DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

dokumen-dokumen yang mirip
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Deklarasi Dhaka tentang

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

INDONESIA NEW URBAN ACTION

Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER

Standar Perburuhan Internasional yang mendukung kebebasan berserikat, dialog sosial tripartit, perundingan bersama dan SDG

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENCAPAI TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB/SDGs)

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

Seminar Tingkat Tinggi Kota Inklusif

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Upaya Olahraga pada Anak Sekolah 1

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

Forum Lanskap Global. Rumusan Hasil. 2013, Warsawa, UNFCCC

Tujuan 4: Memastikan kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua

KESIAPAN KABUPATEN MAROS MELAKSANAKAN SDGs. Ir. H. M. HATTA RAHMAN, MM (BUPATI MAROS)

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

Dari MDGs Menuju SDGs: Pembelajaran dan Tantangan Implementasi

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

Pemuda Asia Tenggara sebagai Pemersatu untuk Dunia Kita Inginkan

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

9 Kebutuhan dan Rekomendasi Utama Orang Muda (Young People) Indonesia terkait ICPD PoA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

Keynote Speech. Pengendalian Produk Tembakau dan Pembangunan Berkelanjutan. Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, MUP, Ph.D. Menteri PPN/Kepala Bappenas

AGENDA PIAGAM GLOBAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA DI KOTA

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

BAPPEDA Planning for a better Babel

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Disampaikan dalam acara Temu Inklusi 2016 Oleh : Karel Tuhehay KARINAKAS YOGYAKARTA

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

Mengatasi diskriminasi etnis, agama dan asal muasal: Persoalan dan strategi penting

LIBRARIES, DEVELOPMENT, AND THE UN 2030 AGENDA

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Pembela Hak Asasi Perempuan tentang DEKLARASI ASEAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

Kerangka Kerja Sendai untuk pengurangan Risiko Bencana Tahun

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012)

SIARAN PERS 1/6. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Sepakati Musrenbang Inklusif dengan Lebih Melibatkan Penyandang Disabilitas dan Kelompok Rentan

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

Kode Etik PT Prasmanindo Boga Utama

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI ANAK DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN ANAK, KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN

Australia Awards Indonesia

2. Konsep dan prinsip

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Implementasi SDGs di Tingkat Global dan Keterkaitannya dengan Isu Kekayaan Intelektual

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

URGENSI MONITORING DAN EVALUASI dalam PELAKSANAAN DAN PENCAPAIAN SDGs. Djonet Santoso Universitas Bengkulu November 2017

PENILAIAN MANDIRI TENTANG KOMPETENSI FISPH

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Latar Belakang KLA. Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Profil. Yayasan Swiss untuk kerjasama Teknis

Pendahuluan. Latar Belakang

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

LAPORAN AKHIR BANTUAN KEUANGAN FORUM PENDIDIKAN UNTUK SEMUA (PUS) KOTA SURAKARTA TAHUN 2015

Keynote Speech STRATEGI INDONESIA MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, INKLUSIF, DAN BERKEADILAN

KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

Transkripsi:

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KONGRES INTERNASIONAL KE-6 ISPAH (KONGRES KESEHATAN MASYARAKAT DAN AKTIVITAS FISIK Bangkok, Thailand 16-19 November 2016 Diselenggarakan oleh Bersama:

Kami, para delegasi dan penyelenggara Kongres Internasional Aktivitas Fisik dan Kesehatan Masyarakat ke 6, pertemuan dua tahunan dari Masyarakat Internasional untuk Aktivitas Fisik dan Kesehatan IISPAHI, yang dihadiri perwakilan dari 72 negara dan diselenggarakan di Bangkok, Thailand; serta Anggota ISPAH: a) Mengakui bahwa aktivitas fisik meliputi semua bentuk gerakan manusia dan kehidupan aktif termasuk berjalan, berlatih, serta ber-olahraga dan merupakan perilaku alamiah yang membawa banyak manfaat; b) mendorong perlunya mengatasi penyakit tidak menular (PTM) termasuk tipe 2 diabetes, penyakit kardiovaskular, berbagai penyakit kanker, penyakit pernapasan, demensia, dan kesehatan mental yang buruk; yang berkontribusi pada beban bermakna dari kematian prematur, penyakit dan disabilitas; serta beban ekonomi dan sosial untuk semua negara; c) menegaskan kembali bahwa aktivitas fisik merupakan salah satu faktor risiko utama yang dapat dimodifikasi untuk penyakit tidak menular, dan merupakan strategi dasar untuk mengurangi beban PTM, seperti dijelaskan dalam Rencana Aksi Global Organisasi Kesehatan Se-Dunia (WHO) untuk pencegahan dan pengendalian PTM 2013-2020; d) Menarik perhatian ke tingkat tinggi ketidak-aktifan global dan ketidak setaraan sepanjang hidup pada mereka yang memenuhi Rekomendasi Global WHO mengenai Aktivitas Fisik, terutama yang berkaitan dengan jender, disabilitas, dan kesenjangan sosial-ekonomi serta regional; e) Mencatat peran utama yang mengurangi ketidak aktifan harus berperan dalam menyumbang strategi global, seperti Komisi WHO mengenai Pengakhiran Obesitas Pada Anak (2016), Dekade Aksi Gizi (2016-2025), Agenda Kesehatan Perkotaan Baru (Habitat 1111), Mobilisasi Transportasi Berkelanjutan untuk Pembangunan (2016), Setiap Ibu Setiap Anak (2010) dan dalam waktu dekat Rencana Aksi Global WHO mengenai Dementia (konsep 2015); f) menekankan bahwa tindakan untuk menyediakan lingkungan pendukung untuk mengurangi ketidak aktifan fisik, memberikan manfaat bersama, dapat secara bermakna mengurangi biaya perawatan kesehatan, meningkatkan produktivitas ekonomi dan memberikan hasil efektif pada investasi di berbagai sektor, seperti transportasi dan pariwisata; g) Menggaris bawahi bahwa dorongan dari ketidak-aktifan fisik terkait dengan perubahan lingkungan dan sosial, termasuk teknologi, globalisasi dan urbanisasi, yang mengubah bagaimana masyarakat hidup, bekerja, bepergian dan bermain, serta menambah tingkat perilaku santai; h) Mengakui bahwa upaya global untuk mengurangi ketidak-aktifan fisik masih tidak memadai, meskipun terdapat peran bermakna dalam mencegah NCD, dan sekarang terdapat kebutuhan mendesak untuk memperkuat dan meningkatkan pengembangan, penentuan prioritas, pembiayaan dan pelaksanaan rencana nasional berdasarkan bukti untuk memungkinkan semua negara mencapai target global WHO guna mengurangi ketidak-aktifan fisik pada anak dan orang dewasa sebesar 10% pada tahun 2025.

Kami telah mengidentifikasi peluang untuk penentuan prioritas mendesak dan implementasi yang akan mendukung dan mempromosikan pengurangan ketidak-aktifan fisik dan menyumbang pencapaian Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yaitu: SDG3. Memastikan kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan. Pelaksanaan Kebijakan di beberapa pengaturan yang menyebabkan peningkatan aktivitas fisik pada tingkat populasi, akan memberikan kontribusi untuk mengurangi NCD (target 3,41; menyediakan infrastruktur yang mendukung aktivitas fisik melalui akses yang setara untuk berjalan kaki secara aman, bersepeda dan menggunakan angkutan umum, oleh semua usia, dapat berkontribusi untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas jalan terutama yang melibatkan pejalan kaki dan pengendara sepeda (target 3. 6), dan pengurangan penggunaan mobil dapat berkontribusi untuk meningkatkan kualitas udara (target 3. 9); SDG4. Pendidikan berkualitas. Tindakan kebijakan yang memastikan dan memantau penyediaan kurikulum pendidikan jasmani berbasis sekolah, program aktivitas fisik dan lingkungan yang inklusif dan memungkinkan semua anak perempuan dan anak laki-laki untuk mengembangkan literasi fisik, keterampilan gerakan dasar, pengetahuan, sikap, kebiasaan dan kenikmatan aktivitas fisik, dapat berkontribusi untuk meningkatkan kesiapan untuk pendidikan dasar primer (Goal 4.2), dan peningkatan hasil pendidikan (Target 4. 1); Kegiatan Aktivitas Fisik dapat menyumbang pencapaian 8 Goal Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)

SDG 5. Kesamaan jender. Tindakan kebijakan yang mempromosikan aktivitas fisik melalui peningkatan akses ke kesempatan yang aman dan terjangkau untuk berpartisipasi dalam olahraga dan aktivitas fisik dengan para gadis dan wanita di seluruh perjalanan hidup, terutama di masyarakat marjinal dan kurang beruntung, dapat berkontribusi untuk mengakhiri diskriminasi (Target 5.11 dalam olah-raga dan aktivitas fisik) SDG 10. Mengurangi ketidaksetaraan. Tindakan kebijakan yang memaksimalkan potensi olahraga dan program aktivitas fisik, termasuk acara olahraga besar, untuk mempromosikan inklusi dan pemberdayaan terlepas dari sifat-sifat individu dapat berkontribusi untuk memberdayakan dan mempromosikan inklusi politik, ekonomi dan sosial untuk semua (Target 10. 2) dan mempromosikan kesempatan yang sama (Target 10.3); SDG 11. Masyarakat dan kota yang berkelanjutan, berdaya tahan, aman dan inklusif. Pengembangan, implementasi dan monitoring kebijakan perencanaan kota dan transportasi yang membutuhkan disain kota dan regional untuk memberikan akses yang adil pada prasarana yang aman dan terjangkau untuk berjalan dan bersepeda, serta ruang publik terbuka dan fasilitas hiburan dan dapat menyumbang pencapaian sistem transportasi yang berkelanjutan untuk semua (Target 11. 2); meningkatkan urbanisasi berkelanjutan dan inklusif (Target 11. 3); mengurangi dampak lingkungan dari kota (Target 11. 6) dan mencapai akses universal untuk ruang publik dan hijau (Target 11. 7); SDG 13. Perubahan Iklim. Penggunaan lahan dan kebijakan transportasi, dikombinasikan dengan intervensi Pendidikan, lingkungan dan fiskal yang mendukung berjalan, bersepeda dan penggunaan transportasi umum oleh semua; dapat berkontribusi untuk pengurangan penggunaan bahan bakar fosil dan menghilangkan dampak perubahan iklim (Target 13, 11) dan meningkatkan pendidikan, kesadaran, dan kapasitas kelembagaan dan manusia dalam adaptasi dan menghilangkan dampak perubahan iklim (Target 13,2); SDG 15. Kehidupan di darat. Tindakan Kebijakan yang memastikan akses memadai pada dan penggunaan, lingkungan alamiah untuk aktifitas fisik, lrekreasi dan bermain dengan anak-anak dan orang, dapat berkontribusi pada penggunaan berkelanjutan, penghargaan, konservasi dan restorasi lahan, keanekaragaman hayati (Target 15. 1) dan ekosistem air tawar di darat (Target 15. 5); SDG 16. Masyarakat yang inklusif, damai dan adil. Tindakan Kebijakan yang mengungkit kemampuan olahraga untuk memelihara nilai-nilai sosial yang positif seperti rasa hormat dan keadilan dan menyatukan orang-orang dari keyakinan politik, kewarganegaraan, status social-ekonomi, jenis kelamin, dan usia berbeda; dapat berkontribusi untuk mengurangi kekerasan dan konflik! Target 16.11. seperti juga penyuapan dan korupsi (target 16,5) dan mempromosikan hukum dan kebijakan yang non-diskriminatif (Target 16.bl.) Kegiatan yang sejalan dengan Deklarasi Bangkok ini akan memberi sumbangan besar bagi SDGs dengan cara yang berkelanjutan,biaya efisien dan berbasis bukti yang akan menggerakkan bangsa-bangsa, masyarakat dan individu menuju aktivitas fisik sehari-hari.

Deklarasi Bangkok mengenai Aktivitas Fisik untuk Kesehatan Global dan Pembangunan Berkelanjutan, didukung oleh para delegasi pada Kongres ISPAH ke-6 mengenai Aktivitas Fisik dan Kesehatan Masyarakat; menyerukan pada pemerintah, pembuat kebijakan, donor dan para pemangku kepentingan, termasuk Organisasi Kesehatan Se-Dunia, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan semua organisasi non pemerintah yang relevan untuk: 1. Memperbaharui komitmen untuk berinvestasi dan menerapkan pada skala dan kecepatan tindakan kebijakan untuk menurunkan kurangnya aktivitas fisik sepanjang hidup, sebagai kontribusi untuk mengurangi beban global Penyakit Tidak Menular dan mencapai tujuan agenda tahun 2030 (SDGs 3, 4, 5, 10, 11, 13, 15, dan 16). Tindakan diperlukan untuk mengurangi ketidak-aktifan fisik, yang membutuhkan peningkatan prioritas kepemimpinan multi sektor, kemitraan dan komitmen berkelanjutan, seperti juga alokasi sumber daya sesuai target. Investasi dari Kementerian Kesehatan, dan dari Kementerian pemerintah lainnya, harus dimaksimalkan untuk mengaktifkan seluruh sistem, pendekatan berbasis bukti dilaksanakan di tingkat nasional dan lokal. Pendekatan harus lintas sektoral dan mengakui luasnya dorongan politik dan ekonomi di sektor-sektor seperti tenaga kerja, pariwisata, transportasi dan perencanaan kota, pendidikan, kesehatan, olahraga dan budaya; 2. Membangun keterlibatan multi sektor dan dasar koordinasi nasional: Semua negara harus mengembangkan, sumber daya dan melaksanakan rencana aksi nasional yang terintegrasi pada aktivitas fisik. Agar efektif, rencana harus mencakup mekanisme dan sumber daya untuk melibatkan para pemangku kepentingan multi-sektor dari dalam dan luar sektor kesehatan dan melibatkan potensi sinergi dengan pembangunan berkelanjutan, serta juga berkontribusi untuk mengurangi kesenjangan kesehatan yang berkaitan dengan jenis kelamin, usia, ras / etnis, orientasi seksual, status sosial ekonomi, dan orang-orang yang hidup dengan disabilitas; 3. Mengembangkan kemampuan tenaga kerja: pengembangan dan pelatihan Tenaga Kerja merupakan dasar untuk mengurangi secara efektif kurangnya aktivitas. Membangun kapasitas harus secara multi-profesi, termasuk perawatan social dan kesehatan, perencana kota, arsitek, guru, olah-ragawan dan penyedia rekreasi, pendidik, pembuat kebijakan dan tenaga kerja non-pemerintah. Pendekatan harus diintegrasikan ke tingkat sarjana, pasca sarjana dan pendidikan profesi berkelanjutan, dan juga mempertimbangkan kebutuhan akan relawan dan tokoh masyarakat; 4. Meningkatkan bantuan teknis dan berbagi pengalaman: Banyak negara membutuhkan bantuan teknis dan bimbingan untuk mendukung pengembangan, implementasi dan evaluasi rencana aksi nasional tentang aktivitas fisik, serta panduan tentang membangun kemitraan yang berkelanjutan. Terdapat potensi untuk mencapai lebih jauh, melalui kerja sama serta berbagi di tingkat global; serta harus ada investasi untuk mendukung alih pengetahuan dan jaringan profesi di tingkat global, regional dan nasional untuk membantu semua negara menuju pencegahan Penyakit Tidak Menular secara global tahun 2025, pengendalian target dan agenda tahun 2030; 5. Memperkuat pemantauan dan surveilans: Pelaporan dan pemantauan teratur dan melaporkan kemajuan aktivitas fisik, faktor determinan, dan implementasi kebijakan menjadi penting di semua negara untuk menjadikan institusi bertanggung jawab kepada komitmen mereka dan membimbing alokasi sumber daya yang efektif. Namun kesenjangan yang bermakna terdapat pada surveilans aktivitas fisik pada anak-anak, remaja, orang dewasa dan pada kelompok penduduk minoritas; 6. Mendukung dan mempromosikan kerja-sama, penelitian, dan evaluasi kebijakan: Kerja-sama antara peneliti dan para pembuat kebijakan, termasuk lembaga penyandang dana penelitian social dan kesehatan untuk lebih mengembangkan dasar berbasis bukti dengan fokus terutama untuk mengatasi kesenjangan pengetahuan dalam bidang-bidang seperti analisis ekonomi multi-sektor, pelaksanaan penelitian pada tingkat populasi, dan evaluasi proses serta kebijakan. Terdapat kebutuhan tertentu untuk bekerja sama pada upaya yang dapat mengurangi kurangnya aktivitas, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kami mendesak Organisasi Kesehatan Se-Dunia, Badan-Badan dibawah Perserikatan Bangsa-Bangsa, semua inisiatif dan badan kesehatam global, Negara Anggota, Negara dan pemerintah lokal, dan para pejabat kota untuk bekerja sama

dengan masyarakat sipil, termasuk akademisi, badan-badan profesional, dan organisasi non-pemerintah, serta sektor swasta dan media, untuk memberikan kepemimpinan dan memaksimalkan potensi kombinasi sumber daya untuk memenuhi tujuan bersama untuk kesehatan dan pembangunan berkelanjutan, serta secara efektif melaksanakan semua aspek dari Deklarasi Bangkok mengenai Aktivitas Fisik untuk Kesehatan global dan pembangunan berkelanjutan.