliarti, 2012) 2.3. Perbanyakan Vegetatif dengan Stek Batang Perbanyakan tanaman secara stek merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan memotong di salah satu bagian (batang, daun, pucuk, akar). Perbanyakan tanaman secara stek mempunyai kelebihan yaitu, 1) tanaman baru yang menghasilkan mempunyai sifat sama dengan induknya, 2) bagian yang di stek berupa bagian batang, daun atau akarnya saja sehingga tidak mengganggu tanaman induknya, 3) dapat dilakukan dengan cara mudah, 4) biaya yang diperlukan sedikit dan waktunya singkat, 5) dapat dihasilkan batang yang jumlahnya cukup banyak, dan 6) tanaman yang diperbanyak dengan stek mempunyai keseragaman (Permanasari, 2012). Perbanyakan vegetatif merupakan perbanyakan menggunakan stek batang atau cabang. Batang atau cabang yang digunakan harus dalam keadaan sehat, tua dan sudah berbuah, warna hijau gelap kelabu dengan ukuran ideal 20-30 cm. Pemilihan tersebut dimaksudkan agar pertumbuhannya pesat, kokoh, dan cepat bertunas. Selain itu, bibit yang baik dipengaruhi oleh diameter batang, akan lebih baik bila diameter batang semakin besar, karena bibit akan lebih tahan terhadap serangan penyakit busuk pangkal batang (Yuliarti, 2012). Menurut Hardjadinata (2012), keberhasilan stek ditentukan oleh calon cabang. Calon cabang atau batang yang digunakan harus dalam kondisi sehat, tua, dan sudah berbuah minimal 3-4 kali. Penggunakan batang muda sebaiknya dihindari karena selain pertumbuhan yang lambat, batang juga mudah busuk dan terkena penyakit. 2.4. Zat Pengatur Tumbuh Abidin (1982) menyatakan hormon sintetik yang diberikan secara eksogen (berasal dari luar) disebut dengan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT).ZPT adalah senyawa organik bukan nutrisi yang aktif dalam jumlah yang kecil (10-7 sampai 10

10-13 µm) yang disintesakan pada bagian tertentu dari tanaman dan pada umumnya diangkut ke bagian lain tanaman di mana zat tersebut menimbulkan tanggapan secara biokimia, fisiologi, dan morfologi. Hardjadi (2009), perangsangan pengakaran merupakan salah satu aplikasi penggunaan auksin dalam pertanian, khususnya dalam perbanyakan vegetatif. Auksin merupakan zat tumbuh yang diketahui mempengaruhi pembelahan dan perpanjangan sel. Auksin juga mempengaruhi pertumbuhan batang ke atas dan akar ke bawah. Auksin dapat merangsang ataupun menghambat pertumbuhan bagian tanaman tergantung pada konsentrasinya (Darmawan et al., 2010). IAA ( Indole Acetic Acid) merupakan jenis dari auksin alami yang ditemukan, kemudian diikuti dengan pengembangan auksin sintetik IBA, NAA, dan 2,4-D. Auksin terlibat dalam banyak proses fisiologi dalam tumbuhan, antara lain pemanjngan sel, fototropisme, geotropisme, dominasi apikal, inisiasi akar, produksi etilen, pembentukan kalus, perkembangan buah, partenokapri, absisi dan ekpresi klamin pada tumbuhan hermafrodit (Hardjadi, 2009). Larutan atonik merupakan salah satu merek dagang yang mengandung zat pengatur tumbuh auksin sintetik, dapat merangsang proses biokimia dan fisiologi cadangan makanan dalam tanaman (Lana, 2011). Menurut Trisna et al. (2013), atonik merupakan senyawa yang mudah diserap ke dalam jaringan tanaman dan mempercepat aliran plasma dalam sel yang mengakibatkan seluruh sel tanaman sehingga pada gilirannya proses fisiologi akar tanaman berlangsung dengan baik, bagian tanaman vegetatif dan generatif akan tumbuh lebih cepat dan kuat. Senyawa ini akan merangsang semua organ bagian tanaman, yaitu tanaman yang menghasilkan buah biji, tanaman hias, sayur-sayuran dan tanaman keras dengan penggunaan dosis yang berbeda sesuai kebutuhan. 2.5. Media Tanam Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam dan media yang digunakan harus sesuai dengan jenis tanaman yang ingin ditanam (Permanasari et al., 2012). Perbedaan media tanam menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan yang beragam pada perbanyakan tanaman sehingga macammacam media pembibitan harus menjadi pertimbangan dalam perbanyakan baik secara vegetatif maupun generatif (Santoso et al., 2009). Penggunaan komposisi 11

media yang tepat merupakan langkah awal yang sangat menentukan bagi keberhasilan dalam kegiatan budi daya yang akhirnya mendorong peningkatan produktivitas (Putri et al., 2013). Media tumbuh mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan hidup tanaman yaitu memberi dukungan untuk perkembangan akar tanaman, menyediakan air, hara dan udara untuk respirasi (Permanasari et al., 2012). Menurut Redaksi Penebar Swadaya (2008), untuk pertumbuhan akar tanaman yang sempurna, media tanam harus didukung oleh drainase dan aerasi yang memadai. Drainase yang lancar menjadikan akar-akar tanaman lebih leluasa bernafas sehingga lebih optimal dalam menyerap unsur-unsur hara yang dibutuhkan. Sementara aerasi yang memadai sangat dibutuhkan oleh akar untuk bernafas sehingga asupan oksigen dapat tercukupi, kekurangan oksigen pada tanaman dapat menyebabkan kematian akar (root dieback). Penambahan bahan-bahan yang dapat memperbaiki sifat-sifat media tanam sering dilakukan, misalnya penambahan pupuk untuk meningkatkan kandungan hara tertentu, pasir untuk meningkatkan aerasi dan drainase, kapur untuk mengurangi kemasaman tanah, bahan organik untuk memperbaiki sifat-sifat tanah dan sebagainya (Permanasari, 2012). Penambahan bahan organik ke dalam tanah berperan dalam membantu ketersediaan unsur hara tetapi juga membantu dalam perbaikan sifat fisik dan biologi tanah (Melati dan Andriyani, 2005). Sutedjo (2008) Pupuk kandang mempunyai sifat yang lebih baik dibandingkan dengan pupuk alam lainnya maupun pupuk buatan. Pupuk kandang di dalam tanah mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik tanah. Menurut Nugroho (2013), penambahan tanah dan pupuk kandang mempunyai pengaruh terhadap perbaikan sifat fisik tanah yakni meningkatkan kemampuan media tersebut dalam menahan dan menyimpan air. Pada hasil penelitian Melati dan Andriyani (2005), menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap tanaman kedelai pada parameter tinggi tanaman dan bobot kering pertanaman Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan penggunaan kompos sebagai media tanam 12

adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman (Redaksi Penebar Swadaya, 2008). Menurut Permanasari et al. (2012), kompos merupakan media tanam yang berasal dari proses fermentasi tanaman maupun kotoran ternak yang mampu mengembalikan kesuburan tanah, dan sebagai fasilisator penyerapan nitrogen. Media tanam ini dapat berasal dari jerami, sekam, dedaunan atau kotoran ternak. Kompos tandan kosong kelapa sawit mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta memperkaya unsur hara pada tanah. Menurut Elfiati dan Siregar (2010), pemberian kompos akan meningkatkan jumlah unsur hara yang terserap oleh tanaman sehingga menghasilkan pertumbuhan bibit yang baik. Selain itu, kompos juga mampu meningkatkan penyerapan dan daya simpan air. Kompos TKKS dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia serta biologi tanah yang menyediakan nitrogen, posfor, kalium, magnesium dan sulfur bagi tanaman (Hutagalung et al., 2013). 13